Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS

PEMBELAJARAN MATA KULIAH SISTEMATIKA HEWAN-


1 BERBASIS PROYEK

TOPIK:
KARAKTERISASI, IDENTIFIKASI DAN KOLEKSI HEWAN
INVERTEBRATA (DAN VERTEBRATA) DARI LINGKUNGAN KAMPUS
FISIP DAN FAKULTAS BIOLOGI UNSOED

Disusun oleh:
Sarifatul Hidayah

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
SEMESTER GASAL 2022-2023
PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS
PEMBELAJARAN MK. SISTEMATIKA HEWAN-1 BERBASIS
PROYEK

TOPIK:
KARAKTERISASI, IDENTIFIKASI DAN KOLEKSI HEWAN
INVERTEBRATA (DAN VERTEBRATA) DARI LINGKUNGAN KAMPUS
FISIP DAN FAKULTAS BIOLOGI UNSOED

Disetujui tanggal............
Dosen-1 Dosen-2 Dosen Praktisi

Dr.Pi. Dian Bhagawati., M.Si Dra. A.E.Pulungsari Ir. Ristiyanti M. Marwoto.,


M.Si
PRAKATA

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa
karena berkat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Pelaksanaan Tugas PJBL Mata Kuliah Sistematika Hewan I. Laporan ini
diajukan untuk memenuhi Tugas PJBL dari Mata Kuliah Sistematika Hewan I.
Sholawat serta salam penulis ucapkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Laporan
Pelaksanaan Tugas ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
para dosen Mata Kuliah Sistematika Hewan I serta bantuan teman-teman yang
telah berkontribusi dalam menyusun Laporan Pelaksanaan Tugas PJBL.
Kami menyadari bahwa laporan yang telah penulis buat dan kami susun
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini terjadi karena
keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Atas segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan Laporan Pelaksanaan Tugas PJBL, penulis mengharapkan
masukan, kritik dan saran yang membangun ke arah perbaikan dan
penyempurnaan Laporan Pelaksanaan Tugas PJBL ini. Akhir kata penulis
berharap Allah Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini memberi
manfaat bagi semua pihak.

Purwokerto, 14 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil koleksi spesimen


DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1. Pieris rapae


Gambar 2. Mimela splendens
Gambar 3. Melanitis leda
Gambar 4. Xylotrupes gideon
Gambar 5. Cyphochilus sp.
Gambar 6. Lepidiota stigma
Gambar 7. Eyprepocnemis plorans
Gambar 8. Euploea Phaenareta
Gambar 9. Biston betularia
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biologi berasal dari bahasa latin bios yaitu hidup dan logos yaitu
ilmu/kajian. Dapat didefinisikan bahwa biologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang hidup atau makhluk hidup. Kajian ilmu biologi terbagi menjadi
mikroorganisme, hewan, manusia, dan lingkungan. Cabang ilmu pada biologi
luas dari anatomi, fisiologi, genetika, taksonomi, morfologi, zoologi, botani,
paleontologi, dsb. Untuk memperoleh data dalam ilmu biologi, dilakukan
penelitian dalam bentuk praktikum dan teori. Praktikum dapat dilakukan
didalam maupun diluar ruangan. Praktikum didalam ruangan dilakukan untuk
mengamati objek-objek yang kecil, sedangkan praktikum di luar ruangan
dilakukan untuk mengamati objek-objek yang besar.
Dalam mempermudah pengamatan suatu objek seperti hewan atau
tumbuhan, dibutuhkan taksonomi dan kunci determinasi. Kunci determinasi
adalah detail keterangan dari ciri umum sampai ciri khusus suatu spesies untuk
mempermudah dikenali dan dikelompokkan dalam satu takson. Taksonomi
merupakan salah satu dari cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
mengklasifikasikan makhluk hidup. Taksonomi berasal dari bahasa latin taxis
yaitu susunan dan nomos yaitu tata cara atau aturan. Dapat didefinisikan bahwa
taksonomi adalah aturan atau cara untuk mengelompokkan atau
menggolongkan spesies yang dilakukan secara sistematis dengan dicari dan
diamati karakter nya. Karakter penting dalam taksonomi, karena dari karakter
dapat ditemukan perbedaan spesies satu antar sama lain dalam satu takson.
Karakter yang diamati antara lain morfologi, anatomi, fisiologi, ekologi,
tingkah laku, dan molekuler.
Klasifikasi adalah penggolongan taksa-taksa yang bertujuan mencari
materi keseragaman dalam keanekaragaman (Rideng, 1989). Klasifikasi adalah
keseragaman kesamaan-kesamaan yang dijadikan dasar klasifikasi
(Tjitrosoepomo, 1983). Klasifikasi makhluk hidup merupakan salah satu cara
dalam taksonomi, dengan klasifikasi dapat dibentuk penggolongan antar
spesies. Proses mengklasifikasikan makhluk hidup dibagi menjadi 3 yaitu
identifikasi, pengelompokkan, dan pemberian nama. Identifikasi adalah tahap
awal dalam klasifikasi dengan cara mengamati dan mengelompokkan spesies
dari anatomi, fisiologi dan morfologinya. Pengelompokkan adalah tahap kedua
dalam klasifikasi dengan cara mengelompokkan spesies-spesies yang karakter
nya sama. Dan yang terakhir pemberian nama dengan cara memberikan nama
spesies agar mempermudah mengenal spesies. Pemberian nama dibagi menjadi
2 sistem yaitu sistem tata nama ganda (Binomial Nomenclature) dan trinomial.

B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana mahasiswa mengidentifikasi hewan invertebrata berdasarkan
klasifikasi dan karakternya?
2. Bagaimana mahasiswa menggunakan kunci determinasi?
3. Bagaimana mahasiswa menentukan klasifikasi hewan invertebrata?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi hewan invertebrata berdasarkan
klasifikasi dan karakternya.
2. Mahasiswa mampu menggunakan kunci determinasi.
3. Mahasiswa mampu menentukan klasifikasi hewan invertebrata.
4. Mahasiswa mampu mengenali karakter hewan invertebrata.
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh tentang taksonomi dan kunci
determinasi.
2. Mahasiswa paham prinsip klasifikasi hewan.
3. Mahasiswa dapat mengenal lebih jauh tentang keanekaragaman spesies.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi adalah proses pengelompokan sesuatu menurut hierarki


(tingkatan) tertentu (Ereshefsky, 2007). Kata taksonomi berasal dari
bahasa Yunani, tassein yang berarti mengelompokkan, dan nomos yang
berarti aturan. Taksonomi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari
mengenai penggolongan atau sistematika makhluk hidup (Nabila, 2010).
Meskipun taksonomi mungkin tampak seperti ilmu sederhana, kesamaan
morfologi antara organisme dengan struktur yang sama harus
dipertimbangkan. Taksonomi biologis berfungsi untuk menempatkan
spesies ke dalam kelompok tertentu pada tingkat taksonomi dan
memberikan prinsip untuk mengelompokkan taksa ke dalam taksa yang
lebih spesifik (Ereshefsky, 2007).
Klasifikasi adalah penggolongan aneka jenis hewan atau tumbuhan
kedalam golongan-golongan tertentu. Golongan-golongan ini disusun
runtut sesuai dengan tingkatannya (hierarkinya), yaitu dimulai dari
tingkatan yang lebih kecil hingga ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang
mempelajari prinsip dan cara mengelompokkan makhluk hidup kedalam
golongannya disebut taksonomi atau sistematik (Abdurrahman,2007).
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang,
serta memiliki struktur morfologi dan anatomi sederhana dibandingkan
dengan kelompok hewan punggung/belakang, juga sistem pencernaan,
pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan
vertebrata.Avertebrata dibagi menjadi 9 filum yaitu protozoa, porifera,
cnidaria, platyhelminthes, nemathelminthes, annelida, mollusca,
arthropoda, dan echinodermata (Romimohtarto, 2007).
Koleksi spesimen adalah pengawetan yang digunakan dalam
mempertahankan organ spesimen (Tjakrawidjaya, 1999). Persiapan
koleksi spesimen yaitu mematikan objek, fiksasi, dan pengawetan. Objek
yang akan dijadikan spesimen harus dimatikan terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan pengawetan, kemudian
dilakukan fiksasi yang bertujuan mempertahankan ukuran dan bentuk sel
tubuh, dilanjutkan pengawetan spesimen agar spesimen tersebut tidak
rusak sehingga dapat dijadikan koleksi rujukan dalam identifikasi hewan
(Tjakrawidjaya, 1999). Manfaat koleksi spesimen menurut Suhardjono
(1999), yaitu membantu dalam identifikasi atau mengenali jenisnya,
mendiagnosa atau mendeskripsikan karakter pemiliknya, membantu
mempelajari hubungan kekerabatan, mempelajari pola sebaran geografi,
mempelajari pola musim keberadaannya, dan mengetahui habitat.
BAB III
MATERI, METODE, DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat yang digunakan dalam acara ini adalah jaring net, bak
preparat, plastik, syringe, botol spesimen, stereofoam, sarung tangan
lateks, kertas kalkir, dan pensil. Bahan yang digunakan adalah alkohol
70% dan hewan invertebrata (Pieris rapae, Mimela splendens, Melanitis
leda, Xylotrupes gideon, Chypochilus sp., Lepidiota stigma,
Eyprepocnemis plorans, Euploea Phaenareta, dan Biston betularia) yang
telah didapatkan dari proses sampling.

B. Metode

Metode yang digunakan pada saat penangkapan hewan adalah


metode penangkapan secara acak dengan menggunakan jaring dan tangan.

1. Pieris rapae, metode yang digunakan dalam pengambilan hewan


ini adalah dengan menggunakan jaring penangkap serangga.
Penangkapan dilakukan dengan hati-hati dan pelan-pelan, agar
hewan tersebut tidak terbang. Setelah hewan terperangkap
kemudian dimasukkan ke dalam kertas kalkir yang sudah dilipat
dengan hati hati dari arah masuknya perangkap, hewan tersebut
diambil dari bagian sayapnya terlebih dahulu. Dicatat lokasi
pengambilan dan waktu pengambilan. Selanjutnya kantong berisi
spesimen tersebut dibawa menuju kampus untuk di identifikasi dan
diawetkan.
2. Mimela splendens, metode yang digunakan dalam pengambilan
hewan ini adalah dengan menggunakan tangan. Penangkapan
dilakukan dengan hati-hati agar kaki tidak patah dikarenakan
mencengkram pada ranting pohon. Hewan tersebut diambil dari
bagian punggung atau toraksnya terlebih dahulu. Setelah spesimen
tertangkap kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi
udara dengan hati hati. Dicatat lokasi pengambilan dan waktu
pengambilan. Selanjutnya kantong berisi spesimen tersebut dibawa
menuju kampus untuk diawetkan.
3. Melanitis leda, metode yang digunakan dalam pengambilan hewan
ini adalah dengan menggunakan jaring penangkap serangga.
Penangkapan dilakukan dengan hati-hati dan pelan-pelan, agar
hewan tersebut tidak terbang. Setelah hewan terperangkap
kemudian dimasukkan ke dalam kertas yang sudah disiapkan
dengan hati hati dari arah masuknya perangkap, hewan tersebut
diambil dari bagian sayapnya terlebih dahulu. Dicatat lokasi
pengambilan dan waktu pengambilan. Selanjutnya kantong berisi
spesimen tersebut dibawa menuju kampus untuk di identifikasi dan
diawetkan.
4. Xylotrupes gideon, metode yang digunakan dalam pengambilan
hewan ini adalah dengan menggunakan tangan. Penangkapan
dilakukan dengan hati-hati agar kaki tidak patah dikarenakan
mencengkeram ranting pohon. Hewan tersebut diambil dari bagian
punggung atau toraksnya terlebih dahulu. Setelah spesimen
tertangkap kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi
udara dengan hati hati. Dicatat lokasi pengambilan dan waktu
pengambilan. Selanjutnya kantong berisi spesimen tersebut dibawa
menuju kampus untuk diawetkan.
5. Cyphochilus sp., metode yang digunakan dalam pengambilan
hewan ini adalah dengan menggunakan tangan. Penangkapan
dilakukan dengan hati-hati agar kaki tidak patah dikarenakan
mencengkram pada ranting pohon. Hewan tersebut diambil dari
bagian punggung atau toraksnya terlebih dahulu. Setelah spesimen
tertangkap kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi
udara dengan hati hati. Dicatat lokasi pengambilan dan waktu
pengambilan. Selanjutnya kantong berisi spesimen tersebut dibawa
menuju kampus untuk diawetkan.
6. Lepidiota stigma, metode yang digunakan dalam pengambilan
hewan ini adalah dengan menggunakan tangan. Penangkapan
dilakukan dengan hati-hati agar kaki tidak patah dikarenakan
mencengkram pada ranting pohon. Hewan tersebut diambil dari
bagian punggung atau toraksnya terlebih dahulu. Setelah spesimen
tertangkap kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi
udara dengan hati hati. Dicatat lokasi pengambilan dan waktu
pengambilan. Selanjutnya kantong berisi spesimen tersebut dibawa
menuju kampus untuk diawetkan.
7. Eyprepocnemis plorans, metode yang digunakan dalam
pengambilan hewan ini adalah dengan menggunakan tangan.
Penangkapan dilakukan dengan hati-hati dan pelan-pelan, agar
hewan tersebut tidak terbang. Hewan tersebut diambil dari bagian
punggung atau toraksnya terlebih dahulu. Setelah spesimen
tertangkap kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi
udara dengan hati hati. Dicatat lokasi pengambilan dan waktu
pengambilan. Selanjutnya kantong berisi spesimen tersebut dibawa
menuju kampus untuk diawetkan.
8. Euploea Phaenareta, metode yang digunakan dalam pengambilan
hewan ini adalah dengan menggunakan jaring penangkap serangga.
Penangkapan dilakukan dengan hati-hati dan pelan-pelan, agar
hewan tersebut tidak terbang. Setelah hewan terperangkap
kemudian dimasukkan ke dalam kertas kalkir yang sudah dibentuk
dengan hati hati dari arah masuknya perangkap, hewan tersebut
diambil dari bagian sayapnya terlebih dahulu. Dicatat lokasi
pengambilan dan waktu pengambilan. Selanjutnya kantong berisi
spesimen tersebut dibawa menuju kampus untuk di identifikasi dan
diawetkan.
9. Biston betularia, metode yang digunakan dalam pengambilan
hewan ini adalah dengan menggunakan tangan. Penangkapan
dilakukan dengan hati-hati dan pelan-pelan, agar hewan tersebut
tidak terbang. Hewan tersebut diambil dari bagian sayapnya
terlebih dahulu. Setelah spesimen tertangkap, dicatat lokasi
pengambilan dan waktu pengambilan. Selanjutnya spesimen
tersebut diidentifikasi dan diawetkan.
C. Cara kerja

Cara kerja yang dilakukan dalam pelaksanaan identifikasi dan


pembuatan spesimen.

1. Sampel diambil dari lapangan menggunakan alat yang dibawa.


2. Sampel dimasukkan dalam plastik dan diberi label untuk dibawa ke
laboratorium.
3. Sampel dibius dengan kloroform
4. Sampel disuntik dengan alkohol hingga tidak bergerak dan seluruh
tubuh terkena alkohol
5. Sampel yang berupa kumbang dan kupu-kupu dibuat insectarium pada
styrofoam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi
Pengambilan sampel dilakukan di halaman Gedung LPPM dan jalan di
sekitar GOR Soesilo Soedarman Universitas Jenderal Soedirman.

B. Hasil Koleksi
Tabel 1. Hasil koleksi spesimen
No. Nama Spesimen Gambar

1. Kupu-Kupu Kubis Putih


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Order : Lepidoptera
Family : Pieridae
Genus : Pieris
Spesies : Pieris rapae

2. Kumbang Scarab Hijau


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Family : Scarabaeidae
Genus : Mimela
Species : Mimela splendens

3. Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Nymphalidae
Genus : Melanitis
Species : Melanitis leda

4. Kumbang Badak
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Family : Scarabaeidae
Genus : Xylotrupes
C. Pembahasan
Hasil pengamatan pertama yaitu kupu-kupu kubis putih dengan nama
latin Pieris rapae. Spesies ini diperoleh dari halaman depan LPPM Unsoed,
yaitu ruang terbuka seperti taman yang terdapat rerumputan dan pepohonan.
Kupu-kupu ini memiliki karakteristik yaitu ketika sayapnya terbuka, sisi
punggung pada jantan menampilkan warna putih krem dengan satu bintik
hitam pada sayap utama, sedangkan betina agak kekuningan pucat, dengan
dua bintik hitam ditempatkan di sekitar tengah. Ketika sayap tertutup, sisi
perut menunjukkan semburat kekuningan bersama dengan beberapa bintik
hitam. Lebar sayap pada kupu-kupu ini adalah 3,5 cm. Kupu-kupu kubis
putih memiliki pola penerbangan yang cepat dan tidak menentu.
Hasil pengamatan kedua yaitu spesies Kumbang scarab hijau, Mimela
splendens yang diperoleh dari halaman samping LPPM Unsoed. Spesimen
ditemukan tengah hinggap di tanaman pucuk merah. Kumbang ini memiliki
warna kilau logam hijau yang kuat di bagian belakang, bagian belakang
dada memiliki satu hingga tiga lekukan vertikal kecil di tengah dekat tepi
samping, dan sayap atas memiliki kolom titik-titik kecil. Panjang tubuh 17-
23 mm. Famili Scarab dicirikan oleh antena 8 sampai 10 ruas, ujung 3
sampai 7 ruas membentuk insang atau bola, dan ruas perut 6 ruas.
Hasil pengamatan ketiga yaitu Evening brown (Melanitis leda).
Spesies ini diperoleh saat sedang berhinggap pada bawah pohon di halaman
samping LPPM Unsoed. Kupu-kupu ini berukuran sedang dengan lebar
sayap 4 cm dan memiliki 2 variasi bentuk sayap yang berbeda yaitu sayap
musim kemarau dan musim hujan. Bentuk musim kemarau memiliki puncak
sayap depan yang terlihat melengkung. Untuk bentuk musim hujan pada sisi
atas berwarna coklat kusam. Sayap depan memiliki dua 'bintik mata' di
dekat puncak yang ditandai dengan warna hitam dengan bagian tengah
berwarna putih kebiruan. Sayap belakang memiliki dua 'bintik mata' yang
lebih jelas dan terpisah antara tonus dan sudut anus. Bagian bawah sayap
sangat berbintik-bintik dengan warna coklat tua. Bintik-bintik sub-marginal
lebih menonjol di sayap belakang dan selalu digariskan oleh cincin kuning
keemasan. Bentuk musim kemarau: 'bintik mata' di sisi atas sayap belakang
berkurang atau tidak ada. Bagian bawah sangat bervariasi, mulai dari coklat
krem sampai coklat tua dengan atau tanpa bercak kehitaman sporadis dan
beberapa 'bintik mata'.
Hasil pengamatan keempat yaitu Kumbang badak (Xylotrupes
gideon). Spesies ini diperoleh dari halaman depan LPPM Unsoed, yaitu
ruang terbuka seperti taman yang terdapat rerumputan dan pepohonan.
Kumbang ini dapat mencapai panjang 3,5–7 sentimeter Seperti halnya
dengan kumbang badak lain, ada perbedaan besar antara jenis kelamin.
Jantan lebih besar dari betina. Mereka memiliki dua tanduk bercabang
chitinous, tanduk dada tebal dan tanduk kepala yang lebih kecil, yang
mereka gunakan untuk menghilangkan saingan mereka selama periode
kawin. Kumbang ini berwarna merah tua mengkilap, coklat tua, atau hitam.
Mata terletak di setiap sisi kepala. Ketika diganggu, kumbang ini
mengeluarkan suara mendesis, yang dihasilkan dengan menggosokkan
ujung perut ke tepi elytra. Laki-laki dengan kepala melintang, sedikit
tertusuk; clypeus memanjang, sedikit dan sedikit tertusuk. Antena dengan
10 segmen. Pronotum dan scutellum tertusuk dengan sedikit dan teliti.
Elytra dan pygidium coriaceous, tertusuk halus dan sedikit. Dorsum betina
berbentuk rugose, dengan pronotum bertusuk kasar dan padat.
Hasil pengamatan kelima adalah Cyphochilus sp.. Kumbang ini
diperoleh dari halaman samping LPPM yang menempel pada batang pohon
yang relatif rendah. Cyphochilus memiliki eksoskeleton yang berwarna
putih. Berkat warnanya yang putih, Cyphochilus ini bisa berkamuflase di
antara jamur putih.
Hasil pengamatan keenam adalah kumbang uret tebu (Lepidiota
stigma). Kumbang ini ditemukan pada ranting pohon kecil di halaman
LPPM Universitas Jenderal Soedirman dengan koordinat 7°24.4550'S
109°15.1510'E. L. stigma berukuran panjang 3,5 – 5 cm dengan tubuh
berwarna coklat keabu-abuan dan memiliki spot warna putih pada bagian
belakang elytranya. Kumbang aktif pada malam hari dan tertarik cahaya.
Setiap imago betina mampu menghasilkan telur sebanyak 15 – 60 butir.
Telur berbentuk lonjong atau oval, berwarna putih dengan panjang berkisar
2,0 – 4,25 mm dan lebarnya antara 1,2 – 2,95 mm.
Hasil pengamatan ketujuh yaitu Eyprepocnemis plorans. Spesies ini
diperoleh dari jalan depan FPIK Unsoed. Belalang ini mempunyai struktur
vertikal seperti buluh atau forbs yang tumbuh lebih tinggi dicampur dengan
vegetasi yang tumbuh di dataran rendah.
Hasil pengamatan kedelapan adalah Euploea Phaenareta. Warna dan
Penampilan: Di bagian atas, kupu-kupu hitam kecoklatan yang dominan
memiliki serangkaian bintik apikal berwarna ungu di sayap depan. Ada
serangkaian bintik putih marginal dan submarginal di kedua sayap. Bintik-
bintik di bagian bawah lebih kecil meskipun ada beberapa individu di mana
beberapa dari bintik-bintik ini tampak berwarna ungu. Di bagian atas sayap
belakang, jantan memiliki bercak aroma yang menonjol di dalam sel, dan
ada perubahan warna yang jelas di area robekan sayap belakang. Dorsum
sayap depan betina lurus, sedangkan pada jantan, dorsum sayap depan
melengkung kuat. Betina biasanya lebih besar, dengan lebar sayap yang
lebih lebar. Lebar sayap rata-rata: 90-105mm. Pola penerbangan: Perlahan
tetapi bisa waspada dan gelisah. Ia cenderung terbang pada tingkat yang
lebih tinggi di antara puncak pohon, sesekali berhenti untuk beristirahat
dengan sayap terlipat tertutup.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan sampling yang telah dilakukan oleh
kelompok kami, dapat diambil kesimpulan bahwa hewan invertebrata yang
dapat ditemukan di wilayah LPPM Universitas Jenderal Soedirman antara
lain Pieris rapae, Mimela splendens, Melanitis leda, Xylotrupes gideon,
Chypochilus sp., Lepidiota stigma, Eyprepocnemis plorans, Euploea
Phaenareta, dan Biston betularia.

B. Saran
Sebelum melakukan kegiatan sampling, mahasiswa sebaiknya
mempelajari dengan cermat terkait metode sampling dan cara membuat
spesimen agar kegiatan sampling terlaksana dengan baik. Alat dan bahan
yang diperlukan selama kegiatan sampling disiapkan sebelum kegiatan
dimulai.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Deden. 2007. Biologi Kelompok Pertanian. Bandung : PT Grafindo


Media Pratama.
Ereshefsky, M. 2007. Systematic and Taxonomy. University of Ucalgary.
Nabila, C. N. 2010. Makhluk Hidup Dalam Pohon. Institut Teknologi Bandung
Press: Bandung.
Romimohtarto, Kasijan. 2005. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota
Laut. Jakarta: Djambatan Anggota IKPI.

Anda mungkin juga menyukai