Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGANTAR BIODIVERSITAS
“INTERAKSI KOMPONEN BIODIVERSITAS”

Disusun Oleh:
Nama : Nela Ledwita
NPM : F1D023038
Hari, Tanggal : Rabu, 14 September 2023
Kelompok : V (Lima)
Dosen Pengampu : 1) Drs. Welly Darwis, M.S.
2) Evelyne Riandini, S.Si., M.Si.
3) Vestidhia Yunisya Atmaja, S.Si., M. Sc.
Asisten Dosen : 1) Aulia Adriansyah (F1D018044)
2) M. Rizqi Abdillah (F1D018035)
3) Eti Widiya Lestari (F1D018032)

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1,1 Latar Belakang
Keanekaragaman hayati merupakan varasi atau perbedaan bentuk-
bentuk makhluk hidup, meliputi perbedaan pada tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme, materi genetik yang di kandungnya, serta bentuk-bentuk
ekosistem tempat hidup suatu makhluk hidup (Ridhwan 2012)
Keanekaragaman hayati dapat dibagi lagi menjadi keanekaragam genetik,
spesies,dan ekosistem. Keanekaragaman genetik yaitu jumlah total informasi
genetik yang terkandung di dalam individu-individu suatu spesies atau populasi
tertentu misalnya tumbuhan, hewan dan mikroorganisme yang mendiami
bumi. Keanekaragaman spesies yaitu keanekaragaman organisme hidup atau
keanekaragaman spesies di suatu area, habitat atau komunitas. Kemudian
keanekaragaman ekosistem yaitu keanekaragaman habitat, komunitas biotik
dan proses ekologi di biosfer (daratan) atau lautan (Leksono 2010)
Kementerian lingkungan hidup (2013) dalam siaran pers peringatan
hari cinta puspa dan data nasional mengatakan bahwa keanekaragaman
hayati indonesia menduduki tempat pertama di dunia dalam kekayaan jenis
mamalia (515 jenis, 36% diantaranya endemik) dan kekayaan jenis kupu-
kupu (121 jenis, 44% diantaranya endemik). Kemudian menduduki tempat
ketiga dalam kekayaan jenis reptil (lebih dari 600 jenis), tempat keempat
dalam kekayaan jenis burung (1519 jenis, 28% diantaranya endemik),
tempat kelima dalam kekayaan jenis amfibi (lebih dari 270 jenis) dan tempat
ketujuh dalam kekayaan flora berbunga. keanekaragaman hayati
merupakan modal dasar bagi pengembangan ekowisata (kusmana, 2015)
Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman
tumbuhan yang besar dengan jumlah 300.000 jenis. Tumbuhan paku
(Pteridophyta) termasuk dalam golongan tumbuhan yang mempunyai
keanekaragaman yang besar kurang lebih 10.000 jenis dan hampir dapat
dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Sampai saat ini tumbuhan paku
kurang mendapat perhatian dibanding dengan kelompok tumbuhan lain.
Masyarakat menganggap tumbuhan ini kurang memberikan manfaat yang
berarti bagi kehidupan. Dari segi cara hidupnya ada jenis-jenis paku yang
hidup terestrial (paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air. Di masa
yang silam (jutaan tahun yang lalu), hutan-hutan di bumi kita terutama
tersusun atas warga tumbuhan paku yang berupa pohon-pohon yang tinggi
besar, dan dikenal fosilnya sekarang sebagai batu bara (Tjitrosoepomo,
2009)
keanekaragaman hayati merupakan semua makhluk hidup di bumi
(tumbuhan, hewan, dan Setiap ekosistem terdiri dari makhluk hidup yang
berinteraksi satu sama lain dan dengan udara, air dan tanah di sekitar
mereka. Hubungan satu dan lainnya ini membentuk suatu rantai kehidupan
dimana manusia merupakan bagian integral dan sangat bergantung dengan
keberlangsungan ekosistem di sekitarnya. Biodiversitas memiliki keterkaitan
yang erat dengan kesehatan manusia karena keanekaragaman hayati
merupakan jantung dan kelangsungan seluruh kehidupan pada
ekosistemnya masing-maqsing. Sumber daya hayati bumi tidak hanya
dibentuk oleh proses evolusi alami tetapi juga semakin digantikan oleh
aktivitas antropogenik, tekanan populasi, dan kecenderungan globalisasi
(Romanelli et al. 2015)
Keanekaragaman tumbuhan adalah keanekaragaman yang
menunjukkan keseluruhan variasi gen,spesies di dalam berbagai macam
tumbuhan. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman tumbuhan, yaitu
faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatifkonstan atau
stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.Sebaliknya, faktor luar
relatifstabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Tidak ada doa
individu yang sama bertahan,Hal ini disebabkan oleh adanya variasi
organisme dari spesies yang sama ataukeanekaragaman spesies. Lingkungan
atau faktor eksterna; seperti makanan, suhu, cahayamatahari, kelembaban,
curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun
yangdiwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip
suatu individu. Dengandemikian fenotip suatu individu merupakan hasil
interaksi antara genotip denganlingkungannya. Baik hewan maupun
tumbuhan juga mempunyai variasi yang tampak antaralain dalam bentuk,
ukuran tubuh, warna dan ciri khan lainnya (Henuhili,2003)
Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik
dan faktor luar.Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil
pengaruhnya terhadap morfologi suatu organisme.Sebaliknya, faktor luar
relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi suatu organisme.
Lingkunganatau faktor eksternal seperti makanan, suhu, cahaya matahari,
kelembaban, curah hujan danfaktor lainnya bersama-sama faktor menurun
yang diwariskan dari kedua induknya sangatberpengaruh terhadap fenotip
suatu individu.
Dengan demikian fenotip suatu individumerupakan hasil interaksi antara
genotip dengan lingkungannya (Setiawan, 2020)
Makhluk hidup memiliki beragam spesies di seluruh dunia dengan
persamaan danperbedaan karakteristik. Klasifikasi makhluk hidup memiliki
beberapa dasar yaitu berdasarkan persamaan dan perbedaan, berdasarkan
kegunaannya, berdasarkan cirri anatomidan berdasarkan ciri-ciri
biokimianya. Kasifikasi pada makhluk hidup hewan disebut
kingdomanimalia yang terintegrasi dalam dua kelompok yaitu hewan
vertebrata dan hewaninvertebrata. Hewan vertebrata adalah kelompok
hewan yang memiliki tulang belakang.Hewan vertebrata yang digolongkan
menjadi lima kelas yaitu Pisces (ikan), Amphibi (ampibi),Aves (unggas atau
burung), Reptilia (reptil) & Mamalia (hewan menyusui) (Siregar, 2016)
Animalia mempunyai ciri-ciri umum yaitu multiseluler, heterotrof,
membutuhkanoksigen, reproduksi secara seksual dan nada juga beberapa
yang aseksual. Berdasarkan adatidaknya tulang belakang animalia terbagi
menjadi hewan vertebrata dan hewan invertebrata(Nurhayati,
2011).Invertebrata merupakan hewan tidak bertulang belakang. Sebagian
besar invertebratamempunyai habitat di udara atau tempat lembab. Organ
tubuh invertebrata sebagian besar belumsempurna, baik organ-organ
penyusun sistem respirasi, ekskresi, pencernaan, koordinasi sistem
reproduksi. Beberapa invertebrata bermanfaat bagi manusia tetapi ada juga
yangmembahayakan bagi manusia (Waluyo, 2010)
Cara hidup hewan invertebrata ada yang soliter (menyendiri) atau
berkelompok(berkoloni) ada yang sesil (menetap) atau menempel pada suatu
substrat da nada juga yangbergerak. Hewan yang termasuk invertebrata ada
9 filum diantaranya yaitu, Protozoa, Porifera(hewan berpori), Coelenterata
(hewan rongga perut), Platyhelminthes (cacing pipih),Nemathelminthes
(cacing gilik), Annelida (cacing berbuku-buku), Echinodermata (hewankulit
duri), Mollusca (hewan lunak), dan Arthropoda (Hapsoro,2000)
Berdasarkan latar belakang di atas perlu di lakukan pratikum tentang
Interaksi komponen Biodiversitas agar dapatkan mengetahui tentang
komponen komponen Biodiversitas.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari di laksanakannya praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1.Mengetahui komponen Biodiversitas (endemisitas, spesiasi, introduksi, dan
invasif)
2.Mengetahui contoh-contoh biodiversitas dari komponen : endemisitas,
spesial, introduksi dan invasif.

BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pratikum Interaksi komponen
Biodiversitas,yaitu:
1.Alat tulis
2.spesimen/koleksi : Amorphophallus titanum,Mimosa pigra,Rafflesia
Arnoldii,Mikania micranta,Gerbera jamesonii,Panicum miliaceum,Latana
Cemara,Eichornia crassipes,Chromolaena odorata,zosterps salvadorii,Arapamia
Gigas,babulus depressicornis,Macaca hecki,paradisaea minor,varanus
komodoensis,Felis catus,Babyrousa babyrussa.

2.2 Cara kerja


Adapun cara kerja yang digunakan pada pratikum Interaksi komponen
Biodiversitas,yaitu:
1.Objek pratikum dikelompokkan berdasarkan komponen biodiversitas
(endiimisitas,spesiasi,introduksi,dan invasif).
2.Pratikan mencari sistematika koleksi pratikum (mulai dari familia sampai
jenis)
3. Praktikan menentukan kelompok tumbuhan atau hewan koleksi apakah
masuk ke dalam endimiisitas,spesiasi, introduksi,dan invasif.
4.pratikan mencari asal usul (center of origin) dari masing masing koleksi
pratikum
5.Objek yang di pratikumkan di laporan kan dalam bentuk pratikum

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan


Adapun hasil dan pembahasan pada pratikum Interaksi komponen
Biodiversitas,yaitu:
1. Endemisitas
Pada praktikum kali ini, adapun jenis hewan dan tumbuhan yang
termasuk kelompok endemisitas adalah Amorphophallus titanum, Rafflesia
arnoldi, Zosterops salvadarii, Bubalus depressicornis, Macaca hecki,
Paradisaea minor, Varanus komodoensis, dan Babyrousa babyrussa. Hewan
dan tumbuhan ini merupakan jenis organisme yang endemik di wilayah
kepulauan Indonesia. Tumbuhan dan hewan ini hanya dapat dijumpai di
suatu wilayah asal usulnya dan menjadi unik sebagai ciri khas dari wilayah
tersebut.
2.Spesiasi
Spesiesi Adapun jenis hewan dan tumbuhan yang termasuk kelompok
spesies adalah Panicium miliaceum dan Arapamia gigas. Spesiasi merupakan
unit dasar untuk memahami biodiversitas. Spesiasi merupakan proses
pembentukan spesies baru. Ada beberapa pendapat mengenai proses
spesiasi. Ada pendapat menyatakan bahwa proses spesiasi hanya terjadi
pada masa lampau dan tidak terjadi lagi pada masa kini, sedangkan
pendapat lain menyatakan bahwa spesiasi masih berlangsung hingga kini.
Untuk memahami proses spesiasi, perlu diingat bahwa keadaan muka bumi
pada masa lampau tidak sama dengan saat ini. Permukaan bumi yang
semula panas menjadi dingin, daratan mulai terbentuk, dengan demikian
terdapatlah habitat baru. Terbentuknya tumbuh-tumbuhan, hutan, padang
rumput secara tidak simultan, dan terjadi di sejumlah tempat sehinggal
meyebabkan timbulnya habitat baru yang sebelumnya tidak ada. Kondisi
iklim pada masa lalu juga berubah-ubah. Peristiwa glasiasi, letusan gunung
berapi, terbentuknya daratan menyebabkan muka bumi mengalami evolusi
yang besar.
3.Introduksi
Adapun jenis hewan dan tumbuhan yang termasuk kelompok introduksi
adalah Mikania micranta, Gerbera jamesonii, dan Felis catus. Introduksi
spesies menjadi masalah konservasi
karena merupakan kontributor utama kedua terhadap turunnya
biodiversitas dan kepunahan setelah hilangnya habitat. Introduksi spesies
adalah berpindahnya suatu jenis mahluk hidup dari habitatnya ke habitat
lain. Akibat dari introduksi spesies bisa saja menguntungkan atau malah
merugikan bagi habitat baru. Spesies-spesies yang dapat berpindah ke
habitat lainnya pada umumnya memiliki daya adaptasi tinggi terhadap
lingkungan sekitarnya, sehingga spesies ini mampu bertahan bahkan
berkembang biak dengan baik pada lingkungannya yang baru. Bahkan
dijumpai beberapa spesies yang perkembangannya menjadi tak terkendali
sehingga menjadi hama dan merugikan manusia.
4. Invasif
Adapun jenis hewan dan tumbuhan yang termasuk kelompok invasif
adalah Mimosapigra, Lantana camara, Eichhornia crossippes, dan
Chromolaena odorata. Flora dan fauna yang sebelumnya hidup di alam liar
yang stabil dan berpindah ke suatu habitat bisa menjadi ancaman bagi
spesies asli. Organisme yang muncul ke suatu tempat dan dianggap lebih
banyak merugikan sering kali dikaitkan dengan spesies invasif.
Kehadirannya juga akan berdampak pada kestabilan ekosistem yang telah
ada. Suatu spesies menjadi ‘invasif’ ketika mengalahkan flora atau fauna
lokal untuk mendapatkan sumber daya dengan sangat cepat. Ketika spesies
baru itu sangat sedikit, maka dampaknya para pendatang bisa menjadi mati.
Tetapi jika tak terkendali, spesies bisa menguasai habitat baru. Pemasukan,
penyebaran dan berbagai spesies yang dilakukan secara sengaja maupun
tidak baik yang dilakukan kemudian menjadi invasif telah menimbulkan
kerugian ekologi dan ekonomi yang cukup besar. Kerugian berupa
kerusakan lingkungan akibat invasi spesies pada umumnya sangat sulit
untuk dihargai lagi, karena berkaitan dengan makhluk hidup yang mampu
melakukan adaptasi, tumbuh dan berkembang.
Beberapa spesies dan varietas baru yang secara teknis, ekonomis, sosial
dan ekologis diperlukan dan secara nyata telah memberikan kontribusi
positif bagi kesejahteraan masyarakat. Namun, banyak spesies asing yang
sebenarnya dapat berdampak buruk bagi ekosistem asli. Hama, gulma dan
penyakit yang muncul dari introduksi spesies asing invasif ini menurunkan
hasil panen, menjadi pesaing spesies-spesies tanaman dan komoditas ternak,
dan mengakibatkan kerusakan lingkungan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang saya dapatkan setelah melakukan praktikum,
yaitu :
Komponen interaksi biodiversitas terdiri dari endemisitas, spesiesi,
introduksi, dan invasif. Komponen interaksi biodiversitas dapat menjadi
acuan agar manusia dapat ikut serta membantu pelestarian biodiversitas
yang ada di dunia ini dan menjaga sesuai habitat dan pelestarianya.

4.2 Saran
Adapun saran yang saya dapatkan setelah melakukan pratikum,yaitu :
Kepada mahasiswa yang akan melakukan praktikum agar lebih memahami,
dapat lebih
disiplin dan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai