Anda di halaman 1dari 14

DETERMINASI, KLASIFIKASI

DAN PEMBUATAN KUNCI IDENTIFIKASI

Oleh :
Nama : Hayatun Nufus
NIM : B1A019048
Rombongan : IV
Kelompok :3
Asisten : Ridha Nabila Priyani

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses identifikasi morfologi adalah melakukan pengamatan secara detail


mulai dari ciri umum hingga ciri spesifik yang dimiliki setiap spesies tersebut.
Kegiatan identifikasi dapat dilakukan dengan bantuan kunci diterminasi maupun
tanpa kunci diterminasi. Identifikasi dengan bantuan kunci diterminasi akan
mengantarkan spesies yang diamati sampai kepada takson masing-masing, mulai
takson tertinggi hingga terendah, yaitu mulai phyllum sampai dengan spesies.
Adapun identifikasi tanpa bantuan kunci determinasi tetap dapat dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui prosentase kekerabatan antar spesies dalam satu jenjang
takson, baik kelas, ordo, famili, maupun genus [ CITATION Dwi16 \l 1057 ].
Pengelompokan makhluk hidup dalam ilmu biologi disebut klasifikasi,
sedangkan cabang ilmu yang mempelajari klasifikasi disebut taksonomi. Klasifikasi
merupakan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan perbedaan dan persamaan
cirinya. Cara pengelompokkan dilakukan dengan berbagai dasar mulai dari ciri
morfologi, anatomi, fisiologi, sampai sejarah evolusinya. Sistem klasifikasi pertama
kali dikenalkan oleh Carolus Linnaeus pada abad ke 18. Ia mengelompokkan
makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri dan pemberian nama menggunakan
sistem nama ganda atau binomial nomenclature. Klasifikasi digunakan untuk
mengatahui ciri-ciri, hubungan kekerabatan, dan interaksinya dengan lingkuangan
untuk mengetahui manfaat setiap makhluk hidup secara langsung. Klasifikasi juga
berguna untuk mengetahui sifat unggul makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan
untuk kebutuhan pangan, sandang, papan dan obat-obatan bagi manusia (Astuti,
2016). Klasifikasi dapat dilakukan dengan pengelompokkan taksa menurut garis
keturunan filogenetik yang diilustrasikan oleh kladogram (Rahardi et al., 2012)
B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah:


1. Mempelajari konsep dan melakukan identifikasi dan determinasi hewan
invertebrata dan vertebrata.
2. Membuat dan menggunakan kunci identifikasi hewan invertebrata dan
vertebrata.
3. Membuat fenogram hewan invertebrata dan vertebrata.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Identifikasi dilakukan dengan empat tahap yaitu identifikasi, determinasi,
klasifikasi, dan verfikasi. Identifikasi meliputi mencari dan mengenal ciri-ciri
taksonomi individu yang beraneka ragam menggunakan pemikiran yang bersifat
deduktif. Identifikasi dilakukan dengan pencandraan dan pengenalan ciri-ciri hewan
tersebut. Determinasi merupakan kegiatan membandingkan suatu hewan dengan
hewan yang sudah dikenal sebelumnya. Klasifikasi dilakukan dengan cara
mengevaluasi ciri-ciri hewan yang ada dan menatanya dalam kelompok berdasarkan
persamaan. Verifikasi berarti evaluasi yang dilakukan secara bertahap dan
menyeluruh untuk mengetahui kebenaran dari tiga langkah sebelumnya [ CITATION
Wid09 \l 1057 ]
Teknik untuk mengetahui tingkat kekerabatan spesies dalam suatu tingkatan
takson, dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui pohon filogeni,
kladogram, kladistik, dan dendogram. Pohon filogeni, kladistik, dan kladogram
menggambarkan hubungan kekerabatan suatu spesies dengan nenek moyang yang
berkaitan dengan sejarah evolusi. Adapun dendogram merupakan diagram yang
menggambarkan tingkat kedekatan atau kekerabatan kelompok spesies yang
ditunjukkan dengan besaran prosentase[ CITATION Dwi16 \l 1057 ].
Kekerabatan dalam sistematik tumbuhan dapat diartikan sebagai pola
hubungan atau total kesamaan antara kelompok tumbuhan berdasarkan sifat atau ciri
tertentu dari masing-masing kelompok tumbuhan tersebut. Berdasarkan jenis data
yang digunakan untuk menentukan jauh dekatnya kekerabatan antara dua kelompok
tumbuhan, maka kekerabatan dapat dibedakan atas kekerabatan fenetik dan
kekerabatan filogenetik (filetik). Kekerabatan fenetik didasarkan pada persamaan
sifat-sifat yang dimiliki masingmasing kelompok tumbuhan tanpa memperhatikan
sejarah keturunannya, sedangkan kekerabatan filogenetik didasarkan pada asumsi-
asumsi evolusi sebagai acuan utama[ CITATION ARR03 \l 1057 ]. Menurut Wangiyana
(2019) fenetik bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan similaritas antar takson
yang dan menghasilkan produk dendogram yang menggambarkan hubungan
kemiripan (similaritas). Filogenetik menghasilkan cladogram yang bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan kekerabatan antar takson. Kedua produk yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai dasar untuk menghasilkan taksonomi yang bersidat
polifasik.
Kladistika (cladistic) merupakan salah satu pendekatan sistematika berupa
nenek moyang bersama yang digunakan untuk mengelompokkan organisme
berdasarkan kriteria primer. Para ahli biologi menggunakan metode ini untuk
menempatkan spesies ke dalam kelompok-kelompok yang disebut klad (clade) yang
masing-masing mengandung satu spesies nenek moyang dan semua keturunannya.
Klad seperti peringkat taksonomi, termuat dalam klad yang lebih besar (Cambell et
al., 2012). Menurut Rahardi et al. (2012), klasifikasi fenetik merupakan
pengelompokan taksa dari keseluruhan kesamaan baik itu sinapomorfis atau
symplesiomorphy dalam filogenetik.
Pohon filogenetik merupakan sebagai diagram estimasi yang menggambarkan
hubungan asal usul atau nenek moyang dan keturunan dari spesies atau populasi.
Pohon filogenetik disebut juga sebagai pohon evolusi. Dendogram dan cladogram
merupakan pohon filogenetik yang seluruhnya menggambarkan hubungan
evolusioner spesies atau populasi. Dendogram adalah diagram bercabang yang
membuat hubungan antar spesies atau populasi berdasarkan pada beberapa kriteria
tertentu. Kladogram merupakan pohon evolusi yang dibuat dengan menyertakan
pengaruh pengaruh synapomorphies atau pemisahan spesies (populasi) karena
terjadinya perubahan dari sifat-sifat awal (Hummairah et al., 2011). Karakter suatu
spesies dalam matriks takson dapat diperiksa status dari setiap karakter
menggunakan kontruksi kladogram. Selain itu, garis keturunannya dapat dipecah dan
taksa yang memiliki karakteristik diturunkan. Fenogram dibangun secara aglomeratif
dengan mencari kesamaan tertinggi antara takson kemudian dikelompokkan menjadi
takson baru (Rahardi et al., 2012).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Media (cetak, audio, dan video) yang digunakan pada praktikum kali ini
terkait determinasi dan klasifikasi hewan, tabel karakter invertebrata dan
vertebrata.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini antara lain:


1. Materi acara praktikum (media cetak/audio/video) di Google Classroom
dipelajari.
2. Karakter invertebrata dan vertebrata pada tabel diamati.
3. Tabel matriks similaritas berdasarkan tabel karakter diisi dan fenogram
direkontruksi.
4. Kunci identifikasi invertebrata dan vertebrata dibuat
5. Lembar kerja dilengkapi dalam waktu praktikum.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Matriks Similaritas Invertebrata


A B C D E F G H I J K L
A 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C 0 0 0,26 0,33 0,33 0,33 0,26 0,26 0,26 0,2 0,2
D 0 0 0,26 0,26 0,26 0,26 0,33 0,33 0,33 0,2 0,2
E 0 0 0,33 0,26 0,33 0,33 0,26 0,26 0,26 0,2 0,2
F 0 0 0,33 0,26 0,33 0,4 0,26 0,26 0,26 0,2 0,2
G 0 0 0,33 0,26 0,33 0,4 0,26 0,26 0,26 0,2 0,2
H 0 0 0,26 0,33 0,26 0,26 0,26 0,46 0,4 0,2 0,2
I 0 0 0,26 0,33 0,26 0,26 0,26 0,46 0,4 0,2 0,2
J 0 0 0,26 0,33 0,26 0,26 0,26 0,4 0,4 0,2 0,2
K 0 0 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,26
L 0 0 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,26

Fenogram Invertebrata
Aplysina fistularis

Pelagia noctulica

Dugesia japonica

Aporrectodea rosea

Octopus briareus

Janthina umbilicata

Trichinella spiralis

Nephila kuhli

Danaus plexippus

Ocypode gaudichaudii

Pisaster brevispinus

Carcharodon carcharias
Tabel 4.2 Kunci Identifikasi Invertebrata
1 a. Konstruksi tubuh seluler A

b. Konstruksi tubuh jaringan/organ 2

2 a. Diploblastic B

b. Triploblastic 3

3 a. Protostomia 4

b. Deuterostomia 11

4 a. Tidak mengalami ekdisis 5

b. Mengalami ekdisis 8

5 a. Tubuh tanpa rongga sejati C

b. Tubuh dengan rongga sejati 6

6 a. Mengalami metamerisme E

b. Tidak mengalami metarisme 7

7 a. Massa visceral tanpa cangkang F

b. Massa visceral dengan cangkang G

8 a. Tubuh tidak mengalami tagmatisasi D

b. Tubuh mengalami tagmatisasi 9

9 a. Tagma pada mulut chelicerae (celiceratha, nepilaa.... J

b. Tagma mulut mandibula (insekta) 10

10 a. Ektremitas uniramia (mycoda &hexapoda...kupu-kupu H

b. Ekstremitas biramia (Crutacea....kepiting..... I

11 a. Tidak memiliki cranium dan vertebrae K

b. Memiliki cranium dan vertebrae L


Tabel 4.3 Matriks Similaritas Vertebrata
K L M N O P Q R S T U V
K 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11
L 0,11 0,27 0,27 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16
M 0,11 0,27 0,38 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22
N 0,11 0,27 0,38 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22

O 0,11 0,16 0,22 0,22 0,33 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27

P 0,11 0,16 0,22 0,22 0,33 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27

Q 0,11 0,16 0,22 0,22 0,27 0,27 0,44 0,38 0,38 0,33 0,33

R 0,11 0,16 0,22 0,22 0,27 0,27 0,44 0,38 0,38 0,33 0,33

S 0,11 0,16 0,22 0,22 0,27 0,27 0,38 0,38 0,5 0,33 0,33

T 0,11 0,16 0,22 0,22 0,27 0,27 0,38 0,38 0,5 0,33 0,33
U 0,11 0,16 0,22 0,22 0,27 0,27 0,33 0,33 0,33 0,33 0,5

V 0,11 0,16 0,22 0,22 0,27 0,27 0,33 0,33 0,33 0,33 0,5

Fenogram Vertebrata

Pisaster brevispinus

Carcharodon carcharias

Scleropages formosus

Oreochromis mossambicus

Fejervarya cancrivora

Phrynoidis aspera

Hemidactylus brookii

Ophiophagus hannah

Pycnonotus flavescens

Aquila chrysaetos

Felis nigripes

Bos taurus
Tabel 4.4 Kunci Identifikasi Vertebrata

1 a. Tidak memiliki cranium dan vertebrae K

b. Memiliki cranium dan vertebrae 2

2 a. Rangka tulang rawan L

b. Rangka tulang sejati 3

3 a. Alat gerak sirip 4

b. Alat gerak tungkai 5

4 a. Lidah dengan tulang M

b. Lidah tanpa tulang N

5 a. Telur tanpa amnion 6

b. Telur dengan amnion 7

6 a. Memiliki kelenjar parotoid O

b. Tidak memiliki kelenjar parotoid P

7 a. Bukaan temporal sinapsid 8

b. Bukaan temporal diapsid 9

8 a. Geligi dengan canine yang berkembang U

b. Geligi tanpa canine yang berkembang V

9 a. Derivat kulit berupa sisik epidermal 10

b. Derivat kulit berupa bulu 11

10 a. Tympanium jelas dan memiliki palpebra Q

b. Tympanium tidak ada dan tanpa palpebra R

11 a. Tipe paruh chisel S

b. Tipe paruh shredder T


Berdasarkan fenogram hasil perhitungan matriks similaritas invertebrata dan
fenogram riil invertebrata dari kunci identifikasi terdapat perbedaan klasifikasi pada
spesies Dugesia japonica (C) dan Aporrectodea rosea (E). Fenogram hasil
perhitungan matriks menempatkan Dugesia japonica (C) dan Aporrectodea rosea (E)
di dalam satu cabang yang berarti berkerabat dekat atau seimbang. Hal ini berbeda
dengan fenogram riil dari kunci identifikasi menempatkan Dugesia japonica (C) dan
Aporrectodea rosea (E) ke dalam cabang yang berbeda. Berdasarkan kunci
identifikasi Dugesia japonica (C) dan Aporrectodea rosea (E) terpisah karena
Dugesia japonica (C) termasuk ke dalam Platyhelminthes yang tidak memiliki
rongga tubuh sejati, sedangkan Aporrectodea rosea (E) termasuk dalam Annelida
yang sudah memiliki rongga tubuh sejati. Perbedaan ini dikarenakan fenogram hasil
perhitungan hanya didasarkan pada beberapa data karakteristik yang mirip sedangkan
fenogram riil menggunakan kunci identifikasi dengan sistem dikotom. Kunci
identifikasi membandingkan dua karakter yang bertentangan pada setiap spesies
sehingga membentuk dua percabangan.
Berdasarkan fenogram hasil perhitungan matriks similaritas vertebrata dan
fenogram riil vertebrata tidak terdapat perbedaan klasifikasi. Kedua fenogram
menunjukan bahwa Felis nigripes dan Bos taurus berkerabat dekat, karena terdapat
dalam satu kelas Mamalia, Pycnonotus flavescens dan Aquila chrysaetos dalam satu
cabang kelas Aves, Hemidactylus brookii dan Ophiophagus berada dalam satu
cabang kelas Reptil, Fejervarya cancrivora dan Phrynoidis berada dalam satu
cabang kelas Amphibi, Scleropages formosus dan Oreochromis berada dalam satu
cabang karena termasuk Actinopterygii atau ikan bertulang sejati. Carcharodon
carcharias termasuk Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan yang lebih
berkerabat dekat dengan Pisaster brevispinus yang termasuk dalam Echinodermata.
Fenetik merupakan klasifikasi berdasarkan persamaan dan perbedaan karakter
yang diamati, baik secara morfologi, anatomi mapun molekuler namun tidak
didasarkan pada analisis nenek moyang spesies. Produk dari fenetik berupa
fenogram. Kelebihan klasifikasi fenetik yaitu dalam pembuatan pohon sederhana dan
mudah serta mengetahui kekerabatan spesies berdasarkan karakter yang dimiliki.
Kekurangan dari fenetik yaitu karena tidak menganalisis nenek moyang spesies,
sehingga kita tidak tahu kekerabatan antar spesies berdasarkan sejarah evolusinya
hanya berdasarkan karakter morfologi atau molekulernya.
Berdasarkan kunci identifikasi invertebrata Pisaster brevispinus (K) dan
Carcharodon carcharias (L) termasuk ke dalam kerabat dekat karena termasuk
Deuterostomia, kedua spesies dibedakan berdasarkan ada tidaknya cranium dan
vertebrae. Spesies selain kelompok Deuterostomia dan Aplysina fistularis(A) serta
Pelagia noctulica(B) termasuk ke dalam Protostomia. Dugesia japonica (C),
Aporrectodea rosea (E), Octopus briareus (F), dan Janthina umbilicata (G)
mengalami ekdisis, sedangkan Trichinella spiralis (D), Nephila kuhli (J), Danaus
plexippus (H), Ocypode gaudichaudii (I) tidak mengalami ekdisis. Dugesia japonica
(C) tidak memiliki rongga tubuh sejati, sedangkan Aporrectodea rosea (E), Octopus
briareus (F), Janthina umbilicata (G) sudah memiliki rongga tubuh sejati.
Aporrectodea rosea (E) mengalami metamerisasi. Octopus briareus (F) dan
Janthina umbilicata (G) tidak mengalami metamerisasi namun memiliki massa
visceral. Nephila kuhli (J), Danaus plexippus (H), Ocypode gaudichaudii (I)
berkerabat karena mengalami tagmatisasi. Danaus plexippus (H) dan Ocypode
gaudichaudii (I) lebih bekerabat dekat daripada Nephila kuhli (J) karena keduanya
memiliki tagma pada mulut mandibulla, sedangkan Nephila kuhli (J) mengalami
tagma pada mulut chelicerae. Danaus plexippus (H) dan Ocypode gaudichaudii (I)
dibedakan berdasarkan ekstremitasnya.
Berdasarkan kunci identifikasi vertebrata Pycnonotus flavescens(S) dan
Aquila chrysaetos(T) berkerabat karena memiliki derivat kulit berupa bulu dan
keduanya dibedakan berdasarkan tipe paruhnya. Pycnonotus flavescens(S) memiliki
tipe paruh chisel sedangkan Aquila chrysaetos(T) memiliki tipe paruh shredder.
Hemidactylus brookii(Q) dan Ophiophagus hannah(R) berkerabat dekat karena
memiliki derivat kulit berupa sisik epidermal, dan keduanya dibedakan oleh
tympanium dan palpebranya. Hemidactylus brookii(Q) memiliki tympanium dan
palpebra, sedangkan Ophiophagus hannah(R) tidak memiliki tympaniun dan
palpebra. Felis nigripes(U) dan Bos taurus(V) berkerabat dekat karena memiliki
bukaan temporal sinapsid dan keduanya dibedakan berdasarkan geliginya. Felis
nigripes(U) memiliki geligi dengan canine yang berkembang, sedangkan Bos
taurus(V) memiliki geligi tanpa canine yang berkembang. Fejervarya cancrivora(O)
dan Phrynoidis aspera(P) termasuk berkerabat karena keduanya tidak memiliki
amnion saat embrio. Fejervarya cancrivora(O) memiliki kelenjar parotoid,
sedangkan Phrynoidis aspera(P) tidak memiliki kelenjar parotoid. Scleropages
formosus(M) dan Oreochromis mossambicus (N) berkerabat dekat karena memiliki
alat gerak berupa sirip dan dibedakan berdasarkan pertulangan lidahnya. Scleropages
formosus(M) memiliki lidah dengan tulang, sedangkan Oreochromis mossambicus
(N) lidahnya tanpa tulang.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan praktikum dapat disimpulkan bahwa:


1. Identifikasi merupakan kegiatan mencari dan mengenali ciri-ciri
taksonomi individu yang beranekaragam kemudian dimasukkan ke dalam suatu
takson. Determinasi merupakan kegiatan membandingkan hewan yang
diidentifikasi dengan hewan yang telah teridentifikasi.
2. Kunci identifikasi merupakan alat bantu dalam proses identifikasi
yang dibuat dengan sistem dikotom. Sistem dikotom maksudnya dua
percabangan dari karakter yang bertentangan.
3. Fenogram merupakan produk fenetik yang menunjukkan bagan
klasifikasi hewan berdasarkan .
DAFTAR PUSTAKA

Arijani., 2003. Kekerabatan Fenetik Anggota Marga Knema, Horsfieldia, dan


Myristica di Jawa berdasarkan Bukti Morfologi Serbuk Sari. Biodiversitas ,
4(2), pp.83-88.

Astuti, D. S., 2016. Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu


Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar MenggunakanIndeks Kesamaan
Sorensen dan Dendogram. Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya
, 13(1), pp.598-602.

Astuti, L. S., 2007. Klasifikasi Hewan. Cianjur: Kawan Pustaka.

Campbell, N. A. & Reece, 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Hummairah, R., Hamdan, & Daulay, A. H., 2011. Identifikasi Morfometriks Dan
Jarak Genetik Ayam Kampung (Domesticated Chicken) Di Kabupaten
Batubara. Jurnal Peternakan Integratif , 3(3), pp.329-343.

Rahardi, B., Arumningtyas, E. L., & Firdaus, W., 2012. Constructing Phenetic and
Phylogenetic Relationship Using Clad'97. Journal Trop Life Science , 2(1),
pp. 15-20.

Wangiyana, I. G., 2019. Comparation Of Dendrogram And Cladogram Topology Of


Gyrinops versteegii And Others Gyrinops Member For Polyphasic
Taxonomy. Jurnal Silva Samalas , 2(1), pp. 13-18.

Widiyadi., 2009. Penerapan Tree dalam Klasifikasi dan Determinasi Makhluk


Hidup. Bandung : Makalah IF201.

Anda mungkin juga menyukai