Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG
JURNAL BELAJAR

A. Identitas Jurnal

Nomor : 1-Pengantar Taksonomi, Klasifikasi, dan Sistematik Tumbuhan


Mata Kuliah : Botani Tumbuhan Rendah
Bobot (SKS) : 3 (2-1)
Dosen Pengampu : Dr. Neni Hasnunidah S.Pd., M.Si
Wisnu Juli Wiono, S.Pd., M.Pd
Nadya Meriza, S.Pd., M.Pd
Nama penyusun : Septiana Media Wati
NPM :1813024020
Disusun(hari, tgl,jam) : Minggu, 08 September 2019, jam 09.00
B. Pengantar
Pada tanggal 26 Agustus 2019 pada jam 13.00 proses saya belajar adalah
meperhatikan teman saya persentasi kemudian dosen mengarahkan menjelaskan kembali
materi yang diperlihatkan melalui power point tersebut. Saya sebagai mahasiswa mencari
tahu lebih dalam materi dari poin-poin yang dijelaskan oleh dosen tersebut.

C. Catatan Kuliah
Materi yang dijelaskan oleh dosen yaitu tentang Makhluk hidup yan ada di bumi kita
banyak sekali jumlahnya dan beraneka ragam pula jenisnya. Hasrat dan keinginan untuk
menggolong-golongkan segala sesuatu yang ada disekitarnya adalah naluri yang dibawa
manusia sejak ia dilahirkan, dan semenjak semula manusia telah berusaha untuk memahami
bahwa beranekaragam tumbuhan ada di bumi kita. Kesadaran dan usaha itulah yang akhirnya
melahirkan salah satu cabang ilmu biologi yang disebut dengan taksonomi atau sistematik.

D. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang muncul pada pertemuan ini yang pertama adalah, “ Mengapa
taksonomi disebut sebagai ilmu?” karena di dalamnya mempelajari penelusuran,
penyimpanan contoh, pemerian, pengenalan (identifikasi), pengelompokan (klasifikasi),
dan penamaan tumbuhan. Ilmu ini merupakan cabang dari taksonomi. Taksonomi berasal
dari bahasa Yunani yaitu : Taxis yang artinya susunan (arrangement) dan Nomos artinya
aturan (hukum), taksonomi merupakan susunan berdasarkan aturan tertentu.

E. Catatan Hasil Ulasan Dosen


Pada perkuliahan tanggal 26 Agustus , ulasan yang dijelaskan oleh dosen antara lain:
Makhluk hidup yan ada di bumi kita banyak sekali jumlahnya dan beraneka ragam pula
jenisnya. Hasrat dan keinginan untuk menggolong-golongkan segala sesuatu yang ada
disekitarnya adalah naluri yang dibawa manusia sejak ia dilahirkan, dan semenjak semula
manusia telah berusaha untuk memahami bahwa beranekaragam tumbuhan ada di bumi kita.
Kesadaran dan usaha itulah yang akhirnya melahirkan salah satu cabang ilmu biologi yang
disebut dengan taksonomi atau sistematik.

Taksonomi atau sistematik tumbuhan menjadikan tumbuhan sebagai obyek studinya.


objek yang demikian besar jumlah, macam, dan ragamnya, tentulah kita harus berusaha
terlebih dahulu menyederhanakan obyek studi agar lebih mudah penanganannya. Obyek yang
besar itu dipilah-pilah, dikelompok-kelompokkan menjadi kelas-kelas atau golongan atau
unit-unit tertentu. Unit-unit inilah yang sekarang ini kita sebut dengan takson, dan
pembentukan takson-takson ini kita sebut klasifikasi.

A. Pengertian Taksonomi, Sistematik, dan Klasifikasi

Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari identifikasi, tatanama, dan klasifikasi, yang
biasanya terbatas pada obyek biologi, bila terbatas pada tumbuhan sering disebut sistematik
tumbuhan. Unsur utama yang menjadi lingkupnya taksonomi tumbuhan adalah pengenalan
yang di dalamnya tercakup pemberian nama dan penggolongan. sistematik diberi batasan
sebagai ilmu yang secara ilmiah mempelajari tentang macam-macam dan keanekaragaman
organisme serta hubungan kekerabatan di antara mereka.
Klasifikasi adalahpenyusunan tumbuhan secara teratur kedalam suatu sistem hierarki.
Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara individual, dengan
hasil akhir yang menggambarkan hubungan kekerabatan. Klasifikasi yang bertujuan
untukmenyederhanakan obyek studi pada hakekatnya adalah mencari keseragaman dalam
keanekaragaman.
Identifikasi adalah penunjukan, penentuan, atau pemastian nama yang benar dan
penempatannya didalam sistem klasifikasi. Istilah determinasi dianggap lebih tepat dari pada
identifikasi, karena di dunia ini tidak ada dua benda hidup yang identik atau persis sama
dalam arti hakiki. kunci adalah suatu proses yang digunakan untuk identifikasi tumbuhan
yang belumdiketahui namanya. skema proses ini dinamakan kunci taksonomi
Kunci identifikasi merupakan daya penganalisis yang berisi ciri-ciri khas takson
tumbuhan yang dicakup dan ciri-ciri tadi disusun sedemikian rupa sehingga selangkah demi
selangkah pemakai kunci dipakasa memilih satu dari beberapa sifat yang bertentangan, begitu
seterusnya sehingga akhirnya diperoleh suatu jawaban berupa identitastumbuhan yang
diinginkan.
Tatanama (Nomenklatur) adalah penerapan teknik penamaan tumbuhan sesuai dengan
peraturan-peraturan yang tertera dalam Kode Intenasional Tatanama Tumbuhan (KITT).

B. Hubungan Taksonomi dengan Ilmu Pengetahuan Lainnya

Ilmu taksonomi mempunyai beberapa tugas yaitu:

Menyediakan jalan untuk memungkinkan orang untuk mengadakan pengenaian, penentuan


atau pendeterminasian semua jenis tumbuhan yang ada didunia ini. Untuk itu para ahli
sistematik telah menciptakan sistem tatanama ilmiah yang universal, menyusun kunci
determinasi, menghimpun koleksi spesimen acuan dan lain-lain.

Pengumpulan semua data yang lengkap untuk dipertalakan secara teratur sehingga
memungkinkan orang menarik keuntungan dari pengetahuan yang ada dengan cepat.

Menciptakan terciptanya sistem klasifikasi yang tersusun sedemikian rupa dan mencerminkan
dekatnya hubungan kekerabatan alamiah diantara tumbuhan, yang sekaligus harus pula dapat
mengungkapkan jalannya evolusi tumbuhan.

Dari segala pengetahuan yang sudah tercapai ini dilakukan pengkajian analisis dan
disintesiskan kembali untuk memperoleh pengertian dasar ilmiah dari keanekaragaman dan
hubungan kekerabatan tumbuhan dan untuk mengetahui bagaimana mekanisme
pendekatannya.

Taksonomi merupakan dasar dari ilmu-ilmu lain, tetapi perkembangan taksonomi juga
tergantung pula dari perkembangan ilmu-ilmu tadi. Klasifikasi yang baik dapat merupakan
pedoman pencarian problem-problem penalitian biologi, serta bidang-bidang ilmu lainnya.
Oleh karena itu para ahli taksonomi mempunyai tanggung jawab berat dalam membuat sistem
klasifikasi yang dapat menjadi pedoman secara umum bagi ilmu lainnya.

Mata rantai hubungan ilmu-ilmu lain dengan taksonomi tidaklah hanya masalah nama,
peraturan pemberian nama yang benar secara internasional dan penggolongan saja, melainkan
juga menentukan hubungan kekerabatan antar tumbuahan. Sehingga, ini penting untuk ilmu-
ilmu terapan, seperti pertanian, kehutanan, farmasi, dan ilmu lainnya. Penggolongan
tumbuhan harus dilengkapi dengan suatu dasar yang mantap dari ilmu-ilmu yang termasuk
biologi, misalnya morfologi, anatomi, sitologi, embriologi, fisiologi, fitokimia, genetika,
ekologi, fitogeografi, dan lain-lainnya

Kesimpulan :  Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari identifikasi, tata nama, dan
klasifikasi, yang biasanya terbatas pada objek biologi, bila terbatas pada tumbuhan sering
disebut sistematik tumbuhan.

Mata rantai hubungan ilmu-ilmu lain dengan taksonomi tidaklah hanya masalah nama,
peraturan pemberian nama yang benar secara internasional dan penggolongan saja, melainkan
juga menentukan hubungan kekerabatan antar tumbuahan. Sehingga, ini penting untuk ilmu-
ilmu terapan, seperti pertanian, kehutanan, farmasi, dan ilmu lainnya. Penggolongan
tumbuhan harus dilengkapi dengan suatu dasar yang mantap dari ilmu-ilmu yang termasuk
biologi, misalnya morfologi, anatomi, sitologi, embriologi, fisiologi, fitokimia, genetika,
ekologi, fitogeografi, dan lain-lainnya

C. Macam-macam Sistem Klasifikasi Tumbuhan

Perbedaan dasar yang digunakan dalam klasifikasi tumbuhan akan memberikan hasil
klasifikasi yang berbeda – beda sehingga terbentuklah sistem klasifikasi yang berlainan.
Berdasarkan tingkat peradababnnya, manusia yang pertama-tama melakukan kegiatan di
bidang taksonomi tumbuhan khususnya klasifikasi pasti memilah-milah dan
mengelompokkan tumbuhan berdasarkan atas kesaman ciri-ciri yang berkaitan langsung
dengan kehidupan manusia. Misalnya dihasilkan kelompok tumbuhan penghasil bahan
pangan, penghasil bahan sandang, penghasil bahan obat dan lain-lain. Selain itu jug a dapat
berdasarkan ciri-ciri yang mudah dilihat dengan mata telanjang seperti perawakan tumbuhan.
Berdasarkan perawakan tumbuhan (habitus), tumbuhan dikelompokkan menjadi empat yaitu,
pohon (arbor), yang tumbuh tinggi dan besar serta berumur panjang, perdu, semak, dan terna
(herba).

Seiring dengan kemajuan teknologi dan peradaban ciri-ciri tumbuhan yang pada mulanya
tidak dapat diamati dapat dipertimbangkan untuk dijadikan dasar dalam pengklasifikasian.
Karena teknologi yang lebih maju telah dapat mengamati bagian tersebut misalnya ciri-ciri
anatomi, kandungan zat-zat kimia dan lain-lain.

Sistem klasifikasi tumbuhan dapat dibedakan menjadi 4, sitem klasifikasi buatan,sistem


klasifikasi alam, sistem kalsifikasi filogeni, dan sitem klasifikasi kontemporer.

1. Sistem Klasifikasi Buatan

Sistem klasifikasi yang didasarkan pada satu atau dua cirri morfologi yang mudah
dilihat, yang tujuannya adalah untuk mempermudah pengenalan tumbuhan.
Terdiri atas 2 periode, yaitu:

a. Periode Sistem Habitus


Dalam periode ini sistem klasifikasinya didasarkan pada habitus, yaitu kesan
keseluruhan yang nampak dari suatu tumbuhan. Periode ini berlangsung dari
300 SM hingga pertengahan abad ke-18, dengan pelopornya adalah
Theophratus (370-385 SM). Menurut sistem ini tumbuhan digolongkan
menjadi: pohon, perdu, semak, dan herba.
Para ahli fisafat dan penggemar alam pada periode ini adalah: Albertus Magnus
(1193-1280), Otto Brunfels (1464-1534), Jerome Bock (1489-1554), Andrea
Caesalpinus (1519-1602), Jean Bauhin (1541-1631), Josseph Pitton de
Turnefort (1656-1708), John Ray (1628-1705), dan lain-lainnya mengajukan
gagasan-gagasan baru tentang dasar-dasar klasifikasi tumbuhan

b. Periode Sistem Numerik


Sistem klasifikasinya didasarkan pada jumlah-jumlah dan susunan alat kelamin
tumbuhan. Disebut juga sistem seksual, penciptanya adalah Carolus Linnaeus
(1707-1778). Linnaeus membagi tumbuhan menjadi 24 kelas, antara lain:
Monandria (golongan tumbuhan dengan satu benang sari), Diandra (golongan
tumbuhan dengan dua benang sari), dan seterusnya.
Tokoh-tokoh lain yang dikenal dalam periode ini adalah: Peter Kalm (1716-
1779), Fredrik Hasselquist (1723-1752), dan Peter Thurnderg (1743-1828)

2. Sistem Klasifikasi Alam


Sistem klasifikasi yang didasarkan pada hubungan kekerabatan yang ditunjukkan
oleh banyaknya persamaan bentuk yang terlihat, sehingga dapat disusun takson-
takson yang bersifat alami. Sistem ini dikatakan alami karena dianggap
mencerminkan keadaan yang sebenarnya seperti terdapat di alam.

Tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini adalah Lamarck (1744-1829), Michael


Adeson (1727-1826), dan Antoine Laurent de Jussieu (1748-1836), yang membai
tumbuhan menjadi Acotyledonae, Monocotyledonae, dan Dicotyledonae. Sistem
de Jussie ini kemudian disempurnakan oleh tokoh-tokoh lain seperti: Augustine
Pyrame de Candole (778-184), Sir Joseph Dalton Hooker (1817-19) dan George
Bentham (1800-1884).

3. Sistem Klasifikasi Filogeni

Sistem klasifikasi yang didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan


antara takson satu dengan takson lainnya. Sistem klasifikasi ini didasarkan pada
filogeni takson-takson dengan mengikutsertakan teori evolusi. Takson-takson
yang dibentuk ditempatkan dengan urutan-urutan yang dari segi filogeni
mempunyai tingkatan yang rendah (primitif) sampai ke tingkatan yang tingggi
(maju).

Periode ini bertahan dari pertengahan abad 9 hingga sekarang. Tokoh yang
terkemuka dalam sistem klasifikasi fillgeni adalah: August Wilhem Eichler (1839-
1887), ia membagi tumbuhan menjadi: Cyptogamae (Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta) dan Phanerogamae (Spermatophyta). Masing-masing kemudian
disempurnakan lagi menjadi takson-takson yang lebih rendah. Sistem ini keudian
disempurnakan lagi oleh tokoh-tokoh yang lain, seperti: Adolph Engler (1844-
1930), Richard von Wettstein (1862-1931), Charles E. Bessey (1845-1915), dan
Hans Hallier (1868-1932).
4. Sistem Klasifikasi Kontemporer

Sistem klasifikasi yang didasarkan pada pengkuantitatifan data penelitian


taksonomi dan penerapan matematika dalam pengolahan datanya. Sistem ini lahir
akibat kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat pada abad ke-20. Computer telah
digunakan secara luas dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi
tumbuhan, yang melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yaitu
taksonomi numeric, taksometri, atau taksonometri.

Taksonomi numerik didefinisikan sebagai metode evaluasi kuantitatif mengenai


kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme, dan penataan golongan-
golongan itu melalui suatu analisis kelompok ke dalam kategori takson yang lebih
tinggi atas dasar kesamaan-kesamaan tadi. Taksonomi numerik didasarkan atas
bukti-bukti fenetik, artinya atas kemiripan yang diperlihatkan obyek studi yang
diamati dan dicatat, dan bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan
perkembangan filogenetiknya.

Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi numerik bersifat empirik operasional, dan


data serta kesimpulannya selalu dapat diuji kembali melalu observasi dan
ekperimen. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam melaksanakan
kegiatannya, meliputi:

1) Pemilihan objek studi, yang dapat berupa individu, galus, varietas, jenis,
dan seterusnya. Yang terpenting adalah setiap unit-unit yan dijadikan byek
studi tersebut harus mewakili golongan organisme yang sedang diteliti.
2) Pemilihan ciri-ciri yang kan diberi angka atau skor, Jumlh ciri yang
dipilih untuk pemberian angka harus cukup banyak, sekurang-kurangnya 50
ciri, yang masing-masing diberi kode dan selanjutnya disusun dalam bentuk
tabel atau matriks.
3) Pengukuran kemiripan, dengan cara membandingkan tiap ciri pada masing-
masing unit takson. Besarnya kemiripan akan berkisar dari 0 (tidak ada
kemiripan) sampai 100 untuk keadaan persis sama (identik).
4) Analisis kelompok, Matriks kemiripan ditata kembali , sehingga unit-unit
takson yang memiliki kemiripan bersama yang paling tinggi dapat
dikumpulkan menjadi satu. Kelompok-kelompok itu disebut fenon, dan dapat
ditata secara hierarki dalam suatu diagram yang disebut dendogram.
5) Diskriminasi, Setelah klasifikasi dilakukan, kita dapat menelaah kembali
ciri-ciri yang dilibatkan dalam kegiatan ini, untuk menemukan ciri yang
paling konstan, dan oleh karena paling bernilai untuk pembuatan kunci
identifikasi dan diagnosis.

Tokoh-tokoh yang terkemuka dalam periode ini antara lain: Harold C.Bold (1909-
1987), dan R. Whittaker (1921-1980), A. Gundersen (1877-1958), dan masih
banyak lagi yang diusulkan, seperti: Stebbin (lahir 1909), Armen L. Takhtajan
(lahir 1910), Arthur Cronquist (lahir 1919), Robert F.Thorne (lahir 1920), dan
Rolf M.T. Dahlgren (1932-1987).

F. Refleksi Diri
Tuliskan penjelasan Anda untuk pertanyaan-pertanyaan berikut:
1) Apakah Anda benar-benar telah belajar tentang topik perkuliahan hari ini? Disertai
fakta konkret.
Ya, saya benar-benar belajar mengenai topik perkuliahan ini. Setelah belajar
topik ini saya paham apa itu taksonomi, klasifikasi, dan sistematik tumbuhan.

2) Apakah Anda dapat mengikuti kegiatan belajar? Disertai fakta konkret.


Ya, saya dapat mengikuti kegiatan belajar. Saya hadir pada jam pembelajaran
dan memperhatikan teman dan dosen menjelaskan materi, ketika saya tidak paham
saya akan berdiskusi dengan teman yang berada disebelah saya, sehingga saya dapat
memahami hal yang sebelumnya tidak dapat saya pahami.

3) Jika tidak, mengapa Anda tidak dapat belajar dengan baik? Apa penyebabnya?
Bagaimana alternatif solusinya (disertai alasan, analisis yang mendalam, dan jika
mungkin dasar rujukan sesuai
-
4) Bagaimana usaha dosen dalam mendorong mahasiswa yang tidak aktif untuk belajar?
Dosen mendorong mahasiswa yang tidak aktif belajar dengan memberikan
sebuah pertanyaan, dan memberikan kesempatan untuk mahasiswa bertanya. Cara lain
dosen membuat aktif mahasiswa untuk belajar adalah dengan memberi kesempatan
kepada mahasiswa untuk maju ke depan untuk menulis permasalahan yang ingin di
tanyakan.
5) Pembelajaran berharga apa yang dapat dipetik dari observasi pembelajaran ini?
Pembelajaran berharga yang dapat dipetik dalam perkuliahan ini adalah,
bahwasanya dengan mempelajari bab ini Allah SWT. Menciptakan makhluknya begitu
beraneka ragam dan sangat terstruktur kita sebagai hambanya haruslah mensyukuri
dan lebih mendekatkan diri kepada–Nya.
A. Latihan Soal:

1. Beberapa ahli tumbuhan menganggap bahwa taksonomi memiliki makna yang


berbeda dengan sistematik, mengapa demikian?
2. Jelaskan perbedaan antar sistem klasifikasi buatan dengan sistem kalsifikasi alami.
3. Apakah kelemahan dari sistem klasifikasi numerik?

Jawab:

1. Menurut Lawrence (1951) taksonomi adalah ilmu yang mempelajari identitas,


klasikasi suatu objek dan biasanya terbatas botani sistematik.
De Candolle (1813) taksonomi merupakan bagian dari sitematik yang mempelajari
tentang asas-asas, tata cara, hokum-hukum, peraturan-peraturan dan dasar-dasar
klasifikasi.
Klasifikasi diberi batasan sebagai ilmu yang secara ilmiah mempelajari macam-
macam dan keanekaragaman organisme serta hubungan kekerabatan di antara mereka
(Davis & Heywood,1963).
Jadi, Identifikasi, Taksonomi, Klasifikasi semuanya termasuk kedalam sistematik.
Dengan artian bahwa sistematik lebih luas dari taksonomi.

2. Perbedaan antar sistem klasifikasi buatan dengan sistem kalsifikasi alami yaitu:
a. Alami
Hal ini dapat kita ketahui dengan mengamati makhluk hidup secara morfologi.
Misalnya, kita mengamati binatang kucing, anjing, sapi, kuda, dan harimau. 

Jika kita lihat secara alami, dapat kita ketahui bahwa kelima binatang itu mempunyai
empat kaki, sehingga membentuk suatu kelompok seperti yang dikehendaki alam,
yaitu kelompok binatang yang berkaki empat. Dengan demikian, dapat diketahui
bahwa klasifikasi sistem alami merupakan terbentuknya suatu kelompok-kelompok
makhluk hidup secara alami.
b. Buatan
Dibandingkan sistem klasifikasi secara alami, sistem klasifikasi buatan lebih baik,
sempurna, dan mudah dipahami apabila dibandingkan sistem klasifikasi sebelumnya.
Klasifikasi ini pertama kali diperkenalkan oleh Carl Von Linne (1707-1778) yang
dikenal dengan nama Carolus Linnaeus, seorang ahli botani berkebangsaan Swedia.
Beliau dinobatkan sebagai “Bapak Taksonomi”.

Klasifikasi makhluk hidup menurut Linnaeus didasarkan atas persamaan dan


perbedaan struktur tubuh makhluk hidup.

3. Sistem Linnaeus/numerik dikenal sebagai sistem ”seksual” karena Linnaeus


memusatkan perhatian terhadap jumlah benang sari dan hubungan antara benang sari
yang satu dengan lainnya serta terhadap bagian-bagian bunga lainnya. Menurut
pendapatnya organ reproduksi lebih penting dibandingkan dengan ciri lainnya. Sistem
Linnaeus ini mengenal adanya 24 kelas untuk menampung dunia tumbuhan yang
diklasifikasikan berdasarkan jumlah, posisi, pengaturan dan panjang benang sari.
Kemudian kelas-kelas tadi dibagi menjadi beberapa bangsa berdasarkan sifat-sifat
putik bunganya. Karena mengabaikan ciri morfologi, maka pengelompokan yang
berdasarkan alat reproduksi seksual tumbuhan ini menghasilkan suatu sistem yang
kaku dan tidak alamiah.

Anda mungkin juga menyukai