Disusun Oleh :
1. Fahmi Nur Hidayat
(14312242041)
2. Febriana Cahyaningsih
(143122
(14312244010)
(14312244012)
(14312244013)
6. Yenny Ariningsih
(14312244018)
C. Latar belakang
Biologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang
kehidupan. Dimana dalam ilmu biologi komponen yang paling utama
adalah objek biologi. Karena objek biologi dalam ilmu biologi
dijadikan sebagai bahan yang akan diteliti dan diamati. Objek biologi
sendiri saat ini sangat tersebar luas di bumi ini dan terdiri dari
milyaran species dari yang micro sampai yang makro. Species
2
biologi yang sangat banyak itu tentunya para peneliti akan sangat
kesulitan dalam hal penelitian biologi menggunakan objek biologi.
Oleh
karena
itu
diperlukan
sebuah
metode/cara
agar
bisa
pangkal daun,
BAB II
DASAR TEORI
1. Keanekaragaman
Setiap
makhluk
hidup
memiliki
ciri
tersendiri
sehingga
sampai
tingkat
komunitas.
Keanekaragaman
terbagi
diperlukan
4
penyederhanaan
dengan
cara
pengelompokkan
(klasifikasi)
oleh
karena
itu
perlu
dilakukan
pengelompokkan
Tinggi
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Famili
5
Genus
Spesies
Rendah
Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk mempermudah,
mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup.
Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat
atau ciri pada makhluk hidup. Salah satu cara mengklasifikasikan
makhluk hidup yakni dengan menggunakan kunci dikotom atau
kunci determinasi. Kunci determinasi adalah petunjuk yang dapat
digunakan untuk menentukan jenis hewan dan tumbuhan yang ada
di lingkungan tertentu. Di dalam kunci itu tercantum ciri-ciri hewan
maupun tumbuhan yang akan ditentukan golongannya.
3. Penamaan Ilmiah
Menurut aturan Kode Internasional Tata Nama Hewan dan
Tumbuhan, setiap jenis makhluk hidup dapat digolongkan menjadi
kelompok tertentu. Setiap jenis makhluk hidup yang sudah dikenal
diberi nama ilmiah yang terdiri atas dua suku kata. Suku kata
pertama merupakan nama genus (marga) dan suku kata kedua
menunjukkan spesies (jenis). Huruf pertama pada suku kata pertama
ditulis
dengan
menggunakan
huruf
kapital,
sedangkan
huruf
cara penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih maka dikenal tiga macam kunci
determinasi :
1. Kunci perbandingan, dalam kunci perbandingan semua takson tumbuhan
yang dicakup dan segala ciri-ciri utamanya dicantumkan sekaligus.
a. Tabel
Kunci perbandingan berbentuk tabel memuat lajur dan kolom yang masingmasing memuat takson tumbuhan dan sifat-sifat dari tumbuhan tadi (atau sebaliknya)
merupakan salah satu bentuk kunci perbandingan. Dalam lajur atau kolom yang berisi
sifat dan ciri yang dipunyai takson dilajur atau kolom lain, menggambarkan ada
tidaknya sifat dan ciri yang dipunyai oleh takson - takson tersebut.
b. Kartu Berlubang
Kartu berlubang mempunyai satu kartu takson serta sejumlah kartu ciri-ciri.
Kartu takson memuat lingkaran-lingkaran kecil sejumlah takson yang dicakup yang
letaknya teratur. Masing-masing lingkaran memuat nama satu takson atau dengan
nomer urut sesuai dengan nomor takson. Setiap ciri mempunyai kartu sendiri-sendiri
dan kartu itu memuat lingkaran-lingkaran kecil yang besar dan letaknya seperti kartu
takson. Dengan menumpangtindihkan kartu ciri dan kartu takson, yang sesuai dengan
ciri yang dimiliki oleh tumbuhan yang akan dideterminasi, maka akhirnya hanya akan
ada satu lubang yang terbuka dengan mengetahui nomer lubang, maka
pendeterminasian sudah selesai dalam arti lain sudah ketemu nama takson yang dicari.
c. Kunci Leenhouts
Kunci ini disebut juga kunci sinopsis atau kunci padat . Kunci ini untuk
mengatasi kunci tabel atau kunci berlubang, karena kesulitan dalam menerbitkan dan
menyimpan didalam perpustakaan. Kunci Leenhouts pada dasarnya memuat sifat dan
ciri serta nomor takson. Penderteminasian dapat dimulai dari salah satu ciri yang
dimiliki tumbuhan yang dideterminasi. Dari sifat dan ciri, nantinya hanya akan
didapatkan satu nomor takson yang merupakan identitas tumbuhan tersebut.
2. Kunci Analisis
Kunci ini sering dipakai untuk mendeterminasi tumbuh-tumbuhan. Kunci ini
disebut kunci dikotomi karena kunci ini terdiri atas sederetan bait atau kuplet. Tiap
bait terdiri atas dua, kadang-kadang beberapa baris yang disebut penuntun yang berisi
sifat dan ciri yang dipertentangkan. Pada tiap bait diberi nomor, sedang penuntunnya
diberi tanda huruf, sehingga akhirnya hanya tinggal satu kemungkinan dan kita
dituntun langsung nama takson yang kita cari.
Kunci ini dibedakan berdasarkan penempatan bait-baitnya satu sama lain
menjadi :
a. Kunci Paralel
Dalam kunci ini tiap nomor yang ada di sebelah kiri terdapat dua bait yang
dipertentangkan dengan notasi huruf a dan b dan disebelah kanan nomor yang
nantinya disesuaikan dengan nomor sebelah kanan yang lama.
Dalam kunci ini pertama-tama akan mendapatkan golongan tumbuhan. Setelah
mendapatkan golongan tumbuhan tersebut kita lanjutkan terus sampai ketemu suku,
marga, dan jenis. Untuk mengecek tumbuhan yang kita determinasi betul apa salah,
maka kita cocokkan tumbuhan yang kita deskripsi nama tumbuhan yang ada pada
buku tersebut.
b. Kunci Bertakik
Kunci bertakik penuntun - penuntun yang sebait ditakikkan pada tempat
tertentu di pinggir, tetapi letaknya berjauhan. Di antara kedua penuntun itu
ditempatkan bait-bait tumbuhan. Dengan ditakikkan lebih ke tengah lagi dari pinggir
yang mempunyai ciri penuntun pertama juga dari penuntun-penuntun yang dipisah
berjauhan. Dengan demikian unsur-unsur takson yang mempunyai ciri yang sama jadi
teratur, sehingga terlihat sekaligus.
3. Sinopsis
Kunci sinopsis sebenarnya merupakan kesimpulan suatu sistem klasifikasi
yang disajikan secara tertulis (Sudarsono, dkk: 36 - 39)
Tujuan kunci determinasi adalah mengenali ciri-ciri makhluk hidup, lalu
makhluk hidup tersebut ditetapkan identitas supaya dapat diklasifikasikan menurut
takson secara benar (dari kingdom, filum, divisi, ordo, kelas, dll.)
5. Daun Sebagai Dasar Klasifikasi
Makhluk hidup yang menjadi obyek studi taksonomi tumbuhan
adalah tumbuhan yang mencakup tumbuhan yang sekarang masih
hidup, maupun tumbuhan dari masa lampau yang sekarang tinggal
ditemukan sisa-sisanya. Menghadapi obyek yang sedemikian besar
jumlah dan keanekaragamannya, rasanya tidak ada jalan lain kecuali
berusaha terlebih dahulu menyederhanakan obyek studi agar lebih
8
mudah penanganannya. Obyek studi dipilah-pilah, dikelompokkelompokkan menjadi kelas-kelas, golongan atau unit-unit. Unit-unit
inilah yang disebut dengan istilah takson dan pembentukan takson
ini
kita
sebut
dengan
klasifikasi.
Klasifikasi
bertujuan
untuk
adalah
organ
tumbuhan
penghasil
utama
bahan
1. Pelepah/upih daun
Pelepah daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau
memeluk batang, juga mempunyai fungsi sebagai pelindung kuncup
yang masih muda. Pada ujung distal pelepah daun sering dijumpai
selaput
terdapat pada batas antara pelepah dan helaian daun pada rumputrumputan, yang berguna untuk mencegah mengalirnya air hujan ke
dalam ketiak antara ketiak dan batang, sehingga kemungkinan
pembusukan dapat dihindarkan. (Issirep Sumardi, Agus Pudjoarinto,
1993: 162).
2. Tangkai daun
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helainya
dan
berfungsi
untuk
menempatkan
helaian
daun
pada
posisi
pangkal,
susunan
pertulanagn
daun,
tepi,
daging,
11
12
Runcing
Meruncing
Tumpul
Membulat
e. Rompang/Rata
f. Jantung/Berlekuk
13
lebih besar.
f. Berbulu/ pilosus, jika bulu halus dan jarang-jarang , misalnya
daun tembakau.
g. Bersisik/ lepidus, misalnya sisi bawah daun durian (Gembong
Tjitrosoepomo, 1988: : 48-49).
4). Pertulangan daun
Tulang daun berfungsi untuk memberi kekuatan pada daun dan
sebagai jalan untuk pengangkutan zat-zat makanan.(Issirep Sumardi,
Agus Pudjoarinto, 1993: 163) Tulangtulang daun adalah bagian daun
yang berguna untuk memberi kekuatan pada daun, dan merupakan
berkasberkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan pengangkutan
zatzat yang diambil tumbuhan dari tanah dan sebagai jalan
pengangkutan hasil asimilasi dari tempat pembuatannya yaitu dari
daun ke bagian bagian lain yang memerlukan zatzat itu. Melihat
arah tulangtulang cabang yang besar pada helaian daun, kita
ke
samping
keluar
tulang-
tulang
cabang,
sehingga
memperlihatkan
susunan
seperti
jarijari
pada
tidak
hijau,
lagi
pula
warna
hijau
pun
dapat
seperti
yang
kita
lihat
pada
daun
pinang.
(Gembong
Tjitrosoepomo.1997:51).
Seperti pada daun tunggal, maka pada pangkal ibu tangkai daun
dapat pula ditemukan daun penumpu (misal pada daun mawar). Suatu
perbedaan yang jelas antara daun majemuk dengan cabang yang
mendukung daun-daun tunggal bahwa kuncup yang terdapat dalam
ketiak daun tetapi tidak terdapat pada ketiak anak daun. Menurut
susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Daun majemuk menyirip
Daun menyirip mempunyai anak daun yang tersusun di kanan kiri
ibu tangkai daun.
2) Daun majemuk menjari
Daun majemuk
menjari
memencar
pada
ujung
ibu
semua
tangkai.
anak
daunnya
(Issirep
tersusun
Sumardi,
Agus
BAB III
METODOLOGI
Waktu Pengamatan
Alat :
a. Alat tulis
b. Penggaris
Bahan :
b. Berbagai macam organ daun
3. Prosedur Kerja
Kegiatan 3
Menentukan lokasi pengambilan objek.
Menentukan satu populasi tumbuhan yang terdiri atas 10 atau lebih individu.
Kegiatan 4
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 3 :
Hasil Pengamatan Kelompok 1
Nama
Parameter/Sasaran
Populasi
Observasi
Individu Ke1
Populasi
Suplir
(A)
Populasi
Hanjuang
(B)
Populasi
Lamtoro
(C)
Populasi
Mangkokan
(D)
Populasi
Rumput
Teki
(E)
Populasi
Bougenvil
(F)
Populasi
Kamboja
(G)
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Beringgit
Terbelah
Rumpang/Rata
Majemuk
Menjari
Bertepi rata
Runcing
Meruncing
Tunggal
Sejajar
Bertepi rata
Tumpul
Membulat
Majemuk
Menyirip
Beringgit
Terbelah
Rumpang/Rata
Majemuk
Menjari
Bertepi rata
Terbelah
Meruncing
Tunggal
Sejajar
Bertepi rata
Tumpul
Membulat
Majemuk
Menyirip
Bergerigi
Beringgit
Terbelah
Rumpang/Rata
Majemuk
Menjari
Bertepi rata
Runcing
Meruncing
Tunggal
Sejajar
Bertepi rata
Tumpul
Membulat
Majemuk
Menyirip
Beringgit
Terbelah
Rumpang/Rata
Majemuk
Menjari
Bertepi rata
Tumpul
Meruncing
Tunggal
Sejajar
Bertepi rata
Tumpul
Membulat
Majemuk
Menyirip
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Bergerigi halus
Membulat
Berlekuk
Tunggal
halus
Membulat
Berlekuk
Tunggal
Bergerigi halus
Membulat
Berlekuk
Tunggal
Bergerigi halus
Membulat
Berlekuk
Tunggal
Bertepi rata
Runcing
Bertepi rata
Runcing
Bertepi rata
Runcing
Bertepi rata
Runcing
Majemuk
Sejajar
Bertepi rata
Runcing
Membulat
Tunggal
Menyirip
Berombak
Runcing
Runcing
Tunggal
Menyirip
Majemuk
Sejajar
Bertepi rata
Runcing
Membulat
Tunggal
Menyirip
Bertepi rata
Runcing
Runcing
Tunggal
Menyirip
Majemuk
Sejajar
Bertepi rata
Runcing
Membulat
Tunggal
Menyirip
Bertepi rata
Terbelah
Runcing
Tunggal
Menyirip
Majemuk
Sejajar
Bertepi rata
Runcing
Membulat
Tunggal
Menyirip
Bertepi rata
Bulat
Runcing
Tunggal
Menyirip
Populasi
Euphorbia
(H)
Populasi
Kelor
(I)
Populasi
Santigi
(J)
Parameter/Sasaran
Observasi
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Individu Ke1
Rata
Membulat
Runcing
Tunggal
Menyirip
Rata
Terbelah
Membulat
Majemuk
Menyirip
Rata
Runcing
Membulat
Majemuk
Menyirip
Rata
Membulat
Runcing
Tunggal
Menyirip
Rata
Terbelah
Membulat
Majemuk
Menyirip
Rata
Runcing
Membulat
Majemuk
Menyirip
Rata
Membulat
Runcing
Tunggal
Menyirip
Rata
Terbelah
Membulat
Majemuk
Menyirip
Rata
Runcing
Membulat
Majemuk
Menyirip
Rata
Membulat
Runcing
Tunggal
Menyirip
Rata
Terbelah
Membulat
Majemuk
Menyirip
Rata
Runcing
Membulat
Majemuk
Menyirip
Populasi
Talok
(K)
Populasi
Pepaya
(L)
Populasi
Puring
(M)
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Tepi Daun
Ujung Daun
Pangkal Daun
Susunan Daun
Tulang Daun
Kegiatan 4 :
Kunci Dikotomi
Bergerigi
Meruncing
Rompang
Majemuk
Menyirip
Bercangap
Meruncing
Berlekuk
Tunggal
Menjari
Rata
Runcing
Membulat
Tunggal
Sejajar
Bergerigi
Meruncing
Rompang
Majemuk
Menyirip
Bercangap
Meruncing
Berlekuk
Tunggal
Menjari
Rata
Runcing
Membulat
Tunggal
Sejajar
Bergerigi
Meruncing
Rompang
Majemuk
Menyirip
Bercangap
Meruncing
Berlekuk
Tunggal
Menjari
Rata
Runcing
Membulat
Tunggal
Sejajar
Bergerigi
Meruncing
Rompang
Majemuk
Menyirip
Bercangap
Meruncing
Berlekuk
Tunggal
Menjari
Rata
Runcing
Membulat
Tunggal
Sejajar
DS
B
M
T
R
M
B
T
Ae
e
a
u
Ujm
rm
n
rn
Na
o
b
y
c
e
tg
p
uju
m
ie
i
m
g
e
rlba
n
u
lp
iarilk
g
tr
k
h
p
a
t
a
Keterangan :
a
b
c
d
e
: Pangkal daun
: Susunan daun
: Tepi daun
: Ujung daun
: Tulang daun
2.
Daun K
Daun F
3.
4.
5.
Daun I
Daun D
Daun G
Daun C, H
BAB V
PEMBAHASAN
KEGIATAN 3
Pada kegiatan 3 ini, praktikan diharapkan mampu menginventarisasi karakter
morfologi individu-individu penyusun populasi, melakukan observasi ataupun pengukuran
terhadap parameter-parameter yang terinventarisasi, membandingkan ciri morfologi suatu
untuk
daun
sama-sama
sinus
dan
tumpul.(Gembong,1987:43).Untuk
ini
disebabkan
karena
sinusnya
tumpul
sedang
di
kanan
mangkokan
bergerigi
yang
kirinya.(Gembong,1987:44).Pada
kami
halus,yaitu
amati,memiliki
jika
sinus
lancipnya.(Gembong,1987:43).
dan
tepi
daun
angulusnya
daun
yang
sama
2. Ujung daun
Pada observasi mengenai ujung daun,ujung daun terbelah
terdapat pada daun A,B2,kelor,dan daun K3.Ujung daun ini
justru memperlihatkan suatu lekukan,kadang kadang amat
jelas,tetapi kadang kdang juga hanya terlihat jika dilakukan
pengamatan yang teliti.(Gembong,1987:32).Pada individu
B1,D1,D2,D4,K1,daun H dan I mempunyai ujung daun
runcing,(acutus),dimana kedua tepi daun di kanan dan kiri
ibu tulang daun sedikit demi sedikit menuju ke atas dan
pertemuannya pada puncak daun membentuuk suatu sudut
(lebih kecil dari 90 derajat)(Gembong,1987:32).Pada individu
B3,D3,L,dan
mempunyai
ujung
daun
yang
daun,cepat
menuju
ke
titik
pertemuan
hingga
pengamatan
tentaang
parameter
pangkal
yang
mempunyai
individu
rumpang/rata.Sedangkan
pangkal
C,G,H,dan
daun
I
pada
individu
meruncing(acuminatus).Pada
mempunyai
pangkal
daun
bulat,jorong,dan
bulat
telur.Untuk
individu
anak
panah.(Gembong,1987:34).Pada
pengamatan
pada
parameter
tulang
terdapat
pada
tumbuhan
dikotil.
(Gembong,1987:40).
Pada
individu
B,E,dan
I,memiliki
tulang
daun
yang
ibu
tulang.(Gembong,1987:40).Sedangkan
untuk
KEGIATAN 4
Pada kegiatan 4, praktikum biologi dasar klasifikasi makhluk hidup memiliki
tujuan untuk mengidentifikasi dasar-dasar yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian,
mengelompokkan (klasifikasi) secara dikotomi berdasarkan ciri morfologi serta
mengidentifikasi pola persamaan dan perbedaan dalam suatu kelompok hasil klasifikasi
berdasarkan takson.
Dalam pembuatan kunci dikotomi maka dibuat dua pernyataan yang berlawanan
untuk bisa mengidentifikasi suatu makhluk hidup dan mengelompokkannya ke hal yang
lebih khusus.
Makhluk hidup yang menjadi objek studi taksonomi tumbuhan adalah tumbuhan
yang mencakup tumbuhan yang sekarang masih hidup maupun tumbuhan dari masa
lampau yang sekarang tinggal ditemukan sisa-sisanya, yang biasanya telah menjadi fosil,
atau capnya pada batuan. Menghadapi objek
Populasi Suplir
1. Daun suplir(Adiantum cuneantum)
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: filicinae
Ordo
: Polypodiales
Familia
: Polypodiaceae
Genus
: Adiantum
Species
: Adiantum cuneantum
Ciri-ciri:
a. Tepi daun beringgit
b. Ujung daun terbelah
c. Pangkal daun rumpang/rata
d. Pertulangan daun menjari
e. Berdaun majemuk
daun menjari
(palminervis), yaitu kalau dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar
, memperlihatkan susunan seperti pada jari jari tangan. Jumlah tulang ini lazimnya
gasal, yang di tengah paling besar dan paling panjang, sedang ke samping semakin
pendek, Gembong Tjitrosoepomo,1988).
Pada daun suplir daunnya berjumlah banyak dalam satu tangkai, dimana dalam
satu tangkai terdapat 3 anak daun. sehingga disebut daun majemuk beranak daun tiga.
Sorus dari tanaman suplir berbangun ginjal, jorong atau bangun garis. Terletak pada tepi
daun yang terlipat ke bawah dan berfumgsi sebagai indusium. Mula mula indusium
menutup sporangium, tetapi kemudian terdesak ke samping, Gembong Tjitrosoepomo,
1994).
Tanaman suplir banyak berkembang di daerah dataran rendah sampai cukup tinggi
di pegunungan. Tanaman ini berasal dari daerah India Barat dan sekarang banyak tumbuh
di Indonesia sebagai tanaman hias ataupun tanaman yang tumbuh liar di tanah atupun di
dinding yang tua.
B. Populasi Hanjuang
1. Daun hanjuang(Cordyline Fruticosa)
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotylae
Ordo
: Liliales
Familia
: Liliaceae
Genus
: Cordyline
Species
: Cordyline Fruticosa
Ciri-ciri:
a. Tepi daun lurus atau rata
b. Ujung daun runcing
c. Pangkal daun meruncing
d. Pertulangan daun sejajar
e. Warna daun kemerahan
daun hanya terdapat satu helaian daun saja, sehinggga dinamakan daun tunggal ( folium
simplex ), Gembong Tjitrosoepomo, 2007).
Malai bunga terletak di ketiak daun
melebar. Dengan daun pelindung yang besar pada pangkal cabang. Anak daun pelindung
pada pangkal bunga kecil dan daunnya tenda bunga berjumlah 6 yang memanjang dengan
panjang sekitar 1,3 cm. 3 buah di luar pada bagian separuh bawah melekat erat dengan
yang ada di dalamnya lalu pada bagian yang teratas lepas dan melengkung ke belakang
kembali. Benang sari berjumlah 6 yang tertancap pada bagian tenda bunga.Pada bagian
kepala putik berbentuk pendek dengan 3 taju.Buah buninya berbentuk bola dengan warna
merah mengkilat.Selain warna buah buninya yang mengkilat, warna bijinyapun juga
hitam mengkilat. Tanaman Hanjuang ini berasal dari daerah asia timur. Biasanya
dimanfaatkan sebagai tanda batas di perkebunan teh atau kina karena warnanya yang
mencolok, Van steenis, dkk., 1975 : 153 ).
C. Populasi Lamtoro
1. Daun Lamtoro(Lucaena leuchocephala)
Klasifikasi :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Mangnoliopsida
Ordo
: Fabales
Familia
: Fabaceae
Genus
: Leucaena
Species
: Lucaena leuchocephala
Ciri-ciri:
a. Tepi daun
b. Ujung daun
c. Pangkal daun
d. Tulang daun
e. Struktur daun
: Bertepi rata
: Meruncing
: Membulat
: Menyirip
: Daun majemuk
Pohon Lamtoro(Lucaena leuchocephala)biasa ditemukan di pekarangan
sebagai tanaman pagar atau tanaman peneduh Daun pada lamtoro merupakan daun
yang lengkap karena pada bagian daunnya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina) memiliki tangkai daun. Pada pangkal daun terjadi pertemuan antara sisi
kanan dan sisi kiri yang berhadapan sehingga membentuk pangkal daun yang membulat.
Lamtoro memiliki tepi daun (margo) rata (integer), yaitu daun yang tepinya rata.
Bertepi rata yang dimaksud adalah pada tepi daun Lamtoro tidak terdapat toreh-toreh
merdeka. Pada bagian tepi daun Lamtoro ini permukaan tepinya halus dan simetris. Tepi
daun Lamtoro ini Tidak bergelombang, bergerigi, beringgit, maupun berombak. Tepi
daun rata dapat ditemui pada individu ke 1, 2, 3, dan 4. Pada individu 1,2,3, dan 4 hampir
semuanya memiliki tepi daun yang rata dan mempunyai anak daun, Lamtoro memiliki
ujung daun (acuminatus) meruncing yang setiap daunnya memiliki titik pertemuan kedua
jauh lebih tinggi, semakin menyempit memanjang, dan runcing. Pangkal daun Lamtoro
dapat membulat berbentuk bulat dan bertemu dengan ujung pangkal disisi yang lain.
Oleh sebab itu pangkal Lamtoro dikatakan seperti bulat telur.
Susunan daun pada Lamtoro adalah majemuk, anak daun langsung duduk pada
ibu tangkai daun, sehingga daun majemuk ini termasuk dalam majemuk menyirip ganda
sempurna, sempurna yang dimaksud anak daun langsung duduk pada ibu tangkai daun
dan berpasang-pasang. Daun yang bertulang menyirip mempunyai satu ibu tulang yang
berjalan dari pangkal ke ujung. Dari ibu tulang ini keluar tulang-tulang cabang, sehingga
susunannya seperti sirip pada ikan, oleh karena itu dinamakan bertulang menyirip.
D. Populasi Mangkokan
1. Daun mangkokan (Polyscias scutellaria)
: Plantae
Ordo
: Apiales
Familia
: Araliaceae
Genus
: Poliscias
Species
: Polyscias scutellaria
Ciri-ciri
a.
b.
c.
d.
e.
Tepi daun
Pangkal daun
Ujung daun
Tulang daun
Susunan daun
:Bergerigi halus
:Berlekuk
:Membulat
:Menyirip
:Tunggal
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Cyperales
Family
: Cyperaceae
Genus
: Commelina
Spesies
: Cyperusrotundus L.
Ciri-ciri:
a. Tepi daun
b. Pangkal daun
c. Ujung daun
d. Tulang daun
e. Susunan daun
:Bertepi rata
:Berpelepah/berupih
:Runcing
:Sejajar
:Daun Majemuk
F. Populasi Bougenvill
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Mangnoliophyta
Kelas
: Mangnolispida
Ordo
: Caryophyllales
Familia
: Nyctaginaceae
Genus
: Bougainviella
Species
: Bougainviella glabra
Ciri-ciri :
a. Tepi daun
b. Ujung daun
c. Pangkal daun
d. Pertulangan daun
e. Susunan daun
: Bertepi rata
: Runcing
: Membulat
: Menyirip
: Tunggal
Bougenville memiliki tepi daun (margo) rata (integer). Yaitu daun yang tepinya rata.
Dengan kata lain pada tepi daun bougenvile tidak terdapat toreh-toreh merdeka. Pada
bagian tepi daun bougenville ini permukaan tepinya halus dan simetris. Tidak
bergelombang maupun bergerigi. Tepi daun bougenvile permukaannya halus dan dapat
dilihat oleh mata telanjang.
Bougenville memiliki ujung daun yang runcing. Yaitu kedua tepi daun dikanan dan
kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun
membentuk suatu sudut lancip ( 90). Pada individu yang runcing terdapat pada individu
ke 1, 2 dan 4. Pada individu ke 3 mempunyai ujung daun yang meruncing. Yaitu seperti
pada ujung yang runcing, tetapi pertemuan kedua titik daunnya jauh lebih tinggi, hingga
ujung daun nampak sempit panjang dan runcing. Hal ini dapat dilihat bahwa di ujungnya
terdapat satu arah kedepan dan membentuk sebuah ujung yang meruncing. Hal ini dapat
dikarenakan pembentukan ujung daun yang belum sempurna.
Pada pangkal daun bougenville ini merupakan type membulat. Bentuknya seperti
membentuk sebuah cekungan tetapi agak melebar. Sehingga pada pangkal daun ini dapat
terlihat jelas. Antara pengamatan dan teori yang dijelaskan sama.
Bougenvile memiliki susunan daun tunggal. Dalam satu tangkai terdiri dari satu helai.
tulang daun menyirip, dikatakan menyirip karena mempunyai satu ibu tulang yang
berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun, dari ibu tulang daun
ini ke samping keluar tulang-tulang cabang sehingga mengingatkan kita pada sirip-sirip
pada ikan. Daun yang bertulang menyirip umumnya terdapat pada tumbuhan biji belah
(Dicotyledoneae), misalnya daun bougenvile. Pada daun menyirip tulang-tulang daun
tidak dapat bertemu dan bisa dikatakan arahnya berlawanan dengan arah tulang daun
yang ada didepannya.
G. Poopulasi Kamboja(Plumeria acuminate)
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Mangnoliophyta
Kelas
: Mangnoliopsida
Ordo
:Gentianales
Familia
: Apocyanaeae
Genus
: Plumeria
Species
: Plumeria acuminate
Ciri-ciri :
a. Tepi daun
b. Ujung daun
c. Pangkal daun
d. Pertulangan daun
e. Susunan daun
Daun pada Kamboja merupakan daun yang tidak lengkap karena pada bagian
daunnya hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina) tanpa
memiliki upih daun (vagina). Bangun daun (circumscriptio) berbentuk sudip
(spathulatus), dinamai sudip karena seperti bangun bulat telur.
Secara garis besar, tepi daun dapat dibedakan menjadi dua macam :
1.
2.
Bertoreh (divisus)
Kamboja memiliki tepi daun (margo) rata (integer). Yaitu daun yang tepinya rata.
Dengan kata lain pada tepi daun kamboja tidak terdapat toreh-toreh merdeka ataupun
toreh yang tidah merdeka. Pada bagian tepi daun kamboja ini permukaan tepinya halus
dan simetris. Tidak bergelombang maupun bergerigi. Tepi daun rata dapat ditemui pada
individu ke 2, 3 dan 4. Dan pada individu pertama memiliki tepi daun yang berombak,
yakni tepi daun sedikit bergelombang. Hal ini dapat disebabkan karena pengaruh
interaksi dengan lingkungan, misalnya pada suhu. Lalu perbedaan ini juga karena
pertumbuhan tepi daun kamboja yang belum sempurna.
Kamboja memiliki ujung daun (apex) runcing. Yaitu jika kedua tepi daun dikanan
dan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju atas dan pertemuannya pada puncak daun
membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90 derajat. Hal ini ditemui pada individu
ke 1 dan 2 . tetapi terdapat juga perbedaan ujung pada daun kamboja. Yaitu terdapat pada
individu ke 3 yakni terbelah dan pada individu ke 4 bulat. Pada individu terbelah ujung
daun memperlihatkan suatu lekukkan, kadang-kadang amat jelas. Dan kadang-kadng pula
kelihatan jelas jika diamati lebih teliti. Pada individu yang ujungnya bulat mirip seperti
tumpultetapi tidak membentuk ujung sama sekali. Hingga ujung merupakan semacam
suatu busur, terdapat pada daun yang bulat ataau jorong, atau pada daun bangun ginjal
misalnya ujung daun kamboja ini. hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
terkenanya interaksi dengan tumbuhan lain sehingga menyebabkan ada belahan di ujung
daun kamboja, musim kemarau panjang, sehingga ujung daun mengering dan membentuk
belahan jadi pada saat proses pengamatan terdapat ujung daun yang tidak runcing. Dan
serta ada juga bentuk ujung daun yang membulat, hal ini disebabkan daun masih
memproses ujung daun kaamboja yaang sebenarnya. Berdasarkan teori dan praktikum
memiliki kesamaan kesimpulan yaitu pada bagian ujung kamboja yaitu runcing. Ada
bagian pangkal (basis) runcing (acutus), pangkal daun ini biasanya terdapat pada daun
bangun memanjang, lanset dan belah ketupat, permukaan daun licin suram (laevis
apacus). Kamboja memiliki pangkal daun yang meruncing. Yaitu pada pangkal daun
berbentuk simetris dan bertemu dengan ujung pangkal disisi yang lain. Oleh sebab itu
pangkal kamboja dikatakan runcing.
Susunan daun pada kamboja adalah tunggal. Yaitu berada dalam satu tangkai. Dan
pengamatan ini sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan dalam buku Tulang daun pada
kamboja adalah menyirip. Daun daun yang bertulang menyirip mempunyai satu ibu
tulang yang berjalan darri pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Dari
ibu tulang ini keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya seperti sirip padaa ikan,
oleh sebab itu dinamakan menyirip.
H. Populasi Euphorbia (Euphorbia milii)
Pada saat melakukan pengamatan kami menemukan sekumpulan pohon eforbia. Euforbia
diklasifikasikan kedalam :
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhanberpembuluh)
Divisi
:Spermatophyta (Menghasilkanbiji)
Sub Divisi
:Angiospermae
Kelas
:Dicotyledoneae
Ordo
: Archichlamydeae
Famili
:Euphorbiaceae
Genus
: Euphorbia
Spesies
: Euphorbia milii
a. Tepi daun
: Bertepi rata
b. Ujung daun
: Membulat
c. Pangkal daun
: Runcing
d. Tulang daun
: Menyirip
e. Susunan daun
: Tunggal
Pohon Euphorbia (Euphorbia milii) daun pada Euphorbia merupakan daun yang
lengkap karena pada bagian daunnya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun
(lamina) tanpa memiliki tangkai daun (petiolus). Dari kumpulan pohon tersebut kami
mengambil 4 sampel daun, setiap daunnya berasal dari pohon yang berbeda. Kegiatan
pertama yang dilakukan adalah mengamati tepi daunnya. Pada tepi daun pertama sampai
keempat terlihat bahwa tepi daun adalah rata .Pada pangkal daun terjadi pertemuan antara
sisi kanan dan sisi kiri yang berhadapan sehingga membentuk pangkal daun yang
runcing. Ujung daun pada daun Euphorbia bervariasi, ada yang runcing, tumpul dan
ujung terbelah. Namun pada daun yang kami amati kami mendapati bahwa ujung daun
pada daun pertama sampai empat memiliki ujung daun membulat. Hal tersebut
dikarenakan pada ujung daun euphorbia ini tidak terbentuk sudut sama sekali. Kemudian
percobaan ini juga mengamati Pangkal daun. Pada pengamatan ini ditemukan bahwa
pangkal daun pada daun pertama sampai keempat berbentuk runcing. Daun euphorbia
merupakan daun dengan susunan tunggal artinya satu tangkai terdiri dari satu helai
daun.Di dalam helai daun terdapat tulang daun. Tulang daun memiliki ibu tulang di
tengah-tengah membujur dan membelah daun sampai ujung daun. Pada daun Euphorbia
yang kami amati terlihat bahwa pada daun pertama sampai keempat memiliki tulang daun
yang sama yaitu menyirip, tulang-tulang cabang lebih kecil dari ibu tulang dan berhenti
sebelum tepi daun lalu membengkok ke atas dan bertemu dengan tulang cabang yang ada
diatasnya.
I. Populasi Kelor
Klasifikasi kelor :
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
: Spermatophyta (Menghasilkanbiji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhanberbunga)
Kelasn
Sub Kelas
: Dilleniidae
Ordo
: Capparales
Famili
: Moringaceae
Genus
: Moringa
Spesies
: MoringaoleiferaLam
Ciri-ciri :
a.
b.
c.
d.
e.
Tepi daun
Ujung daun
Pangkal daun
Pertulangan daun
Susunan daun
: Bertepi rata
: Terbelah
: Membulat
: Menyirip
: Majemuk
Daun kelor merupakan tanaman yang berdaun majemuk menyirip gasal rangkap
tiga tidak sempurna karena masih ada anak daun yang duduk pada ibu tangkai. Tumbuhan
ini dinamakan majemuk karena terdapat beberapa tangkai cabang dan tiap cabangnya
terdiri dari satu atau lebih helaian daun, dinamakan menyirip karena anak daunnya berada
disebelah kanan dan kiri ibu tangkai daun sehingga tersusun seperti sirip ikan, dinamakan
gasal karena terdapat anak daun yang menutupi ujung ibu tangkainya, dan dinamakan
rangkap tiga tidak sempurna karena memiliki lagi cabang-cabang yang terbagi tiga dan
pada tiap tangkai ada anak daun lagi. Kemudian daun ini juga memiliki ujung daun yang
terbelah hal ini terlihat pada sampel daun pertama sampai keempat memiliki ujung daun
yang sama yaitu terbelah. Selain itu menurut pengamatan yang telah kami lakukan pada
keempat sampel daun terlihat bahwa daun ini memiliki pangkal daun yang membulat dan
tepi daun yang rata atau tidak bergerigi.
Tepi daun
Ujung daun
Pangkal daun
Pertulangan daun
Susunan daun
: Bertepi rata
: Runcing
: Membulat
: Menyirip
: Majemuk
merupakan daun yang lengkap karena pada bagian daunnya memiliki tangkai daun
(petiolus) dan helaian daun (lamina) tanpa memiliki tangkai daun (petiolus). Pada
pangkal daun terjadi pertemuan antara sisi kanan dan sisi kiri yang berhadapan sehingga
membentuk pangkal daun yang membulat.
Santigi memiliki tepi daun rata, yaitu daun yang tepinya rata. Bertepi rata yang
dimaksud adalah pada tepi daun Santigi tidak terdapat toreh-toreh merdeka. Pada bagian
tepi daun Santigi ini permukaan tepinya halus dan simetris. Tepi daun Santigi ini Tidak
bergelombang, bergerigi, beringgit, maupun berombak. Tepi daun rata mempunyai anak
daun, Santigi memiliki ujung daun (acuminatus) runcing. Pangkal daun Santigi dapat
membulat berbentuk bulat dan bertemu dengan ujung pangkal disisi yang lain.
Susunan daun pada Santigi adalah majemuk menyirip beranak daun satu, helaian
daun tidak langsung terdapat pada ibu tangkai. Daun yang bertulang menyirip
mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung. Dari ibu tulang ini
keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya seperti sirip pada ikan, oleh karena itu
dinamakan bertulang menyirip.
: Bergerigi
: Meruncing
: Rompang
d. Tulang daun
e. Susunan daun
: Menyirip
: Majemuk
Pohon tumbuhan Talok (Muntingia calabura L.) seperti pohon kecil yang selalu
hijau, tingginya 3-12 m. Daun pada Talok merupakan daun yang lengkap karena pada
bagian daunnya memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina) tanpa
memiliki upih daun (vagina). Pada pangkal daun terjadi pertemuan antara sisi kanan dan
sisi kiri yang berhadapan sehingga membentuk bangun segitiga sehingga mempunyai
pangkal daun rompang.
Talok memiliki tepi daun (margo) bergerigi kasar, daun yang tepinya mempunyai
toreh toreh yang termasuk tipe bergerigi, tipe bergerigi ada dua macam yaitu tipe
bergerigi kasar dan tipe bergerigi halus. Dalam hubungannya dengan jenis toreh-toreh ini
dipergunakan istilah sinus untuh torehnya sendiri dan angulus untuk bagian tepi daun
yang menonjol keluar (gembong tjitrosoepomo:1985,41). Toreh-toreh yang merdeka pada
pada tepi daun Talok dalam tetapi tidak merubah bentuk daun, letak toreh-toreh daun
Talok tidak bergantung pada jalannya tulang-tulang daun. Tepi daun bergerigi kasar, hal
ini bisa dilihat pada sinus pada tepi daun yang membentuk tipe bergerigi kasar serta
dapat dilihat pula pada angulus yang menunjol keluar yang membentuk tipe tepi daun
bergerigi kasar, sinusl dan angulus pada tepi daun Talok amat jelas sehingga termasuk
kategori bergerigi kasar. Talok memiliki ujung daun (acuminatus) meruncing.
Susunan daun pada Talok adalah majemuk menyirip gasal dengan jumlah anak
daun yang genap, anak daun tidak langsung duduk pada ibu tangkainya, melainkan pada
cabang ibu tangkai tadi. Daun yang bertulang menyirip mempunyai satu ibu tulang yang
berjalan dari pangkal ke ujung. Dari ibu tulang ini keluar tulang-tulang cabang yang
mencapai tepi daun, sehingga susunannya seperti sirip pada ikan, oleh karena itu
dinamakan bertulang menyirip.
K. Populasi Pepaya( Carica papaya L )
1. Taksonomi Tanaman Pepaya
Kedudukan tanaman papaya dalam sistematik (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (Tumbuhanberbiji)
Sub-divisi
: Angiosperma (Bijitertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (Bijiberkepingdua)
Ordo
: Caricales
Famili
: Carocacceae
Spesies
: Carica papaya L
Magnoliophyt
a
Kelas : Magnoliopsida
Ordo :
Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Codiaeum
Spesies : C. variegatum
Puring (Codiaeum variegatum) merupakan tanaman asli indonesia. Tanaman ini
dilaporkan oleh seorang belanda bernama G.E. Rumphius sebelum tahun 1690. Rumphius
memberi nama codiaeum pada tanaman ini. Pada tahun 1762 Carl von Linne memberi
nama popular pada puring yaitu croton. Sebagaimana tanaman lain puring juga d beri nama
ilmiah untuk mempermudah komunikasi yaitu Codiaeum variegatum.
Ciri morfologi tanaman puring (Coidaeum variegatum ) adalah sebagai berikut :
Tepi daun
Ujung daun
Pangkal daun
Tulang daun
Susunan daun
: Rata
: Runcing
: Membulat
: Sejajar
: Tunggal
Daun pada Puring merupakan daun yang lengkap karena pada bagian daunnya
memiliki tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina) memiliki tangkai daun
(petiolus). Pada pangkal daun terjadi pertemuan antara sisi kanan dan sisi kiri yang
berhadapan sehingga membentuk pangkal daun yang membulat.
Puring memiliki tepi daun (margo) rata (integer), yaitu daun yang tepinya rata.
Bertepi rata yang dimaksud adalah pada tepi daun Puring tidak terdapat toreh-toreh
merdeka. Pada bagian tepi daun Puring ini permukaan tepinya halus dan simetris. Tepi
daun Puring ini Tidak bergelombang, bergerigi, beringgit, maupun berombak. Puring
memiliki ujung daun (acuminatus) runcing. Tulang daunnya mempunyai satu tulang
tengah besar membujur daun sedang tulang lainnya kecil membujur daun dan
membentuk daun yang panjang dan kecil. Pangkal daun Puring membulat berbentuk
bulat dan bertemu dengan ujung pangkal disisi yang lain. Oleh sebab itu pangkal
Puring dikatakan seperti bulat telur. Puring mempunyai susunan daun tunggal dan
mempunyai tangkai daun.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan 3 :
Dari hasil observasi yang telah kami lakukan,dapat disimpulkan bahwa :
1. Inventarisasi karakter morfologi individu-individu penyusun populasi pada 13 jenis
daun dari tumbuhan yang berbeda dalam spesies yang sama disusun berdasarkan
parameter-parameter tertentu.
2. Parameter-parameter yang terinventarisasi dari hasil observasi daun tumbuhan adalah
bagian tepi daun, ujung daun, pangkal daun, susunan daun, dan pertulangan daun.
3. Terdapat keragaman dan keanekaragaman antara masing-masing individu-individu
penyusun populasi. Keragaman tersebut dapat dilihat pada tepi daun (9 populasi
individu yaitu bertepi rata). Keragaman dan keanekaragaman tersebut tampak dari
hasil identifikasi masing masing parameter yang telah kami tentukan. Hal ini dapat
disebabkan karena susunan genetik dari masing-masing individu yang dijadikan
sebagai bahan observasi.
4. Terdapat keanekaragaman inter spesies antara 13 jenis daun tumbuhan yang berbeda
tersebut yang ditunjukkan oleh hasil identifikasinya berdasarkan parameter-parameter
yang disebabkan oleh keanekaragaman susunan gen penyusun kromosom dari
masing-masing individu,serta faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi, seperti
suhu, iklim dan interaksi terhadap lingkungan.
5. Dari hasil pengamatan, didapatkan ciri-ciri dari masing masing spesies, yaitu :
Daun Suplir(Adiantum cuneantum)
Ciri-ciri:
f. Tepi daun beringgit
g. Ujung daun terbelah
h. Pangkal daun rumpang/rata
i. Pertulangan daun menjari
j. Berdaun majemuk
Ciri-ciri:
h. Tepi daun lurus atau rata
i. Ujung daun runcing
j. Pangkal daun meruncing
k. Pertulangan daun sejajar
l. Warna daun kemerahan
m. Permukaaan daun halus
n. Berdaun tunggal
Daun Lamtoro (Lucaena leuchocephala)
Ciri-ciri:
f. Tepi daun
:bertepi rata
g. Ujung daun
:meruncing
h. Pangkal daun
:terpisah dari ibu jari
i. Pertulangan daun
:menyiripterpisah dari ibu jari
Daun Mangkokan (Polyscias scutellaria)
Tepi daun
:bergerigi
Pangkal daun :berlekuk
Ujung daun : tumpul
Pertulangan daun:menyirip
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
Daun Kamboja(Adeniumobesum)
Ciri-ciri:
Tepi daunnya rata
Ujung daun yang runcing
Pangkal daunnya runcing
Susunan daunnya tunggal
Pertulangan daun menyirip.
a.
b.
c.
d.
e.
Ciri-ciri:
Tepi daunnya rata
Ujung daunnya membulat
Pangkal daunnya runcing
Susunan daunnya tunggal
Pertulangan daunnya menyirip
a.
b.
c.
d.
e.
Daun Kelor(Moringaoleifera)
Ciri-ciri:
Tepi daunnya rata
Ujung daunnya terbelah
Pangkal daunnya membulat
Susunan daunnya majemuk
Pertulangan daunnya menyirip
a.
b.
c.
d.
e.
Daun Santigi(Pemphisacidula)
Ciri-ciri:
Tepi daunnya rata
Ujung daunnya tumpul
Pangkal daunnya meruncing
Susunan daunnya tunggal
Pertulangan daunnya menyirip
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
Kegiatan 4 :
Dari hasil pengamatan yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengklasifikasian dapat didasarkan pada persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada
makhluk hidup. Persamaan dan perbedaan tersebut dapat dilihat dari sifat atau ciri-ciri
morfologi.
2. Secara dikotomi yang didasarkan pada ciri morfologi, klasifikasi daun yang praktikan
lakukan dibuat dengan berdasarkan :
Tulang daun (menyirip, sejajar, menjari)
Ujung daun (terbelah, runcing, meruncing, tumpul, membulat)
Pangkal daun (rompang/rata, meruncing, membulat, berlekuk, berpelepah,
runcing)
Tepi daun (beringgit, bertepi rata, bergerigi halus, berombak, bergerigi,
bercangap)
Susunan daun (majemuk, tunggal)
3. Berdasarkan hasil klasifikasi yang didasarkan pada takson dapat diidentifikasi pola
persamaan dan perbedaan dalam suatu kelompok sebagai berikut :
Tulang daun menyirip
: Tanaman C,D,F,G,H,I,J,K
Tulang daun sejajar
: Tanaman B,E,M
Tulang daun menjari
: Tanaman A,L
Ujung daun terbelah
: Tanaman A,I
Ujung daun runcing
: Tanaman B1,E,F1,F2,F4
Ujung daun meruncing
: Tanaman B3,F3,K,L
Ujung daun tumpul
: Tanaman B4,C,
Ujung daun membulat
: Tanaman D,H
Pangkal daun rompang/rata : Tanaman A,K
Pangkal daun meruncing
: Tanaman B
Pangkal daun membulat
: Tanaman C,F,I,J,M
Pangkal daun berlekuk
: Tanaman D,L
Pangkal daun berpelepah
: Tanaman E
Pangkal daun runcing
: Tanaman G,H
Tepi daun Beringgit
: Tanaman A
Tepi daun bertepi rata
: Tanaman B,C,E,F,G2,G3,G4,H,I,J,M
Tepi daun bergerigi halus
:Tanaman D
Tepi daun berombak
:Tanaman G
:Tanaman K
: Tanaman L
: Tanaman A,C,E,I,J,K
: Tanaman B,D,F,G,H,L,M
B. Saran
1 Sebagai scientist, pengamatan yang dilakukan haruslah lebih teliti
serta mengutamakan kebenaran dari pengamatan tersebut tanpa
adanya manipulasi.
2 Usahakan memperbanyak referensi tentang struktur organ-organ
tumbuhan.
3 Bahan yang dipraktikkan diusahakan tidak layu untuk
mempermudah pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
Estiti
B.
Pendidikan dan
1994.
Morfologi
Tumbuhan.
Jakarta
Departemen
LAMPIRAN
9. TANAMAN KELOR(Moringaoleifera)
(Sumber :Dokumentasi pribadi, diambil pada hari Kamis 23 Oktober 2014)
10.
TANAMAN SANTIGI(Pemphisacidula)
13.
TANAMAN PURING