Anda di halaman 1dari 26

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apabila kita mendengar kata “keanekaragaman” dalam pikiran kita

mungkin terbayang kumpulan benda yang bermacam macam, baik ukuran, warna,

bentuk, tekstur, dan sebagainya. Bayangan tersebut memang tidak salah. Kata

keanekaragaman memang untuk menggambarkan keadaan bermacam macam

suatu benda, yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan dalam hal ukuran, warna,

bentuk, tekstur maupun jumlah. Sedangkan kata “makhluk hidup” menunjukkan

sesuatu yang hidup. Jadi keanekaragaman makhluk hidup menggambarkan

bermacam macam makhluk hidup (organisme) penghuni biosfer.

Konsep keanekaragaman makhluk hidup didasari pada prinsip bahwa tidak

ada makhluk hidup yang sama persis di dunia ini. Coba perhatikan wajah teman

teman kita di kelas, bahkan mereka yang terlahir kembar, pasti memiliki

perbedaan. Setiap makhluk hidup pasti memiliki sifat, wujud dan perilaku yang

berbeda. Keberagaman sifat atau bentuk makhluk inilah yang membentuk sebuah

keanekaragaman makhluk hidup. Dengan demikian, keanekaragaman makhluk

hidup yang menunjukkan seluruh variasi gen, spesies dan ekosistem disuatu

tempat.

Keanekaragaman makhluk hidup dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor genetik, yang bersifat relatif

stabil atau konstan pengaruhnya terhadap morfologi (fenotipe) organisme.

Sementara itu, faktor eksternal misal lingkungan relatif labil pengaruhnya

terhadap morfologi (fenotipe) organisme.

1
Keanekaragaman makhluk hidup yang ada di bumi kita ini merupakan

hasil proses evolusi yang lama, sehingga melahirkan bermacam macam makhluk

hidup. Berdasarkan keanekaragaman makhluk hidup, maka dibuatlah klasifikasi

makhluk hidup agar memudahkan kita untuk mengenali dan mengetahui dengan

baik tentang suatu makhluk hidup, serta dengan adanya klasifikasi munculah

sistem penamaan makhluk hidup dan aturan pemberian nama ilmiah suatu

makhluk hidup. Jadi disini penulis akan menjelaskan tentang terbentuknya

keanekaragaman dan klasifikasi makhluk hidup, keanekaragaman tumbuhan, serta

tumbuhan berpembuluh dan tumbuhan tidak berpembuluh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan didalam tulisan ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana terbentuknya keanekaragaman dan klasifikasi makhluk hidup?

2. Mengapa di bumi terdapat keanekaragaman tumbuhan?

3. Bagaimana perbedaan tumbuhan berpembuluh dan tumbuhan tidak

berpembuluh?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana terbentuknya keanekaragaman dan klasifikasi

makhluk hidup.

2. Untuk mengetahui keanekaragaman tanaman di bumi.

3. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan tumbuhan berpembuluh dan

tumbuhan tidak berpembuluh.

2
II. PEMBAHASAN

A. Terbentuknya Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

1. Tingkatan Keanekaragaman Makhluk Hidup

Tingkatan keanekaragaman makhluk hidup dapat dikelompokkan atas

keanekaragaman tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis (spesies) dan

keanekaragaman tingkat ekosistem.

a. Keanekaragaman Tingkat Gen

Gen adalah substansi kimia sebagai faktor penentu sifat keturunan. Gen

terdapat dalam lokus kromosom, kromosom ada dalam inti sel. Semua mahluk

hidup yang ada dipermukaan bumi ini mempunyai kerangka dasar komponen sifat

menurun yang sama. Keanekaragaman gen adalah keanekargaman individu dalam

satu jenis atau spesies makhluk hidup. Keanekaragaman gen menyebabkan

bervariasinya susunan genetik sehingga berpengaruh pada genotip (sifat) dan

fenotip (penampakan luar) suatu makhluk hidup.

Keanekaragaman gen menunjukkan adanya variasi susunan gen pada

individu-individu sejenis. Gen-gen tersebut mengekspresikan berbagai variasi dari

satu jenis makhluk hidup, seperti tampilan pada warna mahkota bunga, ukuran

daun, tinggi pohon, dan sebagainya. Variasi dalam spesies ini disebut varietas.

Setiap individu tersusun atas banyak gen, bila terjadi perkawinan atau persilangan

antar individu yang karakternya berbeda akan menghasilkan keturunan yang

semakin banyak variasinya. Hal ini terjadi karena pada saat persilangan akan

3
terjadi penggabungan gen-gen dari masing-masing individu melalui sel kelamin.

Hal inilah yang menyebabkan keanekaragaman gen semakin tinggi.

b. Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies)

Jenis (spesies) diartikan sebagai individu yang mempunyai persamaan morfologis,

anatomis, fisiologis dan memiliki kemapuan untuk melakukan perkawinan dengan

sesamanya sehingga meghasilkan keturunan yang subur (fertile) untuk

melanjutkan generasinya.

Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada

mahluk hidup antar jenis. Perbedaan antar jenis pada mahluk hidup yang termasuk

pada satu keluarga (family) lebih mencolok sehingga lebih mudah diamati

daripada perbedaan individu dalam satu spesies. Contoh keanekaragaman jenis

dapat dilihat dari keluarga kacang-kacangan. Ada kacang kapri, kacang tanah,

kacang hijau, kacang merah, kaang kedelai dan kacang panjang.

c. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem

Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik

antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara

makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam aktivitas kehidupannya makhluk

hidup selalu berinteraksi dan bergantung pada lingkungan sekitarnya.

Ketergantungan ini berkaitan dengan kebutuhan akan oksigen, cahaya

matahari, air, tanah, cuaca, dan faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang

berbeda menyebabkan adanya perbedaan cara adaptasi berbagai jenis makhluk

hidup (komponen biotik). Hal ini menunjukkan adanya keanekragaman ekosistem.

Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman suatu komunitas yang

4
terdiri dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme di suatu habitat.

Keanekaragaman ekosistem ini terjadi karena adanya keanekaragaman gen dan

keanekaragaman jenis (spesies). Contoh keanekargaman ekosistem : sawah, hutan,

pantai.

2. Keanekaragaman Makhluk Hidup Di Indonesia

Di Indonesia Diperkirakan hampir 30% spesies makhluk hidup yang ada di

bumi ini terdapat di Indonesia. Indonesia dilimpahi dengan kekayaan hayati yang

tiada taranya. Hutan yang terbentang di lebih 17.000 pulau memiliki berbagai

jenis flora dan fauna yang tidak dapat dijumpai dibagian bumi lainnya. Menurut

data yang ada di pusat konservasi tumbuhan Kebun Raya Bogor-Lipi mencatat

bahwa terdapat 2 juta spesies tumbuhan di dunia dan 60% nya ada di Indonesia.

Oleh karena itu bangga sekali jika kita menjadi orang Indonesia yang memiliki

fauna bertipe Asia, Australia dan peralihannya.

Indonesia terletak di daerah tropis sehingga memiliki keanekaragaman

makhluk hidup yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropis (iklim sedang)

dan kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman makhluk hidup di Indonesia

ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti:

ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem

hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan

lain-lain. Masing masing ekosistem ini memiliki keaneragaman makhluk hidup

tersendiri.

Tumbuhan (flora) di Indonesia merupakan bagian dari geografi tumbuhan

Indo-Malaya. Flora Indo-Malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India,

Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Flora yang tumbuh di

5
Malaysia, Indonesia, dan Filipina sering disebut sebagai kelompok flora

Malesiana.

Berdasarkan garis webber yang membatasi antara hewan/ fauna yang

bertipe Asia terdapat di kawasan barat Indonesia antara lain Sumatera, Jawa, Bali

dan Kalimantan. Hewan- hewan tersebut antara lain gajah, harimau, banteng, dan

badak. Sedangkan secara garis wallace yang terbentang,Hewan yang bertipe

Australia terdapat di Kawasan timur donesia antara lain Maluku, Nusa Tenggara,

dan Papua. Hewan –hewan tersebut antara lain biawak, kuskus dan burung

cendrawasih. Serta hewan-hewan yang terdapat di sulawesi merupakan tipe

peralihan. Misalnya anoa dan babi rusa.

3. Klasifikasi Makhluk Hidup

a. Tahapan klasifikasi

Untuk mengklasifikasikan makhluk hidup harus melalui serangkaian

tahapan. Tahapan tersebut antara lain sebagai berikut:

i. Pengamatan sifat makhluk hidup Pengamatan merupakan proses awal

klasifikasi, yang dilakukan dalam proses ini adalah melakukan identifikasi

makhluk hidup satu dengan makhluk hidup yang lainnya. Mengamati dan

mengelompokkan berdasarkan tingkah laku, bentuk morfologi, anatomi,

dan fisiologi.

ii. Pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan pada ciri yang diamati Hasil

pengamatan kemudian diteruskan ke tingkat pengelompokkan makhluk

hidup. Dasar pengelompokkannya adalah ciri dan sifat atau persamaan dan

perbedaan makhluk hidup yang diamati.

6
iii. Pemberian nama makhluk hidup Pemberian nama makhluk hidup

merupakan hal yang penting dalam klasifikasi. Ada berbagai sistem

penamaan makhluk hidup, antara lain pemberian nama dengan sistem tata

nama ganda (Binomial Nomenclature) dan trinomial. Dengan adanya nama

makhluk hidup maka ciri dan sifat makhluk hidup akan lebih mudah

dipahami.

b. Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup

Berdasarkan kriteria yang digunakan, sistem klasifikasi makhluk hidup

dibedakan menjadi tiga, yaitu sistem buatan (artifisial), sistem alami (natural), dan

sistem filogenik.

i. Sistem Klasifikasi Buatan (Artifisial)

Sistem klasifikasi buatan mengutamakan tujuan praktis dalam ikhtisar

dunia makhluk hidup. Dasar klasifikasi adalah ciri morfologi, alat reproduksi,

habitat dan penampakan makhluk hidup (bentuk dan ukurannya). Misalnya, pada

klasifikasi tumbuhan ada pohon, semak, perdu, dan gulma. Berdasarkan tempat

hidup, dapat dikelompokkan hewan yang hidup di air dan hewan yang hidup di

darat. Berdasarkan kegunaannya, misalnya makhluk hidup yang digunakan

sebagai bahan pangan, sandang, papan dan obat-obatan.

ii. Sistem Klasifikasi Alami (Natural)

Klasifikasi makhluk hidup yang menggunakan sistem alami menghendaki

terbentuknya takson yang alami. Pengelompokkan pada sistem ini dilakukan

berdasarkan pada karakterkarakter alamiah yang mudah untuk diamati, pada

umumnya berdasarkan karakter morfologi, sehingga terbentuk takson-takson yang

alami, misalnya hewan berkaki empat, hewan bersirip, hewan tidak berkaki, dan

7
sebagainya. Pada tumbuhan misalnya tumbuhan berdaun menyirip, tumbuhan

berdaun seperti pita, dan sebagainya.

iii. Sistem Klasifikasi Filogenik

Sistem klasifikasi filogenik merupakan suatu cara pengelompokkan

organisme berdasarkan garis evolusinya atau sifat perkembangan genetik

organisme sejak sel pertama hingga menjadi bentuk organisme dewasa. Sistem

klasifikasi ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teori evolusi. Teori ini

diperkenalkan oleh Charles Darwin (1859). Sistem klasifikasi filogeni ini

merupakan sistem klasifikasi yang mendasari sistem klasifikasi modern, yang

dipelopori oleh Hudchinson, Cronquist, dan lainnya. Makin dekat hubungan

kekerabatan, maka makin banyak persamaan morfologi dan anatomi antar takson.

Semakin sedikit persamaan maka makin besar perbedaannya, berarti makin jauh

hubungan kekerabatannya. Misalnya, orang utan lebih dekat kekerabatannya

dengan monyet dibandingkan dengan manusia. Hal itu didasarkan pada tes

biokimia setelah ilmu pengetahuan berkembang pesat, terutama ilmu pengetahuan

tentang kromosom, DNA, dan susunan protein organisme.

c. Pengklasifikasian Makhluk Hidup

Pada awalnya dalam klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan dalam

kelompokkelompok berdasarkan persamaan ciri yang dimiliki. Kelompok-

kelompok tersebut dapat didasarkan pada ukuran besar hingga kecil dari segi

jumlah anggota kelompoknya. Namun, kelompok-kelompok tersebut disusun

berdasarkan persamaan dan perbedaan. Urutan kelompok ini disebut takson atau

8
taksonomi. Kata taksonomi sendiri berasal dari Bahasa Yunani, yaitu taxis

(susunan, penyusunan, penataan) atau taxon (setiap unit yang digunakan dalam

klasifikasi objek biologi) dan nomos (hukum). Menurut Carolus Lennaeus,

tingkatan takson diperlukan untuk pengklasifikasian, yang berurutan dari

tingkatan tinggi yang umum menuju yang lebih spesifisik di tingkatan yang

terendah. Urutan hierarkinya yaitu:

• Kingdom (Kerajaan)

• Phylum (Filum) untuk hewan / Divisio (Divisi) untuk tumbuhan

• Classis (Kelas)

• Ordo (Bangsa)

• Familia (Keluarga)

• Genus (Marga)

• Spesies (Jenis)

Dari tingkatan di atas, bisa disimpulkan jika dari spesies menuju kingdom,

maka takson semakin tinggi. Selain itu jika takson semakin tinggi, maka jumlah

organisme akan semakin banyak, persamaan antar organisme akan makin sedikit

sedangkan perbedaanya akan semakin banyak. Sebaliknya, dari kingdom menuju

spesies, maka takson semakin rendah. Dan jika takson semakin rendah, maka

jumlah organisme akan semakin sedikit, persamaan antar organisme akan makin

banyak sedangkan perbedaanya akan semakin sedikit.

i. Kelompok Hewan

Hewan yang terdapat di muka bumi ini sangat beragam, baik dari segi

bentuk maupun ukurannya. Secara umum hewan dapat diklasifikasikan menjadi 2

9
yaitu hewan vertebrata (bertulang belakang) dan hewan invertebrata (tidak

bertulang belakang).

ii. Kelompok Tumbuh-tumbuhan

Kingdom Plantae (tumbuhan) dibagi ke dalam beberapa divisio, yakni

Lumut (Bryophyta), Paku-pakuan (Pteridophyta), tumbuhan berbiji

(Spermatophyta), serta Ganngang (Thallophyta).

d. Sistem Klasifikasi Lima Kingdom

Robert H. Whittaker, pengelompokkanmakhluk hidup dibagi menjadi 5

kingdom utama, yaitu : 1) Kingdom Monera, 2) Kingdom Protista, 3) Kingdom

Fungi, 4) Kingdom Plantae, dan 5) Kingdom Animalia.

i. Kingdom Monera

Monera adalah Kingdom makhluk hidup yang tidak memiliki membran

inti, biasanya disebut organisme prokariot. Meskipun tidak memiliki membran

inti, kelompok monera memiliki bahan inti, seperti asam inti, sitoplasma, dan

membran sel. Cara reproduksi monera dapat berlangsung secara aseksual dan

seksual. Contoh kelompok Monera ialah bakteri dan alga biru.

ii. Kingdom Protista

Protista adalah organisme eukariot pertama atau paling sederhana. Protista

merupakan organisme eukariotik sehingga memiliki membran inti sel. Protista

mempunyai keanekaragaman metabolisme. Protista ada yang aerobik dan

memiliki mitokondria sebagai alat resporasinya, serta ada juga yang anaerobik.

10
Ada juga Protista yang fotoautotrof karena memiliki kloroplas, dan ada juga yang

hidup secara heterotrof dengan cara menyerap molekul organik atau memakan

organisme lainnya.

iii. Kingdom Jamur (Fungi)

Kelompok jamur (fungi) merupakan kelompok makhluk hidup yang

memperoleh makanan dengan cara menguraikan bahan organik makhluk hidup

yang sudah mati. Jamur tidak berklorofil, berspora, tidak mempunyai akar, batang,

dan daun. Jamur hidupnya di tempat yang lembap, bersifat saprofit (organisme

yang hidup dan makan dari bahan organik yang sudah mati atau yang sudah

busuk) dan parasit organisme yang hidup dan mengisap makanan dari organisme

lain yang ditempelinya).

iv. Kingdom Plantae

Plantae atau tumbuhan ialah organisme yang mempunyai membran inti

(Eukariotik) yang dapat membuat makanannya sendiri dan bersel banyak. Pada

umumnya plantae hidup di darat. Perkembangbiakannya bisa secara kawin dan

tidak kawin. Memiliki zat warna/kloroplas yang berisi klorofil/ makhluk

autotroph. Kingdom plantae terbagi memjadi 3 kelompok: Lumut / Bryophyta,

paku-pakuan / Pteridophyta, dan tumbuhan biji / Spermatophyta.

v. Kingdom Animalia

Animalia atau hewan adalah organisme yang memakan makhluk hidup

lain untuk kebutuhan makanannya. Makhluk hidup ini bersel banyak, memiliki

inti sel eukariotik, tidak memiliki dinding sel, tidak berkloroplas, makhluk

11
heterotroph, memiliki pigmen kulit. Animalia terdiri dari dua filum, yaitu:

Chordata: Vertebrata (Pisces, amphibi, reptile, aves, mamalia), dan Achordata:

Invertebrata/ Avertebrata (Porifera, Coelentrata, Annelida, dll.

B. Keanekaragaman Tumbuhan

Di dunia ini ada berbagai macam tumbuhan dengan bentuk dan ukuran

yang berbeda-beda. Banyak dari spesies tumbuhan tersebut bisa ditemui di

Indonesia. Banyaknya spesies tersebut dikarenakan adanya perbedaan dan

persamaan ciri pada tumbuhan. Dengan banyaknya spesies tersebut maka para ahli

mengelompokkan makhluk hidup menurut persamaan dan perbedaan ciri makhluk

hidup. Tumbuhan dimasukan ke dalam kingdom plantae. ciri-ciri kingdom plantae

adalah memiliki zat hijau daun atau klorofil yang dapat membuat makanannya

sendiri (autrotof) kecuali tanaman parasite, tidak bisa bergerak aktif, memiliki

dinding sel, dan memiliki vakoula yang besar.

Sesuai dengan kondisi lingkungannya, flora disuatu tempat dapat terdiri

dari beragam jenis yang masing-masing dapat terdiri dari variasi gen yang hidup

di beberapa (tempat hidup). oleh karena itu, munculah istilah keanekaragaman

flora yang mencakup makna keanekaragaman jenis, genetik dari jenis, dan habitat

di mana jenis-jenis flora tersebut tumbuh (Kusmana & Agus).

Keanekaragaman adalah ungkapan yang dimana terdapat beraneka ragam

bentuk, penampilan, desnsitas dan sifat yang terlihat dalam berbagai tingkatan

organisasi kehidupan seperti ekosistem, jenis, dan genetik. Nilai keanekaragaman

12
ditentukan dengan menggunakan angka indeks. Istilah flora dimaknai sebagai

seluruh jenis tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah tertentu. Apabila istilah flora

dikaitkan dengan life-form (bentuk hidup/habitus) tumbuhan, maka akan muncul

berbagai istilah seperti Flora pohon (flora berbentuk pohon), Flora semak belukar,

Flora rumput, dan lainnya. apabila istilah flora tersebut dikaitakn dengan nama

daerah, maka akan timbul istilah-istilah seperti Flora Jawa, Flora Gunung

Halimun, dan lainnya (Kusmana & Agus, 2015).

Menurut uraian tersebut maka kesimpulannya adalah keanekaragaman

tumbuhan mengambil makna keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman habitat

di mana jenis-jenis flora tersebut tumbuh.

Sumber alam hayati adalah bagian dari mata rantai tatanan lingkungan

hidup, yang menjadikan lingkungan tersebut hidup dan mampu menghidupkan

manusia dari generasi ke generasi. Makin beraneka ragam sumber tersebut,

semakin banyaklah hikmah dan pilihan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Begitu banyak jumlah tumbuhan, tetapi tidak sitemukan dua

individuyang sama persis sekalipun anak kembar identic. banyaknya jenis

tumbuhan sebagai sumber produksi pangan, sandang, dan papan-perumahan

maupun kebutuhan lainnya.

1. Sumber Variasi Keanekaragaman Tumbuhan

Sekarang ini keanekaragaman dianggap sebagai efesien dan primitif,

dimana keseragaman merupakan efisien dan modern. hal yang sama juga terjadi

pada keragaman hayati atau yang sering diistilahkan sebagai keanekaragaman

hayati. pada saat proses tersebut penyeragaman sudah terjadi pada semua aspek

13
sehingga terjadi penekanan pada perkembangan keragaman genetik (Endarwati,

2005).

Adapun sumber-sumber variasi keanekaragaman tumbuhan dipaparkan

sebagai berikut:

a. Variasi Perkembangan

Proses ini ditentukan secara genetis. contoh pada tanaman cocor bebek

(Kalanchoe Pinnata) diperoleh daun tunggal dan majemuk menyirip beranak daun

tiga pada satu individu tanaman yang sering kali disebut heterofisme.

b. Variasi yang disebabkan Lingkungan

Tumbuhan beraneka ragam dan banyak jenisnya yang menyimpang di

dalam pertumbuhannya, sebagai respon atas lingkungan. Perubahan tersebut

disebebakan oleh sinar matahari, air, makanan, suhu, dan tanah. sebagai contoh,

tumbuhan kaktus. Daun tanaman ini berbentuk seperti duri atau jarum dan tebal

karena tumbuh di daerah dengan sinar matahari yang berlebihan seperti padang

pasir atau gurun. Akibatnya supaya tidak terjadi transpirasi secara berlebihan,

maka bentuk daun pada kaktus tidak melebar seperti bentuk daun kebanyakan.

c. Variasi Genetika

i. Mutasi

Mutasi merupakan perubahan yang terjadi secara mendadak diteruskan ke

generasi berikutnya yang bersifat vokal. keturunan yang terjadi berbeda, baik

14
bentuk ataupun sifatnya dengan induktif mutasi dapat terjadi di alam bebas atau

secara buatan.

ii. Rekombinasi dan Aliran Gen

Gerakan dan pertukaran gen-gen di antara anggota populasi

menggambarkan perpindahan gen-gen. Rekombinasi adalah hasil akibat

kombinasi baru dari gen yang telah ada. Perpindahan gen dan rekomendasi

menyangkut gen-gen yang ada dari pembawaan.

2. Macam Keanekaragaman Tumbuhan Di Indonesia

Indonesia kaya akan keanekaragaman tumbuhan-tumbuhannya. Sebagai

salah satu negara dengan hutan terluas di dunia (posisi ke-9), memiliki iklim

tropus, terdapat diantara dua benua dan dua samudera, dan terdiri dari wilayah

kepulauan, tentu menjadikan Indonesia memiliki ragam macam tumbuhan

endemik. Sekitar 40.000 jenis tumbuhan hidup di wilayah Indonesia.

Jumlah ini terdiri dari tumbuhan berbiji sekitar 25.000 spesies atau sekitar

10% dari total tumbuhan biji dunia, dan lumut dan ganging sebanyak 35.000 jenis.

Hampir 40% total spesies tumbuhan di Indonesia adalah vegetasi endemic yang

tidak dapat ditemui di belahan dunia manapun. Indonesia memiliki jenis anggrek

(Orchidaceae) sekitar 3.000 jenis dan merupakan suku tumbuhan terbanyak

dibandingkan jenis lainnya.

Selain itu, sebagian besar flora nusantara mempunyai nilai ekonomi yang

tinggi, seperti hasil hutan berupa kayu dari pohon jati, mahoni, gaharu, meranti

dan lain sebagainya. Salah satu jenis hutan yang ada di Indonesia adalah hutan

hujan tropis. Hutan hujan tropis merupakan hutan yang berada di daerah tropis

15
dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Intensitas hujan berkisar dari

1.200 mm per tahun. Dalam hutan hujan tropis ada beberapa kelompok tumbuhan

seperti lumut, tanaman paku, dan tumbuhan berbiji.

3. Ciri Khusus Beberapa Jenis Tumbuhan

a. Teratai

Rongga-rongga udara pada teratai termasuk tumbuhan yang hidup di air.

Daun teratai biasanya berbentuk bundar. Terdapat jenis teratai dengan daun

berdiameter mencapai 1 sampai 2 meter. Daun yang lebar tersebut memudahkan

penguapan air serta fotosintesis tanaman.Teratai tumbuh dari dasar air dengan

tangkai daun yang cenderung tumbuh menjalar sehingga helai daun selalu tampak

mengapung.

Tangkai bunga cenderung tumbuh tegak sehingga bunga-bunga teratai bisa

muncul dan menyembul keluar dari permukaan air. Akar tanaman teratai terletak

di dalam air. Jika batang atau akar teratai dibelah melintang, akan terlihat lubang-

lubang atau rongga-rongga udara di dalamnya. Rongga-rongga tersebut berfungsi

sebagai pembawa oksigen ke batang dan akar. Sehingga, tumbuhan ini tetap dapat

bernafas meskipun berada di dalam air.

b. Kantong Semar dan Venus

Tumbuhan kantong semar tumbuh di daerah rawa. Sebagai tempat tumbuh,

kandungan nitrogen di rawa-rawa sangatlah sedikit, akibatnya kantong semar

tidak dapat mencukupi kebutuhannya akan asupan nitrogen jika tidak bergantung

pada serangga sebagai asupan makanannya. Serangga mengandung banyak sekali

zat nitrogen.

16
Daun kantorng semar berbentuk seperti piala. Dinding dalam piala tersebut

mengeluarkan nektar atau semacam cairan manis pembuat madu yang berfungsi

sebagai pemikat serangga. Serangga terpikar dengan nektar tersebut akan hinggap

pada dinding piala yang licin dan kemudian jatuh kedalam cairan yang terdapat di

dalam daun. Cairan tersebut akan melarutkan serangga yang telah terperangkap di

dalamnya. Kemudian daun akan menyerap nitrogen yang dihasilkan oleh serangga

tersebut.

Selain Kantong Semar, ada juga tumbuhan yang memakan serangga, yaitu

tumbuhan Venus. Daun Venus berengseldan berbulu. Daun tersebut terbuka

menunggu serangga untuk hinggap di atasnya. Saat serangga menyentuh bulu-

bulu peka yang terdapat pada daun tersebut, kedua bagian daun akan otomatis

mengatup dengan cepat kemudian akan mencerna serangga dan menyerap

nitrogennya.

c. Bunga Raflesia

Tumbuhan Bunga Raflesia tidak memiliki klorofil. Untuk mendapatan

asupan makanannya tumbuhan ini hidup sebagai parasit, menumpang pada akar

tumbuhan menjalar di hutan hujan tropis di Asia Tenggara Khususnya di hutan

Bengkulu.Batang tumbuhan bunga Raflesia terdiri atas jaringan benang halus

yang tumbuh di dalam jaringan tumbuhan yang di tumpanginya. Berangsur-angsur

bunga ini akan tumbuh semakin membesar.

Raflesia merupakan jenis bunga terbesar yang ada di dunia. Memiliki garis

tengah sekitar satu meter. Bunga ini mengeluarkan aroma seperti daging busuk

(bangkai). Kegunaan daripada aroma busuk tersebut adalah untuk menarik lalat

agar mau menghinggap. Selain itu, untuk mengarahkan lalat yang datang, bunga

17
ini juga memiliki bagian yang dapat memantulkan cahaya. Tumbuhan Raflesia

berkembang biak melalui penyerbukan yang dibantu oleh serangga (lalat).

d. Kaktus

Tumbuhan Kaktus sering tumbuh di daerah padang pasir yang panas dan

kering. Di daerah padang pasir, dalam waktu sehari bisa turun hujan dengan

jumlah yang banyak sekali. Selanjutnya, diiringi dengan musing kering yang

sangat panjang.

Terdapat keunikan dari tumbuhan kaktus dalam menyesuaikan dirinya

dengan iklim disekitarnya. Yaitu ketika hujan turun, kaktus akan menyerap air

sebanyak-banyaknya. Kaktus memiliki satu akar yang lurus memanjang dan

masuk jauh ked lam tanah dan akar-akar samping yang banyak menyebar. Akar-

akar tersebut akan menghisp air hujan sebelum air itu menguap.

Selanjutnya, air yang sudah terhisap disimpan ke dalam batangnya yang

gemuk. Batang kaktus dilindungi dengan kulitnya yang tebal agar mengurangi

terjadinya pengurangan air karena penguapan. Setelah hujan turun, batang kaktus

seketika mengerut kembali ketika airnya sudah terpakai. Kandungan air di dalam

batang kaktus bisa mencukupi kebutuhan kaktus selama 2 tahun musim kering.

Daun-daun kaktus sesungguhnya merupakan duri-duri yang terdapat pada

batang kaktus. Duri-duri tersebut mempunyai permukaan yang kecil sehingga

mengurangi kehilangan air karena penguapan. Selain itu duri juga berfungsi

melindungi kaktus dati hewan-hewan yang merusak lapisan tahan airnya.

C. Tumbuhan Berpembuluh dan Tumbuhan Tidak Berpembuluh

1. Tumbuhan Berpembuluh (Tracheophyta)

18
Tumbuhan Berpembuluh (Tracheophyta) adalah tumbuhan yang

mempunyai pembuluh angkut dan mempunyai bagian-bagian tubuh yang terdiri

dari akar, batang, dan daun sejati. akar berfungsi untuk alat untuk menyerap air

dan zat-zat mineral. Batang fungsinya sebagai alat transportasi dan pernafasan.

Daun berfungsi untuk organ untuk fotosintesis Kata Tracheophyta sering disebut

dengan tumbuhan berpembuluh. Tumbuhan berpembuluh ini dikelompokan

kingdom plantae atau tumbuh-tumbuhan. Jenis jenis tumbuhan berpembuluh

(Tracheophyta) Tumbuhan Paku adalah kelompok tumbuhan yang sudah memiliki

akar, batang, dan daun sejati. Reproduksi aseksualnya dengan menghasilkan

spora. Disamping itu, tumbuhan paku juga disebut dengan tumbuhan

berpembuluh (Trakeophyta) karena mempunyai pembuluh angkut.

a. Jenis Jenis Tumbuhan Berpembuluh

i. Tumbuhan paku

Tumbuhan Paku adalah kelompok tumbuhan yang sudah memiliki akar,

batang, dan daun sejati. Reproduksi aseksualnya dengan menghasilkan spora.

Disamping itu, tumbuhan paku juga disebut dengan tumbuhan berpembuluh

(Trakeophyta) karena mempunyai pembuluh angkut. Klasifikasi Tumbuhan Paku

(Pterydophyta) Tumbuhan Paku dibagi menjadi 4 klasifikasi, yakni sebagi berikut:

a) Paku purba (Psilophyts)

Ciri-ciri: mirip tumbuhan lumut daun, sebagian besar epifit. Contoh:

psilophyta antara lain yaitu psilotum sp. (paku purba berdaun kecil) dan Rhynia

sp. (paku purba tak berdaun).

b) Paku kawat (Lycopodiophyta)

19
Ciri-ciri: pada tubuhnya seperti rambut atau kawat, habitatnya didaerah

pegunungan. Contoh: Lycopsida sp, dan selaginella sp,

c) Paku ekor kuda (Equisetophyta)

Ciri-ciri: pada batang terdapat dalam tanah cabang beruas-ruas, daun fertil

menghasilkan spora. Contoh: Equisetum debile.

d) Paku sejati (Pterophyta)

Ciri-ciri: hidupnya dimana-mana, sorus berkumpul pada ujung tepi dan

tersebar dipermukaan daun. Contoh: Marsilea crenata (semanggi), Platycerum

bifurcatum (Paku tanduk rusa), Asplenium nidus (paku sarang burung), Adiantum

cuneatum (suplir), dan azzola pinnata (paku sawah).

2. Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta)

Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta) adalah suatu jenis tumbuhan

berpembuluh (Trakheophyta) karena memiliki biji salah satu ciri khas tumbuhan

berbiji (Spermatophyta). dan bunga nya untuk alat reproduksi dan menghasilkan

biji. Bagian bunga yang menghasilkan gamet jantan disebut dengan benangsari

dan yang menghasilkan gamet betina disebut dengan putik. Perkembangbiakan

secara seksual dengan biji. Didalam biji terdapat embrio/lembaga(calon tumbuhan

baru). Tumbuhan Berbiji terbagi dua yaitu:

a. Gymnospermae (Tumbuhan biji terbuka)

Tumbuhan biji terbuka tidak mempunyai bunga yang sesungguhnya. Biji tidak

terbungkus daun buah. Biji sebagai alat perkembangbiakan berbentuk kerucut

20
yang disebut dengan strobilus. Terdapat strobilus jantan dan strobilus betina.

Tumbuhan biji terbuka terbagai menjadi 3 kelas yakni:

1) Cyadinae, Contoh: Cycas rumphii (pakis haji)

2) Coniferae, contoh: Agathis alba (damar)

3) Gnetinae, contoh: Ginkgo bilob

Ciri-ciri tumbuhan berbiji terbuka:

- Pohon nya berakar tunggang

- Daunnya yang berbentuk seperti jarum, kecil tebal dan tipis lebar.

- Alat kelamin jantan dan alat kelamin betina disebut dengan strobilus yang

mengandung sporangia.

b. Angiospermae (Tumbuhan biji Tertutup)

Tumbuhan biji Tertutup mempunyai bunga sejati sebagi alat reproduksi.

bakal biji diselubungi daun buah. Bunga-bunga pada angiospermae ada yang

lengkap maupun tidak lengkap. Bunga lengkap bila mempunyai kelopak bunga,

mahkota bunga, putik, dan benang sari. Biji terbungkus bakal buah. Setelah terjadi

pembuahan, biji berkembang sehingga mengandung kandung lembaga (embrio)

dan endosperma (cadangan makanan). Tumbuhan biji Tertutup terbagai menjadi

dua kelas, yakni sebagai berikut:

i. Kelas Dicotyledoneae, tanaman berupa semak, perdu, herba, ataupun pohon.

Berkeping dua (mempunyai dua daun lembaga), akar tunggang, batang

kerucut panjang, bercabang, dan berkambium. Daun tunggal atau majemuk,

jarang berpelepah, tulang daun menyirip, atau menjari, dan bunga bersifat

kelipatan dua, empat, atau lima. Bisa mengalami pertumbuhan sekunder

21
(pertumbuhan melebar). contohnya : Pada Mangifera indica (mangga),

Manihot utillisima (Ketela pohon), dan Psidium guajava (jambu biji).

ii. Kelas Monocotyledoneae, berbiji tunggal (hanya mempunyai satu daun

lembaga), berakar serabut, batang sama besar dan tidak bercabang. Daun

tunggal berpelepah, bertulang sejajar, bunga berkelipatan tiga (trimer), akar

dan batang tidak berkambium, xilem dan floem tersebar. Contohnya : pada

Oryza sativa ( padi), Zea mays (jagung), dan Cocos nucifera (kelapa).

3. Tumbuhan Tidak Berpembuluh (Bryophyta)

Tumbuhan tidak berpembuluh adalah suatu tumbuhan yang tidak

mempunyai pembuluh sehingga tidak mempunyai jaringan yang fungsinya

mengangkut zat makanan, air, dan mineral. Pengangkutan tidak dilakukan oleh

pembuluh, hanya melalui antar sel. Umumnya pada tumbuhan ini dikenal dengan

nama lumut.

Lumut mepunyai dua macam fase pergiliran keturunan, yakni pada fase

sporofit dan fase gametofit. Pada fase sporofit dihasilkan sebuah spora haploid

(aseksual), sedangkan pada fase gametofit dihasilkan sebuah gamet jantan dan

gamet betina (seksual).

Lumut mempunyai alat reproduksi berupa arkegonium (jamak: arkegonia)

tempat sel telur dibentuk, dan anteridium (jamak: anteridia) tempat sperma

dibentuk. Struktur arkegonia dan anteridia menjaga sel gamet tidak mengalami

suatu kekeringan. Pada beberapa lumut, arkegonia dan anteridia berada di dalam

tumbuhan yang sama (monoecious).

Pada beberapa spesies lainnya, arkegonia dan anteridia berada pada

individu yang berbeda (dioecious). Pada semua lumut, sperma harus berenang

22
untuk mencapai sel telur melalui sebuah lapisan air. Sel sperma bisa mencapai

lokasi sel telur karena adanya penarik kimia. Lumut yang hidup di habitat kering

harus menunggu jatuhnya hujan untuk menyalurkan gamet jantan hingga terjadi

proses reproduksi. Ciri-Ciri Tumbuhan Tidak Berpembuluh (Bryophyta):

- Mempunyai akar, batang, dan daun tetapi bukan akar, batang, dan daun sejati.

- Akar yang disebut dengan rizhoid belum mempunyai berkas pembuluh

- Memiliki rizoid yang fungsinya untuk menempelkan tubuh

- Hidupnya di tempat yang lembab.

- Cara Berkembang biaknya dengan kawin atau tak kawin yang disebut dengan

pergiliran keturunan.

- Menghasilkan sebuah sperma berflagel.

Jenis-Jenis Tumbuhan Tidak Berpembuluh (Bryophyta):

1. Lumut Hati (Hepatophyta)

Divisi Hepatophyta atau lumut hati banyak ditemukan menempel di

bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembap. Tubuh lumut hati mempunyai

struktur mirip akar, batang, dan daun. Siklus hidup lumut hati mirip dengan lumut

daun.

Perkembangbiakan pada lumut hati dilakukan dengan secara seksual dan

aseksual. Secara seksual dengan membentuk sebuah anteridium dan arkegonium.

Secara aseksual, lumut hati melakukan sebuah reproduksi dengan sel yang

strukturnya menyerupai mangkuk berisi kumpulan tunas di permukaan gametofit.

23
Struktur ini disebut dengan gemma cup. Contohnya: pada Marchantia polymorpha

dan Porella.

2. Anthocerophyta (Lumut Daun)

Anthocerophyta mempunyai struktur tubuh mirip dengan tanduk sehingga

dinamakan lumut tanduk. Anthocerophyta hanya mempunyai satu kloroplas di

dalam tiap selnya. Oleh sebab itu, Anthocerophyta dianggap sebagai lumut

primitif. Siklus hidupnya mrip dengan divisi Bryophyta dan Hepatophyta. Fase

gametofitnya lebih dominan dari sporofitnya. Contohnya: pada Anthocerophyta

adalah Anthoceros sp.

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang di peroleh dari pembahasan di atas adalah

terbentuknya Keanekaragaman dan klasifikasi makhluk hidup yakni tingkatan

keanekaragaman makhluk hidup dapat dikelompokkan atas keanekaragaman

tingkat gen, keanekaragaman tingkat jenis (spesies) dan keanekaragaman tingkat

ekosistem. Keanekaragaman mahkluk hidup hampir 30% spesiesnya yang ada

dibumi terdapat di Indonesia, karena Indonesia terletak di daerah tropis sehingga

memiliki keanekaragaman makhluk yang tinggi dibanding dengann daerah

subtropis dan kutub. Mengenai klasifikasi makhluk hidup terdapat tahapan

24
klasifikasi, sistem klasifikasi makhluk hidup, pengklasifikasian makhluk hidup

dan sistem klasifikasi lima kingdom.

Keanekaragaman tumbuhan khususnya di Indonesia sangat beragam.

Banyaknya jenis tumbuhan di Indonesia dijadikan sebagai sumber produksi

pangan, sandang, dan papan perumahan maupun kebutuhan lainnya. Sumber

sumber variasi keanekaragaman tumbuhan dapat berupa variasi

perkembangan,variasi yang disebabkan lingkungan dan variasi genetika.Macam

keanekaragaman tumbuhan diIndonesia sekitar 40.000 jenis tumbuhan hidup di

wilayah indonesia. Ciri khusus beberapa jenis tumbuhan contohnya teratai yang

memiliki rongga-rongga udara, kantong semar yang daunnya berbentuk seperti

piala, penus yang daunnya berengsel dan berbulu, bunga Raflesia yang tidak

memiliki klorofil dan kaktus yang tumbuh di daerah padang pasir.

Tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta) adalah tumbuhan yang

mempunyai pembuluh angkut dan mempunyai bagian-bagian tubuh yang terdiri

dari akar, batang dan daun sejati. Adapun jenis jenis tumbuhan berpembuluh

adalah tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji. Tumbuhan tidak berpembuluh

(Bryophyta) adalah tumbuhan yang tidak memiliki pembuluh sehingga tidak

mempunyai jaringan yang fungsinya mengangkut zat makanan, air dan mineral.

Jenis-jenis adalah lumut hati dan lumut daun.

B. Saran

Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun

penulisan ini jauh dari kata sempurna, minimal kita bisa mengimplementasikan

tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karena kami

manusia yang adalah tempat salah dan dosa dalam Hadist “Al insanu minal

25
khotto’wannisa”, dan kami juga butuh saran/kritikan agar bisa menjadi motivasi

untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga

mengucapkan terima kasih atas dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pengetahuan

Alam SD 1, Bapak Drs. Radiansyah, M.Pd yang telah memberi kami tugas

kelompok demi kebaikan diri kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Kusmana, Cecep & Agus Hikmat. 2015. Keanekaragaman Hayati Flora Di


Indonesia (The Biodiversity of Flora in Indonesia). Jurnal Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Vol. 5 No. 2, Hal: 187-198.
Endrawati. 2005. Keanekaragaman Hayati dan Konservasinya di Indonesia.
Sugiarto, Teguh. Eny, Ismawati. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam utuk SMP/MTs
Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Indasah, S., & Sulistiana, D. 2021. Perkembangan Media Articulate Storyline
Pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Kelas X SMA. Jurnal Biodeduksi
(Jurnal Pendidikan Biologi), 12(1).
Marta Alfiani. 2014. Biologi Keanekaragaman Hayati.
Faidah Rahmawati, Nurul Urifah, Ari Wijayati. 2009. Biologi untuk SMA/MA
Kelas XI Program MIPA. Jakarta .CV.Ricardo.
Campbell, Neil A, & Reece, Jane B. 2008. Biologi Ed. 9. Jakarta: Erlangga.

26

Anda mungkin juga menyukai