Anda di halaman 1dari 8

Resume

KONSEP TAKSONOMI, SISTEMATIKA, BIOSISTEMATIKA DAN


DASAR KEANEKARAGAMAN

(Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biosistematika Tumbuhan Yang


Diampuh Oleh Ibu Febriyanti, S.Pd, M.Sc).

Disusun Oleh

Rafika Aulia Yahdi

432422020

Biologi B

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2024
1. Konsep Taksonomi
Taksonomi adalah cabang ilmu biologi yang menelaah penamaan,
perincian, serta juga pengelompokan makhluk hidup dengan berdasarkan
persamaan serta juga pembedaan sifatnya. Nama kelompok klasifikasi itu
disebut takson (jamak-taksa). Ilmu yang mempelajari mengenaia tata cara
pengelompokan disebut dengan sebutan taksonomi.
Dilansir dari Encyclopedia Britannica, taksonomi adalah
metodologi serta prinsip botani dan zoologi yang sistematis dan mengatur
pengaturan jenis tanaman dan hewan dalam hierarki kelompok. Di kalangan
ahli biologi, sistem tata nama yang diterima secara internasional adalah
binomial Linnaean, yang diciptakan oleh naturalis Swedia Carolus Linnaeus
pada 1750-an.
Taksonomi merupakan ilmu klasifikasi, dalam istilah biologi lebih
khusus pada klasifikasi dari organisme atau makhluk hidup. Secara
sederhana taksonomi dapat dipahami sebagai cabang ilmu yang berurusan
dengan deskripsi, identifikasi, penamaan, dan klasifikasi organisme.
Takson terendah serta paling khusus merupakan spesies, sedangkan
takson yang paling tinggi serta juga lebih inklusif (umum) merupakan
kingdom. Tingkatan kingdom sampai spesies tersebut ditentukan dengan
berdasarkan persamaan ciri makhluk hidup yang paling umum ke ciri yang
paling khusus.
Taksonomi mempelajari organisme hidup seperti hewan, tumbuhan,
mikroorganisme, dan manusia untuk mengklasifikasikannya dalam
berbagai kategori. Semuanya diteliti untuk kemudian dipelajari lebih lanjut
dan diidentifikasi. Ini untuk mengetahui jenis dan tingkatan dari organisme
tersebut. Misalnya, manusia dan paus adalah dua organisme yang tidak
berkerabat dari sudut pandang tertentu, namun keduanya dianggap mamalia
dan terkait secara taksonomi.
2. Sistematika
Sistematik (systematics) merupakan kajian yang lebih luas dari
taksonomi tradisional dengan tambahan teori dan aspek praktis tentang

1
evolusi, genetika dan spesiasi. Selain itu, sistematik juga dapat digunakan
untuk membantu mempelajari hubungan evolusioner antar organisme.
Dalam konteks ini lebih banyak dikenal dengan filogeni (Phylogenetics).
Selain itu, taksonomi juga dapat diartikan sebagai mengklasifikan suatu
organisme dalam tingkatan hirearki atau dalam tingkatan taksonomi (seperti
kerajan (kingdom), bangsa (ordo), suku (famili), marga (genus) dan jenis
(spesies) berdasarkan karakter-karakter yang sama. Dengan adanya
perbedaan dan persamaan ini maka kita bisa mengelompokkan mahluk
hidup.
Sistematika biologi merupakan cabang biologi yang mempelajari
sistem klasifikasi dan nomenklatur dari organisme. Kata sistematika berasal
dari kata latin "sistema", yang berarti urutan sistematis dari organisme.
Sistematika biologi mempelajari mempelajari apa yang mencirikan suatu
spesies dan bagaimana spesies tersebut saling berhubungan seiring dengan
berjalannya waktu. Oleh karena itu, sistematika dijadikan dasar dari evolusi
kehidupan. Untuk mempelajari hubungan antar organisme tersebut, secara
spesifik, peneliti dalam sistematika biologi perlu untuk melakukan :
 Memberikan nomenklatur (nama saintifik) untuk organisme
 Menjelaskan karakterisitik organisme
 Merawat pengetahuan mengenai kumpulan organisme
 Menerapkan sistem klasifikasi
 Mengidentifikasi organisme
 Menentukan distribusi dari organisme
 Meneliti sejarah evolusi dari organisme
 Mempelajari adaptasi lingkungan terhadap organisme
Sistematika kadang tertukar dengan taksonomi. Namum, sistematika
lebih luas dibandingkan dengan taksonomi. Sistematika biologi
menggunakan tiga cara untuk membuat cabang yang mengklasifikasikan
spesies. Sistematika numerik atau biometri menggunakan statistika untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasikan hewan. Sistematika biokimia
mengklasifikasikan dan mengidentifikasi hewan berdasrkan analisis materi

2
kimia yang ada pada sebuah sel. Terakhir, ada sistematika eksperimental
yang mengidentifikasi dan mengklasifikasi hewan berdasrkan unit
evolusinya seperti mutasi, perbedaan genetik, hibdridasi, dan hal-hal
lainnya.
3. Biosistematika
Biosistematika atau sistematik adalah ilmu tentang keanekaragaman
organisme dan hubungan kekerabatan antar organisme- organisme tersebut.
Pengertian sistematik berbeda dengan klasifikasi dan taksonomi. Fungsi
penting dari sistematik meliputi pengenalan taksa (diferensiasi), diagnosis
universal taksa (identifikasi), memberikan/ menetapkan nama taksa yang
diterima secara universal (nomenklatur), analisis hubungan (relationships)
antar taksa (perbandingan), dan mengelompokkan taksa berdasarkan
hubungannya tersebut (klasifikasi).
Biosistematika memiliki tiga tingkatan yang menyangkut taksonomi
dan filogenetik yaitu :
1. taksonomi alfa (merupakan upaya untuk menemuan, mendeskripsikan
dan pemberian nama suatu individu / spesimen)
2. taksonomi beta ( yaitu upaya penempatan suatu spesimen / individu
yang sudah di tentukan nama ilmiahnya ke dalam suatu hirarki
taksonomi)
3. taksonomi gamma (merupakan studi variasi genetik dalam suatu spesies
dengan
tujuan melihat variasi intra-populasi sampai laju evolusi dari suatu
populasi). Objek utama biosistematika bukanlah menemukan nama
tumbuhan tetapi menemukan hubungan dan kedekatan suatu organisme
tumbuhan dengan yang lainnya, sehingga dapat dikenali sepenuhnya
kemiripan dan perbedaannya. Karakter umum yang dimiliki bersama dan
karakter spesifik yang dimililki hanya oleh kelompoknya. Hasil analisis
inilah yang nantinya dipakai untuk menata organisme tumbuhan teersebut
kedalam tingkatan taksa sehingga menjadi lebih sistematis, berdasarkan asal

3
usulnya, suatu organisme dikarakterisasi menjadi dua jenis asal usul,
monofiletik dan non-monofiletik
4. Dasar keanekaragaman
Keanekaragaman (diversitas) adalah istilah untuk menunjukkan
variasi atau variabilitas makhluk hidup. Keanekaragaman yang tinggi dari
suatu sumberdaya tidak akan selamanya terkait dengan keunggulan baik
kuantitatif maupun kualitatif. Program penelitian ini juga merupakan upaya
untuk memahami kondisi keanekaragaman hayati di kawasan pesisir
tersebut terutama jenis biota laut dari kelompok moluska yang ada
didalamnya (Krebs, 1989).
Keanekaragaman jenis dapat menunjukkan jenis pada seluruh
ekosistem dan keanekaragaman jenis juga dapat sebagai jumlah jenis dan
jumlah individu dalam satu komunitas. Jadi keanekaragaman jenis adalah
jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis. Sedangakan menurut
penelitian Odum (1993), menyatakan bahwa ada dua komponen
keanekaragaman jenis yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan.
Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu
komunitas.Kekayaan jenis dapat dihitung dengan indeks jenis atau area
yakni jumlah jenis per satuan area. Kesamarataan atau akuitabilitas adalah
pembagian individu yang merata di antara jenis. Namun pada kenyataan
setiap jenis itu mempunyai jumlah individu yang tidak sama. Kesamarataan
menjadimaksimum bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama
atau rata, cara sederhana mengukur keanekaragaman jenis adalah
menghitung jumlah jenis (S) atau spesies.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Keberagaman Tumbuhan
Faktor yang mempengaruhi keberagaman tumbuhan secara garis
besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal.
Kedua faktor ini memiliki peran masing-masing dalam proses perumbuhan
dan perkembangan keberagaman tumbuhan.

4
Dua Faktor Yang Mempengaruhi Keberagaman Tumbuhan
1. Faktor Internal 1. Gen
Gen merupakan substansi pembawa sifat yang diturunkan dari
induk ke generasi selanjutnya. Gen mempengaruhi ciri dan sifat
makhluk hidup dimana pada tanaman mempengaruhi bentuk
tubuh, warna bunga, dan rasa buah. Gen juga menentukan
kemampuan metabolisme sehingga sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Tanaman
yang memiliki gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan
berkembang cepat sesuai dengan periodenya. Meskipun faktor
dari gen sangat penting, namun faktor ini bukan satu-satunya
yang menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Di samping itu ada faktor lingkungan yang ikut
berpengaruh.
2. Hormon
Hormon merupakan zat yang berperan dalam mengendalikan
berbagai fungsi di dalam tubuh. Meskipun jumlahnya sedikit,
hormon memberikan pengaruh nyata dalam pengaturan
berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman ada beragam
jenisnya.
 Auksin, berperan untuk memacu proses pemanjangan,
pembelahan, dan diferensiasi sel.
 Giberlin, berperan untuk pembentukan biji serta
perkembangan dan perkecambahan embrio.
 Etilen, berperan untuk pematangan buah dan
perontokan daun.
 Sitokinin, berperan untuk pembelahan sel atau
sitokenesis, seperti merangsang pembentukan akar dan
cabang tanaman.
 Asam absisat, berperan untuk proses penuaan dan
gugurnya daun.

5
 Kaolin, berperan untuk proses organogenesis
tanaman.
 Asam traumalin, berperan untuk regenerasi sel
apabila mengalami kerusakan jaringan.
2. Faktor Eksternal 1. Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses
metabolisme tubuh. Kualitas dan kuantitas nutrisi akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman membutuhkan nutrisi berupa air dan zat hara yang
terlarut dalam air. Melalui proses fotosintesis, air dan karbon
dioksida diubah menjadi zat makanan. Zat hara tidak berperan
langsung dalam proses fotosintesis, namun sangat diperlukan
agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
2. Cahaya Matahari
Cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup. Tanaman sangat membutuhkan cahaya
matahari untuk fotosintesis. Namun keberadaan cahaya ternyata
dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan karena cahaya dapat
merusak hormon auksin yang terdapat pada ujung batang.
3. air dan kelembaban
Air dan kelembaban merupakan faktor penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Air sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup tidak dapat bertahan
hidup. Air merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi
kimia di dalam tubuh. Kelembaban mempengaruhi keberadaan
air yang dapat diserap oleh tanaman mengurangi penguapan.
Kondisi ini sangat mempengaruhi sekali terhadap pemanjangan
sel. Kelembaban juga penting untuk mempertahankan stabilitas
bentuk sel.
4. Suhu
Suhu memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Contohnya pada padi yang ditanam
pada awal musim kemarau dimana suhu rata-rata tinggi akan

6
lebih cepat dipanen daripada padi yang ditanam pada musim
penghujan dimana suhu rata-rata lebih rendah. Hal ini
disebabkan karena semua proses dalam pertumbuhan dan
perkembangan seperti penyerapan air, fotosintesis, penguapan,
dan pernapasan pada tanaman dipengaruhi oleh suhu.
5. tanah
Tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan
optimal bila kondisi tanah tempat hidupnya sesuai dengan
kebutuhan nutrisi dan unsur hara. Kondisi tanah ditentukan oleh
faktor lingkungan lain, misalnya suhu, kandungan mineral, air,
dan derajat keasaman atau pH.

DAFTAR PUSTAKA
Mertens, Thomas Robert; Lines, Judy Longley (1978). Principles of Biosystematics
Educational Methods. hlm. 29.

Pudjoarinto, A., S. Sabbithah, dan S. Sulastri. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Proyek


Pelatihan Tenaga Kependidikan Bidang Biologi. Yogyakarta:
Fakultas Biologi UGM.

Pudjoarinto, A. 1984. Pengantar dan Dasar-dasar Sistematik. Laboratorium


Taksonomi Tumbuhan, Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.

Radford, A. E. 1986. Fundamentals of Plant Systematics. New York: Harper &


Row, Publisher, Inc.

Singh, G. 1999. Plant Systematics.USA: Science Publishers, Inc.

Anda mungkin juga menyukai