Anda di halaman 1dari 10

STANDARISASI BAHAN ALAM

LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN 6
PENETAPAN INDEKS PENGEMBANGAN (SWELLING INDEX)

Disusun oleh:
Kelompok G/3

Risa Apriani Hilyah 10060316203


Miranda Dwi Putri 10060316204
Neng Aneu Nurul H 10060316207
Diah Rohaeni 10060316208
Widi Ikhsan 10060316209

Asisten:.,S.Farm

Tanggal Praktikum : 14 Maret 2018


Tanggal Pengumpulan : 21 Maret 2018

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1439H/ 2018
PERCOBAAN 6
PENETAPAN INDEKS PENGEMBANGAN (SWELLING INDEX)

I. Tujuan Percobaan

Mahasiswa dapat mengenal dan memahami prinsip penetapan indeks

pengembangan (Swelling Index) serta untuk mengetahui adanya senyawa yang

mudah mengembang.

II. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Gelas kimia

2. Gelas ukur tertutup

3. Vortex

b. Bahan

1. Aquadest

2. Simplisia uji agar- agar

III. Prosedur Percobaan

Panaskan aquadest diatas penangas air. Ditimbang 0,5 gram bahan uji,

dimasukan ke dalam gelas ukur. Kemudian ditambahkan 25 ml aquadest panas.

Kocok dengan seksama interval waktu 10 menit selama 1 jam (6x pengocokan.

Diukur volume yang didapat pada akhir setiap pengocokan. Percobaan dilakukan

duplo.
IV. Data Pengamatan

Nama Simplisia : Agar-agar

Nama Latin Simplisia : Kappaphycus alvarizii Thalus

Nama Latin Tumbuhan : Kappaphycus alvarizii

Klasifikasi :

- Kingdom : Plantae

- Divisi : Rhodophyta

- Kelas : Rhodophyceae

- Ordo : Gigartinales

- Family : Solieriaceae

- Genus : Euchema

- Spesies : Euchema cottonii ( kappaphycus alvarezii )

Pengamatan Indeks Pengembangan :

Bobot Simplisia 1 = 0,5034 gram

Bobot Simplisia 2 = 0,5021 gram

 Simplisia 1

Waktu
T0 101 102 103 104 105 106
Pengenceran
Volume (ml) 26 26 26 26 25,5 25,5 25
Kekentalan - - - - - + +

 Simplisia 2
Waktu
T0 101 102 103 104 105 106
Pengenceran
Volume (ml) 26 26 26 26 25,5 25,5 25,5
Kekentalan - - - - - + +

Bahan uji (agar-agar) Penimbangan bahan

Proses pengocokan Aquadest + bahan uji

V. Pembahasan

Pada percobaan kali ini kami melakukan praktikum tentang “Penetapan

Indeks Pengembangan”. Dimana praktikum ini bertujuan untuk mengenal dan


memahami prinsip penetapan indeks pengembangan (Swelling Index) serta untuk

mengetahui adanya senyawa yang mudah mengembang. Indeks pengembangan

didefinisikan sebagai volume dalam mL yang diambil dari pengembangan 1 gram

bahan dalam kondisi tertentu. Pemelitian didasarkan pada penambahan air

terhadap simplisia (rajangan atau serbuk). Dengan menggunakan gelas ukur

berskala bahan dikocok berulang selama satu jam dan biarkan selama waktu

tertentu. Volume campuran dalam mL kemudian dibaca.(Bruneton,J.,1999)

Simplisia yang digunakan pada praktikum kali ini adalah agar-agar. Agar-

agar adalah zat yang biasanya berupa gel yang diolah dari rumput laut. Di

(Jepang) dikenal dengan nama kanten dan oleh orang Sunda disebut lengkong.

Jenis rumput laut yang biasa diolah untuk keperluan ini adalah Eucheuma

spinosum (Rhodophycophyta). Beberapa jenis rumput laut dari golongan

Phaeophycophyta (Gracilaria dan Gelidium) juga dapat dipakai sebagai sumber

agar-agar.(Robbers,J.E., 1988)

Praktikum ini dilakukan duplo dengan cara bahan uji (agar-agar) masing-

masing ditimbang sebanyak 0,5 gram dan aquadest 25 ml. Aquadest yang dipakai

sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu karena gel terbentuk karena pada saat

dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan,

molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-

kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk sistem koloid

padat—cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam elektroforesis gel agarosa untuk

menghambat pergerakan molekul obyek akibat perbedaan tegangan antara dua

kutub. Kepadatan gel agar-agar juga cukup kuat untuk menyangga tumbuhan kecil
sehingga sangat sering dipakai sebagai media dalam kultur jaringan.(Septiatin,

Eatin. 2008)

Kemudian dimasukkan air panas tersebut kedalam gelas ukur dan agar-

agar. Dikocok dengan seksama setiap interval 10 menit selama 1 jam (6x

pengocokan). Interval 10 menit ini bertujuan agar tercampurnya antara simplisia

dengan air sehingga dapat diukur kekentalannya. Lalu diukur volume yang

didapat pada akhir setiap pengocokan.

Pada saat mengembangkan agar-agar, pengembangan agar-agar tersebut

pengembangannya lambat dan sedikit mengembang. Hal ini membuktikan bahwa

agar-agar mengandung pektin. Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan

berat molekul tinggi yang mengisi dinding sel rumput laut. Ia tergolong kelompok

pektin dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari monomer galaktosa.

Agar-agar dapat dibentuk sebagai bubuk dan diperjual belikan. (Bruneton,J.,1999)

Histeresis

Histeresis adalah gejala yang dimiliki oleh agar-agar dan sejumlah bahan

gel lainnya, yang berhubungan dengan suhu transisi fase padat-cair. Agar-agar

mulai mencair pada suhu 85 °C dan mulai memadat pada suhu 32-40 °C. Jadi

tidak seperti air yang memadat dan mencair pada titik suhu yang sama.(Gembong

Tjitrosoepomo. 2000)

Kegunaan

Apabila dilarutkan dalam air panas dan didinginkan, agar-agar bersifat

sepertigelatin: padatan lunak dengan banyak pori-pori di dalamnya sehingga

bertekstur 'kenyal'. Sifat ini menarik secara inderawi sehingga banyak olahan
makanan melibatkan agar-agar: pengental sup, puding (jelly), campuran es

krim, anmitsu (di Jepang),(Istini et al, 1986).

Agar-agar dikenal luas di daerah Asia Tropika sebagai makanan sehat

karena mengandung serat (fiber) lunak yang tinggi dan kalori yang rendah.

Kandungan serat lunak yang tinggi membantu melancarkan pembuangan sisa-sisa

makanan di usus (laksatif),(Istini et al, 1986).

Selain digunakan sebagai makanan, agar-agar juga digunakan secara luas

dilaboratorium sebagai pemadat kemikalia dalam percobaan, media tumbuh

untukkultur jaringan tumbuhan dan biakan mikroba, dan juga sebagai fase diam

dalam elektroforesis gel. Di laboratorium, agar-agar (biasanya dikemas dalam

bentuk bubuk) dikenal sebagai agar atau agarosa saja(Istini et al, 1986).

Kaitan indeks pengembangan dengan standarisasi suatu simplisia adalah

karena standarisasi penting dilakukan untuk menjamin keamanan, keseragaman

mutu dan kadar kandungan senyawa kimia. Dengan penetapan indeks

pengembangan dapat diketahui ada tidaknya senyawa yang memiliki karakteristik

mengembang dalam suatu simplisia(Istini et al, 1986).

Senyawa bahan alam yang mudah mengembang banyak digunakan

terapetik untuk tujuan diet. Senyawa bahan alam banyak digunakan untuk tujuan

diet karena mengandung senyawa yang mudah mengembang yang terdiri dari gom

, mucilago , pektin dan hemiselulosa yang memiliki fungsi atau manfaat umum

yang berkaitan dengan sistem pencernaan, salah satunya melancarkan proses

pencernaan makanan. Kandungan serat yang tinggi pada senyawa bahan alam

yang mudah mengembang dapat menyebabkan perut terasa kenyang dan serat
juga dapat menekan kolesterol/lemak jenuh yang dibuang bersama ampas

makanan. Disamping itu, beberapa senyawa yang mudah mengembang juga

banyak digunakan didunia farmasi khsusnya dibidang formulasi sebagai bahan

penghancur tablet. (mekanismenya gimna). (Wiryowidagdo, Sumaali, Prof. 2007)

Karakteristik dari senyawa tersebut adalah ketika senyawa kontak dengan

air, maka air akan memasuki rongga-rongga di dalam struktur senyawa sehingga

menyebabkan senyawa mengembang, mengental atau bahkan memadat.

Banyak simplisia tumbuhan memiliki aktifitas karena kemampuannya

untuk mengembang, terutama tumbuhan yang mengandung gom, mucilago,

pektin, dan hemiselulosa. (Robbers,J.E., 1988)

 Gom adalah polisakarida yang di hasilkan dari penyadapan getah atau

eksudat tanaman. Gom akan membentuk gel apabila bercampur dengan

air, karena mempunyai kelarutan yang tinggi terhadap air. Gom banyak

terdapat pada oatmeal dan kacang-kacangan. Gom juga di hasilkan dari

pohon gummi arabicum,gom karaya, gom tragakan, pada kulit batangnya

terdapat bengle. Gom arab banyak di pakai dalam industri makanan dan

kimia lainnya. Gom di gunakan sebagai campuran minuman untuk

mengurangi tekanan permukaan air dan stabilitas.

 Musilago adalah polisakarida non selulosa yang di temukan tercampur

dengan endosperma biji-bijian. Musilago adalah hidrokoloid yang stabil.

Musilago terdapat pada tanaman jati belanda. Musilago digunakan untuk

membungkus suatu zat yang tidak larut dalam air, sehingga dapat

bercampur dengan zat cair lainnya sebagai zat pembawa.


 Pektin adalah segolongan polimer polisakarida yang di peroleh dari

dinding sel tumbuhan darat. Wujud pectin yang di ekstrak adalah bubuk

putih hingga cokelat terang. Pectin dari sel tumbuhan merupakan

penyusun lamella tengah, yang merupakan lapisan penyusun awal dinding

sel. Pectin banyak terdapat pada buah-buahan seperti apel, jeruk, tomat,

dll. Pectin juga terdapat dalan jombang. Pectin di gunakan sebagai

campuran obat-obatan untuk berbagai jenis penyakit antara lain obat diare,

disentri, radang usus besar, obat luka, hoemostatik agen, pengganti plasma

darah, dan dapat juga di gunakan untuk memperlambat absorpsi beberapa

jenis obat-obatan tertentu di dalam tubuh, sehingga dapat memperpanjang

cara kerja obat.

 Hemiselulosa adalah polisakarida yang mengisi ruang antara serat-serat

selulosa dalam dinding sel tumbuhan. Hemiselulosa dapat di ekstraksi

dalam larutan basa alkalis. Hemiselulosa merupakan senyawa pembentuk

selulosa. Monomer penyusun selulosa biasanya adalah rantai D-glukosa, di

tambah dengan berbagai bentuk monosakarida yang terdapat pada rantai.

Baik sebagai cabang atau mata rantai. Hemiselulosa terdapat pada kulit

padi dan gandum serta kayu manis. Hemiselulosa membantu melancarkan

pencernaan makanan.

VI. Kesimpulan
VII. Daftar Pustaka

Septiatin, Eatin. 2008. Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias dan

Tanaman Liar. CV Yrama Widya, Bandung

Gembong Tjitrosoepomo 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). UGM

Press, Yogyakarta

Wiryowidagdo, Sumaali, Prof. 2007. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam. Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai