Anda di halaman 1dari 7

A.

Judul
Pengamatan Perbedaan Struktur Anatomi Jaringan Pembuluh pada Batang dan Sulur
Tanaman Markisa.
B. Rasionalitas

C. Rumusan Masalah
Bagaimana perbedaan struktur anatomi jaringan pembuluh pada batang dan sulur
tanaman markisa?
D. Identifikasi dan definisi variabel yang disamakan (variabel kontrol)
Variabel yang disamakan (variabel kontrol) dari pengamatan ini adalah letak dan jarak
sayatan batang dan sulur markisa, dimana sayatan batang kami ambil dari nodus kedua
dari pucuk batang dan sayatan sulur juga kami ambil dari pangkal sulur yang terdapat
pada nodus kedua pada batang, selain itu juga yang menjadi variable control adalah
batang tdan sulur diambil dari tanaman markisa yang sama. Variabel ini dikendalikan
atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel yang diamati
tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
E. Identifikasi dan definisi variabel yang diamati (variabel hasil)
Variabel yang diamati dalam pengamatan ini adalah perbedaan struktur anatomi jaringan
pembuluh pada batang dan sulur tanaman markisa. Variabel ini muncul karena adanya
pengaruh dari variabel bebas.
F. Identifikasi dan definisi variabel yang dibedakan (variabel bebas)
Variabel bebas dalam praktikum ini adalah perbedaan struktur anatomi jaringan
pembuluh pada batang dan sulur tanaman Markisa. Variabel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel yang
diamati.
G. Indikator hasil
Dari pengamatan ini diharapkan dapat diketahui perbedaan struktur anatomi jaringan
pembuluh pada batang dan sulur tanaman Markisa struktur anatomi jaringan pembuluh
pada batang dan sulur tanaman Markisa.
H. Rancangan alternatif penyelesaian masalah
a. Tempat dan waktu
Pengamatan ini dilakukan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan Universitas
Negeri Surabaya pada tanggal 23 November 2016
b. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah mikroskop, silet, kaca benda,
cover glass, pipet, botol nail, tissue, penggaris dan kuas kecil. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah batang dan sulur dari tanaman Markisa.
c. Prosedur Kerja
1. Penyiapan spesimen
Pengamatan ini menggunakan batang dan sulur dari tanaman Markisa yang kami
peroleh dari kebun disekitar rumah.

1
2. Penyiapan preparat
Preparat yang kami gunakan adalah sayatan melintang batang dan sulur tanaman
markisa yang kami ambil di nodus kedua dari pucuk batang. Sayatan melintang
kami buat setipis mungkin agar struktur jaringannya mudah diamati.
3. Pemberian label
Pemberian label digunakan untuk menandai sayatan yang akan diamati dan
menandai pengulangan pengamatan sayatan, karena dalam pengamatan ini kami
menggunakan 2 kali pengulangan dalam mengamati struktur anatomi jaringan
pembuluh pada batang dan sulur dari tanaman markisa.
4. Pengamatan langsung
Karakter yang diamati pada sayatan melintang daun adalah struktur anatomi
jaringan pembuluh pada batang dan sulur dari tanaman markisa. Pengamatan
secara langsung dilakukan untuk mengetahui struktur struktur anatomi jaringan
pembuluh pada batang dan sulur dari tanaman markisa.
I. Teknik Pengumpulan data
a. Pengumpulan data dengan metode eksperimen
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan eksperimen secara langsung.
Eksperimen dilakukan dengan mengamati struktur anatomi jaringan pembuluh pada
batang dan sulur dari tanaman markisa dengan menggunakan mikroskop.
b. Pengumpulan data dengan metode kepustakaan
Metode kepustakaan dilakukan dengan mencari informasi dari beberapa jurnal
ilmiah, artiklel dan buku-buku yang mendukung pengamatan ini. Metode ini
dilakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai struktur anatomi
jaringan pembuluh pada batang dan sulur dari tanaman markisa.
J. Data Hasil Pengamatan

NO. Gambar Sayatan Melintang Batang Markisa KETERANGAN


A1 Keterangan :

A : Jaringan parenkim
B : Jaringan Xilem
C : Jaringan kolenkim
D:

Perbesaran : 10 x 10

A2 Keterangan :

A : Jaringan epidermis atas

2
(adaksial)
B : Jaringan parenkim spons
C : Jaringan parenkim palisade
D:

Perbesaran : 10 x 10
NO. Gambar Sayatan Melintang Sulur Markisa KETERANGAN
B1 Keterangan :

A : Jaringan epidermis bawah


(abaksial)
B : Jaringan floem
C : Jaringan Xilem
D:

Perbesaran : 10 x 10

B2 Keterangan :

A : Jaringan epidermis bawah


(abaksial)
B : Jaringan parenkim spons
C : Jaringan epidermis atas
(adaksial)
D:

Perbesaran : 10 x 10

Keterangan : A1 = sayatan melintang batang markisa pengulangan ke 1


A2 = sayatan melintang batang markisa pengulangan ke 2
B1 = sayatan melintang sulur markisa pengulangan ke 1
B2 = sayatan melintang sulur markisa pengulangan ke 2

Tabel 1. Struktur anatomi sayatan melintang batang Markisa

No Rata-rata/secara
Parameter A1 A2
. keseluruhan
1. Epidermis 1 lapis sel 1 lapis sel 1 lapis sel

3
2. Korteks 11 lapis sel 14 lapis sel 13 lapis sel
3. Kambium 3 lapis sel 4 lapis sel 4 lapis sel
4. Xilem 11 lapis sel 11 lapis sel 11 lapis sel
5. Floem 8 lapis sel 7 lapis sel 8 lapis sel
6. Empulur
Jumlah sel per
7. kambiun 2 sel 3 sel 3 sel
intervaskuler

Tabel 2. Struktur anatomi sayatan melintang sulur Markisa

No Rata-rata/secara
Parameter A1 A2
. keseluruhan
1. Epidermis 1 lapis sel 1 lapis sel 1 lapis sel
2. Korteks 10 lapis sel 9 lapis sel 10 lapis sel
3. Kambium 3 lapis sel 3 lapis sel 3 lapis sel
4. Xilem 9 lapis sel 7 lapis sel 8 lapis sel
5. Floem 5 lapis sel 5 lapis sel 5 lapis sel
6. Empulur
Jumlah sel per
7. kambium 4 sel 5 sel 5 sel
intervaskuler

K. Analisis data
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan diperoleh hasil bahwa pada sayatan
melintang batang tanaman markisa ulangan pertama (A1) yang kami sayat pada nodus
kedua dari pucuk batang, ini tersusun atas satu lapis sel epidermis atas, 11 lapis sel
korteks, 3 lapis sel kambium, 11 lapis sel xylem, 8 lapis sel floem, lapis sel empulur,
dan 2 sel per kambium intervaskuler. Sedangkan pada sayatan melintang batang Markisa
pengulangan kedua (A2) tersusun atas satu lapis sel epidermis, 14 lapis sel korteks, 4
alpis sel kambium, 11 lapis sel xylem, 7 lapis sel floem, lapis sel empulur, dan 3 sel
per kambium intervaskuler.
Pada sayatan melintang sulur tanaman markisa ulangan pertama (B1) yang kami sayat
pada nodus kedua dari pucuk batang, ini tersusun atas satu lapis sel epidermis atas, 10
lapis sel korteks, 3 lapis sel kambium, 9 lapis sel xylem, 5 lapis sel floem, lapis sel
empulur, dan 4 sel per kambium intervaskuler. Sedangkan pada sayatan melintang sulur
Markisa pengulangan kedua (B2) tersusun atas satu lapis sel epidermis, 9 lapis sel
korteks, 3 lapis sel kambium, 7 lapis sel xylem, 5 lapis sel floem, lapis sel empulur,
dan 5 sel per kambium intervaskuler

4
Secara keseluruhan dari hasil pengamatan yang kami lakukan dengan ulangan
sebanyak dua kali pada masing-masing batang dan sulur tanaman markisa yang masing-
masing disayat pada nodus kedua dari pucuk batang diperoleh rata-rata bahwa struktur
anatomi batang tanaman markisa pada nodus kedua tersusun tersusun atas satu lapis sel
epidermis atas, 13 lapis sel korteks, 4 lapis sel kambium, 11 lapis sel xylem, 8 lapis sel
floem, lapis sel empulur, dan 3 sel per kambium intervaskuler. Sedangkan pada sulur
markisa tersusun atas satu lapis sel epidermis atas, 10 lapis sel korteks, 3 lapis sel
kambium, 8 lapis sel xylem, 5 lapis sel floem, lapis sel empulur, dan 5 sel per
kambium intervaskuler.

L. Pembahasan
Batang merupakan salah satu organ tanaman yang tumbuh diatas kotiledon,
pada umumya dapat tumbuh diatas tanah, dan juga dapat termodifikasi dan tumbuh
dibawah permukaan tananh. Batang memilki berbagai fungsi diantaranya penyokong
tumbuhan, pemegang daun, perkembangan bagian tumbuhan diatas tanah, transport
materi (nutrisi, air dan fotosintat), dan penyimpanan cadangan makanan (Iriawati, 2009).
Beberapa batang tanaman mengalami spesialisasi. Saflah satunya adalah batang tanaman
markisa yang mengalami spesialisasi menjadi sulur. Sulur merupakan spesialisasi batang
yang berfungsi membantu batang untuk merekat atau memanjat dihabitatnya. Sulur
meskipun spesialisasi dari batang, namun tentunya keduanya memiliki perbedaan
struktur anatomi yang menyebabkan morfologi dari keduanya berbeda. Dimana batang
sebagian besar memiliki morfologi dengan arah tumbuh ortotrop atau plagiotro. Hal ini
berbeda dengan sulur yang memiliki arah tumbuh seperti melingkar sepert spiral karena
adaptasinya terhadap fungsi dan habitatnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, anatomi batang dan
sulur markisa tersusun atas jaringan epidermis, korteks, kambium, jaringan pembuluh
(xilem dan floem), parenkim empulur. Jaringan epidermis merupakan jaringan yang
berfungsi sebagai pelindung. Jaringan ini pada batang biasanya memiliki derivate seperti
kutikula, trikoma atau lentisel. Korteks merupakan jaringan dasar yang terletak disebelah
dalam setelah jaringan epidermis. Korteks sebagian besar tersusun atas jaringan
parenkim, kolenkim dan skelerenkim. Pada batang Markisa, secara mikroskopik struktur
korteks terlihat langsung berbatasan dengan floem. Pada bagian luar terdapat kambium
gabus yang berbatasan dengan epidermis yang secara mikroskopik terlihat seperti
struktur yang bergelombang dengan warna yang lebih gelap dan lapisan sel yang tebal.
Hal ini berbeda sulur tanaman Markisa, dimana pada bagian luar korteks belum

5
terbentuk kambium gabus yang signifikan. Kambium gabus merupakan perkembangan
dari korteks yang telah mengalami pertumbuhan sekunder. Selain itu, pada bagian
korteks baik pada batang dan sulur Markisa terlihat sebagian jaringannya berwarna hijau,
hal ini menunjukkan terdapat klorenkim pada korteks dari batang dan sulur markisa.
Klorenkim merupakan parenkim yang membantu dalam proses fotosintesis karena
memiliki kandungan kloroplas yang banyak.
Pada praktikum ini, secara mikroskopik terlihat bahwa jaringan pembuluh baik
pada batang Markisa maupun sulur Markisa tersusun secara kolateral terbuka. Jaringan
pembuluh ini tersusun dari xylem dan floem yang bagian tengahnya (antara xylem dan
floem) terdapat kambium vaskuler. Pada batang markisa, sel-sel penyusun xilem dan
floem lebih banyak jika dibandingkan dengan sel-sel penyususn xylem dan floem pada
sulur Markisa. Xylem berfungsi untuk mengangkut air dan garam mineral keseluruh
tubuh tumbuhan dan floem berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis (fotosintat)
dan juga air untuk melarutkan hasil fotosintesis agar proses penyebaran dan penyerapan
fotosintat kedalam sel dapat berlangsung secara mudah..
Pada batang Markisa, sel yang menyusun kambium vaskuler tersusun lebih tebal
jika dibandingkan dengan kambium yang terdapat pada sulur tanaman Markisa. Begitu
juga pada kambiun intervaskuler, dimana secara mikroskopik terlihat bahwa pada batang
markisa, jumlah sel yang menyusun per-satu kambiun intervaskuler lebih sedikit,
sedangkan pada sulur Markisa jumlah sel yang menyusun persatu kambium intervaskuler
lebih sedikit. Kambium merupakan bagian jaringan pada tanaman yang mendukung
terjadinya pertumbuhan sekunder. Kamium vaskuler merupakan kambium yang terletak
antara xylem dan floem, sedangkan kambium intervaskuler merupakan ambium yang
terletak antara dua jaringan pembuluh.
Perbedaan penyusun anatomi seperti perbedaan jumlah dan ketebalan sel yang
menyusun setiap jaringan inilah yang memungkinkan morfologi dan arah pertumbuhan
antara batang dan sulur markisa berbeda. Dimana batang Markisa yang susunan sel-sel
pada kambium intervaskulernya lebih sedikit dan jumlah lapisan sel yang menyusun
xylem dan floem lebih banyak, sehingga susunan antara jaringan pembuluh lebih rapat
dan tebal. Hal ini mendorong pertumbuhan sekunder yang lebih cepat. Sehingga batang
Markisa dengan cepat mengalami pertumbuhan sekunder yang menyebabkan sel-selnya
mengalami penebalan pada dinding-dindeing selnya. Sehingga struktur batang akan lebih
keras dan kuarnag fleksibel. Hal ini berbeda dengan sulur markisa jumlah sel yang
menyusun kambium intervaskuler lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah sel
kambium intervaskler yang terdapat batang Markisa dimana jumlah sel yang

6
menyusunnya lebih sedikit. Sehingga susunan jaringan pembuluh pada batang Markisa
lebih rapat jika dibandingkan dengan susunan jaringan pembuluh pada sulur Markisa.
Selain itu perbedaan jumlah lapisan sel yang menyusun xylem dan floem baik pada
batang Markisa maupun sulur Markisa menyebabkan jaringan pembuluh pada bang lebih
tebal jika dibandingkan pada sulur markisa jumlahnya juga lebih sedikit. Letak antar
jaringan pembuluh yang lebih renggang inilah yang memungkinkan sulur Markisa arah
tumbuhnya dapat membentuk spiral, dengan sel-sel kambium intervaskulernya yang
lebih renggang dan jaringan xylem dan floem lebih sedikit memungkinkan pertumbuhan
sekunder pada jaringan-jaringannya tidak begitu signifikan sehingga proses penebalan
pada sel-selnya juga tidak begitu cepat. Hal ini mendukung struktur Sulur Markisa untuk
dapat tumbuh dengan arah melingkar yang dapat membentuk seperti spiral dengan
menyesuakian fungsi dan habitatnya.

M. Kesimpulan
1. Pada batang Markisa letak susunan antar jaringan pembuluh lebih rapat jika
dibandingkan dengan susuanan antar jaringan pembuluh pada sulur Markisa yang
lebih renggang.
2. Jumlah sel-sel yang menyusun jaringan xylem dan floem pada batang lebih banyak
jika dibandingkan dengan jumlah sel yang menyusun xilelm dan floem pada sulur
Markisa. Sehingga xylem dan floem pada batang markisa lebih tebal dari pada xylem
dan floem pada Sulur Markisa.

N. Refleksi

O. Ide inovatif

P. Daftar Pustaka
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB Press
Iriawati. 2009. Jaringan Pembuluh. Bandung: ITB
Nugroho, Hartono. 2012. Anatomi Tumbuhan. http://elisa.ugm.ac.id/blog/ugmopen
courses/ (diakses tanggal 3 November 2016).

Anda mungkin juga menyukai