Disusun Oleh:
NPM : A1D021017
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
I. LatarBelakang
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang
menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada
dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar.
Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi
organisme. Keanekaragaman makhluk hidup sangat penting bagi kelangsungan dan
kelestarian makhluk hidup. Suatu kelompok makhluk hidup yang memiliki
kelestarian tinggi, terdapat keanekaragaman yang tinggi. Sebaliknya makhluk hidup
yang memiliki tingkat kelestarian rendah, terdapat keanekaragaman rendah dan
terancam punah.
Untuk memudahkan dalam mempelajari makhluk hidup yang sangat
beragam, para ahli biologi mengadakan pengklasifikasian, yang didasarkan pada
persamaan dan perbedaan ciri-ciri dan sifatnya. Dalam klasifikasi ( bagian dari
taksonomi, yaitu ilmu yang mempelajari identifikasi klasifikasi, dan tata nama
makhluk hidup) dikenal dengan urutan takson atau golongan, yang dimulai dari
takson yang terbesar ke yang terkecil, dan masing-masing diberi batasan kedudukan
dan tingkat tertentu yaitu: Kingdom (kerajaan) ,phylum/devisio (divisi) , classis
(kelas), ordo (bangsa), familia (suku), genus (marga), spesies (jenis). Makhluk
hidup dapat dikelompokkan atas protista, tumbuhan dan hewan.
Adapun yang menjadi dasar dari dilakukannya percobaan pada praktikum
ini yaitu untuk menambah wawasan kita dan mengetahui lebih dalam lagi mengenai
struktur jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan dan mengenal struktur jaringan
yang menyusun tubuh hewan.
II. Tujuan
1. Mengenal keanekaragaman protista
2. Mengenal keanekaragaman tumbuhan
3. Mengenal keanekaragaman hewan
III. TinjauanPustaka
Makhluk hidup yang beraneka ragam bentuk, jenis dan jumlahnya didunia ini
oleh ahli biologi dilakukan pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang dimilik hal
ini lebih dikenal dengan klasifikasi. Dimana dasar dari klasifikasi tersebut adanya
persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam makhluk hidup. Sebeleum
klasifikasi dilakukan terlebih dahulu di lakukan pencandraan atau identifikasi
identifikasi ini disusun berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri makhluk hidup
antara lain dari morfologi (bentuk luar tubuh, anatomi (susunan tubuh ), fisiologi
(faal tubuh), perilaku dan kromosom. ( Wardhani, 2019: 91)
Keanekaragaman makhluk hidup disebut juga dengan keanekaragaman hayati
atau biodiversitas. Istilah keanekaragaman hayati atau “biodiversitas”
menunjukkan sejumlah variasi yang ada pada makhluk hidup di suatu lingkungan
tertentu. Dengan kata lain, biodiversitas dapat diartikan sebagai persamaan dan
perbedaan ciri makhluk hidup pada waktu dan tempat tertentu. Keanekaragaman
makhluk hidup dapat terjadi karena adanya proses evolusi yang sangat lama.
Selain itu juga dipengaruhi oleh adanya faktor adaptasi, batas geografi, dan
rekayasa genetik. Keanekaragaman hayati yang ada di bumi kita ini merupakan
hasil proses evolusi yang sangat lama, sehingga melahirkan bermacam-macam
makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan atas keanekaraman
gen, jenis dan ekosistem (Winchester : 1958).
Keanekaragaman adalah sifat beda dari organisme dalam satu spesies atau
populasi. Dengan adanya sifat beda akan terjadi variasi atau keanekaragaman dari
organisme dalam suatu spesies. Keanekaragaman makhluk hidup adalah
keseluruhan variasi, berupa bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang dapat
ditemukan pada makhluk hidup. Jika kita mengamati sifat-sifat yang ada pada
makhluk hidup baik itu hewan, tumbuhan maupun manusia akan terlihat adanya
persamaan dan perbedaan. Hal ini terjadi karena adanya sifat-sifat menurun dan
adanya pengaruh lingkungan. Hewan, tumbuhan dan manusia juga mempunyai
variasi antara lain dalam bentuk, warna dan ukuran. (Jafrianti, 2020 : 53)
Keanekaragaman Tingkat Gen. Makhluk hidup tersusun atas unit satuan
terkecil yang kita kenal sebagi sel. Dalam inti sel terdapat materi pembawa sifat
yang disebut gen. Setiap individu memiliki jumlah dan variasi susunan gen yang
berbeda-beda. Pada prinsipnya bahan penyusun Gen setiap makhluk hidup adalah
sama, namun jumlah dan susunanya yang berbeda-beda sehingga menampilkan
sifat-sifat yang berbeda-beda pula.
Keanekaragaman tingkat jenis adalah perbedaan-perbedaan pada berbagai
species makhluk hidup di suatu tempat. Keanekaragaman hayati tingkat ini dapat
ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik yang
termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba. Misalnya: Variasi dalam satu
famili antara kucing dan harimau. Mereka termasuk dalam satu
famili(famili/keluarga Felidae) walaupun ada perbedaan fisik, tingkah laku dan
habitat.
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dari
ekosistem di biosfir. misalnya : Ekosistem gurun di dalamnya ada unta, kaktus,
dan ekosistem hutan tropis di dalamnya ada harimau. Di dalam ekosistem, seluruh
makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan timbal
balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk tak hidup dengan lingkungnnya
atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian
hidup di dalam suatu ekosistem (Susanto, Agus : 2011).
Hewan adalah kelompok besar organisme yang multiseluler, mampu
menanggapi rangsangan dengan aktif, dan memperoleh nutrien dengan memakan
organisme lain (heterotrof). Keanekaragaman pada hewan merupakan variasi dari
struktur, bentuk, jumlah, dan sifat lainnya pada suatu waktu dan tempat tertentu.
Hewan termasuk dalam Kingdom Animalia. Berdasarkan ada atau
tidaknya tulang belakang, hewan dibagi menjadi dua yaitu: Hewan Invertebrata
adalah hewan yang tidak bertulang belakang. Hewan ini memiliki struktur
morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan
bertulang punggung/belakang. Selain itu, sistem pencernaan, pernapasan dan
peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan invertebrata.
Hewan vertebrata yaitu hewan yang bertulang belakang atau punggung.
Memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hewan
Invertebrata. Hewan vertebrata memiliki tali yang merupakan susunan tempat
terkumpulnya sel-sel saraf dan memiliki perpanjangan kumpulan saraf dari otak.
Tali ini tidak di memiliki oleh yang tidak bertulang punggung. Dalam memenuhi
kebutuhannya, hewan vertebrata telah memiliki system kerja sempurna peredaran
darah berpusat organ jantung dengan pembuluh-pembuluh menjadi salurannya
(Stansfield : 1983).
Morfologi dari Euglena yaitu memiliki tubuh yang menyerupai
gelondongan dan diselimuti oleh pelikel Euglena viridis.Ukuran tubuh Euglena
sekitar 35-60 mikron dimana ujung tubunya meruncing dengan satu bulu cambuk.
Hewan ini memiliki stigma(bintik mata berwarna merah ) yang digunakan untuk
membedakan gelap dan terang. (Rohmimotarto, 2007)
Miselium Rhizopus terdiri dari dua jenis, satu tertanam dalam lapisan dan
yang lainnya seperti antena membentuk stolon. Sporangiofor yang dibentuk
biasanya berkelompok dua, tiga, atau lebih tetapi bisa juga hanya satu. Sporangia
berbentuk sama, bundar atau hampir bundar dengan bagian tengah yang agak rata.
Rhizopus sp pada tempe berperan sebagai pengepak butiran kacang
kedelai menjadi bentuk padat dengan anyaman miselium. Selain itu peranan
penting dalam proses enzimatik yang berfungsi dalam mengubah senyawa
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah diserap oleh
tubuh yaitu mengandung semua asam amino esensial, kalsium, asam lemak,
vitamin isoflavon serta menurunkan kandungan zat anti gizi asam fitat.
Kandungan senyawa aktif pada tempe yang dihasilkan dari proses metabolisme
jamur Rhizopus sp ini dapat juga digunakan sebagai fermentor. (Gandjar, 2006)
1. Gelas benda
2. Mikroskop
3. Pinset
4. Mikroskop Streo
5. Kaca pembesar (loupe)
6. Bak parafin
b. Bahan
V. LangkahKerja
a. Untuk Keanekaragaman Protista
1. Diambil setetes air kolam yang sudah lama tidak diganti.
2. Diletakkan di atas gelas benda dan tutup dengan gelas penutup.
3. Diamati dibawah mikroskop .
4.Diperhatikan bentuk selnya, nukleus, kloroplas, bintik pigmen, dan
flagelanya.
5. Digambar dan diberi keterangan bagian-bagiannya.
6. Ditulis klasifikasinya.
Pengamatan sargassum
1. Diperhatikan morfologi talusnya ( warna, bentuk aksis dan gelembung
udara "holdfast" tempat melekat pada habitatnya).
2. Digambar dan diberi keterangan bagian-bagiannya.
3. Dituliskan klasifikasinya.
Pengamatan jamur Rhizopus dan mucor
1. Diambil jamur tempe dengan pinset.
2. Diletakkan di atas gelas benda, ditetesi dengan air dan ditutup dengan gelas
penutup.
3. Diamati dibawah mikroskop.
4. Diperhatikan hifa stolon, rizoid, dan sporangium dengan sporangiofor dan
spora-spora nya.
5. Digambar dan diberi keterangan bagian-bagiannya.
6. Dituliskan klasifikasinya.
Pengamatan Marchantia polymorpha
1. Diperhatikan morfologi gametofit (bentuk, warna talus dan rizoid) dan
gametangiumnya ( gametangiofor, bentuk cakra, gametangium)
2. Digambar dan diberi keterangan bagian-bagiannya
3. Dituliskan klasifikasinya
Pengamatan adiantum sp
1. Diperhatikan morfologinya: rhizoma, akar, batang bentuk dan letak sorus
pada daun.
2. Digambar yang di beri keterangan bagian-bagiannya.
3. Ditulis klasifikasinya.
Pengamatan Caesalpinia dan Zea mays
1. Diperhatikan morfologinya: batang, tipe akar, bentuk dan pola pertulangan
daun, jumlah bagian kelopak dan mahkota bunga
2. Digambar dan di beri keterangan bagian-bagiannya dan dituliskan
klasifikasinya
Pengamatan kucing
1. Di gambar morfologi hewan tersebut.
2. Dituliskan bagian-bagiannya: kepala (caput), ekor, kaki depan, serta kaki
belakang
3. Ditulis pula organ-organ nya: mata, hidung, lubang lepasan dalam bahasa
latin
Pengamatan merpati
1. Digambar morfologi hewan tersebut.
2. Dituliskan bagian-bagiannya : cervix (leher), sayap,ekor , dan kaki
3. Dituliskan pula organ-organnya : alat penglihatan, paruh (rostrum) lubang
pendengaran (porus acusticus), lubang hidung (sudah berhubungan dengan
tenggorokan dalam bahasa latin)
VI. Hasil
Sumber :
https://id.m.wi
kipedia.org/wi
ki/Melinjo
7. 1. Putik 1.Kingdom :
2. Benang sari plantae
3. Kelopak bunga 2.Famili:
4. Tangkai bunga Caesalpiniacea
5. Batang e
6. Daun 3..Ordo :
7. Akar Fabales
4.Kelas:
Bunga merak
Magnoliopsida
(Caesalpinia
5.Spesies:
pulcherrima)
Caesalpinia
pulcherrima
6.Divisi:
Magnoliophyta
7.Subdevisi:
spermatophyta
Sumber :
http://
eprints.umm.ac
.id/36804/3/
jiptummpp-
gdl-arasti2011-
50219-3-babii.
8. 1. Prostemim .Kerajaan:
2. Peristomium Animalia
3. Satae 2.Filum:
4. Klitelium annelida
5. Anus 3.Kelas:
Oligochaeta
4.Subkelas:
haplotaxida
5.Ordo:
megradilacea
6.Subordo:
Lumbracina +
moniligastrida
Sumber :
https://
terretris) org/wiki/
Cacing_tanah
VII. Pembahasan
Seperti pengamatan yang telah dilakukan terhadap berbagai macam
keberagaman makhkuk hiduo didalam percobaa ini maka dapat dikatakan bahwa
definisi keanekaragaman makhluk hidup adalah sifat beda variasi yang dimiliki
oleh makhluk hidup dapat berupa perbedaab bentuk, penampilan, jumlah dan sifat
yang ada pada makhluk hidup tersebut. Definisi ini sejalan dengan literatur yang
juga menjelaskan, Keanekaragaman adalah sifat beda dari organisme dalam satu
spesies atau populasi. Dengan adanya sifat beda akan terjadi variasi atau
keanekaragaman dari organisme dalam suatu spesies. Keanekaragaman makhluk
hidup adalah keseluruhan variasi, berupa bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat
yang dapat ditemukan pada makhluk hidup. Jika kita mengamati sifat-sifat yang
ada pada makhluk hidup baik itu hewan, tumbuhan maupun manusia akan terlihat
adanya persamaan dan perbedaan. Hal ini terjadi karena adanya sifat-sifat menurun
dan adanya pengaruh lingkungan. Hewan, tumbuhan dan manusia juga mempunyai
variasi antara lain dalam bentuk, warna dan ukuran.
(Jafrianti, 2020 : 53)
Yang dimana juga dikatakan bahwa, Keanekaragaman makhluk hidup disebut
juga dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Istilah keanekaragaman
hayati atau “biodiversitas” menunjukkan sejumlah variasi yang ada pada makhluk
hidup di suatu lingkungan tertentu. Dengan kata lain, biodiversitas dapat diartikan
sebagai persamaan dan perbedaan ciri makhluk hidup pada waktu dan tempat
tertentu. Keanekaragaman makhluk hidup dapat terjadi karena adanya proses
evolusi yang sangat lama. Selain itu juga dipengaruhi oleh adanya faktor adaptasi,
batas geografi, dan rekayasa genetik. Keanekaragaman hayati yang ada di bumi
kita ini merupakan hasil proses evolusi yang sangat lama, sehingga melahirkan
bermacam-macam makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan
atas keanekaraman gen, jenis dan ekosistem (Winchester : 1958).
Pada percobaan pertama kali ini, kami mengamati objek protista yaitu
Euglena viridis. Setelah melakukan pengamatan tersebut didapati bagian
bagian yang terdapat pada Euglena yaitu Flagela, bintik hitam, kloroplas,
nukleus, dan vakuola kontraktil. Dimana setiap bagian ini memilki fungsi
tersediri bagi Euglena viridis, Seperti flagela yang mana flagela ini berfungsi
sebagai alat gerakan, senasi, dan transduksi. Sedangkan bintik mata pada
Euglena viridis berfungsi sebagai pengatur gerakan cahaya, Kloroplas
berfungsi sebagai fotosintesis sehingga Euglena viridis mampu membuat
makanannya sendiri dengan bantuan kloroplas. Vakuola kontraktil pada
Euglena berfungsi untuk mengumpulkan air (ekspansi) dan mengeluarkan air
(kontraksi) sedangkan nukleus sendiri berfungsi sebagai pengatur aktivitas sel
pada Euglena viridis dan pembawa materi genetik.
Keanekaragaman Tumbuhan
a. Alga ( Sargassum sp)
Dari pengamatan dalam percobaan terhadap alga coklat atau Sargassum
sp terdapat bagian-bagian yaitu gelembung udara, tulang Tengah,holdfast
(menempel pada substrat) dan talus. Alga termasuk organisme berklorofil,
tubuhnya merupakan thalus (uniselular dan multiselular), alat reproduksi
pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat
reproduksinya tersusun dari banyak sel. Bagian-bagian Sargassumsp
secara umum terdiri dari “holdfast” yaitu bagian dasar dari Sargassum sp
yang berfungsi untuk menempel pada substrat.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa Sargassum sp.
adalah rumput laut yangtergolong divisi Phaeophyta (ganggang coklat).
Spesies ini dapat tumbuh sampai panjang 12 meter. Tubuhnya berwarna
cokelat kuning kehijauan, dengan struktur tubuh terbagi atas sebuah
holdfast yang berfungsi sebagai struktur basal, sebuah stipe atau batang
semu, dan sebuah frond yang berbentuk seperti daun. Sargassum sp.
Memiliki bentuk thallus gepeng, banyak percabangan yang menyerupai
pepohonan di darat, bangun daun melebar, lonjong seperti pedang,
memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama bulat
agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk
cakram, pinggir daun bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung
atau meruncing. (Lutfiawan dkk 2015),
Keanekaragaman Hewan
a. Cacing tanah (Lumbricus terretris)
Berdasarkan hasil pengamatanan pada keanekaragaman hewan
dengan objek cacing terdapat bagian-bagian tubuhnya yaitu prostamin,
peristomium, satae, klitelium dan anus. Cacing tanah memiliki struktur
tubuh lunak. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) salah satu hewan yang
masuk dalam golongan filum Annelida karena tubuhnya tersusun atas
segmen-segmen berbentuk cincin, serta setiap bagian segmen memiliki
rambut pendek yang disebut setae. Cacing tanah ini memiliki ukuran
tubuh yang kecil dan gerakannya relatif lambat. Bagian punggung
memiliki warna cokelat cerah hingga ungu kemerahan, perut berwarna
krem, dan ekor berwarna kekuningan. Bentuk tubuhnya membulat
dengan panjang agak memipih. Sementara itu, pada bagian tubuh
belakang terdapat anus yang berfungsi sebagai alat sekresi untuk
membuang sisa pencernaan dan metabolisme.
Selain sebagai obat-obatan, cacin dijadikan campuran kosmetik,
campuran dalam makanan ternak seperti ayam, kambing, sapi dan banyak
lagi. Cacing juga berperan sebagai dekomposer dan membantu
pengolahan tanah dan taman. Sebagai obat-obatan, cacing diyakini
ampuh menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti tifus, demam,
antitrombosis, hipotensi, hiperlipidemia, diabetes, hipertensi, antipiretik,
dan analgesik. Pemanfaatan cacing tanah untuk antipiretik lebih aman
karena komponen kimia cacing tanah tidak menimbulkan efek toksik
bagi manusia sehingga aman dikonsumsi.
b. Saran
Adapun saran pada praktikum mengenai jaringan pada tumbuuhan dan hewan
ini adalah:
1. Dalam melakukan percobaan diharapkan untuk lebih memahami
terlebih dahulu mengenai langkah kerja yang akan dilakukan, serta
tujuan dilaksanakannya praktikum, sehingga memudahkan kita dalam
melakukan percobaan.
2. Untuk melakukan pengamatan terhadap ojek tiap percobaan
hendaknya harus teliti dalam mengamati morfologi pada objek
keanekaragaman protista, hewan dan tumbuhan, agar data yang
didapatkan mencapai hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, S.T. and P.G. Miles. 1989. Edible Mushroom and Their Cultivation. Florida : CRC
Ress.
Elsifa, Armelia dkk.2019. Eksplorasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Di Stl Ulu
Terawas, Musi Rawas, Sumatera Selatan.Jurnal Tadris Biologi.Vol.10 (1), 47-55.
Dapat diakses pada https://doi.org/10.24042/biosfer.v10i1.4277 Diakses tanggal 16
November 2021
Gandjar, I. 2006. Mikologi dasar dan terapan. Yogyakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Hyranimus, Budi Santoso. 2011. Bisnis cacing Tahan Banting Tanpa Pusing. Jakarta :
Agromedia pustaka
Hasan, M dan Ariyanti, N. S. (2004). Mengenal Bryophyta (Lumut).Jawa Barat : Penerbit
Mizan
Jafrianti. 2020. Praktis Belajar Biologi Untuk Mahasiswa Kesehatan. Jawa Timur :
Ahliamedia Press.
Kastawi dkk. 1992. Macam-macam dan Jenis Cicak. Jakarta : Laporan Tahunan
Khairuman dan K. Amri. 2011. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan konsumsi. Jakarta : Agromedia
Pustaka
Lutfiawan M. Dkk. 2015. Analisis Pertumbuhan Sargassum Sp. Dengan Sistem Budidaya
Yang Berbeda Di Teluk Ekas Lombok Timur Sebagai Bahan Pengayaan Mata Kuliah
Ekologi Tumbuhan. Jurnal Biologi Tropis. Vol. 5(2). 135-144. Dapat diakses pada
Dapat diakses pada https://dx.doi.org/10.29303/jbt.v15i2.202 Diakses tanggal 16
November 202
Mukayat, D. 1990. Zoologi Vertebrata. Jakarta. Erlangga
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta : Erlangga
Rohmimotarto. 2007. Zoologi Invertebrata. Jakarta : Pustaka
Sujiono Bambang, Dkk. 2011 Modul Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas
Terbuka
Suci, Panji, Ratih. 2015. Pengaruh Proses Pengolahan Biji Melinjo (Gnetum gnemon L.)
Terhadap Kadar Total Likopen dan Karoten Dengan Metode Spektrofotometri-Vis.
Junral Wiyata Vol. 2(2), 151-156. Dapat diakses pada
http://ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/article/view/53 Diakses pada 16 November 2021
Wiardani, isnaeni. 2010. Budi Daya Jamur Konsumsi. Yogyakarta: Lily Publisher
Winchester. A. M., 1958. Genetics A Survey of the Principles of Heredity Second Edition.