Anda di halaman 1dari 10

HISTOLOGI I

Oleh :
Nama : Nova Aprilia Nur Salamah
NIM : B1A017004
Rombongan : A1
Kelompok :1
Asisten : Salma Fauzia

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

Histologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan susunan


serta sifat fisik maupun kimia dari jaringan. Jaringan merupakan kumpulan sel yang
memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan yang dimiliki oleh mahluk hidup
telah memiliki pembagian tugas untuk setiap kelompok sel-selnya. Tumbuhan sendiri
memiliki pengkategorian jaringan berdasarkan fungsinya, yaitu jaringan pelindung,
jaringan dasar, jaringan penguat, jaringan pengangkut dan jaringan sekretori
(Trigiano & Gray, 2010).
Jaringan menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
jaringan muda atau jaringan meristem dan jaringan dewasa atau permanen. Jaringan
permanen merupakan jaringan yang telah mengalami deferensiasi. Umumnya
jaringan dewasa tidak membelah diri, bentuknya akan terlihat relatif permanen serta
rongga selnya besar. Jaringan permanen dibagi menjadi dua yaitu jaringan epidermis
dan jaringan parenkim (Kimball,1991). Jaringan terdiri atas jaringan muda atau
sering disebut juga dengan jaringan meristem, jaringan dasar atau parenkim,
sklerenkim, xilem, dan floem (Brotowidjoyo, 1989).

II. TUJUAN

Tujuan praktikum acara histologi I adalah:


1. Mengamati dan menjelaskan macam-macam derivat epidermis seperti sel silika,
sel gabus, stomata, trikoma dan sel motor.
2. Mengamati dan menjelaskan tentang struktur dan macam-macam aktinenkim
dan aerenkim.
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam acara praktikum histologi I diantaranya


mikroskop cahaya, object glass, cover glass, silet, pipet tetes dan laporan sementara.
Bahan-bahan yang digunakan dalam acara praktikum histologi I diantaranya
irisan membujur daun jagung (Zea mays L.), irisan membujur daun adam hawa
(Rhoeo discolor), spesimen irisan membujur kulit batang tebu (Saccharum
officinarum), spesimen irisan melintang daun kumis kucing (Orthosiphon
stamineus), irisan epidermis bawah daun durian (Durio zibethinus), irisan melintang
tangkai daun kana atau tasbih (Canna sp.) dan air.

B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum acara sitologi adalah :


1. Irisan membujur daun adam hawa (Rhoeo discolor) diletakkan di atas object
glass, lalu ditetesi air dan ditutup dengan cover glass.
2. Irisan membujur kulit batang tebu (Saccharum officinarum) diletakkan di
atas object glass dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan cover glass.
3. Irisan melintang daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) diletakkan di
atas object glass dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan cover glass.
4. Irisan epidermis bawah daun durian (Durio zibethinus) diletakkan di atas
object glass dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan cover glass.
5. Irisan melintang tangkai daun kana atau tasbih (Canna sp.) diletakkan di
atas object glass dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan cover glass.
6. Irisan membujur daun jagung (Zea mays) diletakkan di atas object glass dan
ditetesi air, kemudian ditutup dengan cover glass.
7. Semua preparat diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran
400X terkecuali irisan epidermis bawah daun durian (Durio zibethinus)
digunakan perbesaran 100X.
8. Hal yang diamati antara lain letak sel silika dan sel gabus, bentuk sel
epidermis, bentuk sel penutup pada stoma, tipe stoma dan bentuk serta tipe
trikoma, lalu bagian yang terlihat dicatat, digambar dan diberi keterangan di
lembar pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Keterangan gambar :
1. Epidermis
2. Sel gabus
11 3. Sel silika

13

Gambar 1. Ø. B. Epidermis Batang Saccharum officinarum (Tebu)


Perbesaran 400X

Keterangan gambar :
1. Sel penutup bentuk halter
11
2. Sel tetangga (2 buah)
3. Porus
4. Epidermis
12
13
Tipe stoma : Graminae
14

Gambar 2. Ø. B. Daun Zea mays L. (Jagung) Perbesaran 400X

Keterangan gambar :
1. Aktinenkim
2. Aerenkim
11

12

Gambar 3. Ø. L. Tangkai Daun Canna sp. (Tasbih) Perbesaran 400X


Keterangan gambar :
11 1. Sel penutup bentuk ginjal
32 2. Sel tetangga (4 buah)
3. Porus
13 4. Epidermis

Tipe stoma: Amarillidaceae


14

Gambar 4. Ø. B. Epidermis Daun Rhoeo discolor (Adam Hawa)


Perbesaran 400X

11 Keterangan gambar :
32 1. Epidermis atas
2. Jaringan palisade
3. Sel spons
13
4. Trikoma
14
5. Epidermis bawah

15 Tipe trikoma: Glanduler

Gambar 5. Ø. L. Daun Orthosiphon stamineus (Kumis Kucing)


Perbesaran 400X

Keterangan gambar :
1. Trikoma bentuk bintang
2. Trikoma bentuk sisik
11

Tipe trikoma: Non glanduler


32

Gambar 6. Irisan Epidermis Bawah Daun Durio zibethinus (Durian)


Perbesaran 100X
B. Pembahasan

Epidermis merupakan jaringan paling luar yang menutupi permukaan organ


tumbuhan dan berfungsi untuk melindungi isi di sebelah dalamnya. Ciri khas sel
epidermis adalah sel-selnya rapat satu sama lain membentuk bangunan padat tanpa
ruang antar sel. Dinding sel epidermis terdiri beberapa macam seperti yang tipis,
yang mengalami penebalan di bagian yang menghadap ke permukaan tubuh dan ada
yang semua sisinya berdinding tebal dan mengandung lignin. Sel-sel epidermis dapat
berkembang menjadi alat tambahan atau derivat epidermis, misalnya stoma, trikoma,
sel silika, sel gabus dan sel motor (Beck, 2010). Endodermis tidak dapat terlihat
begitu jelas karena epidermis hanya terdiri dari satu sel saja dan ukurannya lebih
kecil dari parenkim sehingga sulit diamati (Nurwanti et al., 2013).
Derivat epidermis dapat meliputi stoma, trikoma, sel silika, sel gabus dan sel
motor. Stoma merupakan derivat yang berfungsi dalam pertukaran gas antar jaringan
daun dan atmosfer, dan terbagi menjadi sel penutup dan sel tetangga. Stoma terbagi
berdasarkan bentuk dan letak penebalan dinding sel penutup serta arah membukanya
sel penutup, yaitu graminae, amaryllidaceae, helleborus dan mnium(Cutler et al.,
2007). Regulasi stomata merupakan salah satu faktor utama yang dapat menentukan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman dan siklus bagi global. Stomata
memiliki fungsi yang sangat penting sehingga menjadi pusat banyaknya tingkatan
daun (Urban et al., 2017). Trikoma adalah bentuk modifikasi dari epidermis berupa
rambut-rambut. Trikoma terbagi menjadi glanduler dan non glanduler. Sel silika dan
sel gabus terbentuk dari epidermis, dimana fungsi dari keduanya adalah untuk
memperkuat epidermis. Sel motor merupakan derivat epidermis yang berfungsi
untuk menggulung daun agar penguapan dapat dikurangi (Cutler et al., 2007).
Jaringan parenkim adalah jaringan dasar yang terdapat hampir pada semua
bagian jaringan tumbuhan dan juga mengisi jaringan tumbuhan baik pada akar,
batang, daun, biji dan buah. Jaringan parenkim terdiri atas sel-sel hidup yang tidak
cukup terspesialisasi, jadi dapat berubah kembali menjadi sel meristem. Dengan
demikian, jaringan parenkim masih dapat kembali membelah (Nofrizal et al., 2011).
Berdasarkan fungsinya, parenkim dapat dibedakan menjadi beberapa macam.
Parenkim asimilasi dimana didalam sel-selnya terdapat kloroplas yang berperan
dalam fotosintesa, terdapat mesofil daun dan pada batang berwarna hijau. Parenkim
pengangkut terdapat pada batang dengan sel berbentuk memanjang menurut arah
angkut. Parenkim air terdapat pada tumbuhan xerofit sebagai bentuk adaptasi
terhadap musim kering sehingga tidak mengandung kloroplas, bervakuola besar dan
mengandung sedikit plasma kadang berlendir seperti pada lidah buaya (Aloe vera).
Parenkim penimbun terdapat dalam bagian tubuh tanaman, misal pada empulur
batang, umbi, dan akar. Parenkim udara memiliki ruang antara sel yang besar dan sel
berbentuk bulat atau bintang, misal pada daun kana (Canna sp.) (Raven et al., 2006).
Jaringan parenkim berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi parenkim
asimilasi, parenkim pengangkut, parenkim air, parenkim udara dan parenkim
penimbun. Sementara jika dikategorikan berdasarkan bentuknya, parenkim dapat
dibagi menjadi parenkim palisade, parenkim bunga karang, parenkim cabang dan
parenkim lipatan. Preparat irisan melintang tangkai daun kana atau tangkai daun
tasbih (Canna sp.) memiliki parenkim cabang atau aktinenkim dan parenkim udara
atau aerenkim. Aktinenkim pada preparat daun kana ini berbentuk seperti bintang
dengan ujung yang bersambungan. Sementara aerenkim pada preparat daun kana
berfungsi untuk tempat penyimpanan udara (Raven et al., 2006). Ketika tumbuhan
berada dalam kondisi jenuh, aerenkim akan terbentuk pada korteks akar yang dapat
melakukan penghambatan nutrisi dari tanah oleh akar. Pembentukan aerenkim
tersebut merupakan salah satu mekanisme adaptasi terhadap lingkungan anaerobik
dan akan berfungsi untuk memasok oksigen dari atmosfer (Hasanah et al., 2017).
Berdasarkan pengamatan, irisan membujur epidermis batang tebu
(Saccharum officinarum) memiliki epidermis beserta sel gabus dan sel silika.
Terdapat pula sel gabus yang tidak bersama dengan sel silika, namun sel silika dapat
dipastikan selalu ada bersama sel gabus dikarenakan komponen di dalam sel silika
berkaitan dengan sel gabus (Cutler et al., 2007). Tipe stoma yang diamati pada
praktikum ini didasarkan oleh letak penebalan dinding sel penutup serta arah
membukanya sel penutup. Preparat irisan membujur daun jagung (Zea mays L.)
memiliki sel penutup bentuk halter, sel tetangga sebanyak 2 buah, porus dan
epidermis. Berdasarkan struktur itu, dapat dikatakan daun jagung memiliki bentuk
stoma graminae. Preparat irisan membujur epidermis daun adam hawa (Rhoeo
discolor) memiliki sel penutup bentuk ginjal, sel tetangga sebanyak 4 buah, porus
dan epidermis. Berdasarkan struktur itu, dapat dikatakan daun adam hawa memiliki
bentuk stoma amarillidaceae (Cutler et al., 2007). Tipe trikoma dibagi menjadi
glanduler dan non glanduler. Preparat irisan melintang daun kumis kucing
(Orthosiphon stamineus) memiliki epidermis atas, jaringan palisade, jaringan spons,
epidermis bawah dan trikoma tipe glanduler karena menghasilkan sekret. Sementara
pada preparat irisan epidermis bawah daun durian (Durio zibethinus) memiliki dua
jenis trikoma yaitu trikoma bentuk sisik dan trikoma bentuk bintang, dimana
keduanya tidak menghasilkan sekret. Oleh sebab itu, trikoma pada daun durian
digolongkan sebagai trikoma non glanduler (Raven et al., 2006).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Derivat epidermis dapat meliputi stoma, trikoma, sel silika, sel gabus dan sel
motor. Stoma merupakan derivat epidermis yang berfungsi dalam pertukaran gas
antar jaringan daun dan atmosfer, dan terbagi menjadi sel penutup dan sel
tetangga seperti yang terdapat pada irisan membujur daun jagung (Zea mays L.)
dengan tipe stoma graminae dan sel penutup yang terdapat dalam irisan
membujur daun adam hawa (Rhoeo discolor) dengan tipe stoma amarillidaceae.
Trikoma adalah bentuk modifikasi dari epidermis berupa rambut-rambut.
Trikoma terbagi menjadi glanduler seperti pada irisan melintang daun kumis
kucing (Orthosiphon stamineus) dan non glanduler seperti pada irisan epidermis
bawah daun durian (Durio zibethinus). Sel silika dan sel gabus terbentuk dari
epidermis, dimana fungsi dari keduanya adalah untuk memperkuat epidermis
yang terdapat dalam irisan membujur kulit batang tebu (Saccharum
officinarum).
2. Aerenkim atau jaringan Parenkim udara berfungsi dalam mengapungkan
tumbuhan. Jaringan parenkin ini dapat ditemukan pada tangkai daun tasbih
(Canna sp.) sebagai tempat menyimpan udara. Selain aerenkim, (Canna sp.)
juga memiliki aktinenkim atau parenkim cabang yang berbentuk bintang dan
ujung bersambungan.

B. Saran

Saran untuk praktikum Histologi I kali ini adalah alangkah lebih baik untuk
preparat yang digunakan masih dalam keadaan baik dan masih segar ataupun bagus
agar memudahan praktikan dalam mengamatinya dan pemanfaatan waktu yang harus
digunakan dengan baik. Hal ini dilakukan untuk efisiensi berjalannya praktikum dan
materi praktikum dapat dijelaskan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Beck, C.B. 2010. An Introduction to Plant Sructure and Development 2 nd ed.


Cambridge: Cambridge University Press.

Brotowidjoyo. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Cutler D.F, Botha T. & Stevenson D.W. 2007. Plant Anatomy: An Applied Approach.
New York: John Wiley & Sons.

Evert, R.F. & Eichhorn, S.E. 2006. Esau's Plant Anatomy: Meristems, Cells, and
Tissues of the Plant Body: Their Structure, Function, and Development, 3rd
Edition. New York : John Wiley & Sons.

Hasanah N.A., Budi I.S, Chusmul A. & Slamet W. 2017. Muka Air Optimum Pada
System of Rise Intensification (SRI). Jurnal Irigasi. 12(1) pp, 55-64.

Kimball, J.W. 1991. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Nofrizal M.A, Irwandy S. & Ied H. 2011. Kajian Awal Pemanfaatan Rumput Teki
(Fimbristylis sp.), Linggi (Penicum sp.) dan Sianik (Carex sp.) sebagai Serat
Alami untuk Bahan Alat Penangkapan Ikan. Jurnal Natur Indonesia. 14(1) pp,
100-106.

Nurwanti M, Djoko J.B. & Rinie P.P. 2013. Pemanfaatan Filtrat Daun Muda Jati
Sebagai Bahan Pewarna Aternatif dalam Pembuatan Preparat Jaringan
Tumbuhan. Jurnal Biotech. 2(1) pp, 73-76.

Raven P.H, Evert R.F. & Eichhorn S.E. 2006. Biology of Plants. New York: Worth
Publishers.

Trigiano R.N. & Gray D.J. 2010. Plant Tissue Culture, Development, and
Biotechnology. India: CRC Press.

Urban J, Miles W.I, Mary A.M.G. & Robert O.T. 2017. Increase in Leaf
Temperature Opens Stomata and Decouples Net Photosynthesis From Stomatal
Conductance in Pinus Taeda And Populus Deltoides X Nigra. Journal of
Experimental Botany. 68(7) pp, 1757-1767.

Anda mungkin juga menyukai