Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI FARMASI

PERCOBAAN 1
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DAN PEMBUATAN DENDOGRAM

Disusun oleh:

Jasmine Ayu Diningrum (10060319013)


Siti Anggina Ismiyati (10060319014)
Ega Mulya Permata Dewi (10060319015)
Daifa Ermanda Mawali (10060319016)
Ayu Suci Dewi (10060319018)
Shift/ Kelompok : D/3
Tanggal Percobaan : Selasa, 18 Februari 2020
Tanggal Laporan : Selasa, 25 Februari 2020
Nama Asisten : Muhammad Aldiansyah P.H

LABOLATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PRGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020 M / 1441 H
PRAKTIKUM I

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DAN PEMBUATAN DENDOGRAM

I. Teori Dasar

Indonesia dikaruniai keanekaragaman hayati yang tinggi. Makhluk hidup yang


beranekaragam menandakan potensi pemanfaatan yang beranekaragam pula.
Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia didukung dengan pengetahuan
masyarakat asli Indonesia untuk memberdayakan potensi-potensi tersebut. Berbagai
perkembangan produk farmasi juga tidak luput bersumber dari pengetahuan
masyarakat asli Indonesia dalam memanfaatkan potensi hayati yang ada di alam (Tim
labolatorium farmasi unit B.2020:18)

Dalam hal keanekaragaman di dalam jenis, Indonesia pun menjadi unggulan


dunia dan dianggap sebagai salah satu pusat keanekaragaman tanaman ekonomi
dunia. Jenis-jenis kayu perdagangan, buah-buahan tropis (durian, duku, salak,
rambutan, pisang ASTIRIN - Permasalahan Kehati di Indonesia 37 dan sebagainya),
anggrek, bambu, rotan, kelapa dan lain-lain sebagian besar berasal dari Indonesia.
Beberapa jenis tumbuhan, seperti pisang dan kelapa telah menyebar ke seluruh dunia.
Oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keanekarangaman
hayati terbesar di dunia (megadiversity) dan merupakan pusat keanekaragaman hayati
dunia (megacenter of biodiversity) (Mac Kinnon, 1992).

Keanekaragaman hayati tumbuh dan berkembang dari keberagaman jenis,


keanekaragaman genetis, dan keanekaragaman ekosistem. Karena ketiga
keanekaragaman ini saling kait-mengait dan tidak terpisahkan, maka dipandang
sebagai satu keseluruhan (totalitas) yaitu keanekaragaman hayati. Keanekaragaman
hayati menunjukan adanya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan
sifat yang terlihat pada berbagai tingkat gen, tingkat jenis dan tingkat ekosistem
(Wolf. 1992)

Tumbuhan merupakan kelompok makhluk hidup eukariot, fotosintetik,


multiseluler,dan memiliki jaringan yang sudah berkembang dengan baik. Tumbuhan
dapat hidup dalam berbagai lingkungan darat, mulai dari lingkungan hutan basah
hingga daerah padang pasiratau daerah kutub. Tumbuhan memiliki ukuran yang
bervariasi mulai dari bentukmikroskopis hingga pohon yang berukuran besar hingga
mencapai 100 meter lebih dan berdiameter 10 meter lebih. Rentang hidup tumbuhan
juga bervariasi. Beberapa tumbuhan bersifat musiman, baik hanya semusim ataupun
dua musim.tumbuhan lainnya dapat hidup bertahun-tahun. (Tetty Sutiowati dan
Deswaty Furqonita,2007)

Dalam pemuliaan tanaman, adanya keanekaragaman (variabilitas) pada populasi


tanamana yang digunakan mempunyai arti yang sangat penting. Besar kecilnya
variabilitas dan tinggi rendahnya rata rata populasi tanaman yang digunakan sangat
menentukan keberhasilan pemuliaan tumbuhan (W, Mangoendidjojo. 2003)

Beberapa tumbuhan dalam satu spesies dengan susunan genetic tertentu


dapatdikoleksi karena beberapa kelebihannya. Dimungkinkan pula bahwa beberapa
sifat unggulyang dimiliki beberapa jenis tumbuhan yang sama dalam satu spesies
digabungkan dalamsatu tumbuhan baru sehingga akan diperolehsatu jenis tumbuhan
baru yang memiliki banyakkeunggulan di bandingkan bila sifat-sifat tadi terdapat
secara sendiri-sendiri. Sementara itutumbuhan dengan susunan genetika yang tidak
memiliki keunggulan akan punah dalamlingkungan dan kondisi yang tidak
mendukung (Abdul Salam, 1994).

Keanekaragaman hayati dapat ditandai dengan adanya makhluk hidup yang


beranekaragam. Keanekaragaman makhluk hiduptersebut dapat dilihat dari adanya
abiotikdapat menyebabkan organisme berkembang dan melakukan spesialisasi.

1. Keanekaragam Tingkat Ekosistem

Makhluk hidup dalam kehidupan selalu melakukan interaksi dengan


lingkungannya, baik dengan lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Bentuk
interaksi tersebut akanmembentuk suatu sistem yang dikenal dengan isitilah
ekosistem. Keanekaragam Tingkatekosistem adalah keanekaragaman yang dapat
ditemukan di antara ekosistem. Di permukaan bumi susunan biotik dan abiotik pada
ekosistem tidak sama. Lingkungan abiotik sangatmempengaruhi keberadaan jenis dan
jumlah komponen biotik (makhluk hidu). Wilayahdengan kondisi abiotik berbeda
umumnya mengandung komposisi makhluk hidup yang berbeda.

Kondisi lingkungan tempat hidup suatu makhluk hidup sangat beragama


keberagamanlingkungan tersebut biasanya dapat menghasilkan jenis makhluk hidup
yang beragam pula.Hal demikian dapat berbentuk karena adanya penyesuaian sifat-
sifat keturunan secara genetikdengan lingkungan tempat hidupnya. Sebagai
komponen biotik, jenis makhluk hidup yangdapat bertahan hidup dalam suatu
ekosistem adalah makhluk hidup yang dapat berinteraksidengan lingkungannya, baik
dengan komponen biotik maupun komponen abiotiknya. Jikasusunan komponen
biotik berubah, bentuk interaksi akan berubah sehingga ekosistem yangdihasilkan
juga berubah.
2. Keanekaragam Tingkat Spesies (Jenis)

Kita dapat mengenal makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya.


Misalnya,melalui pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis
makanan,tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamati. Keanekaragaman
tingkat spesies(jenis) adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara organisme
yang tergolong dalam jenis yang berbeda, baik yang termasuk dalam satu famili
maupun tidak. Misalnya, jikamembandingkan tanaman jagung, mangga, dan padi atau
di antara bebek, ayam, dan kucing.Perbedaan yang terdapat di antara organisme
berbeda jenis lebih banyak dibandingkandengan di antara organisme satu jenis. Dua
organisme yang berbeda jenis mempunyai perbedaan susunan gen yang lebih banyak
daripada yang tergolong dalam satu jenis.

3. Keanekaragam Tingkat Gen


Setiap makhluk memiliki komponen pembawa sifat menurun. Komponen
tersebuttersusun atas ribuan faktor kebakaan yang mengatur bagaimana sifat-sifat
tersebutdiwariskan. Faktor itulah yang sekarang kita kenal sebagai gen. gen terdapat
di lokus gen pada kromosom atau di dalam inti sel setiap makhluk hidup. Akan tetapi
susunan perangkatgen masing-masing individu dapat berbeda-beda bergantung pada
tetua yangmenurunkannya. Itulah sebabnya individu-individu yang etrdapat dalam
satu jenis dan satuketurunan dapat memiliki ciri-ciri dan sifat yang berbeda.

Dendogram diartikan sebagai “diagram pohon”. Dendogram berasal dari kata


dendro yang berarti pohon dan gramma yang berarti gambaran atau deskripsi
matematis. Diagram ini digunakan untuk menggambarkan berbagai konteks
pengelompokan tumbuhan yang memiliki kedekatan ciri atau karakter. Pembuatan
dendogram merupakan langkah awal untuk dapat memahami sistem klasifikasi dalam
sistematika tumbuhan.

Analsis cluster adalah salah satu dari metode dalam analisis multivariat
yang memiliki tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan
karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster mengelompokkan individu atau
objek penelitian, sehingga setiap objek yang paling dekat kesamaannya dengan
objek lain berada dalam cluster yang sama. Cluster-cluster yang terbentuk dalam
satu cluster mempunyai ciri yang relatif sama (homogen), sedangkan antar cluster
mempunyari ciri yang berbeda (heterogen). Pengelompokan ini dilakukan
berdasarkan variabel-variabel yang diamati (Usman dan Sobari, 2013).

Untuk mendapatkan kelompok yang sehomogen mungkin, maka yang


digunakan dasar untuk mengelompokan adalah kesamaan skor nilai yang
dianalisis. Semakin kecil besaran jarak suatu individu terhadap individu lain,
maka semakin besar kemiripan individu tersebut. Data mengenai ukuran
kesamaan tersebut kemudian dilakukan pengelompokan sehingga dapat
ditentukan individu mana yang masuk kelompok mana (Gudono, 2014).

II. Tujuan Praktikum

1.) Mengenalkan teknik dasar dalam melakukan pengenalan tumbuhan berdasarkan


morfologinya
2.) Mengenalkan tahapan dan pemaparan hasil pembuatan dendogram

III. Manfaat Praktikum


1.) Dapat megetahui teknik dasar dalam melakukan pengenalan tumbuhan
berdasarkan morfologinya
2.) Mengetahui cara membuat dendogram dan pemanfaatannya

IV. Prosedur Praktikum


1.) Diamati morfologi masing-masing spesimen secara seksama di bawah panduan
asisten.
2.) Ditentukan setiap kelompok karakterisitik yang akan dibandingkan antar
spesimen. Semakin banyak karakter yang dibuat semakin baik perbandingan yang
dibuat.
3.) Dideskripsikan setiap karakter yang akan dibandingkan.
4.) Digambarkan morfologi spesimen dalam buku gambar dan diberi keterangan.
5.) Dibuat tabel kuantifikasi perbandingan karakter (tabel 1)
6.) Pada pengisian table bersifat biner. Jika ditemukan suatu karakter pada satu
specimen, maka kolom di isi dengan angka “1”. Jika sebaliknya, maka di isi
dengan “0”.
7.) Di buat table pengolahan data menggunakan indeks kesamaan Sorensen (tabel 2).
8.) Nilai Indeks kesamaan Sorensen diurutkan berdasarkan nilai terbesar menuju nilai
terkecil (table 3).
9.) Sisa specimen yang memiliki nilai indeks kesamaan yang lebih kecil diurutkan
setelah dibuat indeks kesamaan baru dari nilai indeks sebelumnya (tabel 4).

10.) Di lakukan hal yang sama hingga seluruh spesimen selesai di bandingkan.

11.) Indeks kesamaan Sorensen dijadikan dasar untuk pembuatan dendogram.

12.) Dendogram dibuat dalam selembar kertas dengan identitas kelompok, diberi
keterangan dan deskripsi, serta dijadikan bahan presentasi perwakilan kelompok.

V. Alat dan Bahan


Alat :
1.) Baki sampel tumbuhan
2.) Pisau atau cutter
3.) Alat tulis untuk mendeskripsikan tumbuhan
4.) Laptop untuk analisis data dengan Microsoft exel
Bahan :
1.) Spesimen daun dan bunga atau perbungaan dari lima jenis tumbuhan yang berbeda
2.) Label untuk penamaan tiap spesimen yang berbeda

VI. Hasil Pengamatan

A. Dokumentasi Spesimen

No Gambar Keterangan
.
1. Spesimen 1 1. Batang bulat
Nama Latin : Crotalaria anagyroides 2. Daun lonjong
Nama Daerah : Orok-Orok 3. Batang bergerigi
Khasiat : Obat luka dan Anti Cacing 4. Batang berkayu
5. Batang berbulu
Bunga 6. Buah polong
7. Bunga tunggal
8. Permukaan daun halus
9. Tepi daun menjari
10. Habitus perdu
Buah
11. Percabangan selang-seling
12. Buah lonjong
Daun

Batang

2. Spesimen 2 1. Batang bulat


Nama Latin : Wedelia trilobata 2. Daun bergerigi
Nama Daerah : Seruni Jalar 3. Batang berbulu
Khasiat : Obat sakit perut 4. Batang tidak berkayu
5. Bunga tunggal
6. Permukaan daun kasar
Daun 7. Tepi daun menjari
8. Habitus herba
9. Daun beranak
Bunga

Batang

3. Spesimen 3 1. Batang bulat


Nama Latin : Caessalpina pulcherima 2. Daun bulat
Nama Daerah : Kembang Merak 3. Batang bergerigi
Khasiat : Obat diare dan sariawan 4. Batang berkayu
5. Buah polong
6. Bunga tunggal
7. Permukaan daun halus
8. tepi daun menyirip
9. Habitus perdu
10. daun beranak
Bunga 11. Percabangan sejajar

Batang

Daun

4. Spesimen 4 1. Batang bulat


Nama Latin : Senna alata 2. Daun lonjong
Nama Daerah : Ketepeng cina 3. Batang bergerigi
Khasiat : Obat Cacing dan Sariawan 4. Batang bergerigi
5. Batang berbulu
6. Batang berkayu
7. Bunga tunggal
8. Permukaan daun halus
9. Tepi daun menjari

Daun

Bunga

Batang

5. Spesimen 5 1. Batang bulat


Nama Latin : Calliandra calothyrsus 2. Batang bergerigi
Nama Daerah : Bunga merah 3. Batang berkayu
Khasiat : Meningkatkan stamina 4. Daun anak bercucu
5. Bunga majemuk
6. Permukaan daun halus
7. Habitus perdu
8. Percabangan selang-seling

Bunga

Batang

Daun

B. Hasil Perhitungan Indeks Kesamaan

Tabel 1. Perbandingan Karakter Spesimen


No Sp. Sp. Sp. Sp. Sp.
Karakter
. A B C D E
1 Batang Membulat 1 1 1 1 1
2 Daun Lonjong 1 0 0 1 0
3 Daun bulat 0 0 1 0 0
4 Daun bergerigi 0 1 0 0 0
5 Batang bergerigi 1 0 1 1 1
6 Batang berbulu 1 1 0 1 0
7 Batang berkayu 1 0 1 1 1
8 Batang tidak berkayu 0 1 0 0 0
9 Buah Polong 1 0 1 0 0
10 Bunga Tunggal 1 1 1 1 0
11 Daun anak bercucu 0 0 0 0 1
12 Bunga majemuk 0 0 0 0 1
13 Buah lonjong 1 0 1 0 0
14 Buah bulat 0 0 0 0 0
15 Permukaan daun halus 1 0 1 1 1
16 Permukaan daun kasar 0 1 0 0 0
17 Tepi daun menjari 1 1 0 1 0
18 Tepi daun menyirip 0 0 1 0 0
19 Habitus perdu 1 0 1 1 1
20 Habitus herba 0 1 0 0 0
21 Percabangan sejajar 0 1 1 1 0
22 Daun beranak 1 0 1 1 0
23 Percabangan selang seling 1 0 0 0 1
JUMLAH 13 9 12 11 8

Tabel 2. Indeks Kesamaan Sorensen

(A VS ….)
Jenis Jumlah Karakter Yang Sama Jumlah Karakter Indeks Kesamaan (%)
( A VS B) 4 22 36%
( A VS C) 9 25 72%
(A VS D) 10 24 83%
(A VS E ) 6 21 57%
(B VS …. )
Jenis Jumlah Karakter Yang Sama Jumlah Karakter Indeks Kesamaan (%)
(B VS C) 3 21 29%
(B VS D) 5 20 50%
(B VS A) 1 17 12%
( C VS ….)
Jenis Jumlah Karakter Yang Sama Jumlah Karakter Indeks Kesamaan (%)
(C VS D) 8 23 70%
(C VS E) 5 20 50%
(D VS ….)
Jenis Jumlah Karakter Yang Sama Jumlah Karakter Indeks Kesamaan (%)
(D VS E) 5 19 53%

Tabel 3. Urutan Nilai Indeks Kesamaan Sorensen (1)

  A B C D E
A   0,36 0,72 0,83 0,57
B     0,29 0,50 0,12
C       0,70 0,50
D         0,53
E          

M 0,83

Tabel 4. Urutan Nilai Indeks Kesamaan Sorensen (2)

  A,D B C E
A,D   0,43 0,71 0,55
B     0,29 0,12
C       0,50
E        

M 0,71

Tabel 5. Urutan Nilai Indeks Kesamaan Sorensen (3)

(A,D),
  B E
C
(A,D),
  0,36 0,52
C
B     0,12
E      

M 0,52

Tabel 6. Urutan Nilai Indeks Kesamaan Sorensen (4)

  (A,D,C),E B
(A,D,C),E   0,32
B    

M 0,32

C. Dendrogram

A D C E B
           
83%              
             
           
71%                
         
     
     
     
52%          
       
   
32%        
 
 
 
                         

VII. Pembahasan

Tingkat kesamaan antar spesimen berdasarkan dendogram yang telah dibuat diperoleh :

(A,D) = 83%

(A,D),C = 71%

(A,D,C),E = 52%

(A,D,C,E),B = 32 %

Berdasarkan data tersebut, maka diperoleh kekerabatan paling dekat yaitu spesimen A dan
spesimen D yang memperoleh nilai indeks kesamaan sorensen sebesar 83% dan kekerabatan
paling jauh yaitu spesimen A dan B dengan indeks kesamaan sorensen sebesar 32%.
1. Spesimen A ( Crotalaria anagyroides )

Kasifikasi :

Divisi : magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Family : Fabaceae

Genus : Crotalaria

Spesies : Crotalaria anagyroides

Bentuk morfologi :

Batang Membulat, daun lonjong, batang bergeigi, batang berbulu, batang berkayu, buah polong,
bunga tunggal, buah lonjong, bentuk permukaan dau halus,habitus perdu, daun beranak, dan
percabangan selang-seling.

2. Spesimen B ( Wedelia trilobata )

Kasifikasi :

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Wedelia

Spesies : Wedelia trilobata

Bentuk morfologi :

Batang membulat, daun bergerigi, batang berbulu, batang tidak berkayu, bunga tunggal,
permukaan daun kasar, tepi daun menjari, habitus herba, dan percabangan sejajar.

3. Spesimen C ( Caessalpinia pulcherrima )

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Family : Caesalpiniaceae

Genus : Caesalpinia

Spesies : Caessalpinia pulcherrima

Bentuk morfologi :

Batang bulat, daun bulat, batang bergerigi, batang berkayu, buah polong, bunga tunggal, buah
lonjong, permukaan daun halus, tepi daun menyirip, habitus perdu, percabangan sejajar, dan
daun beranak.

4. Spesimen D (Senna alata)

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Family : Fabaceae

Genus : Senna

Spesies : Senna alata

Bentuk morfologi :

Batang bulat, daun lonjong, batang bergerigi, batang berkayu, batang berbulu, bunga tunggal,
permukaan daun halus, tepi daun menjari, habitus perdu, percabangan sejajar, dan daun beranak.

5. Spesimen E (Calliandra calothyrsus)

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Family : Fabaceae

Genus : Calliadra

Spesies : Calliandra calothyrsus

Bentuk morfologi :

Batang membulat, batang bergerigi, batang berkayu, daun anak bercucu, bunga majemuk,
permukaan daun halus, habitus perdu, dan percabangan selang seling.

Berdasarkan dendogram diperoleh kekerabatan paling dekat yaitu spesimen A yaitu


Crotalaria anagyroides dan spesimen D yaitu Senna alata yang memperoleh nilai indeks
kesamaan sorensen sebesar 83%. Kekerabatan paling dekat antara kedua spesimen tersebut
karena memiliki ordo yang sama yaitu ordo fabales dan family yang sama yaitu fabaceae. Selain
itu memiliki kesamaan yang banyak dalam bentuk morfologinya yakni sama sama mempunyai
batang bulat, daun lonjong batang bergerigi, batang berbulu, bentuk permukaan daun halus, dan
habitus perdu.

Kekerabatan paling dekat kedua yaitu (A,D),C = 71% yang memilki ordo yang sama
antara spesimen A, D dan C yaitu ordo fabales, tetapi spesimen C memiliki family yang berbeda
yaitu dari family caesalpiniaceae .

Kekerabatan paling dekat ketiga yaitu spesimen (A,D,C),E = 52%. Dan yang paling
sedikit kesamaan nya yaitu spesimen (A,D,C,E),B = 32 % karena spesimen B memiliki
perbedaan dengan spesimen yang lainnya yaitu perbedaan ordo dan family. Spesimen B adalah
asterales dan family asteraceae sedangkan yang lainnya termasuk kedalam ordo fabales dan
familily piniaceae. Sehingga spesimen B paling jauh kekerabatannya karena memiliki kesamaan
yang paling sedikit. Fabaceae merupakan suku polong-polongan yang merupakan suku
tumbuhan dikotil.

VIII. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini yaitu tentang Keanekaragaman Tumbuhan dan Pembuatan
Dendogram, setelah dilakukannya praktikum ini telah di dapatkan hasil dari Nilai
Indeks Kesamaan Sorensen dan membuat dendogram yang menunjukkan kekerabatan
yang paling dekat yaitu A dan D, sedangkan kekerabatan yang paling jauh yaitu A
dan B.

IX. Daftar Pustaka

Gudono. 2014. Analisis Data Multivariant. Yogyakarta : BPFE


Mackinnon,J.,Karen,P, dan Bas Van Balen. 1992. Burung- Burung di Jawa dan Bali.
Jakarta: Publishing-LIPI
Mengoendidjojo,W. 2003. Dasar- Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta: Kanisius
Salam, Abdul. 1994. Keanekaragaman Genetik. Yogyakarta. Andi Offset
Setiowati, Tetty dan Furqonita, Deswati. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press
Tim Labolatorium Farmasi Terpadu Unit B. 2020. Modul Praktikum Botani Farmasi.
Bandung: Universitas Islam Bandung
Usman & Sobari. 2013. Aplikasi Teknik Multivariate. Jakarta : Rajawali Pers
Wolf,L. 1992. Ekologi Umum. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai