Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN 5

ESTERIFIKASI FENOL : Sintesis Aspirin

Disusun oleh

Nama : Ade Ridwan Septiawan


NPM : 10060317071
Shift/Kelompok : C/4
Nama Asisten : Nety Kurniaty, S.Si., M.Sc
Tanggal Praktikum : Selasa, 07 Mei 2019
Tanggal Laporan : Selasa, 14 Mei 2019

LABORATORIUM TERPADU UNIT A


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
1440 H/2019 M
PERCOBAAN 5

ESTERIFIKASI FENOL : Sintesis Aspirin

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Melakukan sintesis aspirin dari asam salisilat dan asetat anhidrat

dengan cara esterifikasi

2. Memurnikan hasil sintesis aspirin dengan cara rekristalisasi

3. Menentukan adanya asam salisilat dalam sampel dengan uji

pengompleksan FeCl3.

4. Identifikasi asam salisilat dan aspirin dengan uji titik leleh dan uji

KLT

5. Penentuan kadar tablet aspirin dengan cara titrasi asam basa.

II. PRINSIP PERCOBAAN


1. Reaksi Esterifikasi berdasarkan reaksi antara asam karboksilat

dengan alkohol yang ditambahkan katalis asam pekat hingga

terbentuk ester.

2. Rekristalisasi berdasarkan perbedaan kelarutan antara zat yang

akan dimurnikan dengan pengotor

3. Uji reaksi kompleks FeCl3 berdasarkan pada perubahan warna

menjadi ungu.

4. Uji titik leleh berdasarkan perubahan fase dari padat ke cair pada

saat titik lelehnya.


5. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan yang direaksikan

dengan zat yang telah diketahui konsentrasinya dan ditambahkan

reagen feloftalein.

III. TEORI
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan

alkohol membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester

asam karboksilat. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang

mengandung gugus -CO2 R dengan R dapat berupa alkil maupun aril.

Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik. Laju esterifikaasi

asam karboksilat tergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan

asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya

mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentukan ester.

(Fessenden, 1981).

Pemanasan yang dilakukan tehadap senyawa organik akan

menyebabkan terjadinya perubahan. Zat padat sebagai hasil reaksi

biasanya bercampur dengan zat padat lain. Oleh karena itu, untuk

mendapatkan zat-zat padat yang kita inginkan, perlu dimurnikan

terlebih dahulu. Prinsip proses ini adalah perbedaan kelarutan zat

pengotornya. Rekristalisai dapat dilakukan dengan cara melarutkan

cuplikan kedalam pelarut yang sesuai (Underwood, 2002)

Aspirin atau asam asetil salisilat adalah sejenis obat turunan dari

salisilat. Aspirin dibuat dengan reaksi asetilasi. Reaksi asetilasi

merupakan suatu reaksi memasukkan gugus asetil kedalam suatu


substrat yang sesuai. Gugus acetyl adalah R-COO- (dimana R

merupakan alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat

atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan cara asetilasi

senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat) menggunakan anhidrida

asetat dengan bantuan sedikit katalis yaitu Asam Sulfat pekat. Pada

pembuatan Aspirin, asam salisilat (o-hydroxiy benzoic acid) berfungsi

sebagai alkohol dan reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi.

Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan

anhidrida asam asetat dengan menggunakan katalis H2SO4 pekat

sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang

mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat

ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam

karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat.

Campuran (mixture) adalah materi yang terdiri atas dua macam zat

atau lebih dan memiliki sifat sifat zat asalnya. Campuran terbagi atas

dua macam, yaitu campuran heterogen dan campuran homogen.

Campuran dapat dipisahkan dengan teknik pemisahan tertentu, antara

lain filtrasi, destilasi, sublimasi, dekantasi, kristalisasi, dan

rekristalisasi. (Chang, 2010)

Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari

campuran atau pengotornya yang dilakukan dengan cara

mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut

(solven) yang sesuai atau cocok. Ada beberapa syarat agar suatu
pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu memberikan

perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan

dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal,

dan mudah dipisahkan dari kristalnya. Dalam kasus pemurnian garam

NaCl dengan teknik rekristalisasi pelarut (solven) yang digunakan

adalah air. Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan

antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau

pencemarnya. Larutan yang terbentuk dipisahkan satu sama lain,

kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara

menjenuhkannya (mencapai kondisi supersaturasi atau larutan lewat

jenuh). Secara toritis ada 4 metoda untuk menciptakan supersaturasi

dengan mengubah temperatur, menguapkan olvens, reaksi kimia, dan

mengubah komposisi solven. (Agustina, 2013)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal :

• Derajat lewat jenuh.

• Jumlah inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang

ada.

• Pergerakan antara larutan dan kristal.

• Viskositas larutan.

• Jenis serta banyaknya pengotor. (Handojo, 1995)

Titik leleh suatu zat adalah temperature pada fase padat dan cair

ada dalam kesetimbangan. Jika kesetimbangan semacam ini diganggu

dengan menambahkan atau menarik energy panas, sistemakan berubah


bentuk lebih banyak zat cair atau lebih banyak zat padat. Namun

temperature akan tetap pada titik leleh selama fase itu masih ada

perubahan dari cair menjadi padat disebut pembekuan dan proses

kebalikannya disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu

padatan sama dengan titik beku suatu cairan (Chang, 2004)

Asidimetri adalah yang diketahui konsentrasi asamnya,

sedangkan alkalimetri bila yang diketahui adalah konsentrasi basanya.

Titrasi asam basa ada lima. Empat diantaranya adalah:

1. Titrasi asam dengan basa kuat

Diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat

dan basa kuat.

Misal:

HCl + NaOH→NaCl + H2O

2. Titrasi asam lemah dan basa kuat

Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah

dan basa kuat.

Misal : asam asetat dengan NaOH.

CH3COOH + NaOH→CH3COONa + H2O

3. Titrasi basa lemah dan asam kuat

Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa

lemah dan asam kuat. Misal : NH4Cl dan HCl

NH4OH + HCl→ NH4Cl + H2O

4. Titrasi asam lemah dan basa lemah


Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam

lemah dan basa lemah. Misal : asam asetat dan NH4OH

CH3COOH + NH4OH →CH3COONH4 + H2O

(Sukmariah, 1990).

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Melting Block,
batang pengaduk, buret, corong Buchner, corong kaca, Erlenmeyer,
gelas kimia, gelas ukur, labu takar, klem dan statif, neraca analitik,
penangas air, pemanas bunsen, pipa kapiler, pipet tetes, spatel, tabung
reaksi dan thermometer.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah asam salisilat,
asam salisilat anhidrat, asam sulfat, asam fosfat, aquadest, es batu,
etanol, tablet aspirin, FeCl3 10%, kertas perkamen, kertas saring,
indicator PP, dan NaOH.

V. PROSEDUR
5.1 Sintesis Aspirin
Sebanyak 1,4 g asam salisilat dimasukan kedalam erlenmeyer 125
ml. Lalu ditambahkan 10 ml asetat anhidrida sambil dibilas.
Ditambahkan juga H2SO4 pekat sebanyak 5 tetes, setelah itu
dipanaskan. Setelah 5 menit diangkat dan ditambahkan 2 ml Aqua
DM. Ditunggu selama 3 menit, setelah itu ditambah lagi 20 ml Aqua
DM. Dibiarkan hingga mengkristal, bila tidak mengkristal dapat
dilakukan penggoresan dinding dengan batang pengaduk.
Ditambahkan 50 ml Aqua DM dingin. Ditunggu hingga terbentuk
kristal bila sudah terbentuk dimasukkan ke corong buchner lalu
dipisahkan
.
5.2 Rekristalisasi Aspirin
Hasil sintesis kemudian dilakukan rekristalisasi, ditambah 5 ml
etanol dan 20 ml air hangat. Dipanaskan dan ditunggu hingga semua
larut lalu disaring dengan Corong Buchner. Setelah didapat kristal
lalu ditimbang dan dihitung rendemennya.

5.3 Uji Pengkompleksan


Disiapkan 3 buah tabung reaksi dan diberi label masing masing :
“asam salisilat”, “my aspirin” (hasil sintesis yang dilakukan), “aspirin
komersil”. Ditempatkan masing masing sejumlah sampel dalam tiap
tabung reaksi sesuai dengan labelnya. Ditambahkan 20 tetes Aqua DM
kedalam tiap tabung dan goyangkan untuk melarutkan sampel.
Ditambahkan 10 tetes FeCl3 kedalam tiap tabung. Diamati perubahan
yang terjadi dan dicatat hasilnya. Warna ungu menunjukan adanya
asam salisilat dalam sampel.

5.4 Uji Titik Leleh Asam Salisilat dan Asam Asetil Salisilat
Disiapkan 2 buah tabung kapiler, satu tabung kapiler diisi dengan
sampel asam salisilat dan tabung kapiler yang lain diisi dengan asam
asetil salisilat hasil sintesis.Dipasang salah satu tabung kapiler pada
lubang melting block, kemudian panaskan secara perlahan alat melting
block diatas pemanas bunsen. Dipasangkan juga termometer pada
lubang melting block. Diamati perubahan suhu dan dicatat suhu awal
ketika padatan kristal didalam tabung kapiler mulai meleleh. Dicatat
pula suhu pada saat semua padatan telah berubah seluruhnya menjadi
cair. Titik Leleh asam asetil salisilat 1360C.

5.5 Penetapan Kadar Aspirin didalam Tablet Aspirin


Ditempatkan 2 tablet aspirin dalam labu erlenmeyer 125 mL.
Dihancurkan tablet aspirin dengan batang pengaduk kaca. Dilarutkan
serbuk aspirin didalam 10 mL etanol dan ditambahkan 3 tetes
fenoftalein da Aqua DM secukupnya hingga volume total larutan
menjadi 50 mL. Dilakukan Titrasi menggunakan larutan baku NaOH
0,1 M sampai tercapai titik akhir titrasi (TAT), yaitu ketika terjadi
perubahan warna indikator dalam larutan. Dicatat volume NaOH yang
digunakan. Dihitung massa aspirin per tablet.

VI. HASIL PENGAMATAN


5.1 Pembuatan aspirin
Bobot Kristal+kertas saring = 1,51 gram
Bobot kertas saring = 0,52 gram
Bobot Kristal = 1,51-0,52 = 0,99 gram
bobot kristal
%rendemen= x 100 %
1,8
0,99
%rendemen= x 100 %=55 %
1,8

5.2 Uji FeCl3


Terbentuk warna ungu dalam sampel aspirin yang berarti positif
terdapat asam salisilat dalam sampel

5.3 Uji titik leleh


Titik leleh sampel aspirin = 120oC-130oC
Titik leleh sampel asam salisilat = 118oC-130oC

5.4 Analisis kandungan aspirin dalam tablet


Volume aspirin = 50 mL
NaOH = 0,1 M
Sampel 1 2 3
Vol. awal 0 11,9 0
Vol. akhir 11,9 23,1 12,5
Selisih 11,9 11,2 12,5
V NaOH x M NaOH =V Aspirin x M Aspirin
V NaOH x M NaOH
M Aspirin=
V Aspirin

 Sampel 1
11,9 x 0,1
M Aspirin= =0,024 M
50
 Sampel 2
11,2 x 0,1
M Aspirin= =0,022 M
50
 Sampel 3
12,5 x 0,1
M Aspirin= =0,025 M
50

 Rata-rata
sampel 1+ sampel 2+ sampel 3
rata−rata=
3
0,024 M + 0,22 M +0,025 M
rata−rata= =0,024 M
3
 Gram kadar aspirin dalam tablet
gram 1000
M= x
Mr V
gram 1000
0,024= x
180 50
gram x 20
0,024=
180
0,024 x 180
gram= =0,216 gram
20
0,216 gram
Untuk 1 tablet = = 0,108 gram
2
VII. PEMBAHASAN
VII.1 Pembuatan Aspirin

Pada percobaan kali ini adalah melakukan sintesis aspirin dari


asam salisilat dan anhidra asetat dengan katalis asam menggunakan
reaksi esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi Antara asam
karboksilat dengan suatu alkohol dengan bantuan asam kuat sebagai
katalis membentuk ester. (Fessenden & Fessenden, 1986, hal 82).
Pembuatan aspirin ini adalah dengan cara memasukan asam salisilat
kedalam labu Erlenmeyer, kemudian ditambahkan anhidra asetat
berlebih agar asam salisilat yang berada dalam Erlenmeyer dapat
bereaksi seluruhnya dengan anhidra asetat. Anhidrida asetat akan
menyerang gugus Fenol dari asam salsilat sehingga H + akan terlepas
dari OH dan berikatan dengan atom O pada anhidrida asetat. Anhidrida
asetat terputus menjadi aspirin/asam asetil salsilat dan asam asetat.
Lalu ditambahkan katalis H2SO4, dimana katalis asam dalam reaksi
esterifikasi bertugas sebagai pendonor proton pada pelarut organic.
Kemudian Erlenmeyer dipanaskan dalam air mendidih didalam gelas
kimia dengan pemanas hot plate. Sehingga kelarutan dari senyawa
yang bereaksi akan semakin cepat karena pemanasan akan
mempercepat laju reaksi yang disebabkan oleh energi kinetika yang
terbentuk. Setelah dipanaskan kemudian ditambahkan aquadest
berharap agar suhu menjadi turun, kemudian simpan dalam ice bath
agar dapat mempercepat pembentukan Kristal. Kristal yang telah
terbentuk kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner
untuk memisahkan Kristal yang terbentuk dan pelarutnya. Kristal yang
terbentuk kemudian ditimbang.

VII.2 Uji FeCl3


Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kemurnian dari
sampel aspirin yang telah dibuat. Percobaan ini dilakukan
pengkompleksan asam salisilat, my aspirin dan tablet aspirin.
Diperoleh hasil, reaksi antara asam salisilat dengan FeCl 3
menghasilkan larutan warna ungu. Warna yang dihasilkan oleh asam
salisilat terjadi karena asam salisilat mengandung Fenol. Fenol dalam
asam salisilat akan bereaksi dengan FeCl3 membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu. Dapat dilihat gari strukturnya asam salisilat
mengandung Fenol. (Svehla, 1979)

Pada reaksi antara tablet aspirin dengan FeCl3 menghasilkan


larutan berwarna kuning tua dan terdapat endapan putih. Hal ini
menunjukan bahwa tablet aspirin sudah tidak mengandung asam
salisilat lagi atau gugus Fenol
Pada reaksi antara my aspirin dengan FeCl3 menghasilkan
larutan berwarna ungu. Hal ini berarti sampel aspirin yang diperoleh
belum murni karena perubahan warna ungu menunjukan positif
mengandung asam salilisat dalam sampel. Maka supaya sampel aspirin
yang diperoleh murni tidak mengandung lagi asam salisilat, harus
dilakukan rekristalisasi pada kristal sampel aspirin yang telah
terbentuk.

VII.3 Rekristalisasi
Karena pada saat pengujian kemurnian menggunakan FeCl3 positif
masih mengandung asam salisilat maka harus dilakukan rekristalisasi
yang diharapkan Kristal yang terbentuk menjadi murni bebas dari
pengotor yang lain. Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat
padat dari campuran atau pengotornya yang dilakukan dengan cara
mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
(solven) yang sesuai atau cocok. Pada tahap rekristalisasi, Kristal yang
telah terbentuk kemudian dilarutkan dalam etanol kemudian
ditambahkan air hangat dan dipanaskan. Pemanasan ini bertujuan
untuk mempercepat kelarutan dari Kristal agar Kristal dapat terlarut
secara sempurna. Setelah larut kemudian didinginkan dalam ice bag
agar Kristal dapat cepat terbentuk. Kristal disaring dengan
menggunakan corong Buchner untuk memisahkan Kristal dengan
pelarutnya. Lalu Kristal ditimbang dan hasil %rendemen yang
didapatkan adalah sebesar 55%.

VII.4 Uji Titik Leleh


Kristal yang telah terbentuk di uji kemurniannya juga dengan uji
titik leleh yang dibandingkan dengan sampel asam salisilat. Titik leleh
merupakan suhu dimana suatu senyawa mulai beralih fasa dari padatan
menjadi cairan sampai kesemuanya menjadi cair sempurna. Titik leleh
normal suatu padatan ialah suhu pada saat padatan dan cairan
berada dalam kesetimbangan di bawah tekanan 1 atmosfer .
Kristal dimasukan kedalam pipa kapiler kemudian diletakan dalam
lubang melting block yang sudah disiapkan dan dipasangka
thermometer. Kemudian dipanaskan dengan menggunakan api Bunsen.
Trayek titik leleh dihitung ketika Kristal mulai meleleh sampai
meleleh seluruhnya. Pada sampel asam salisilat, didapatkan titik
lelehnya sebesar 118oC-130oC. Hal ini tidak sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa titik leleh asam salisilat yaitu 158,50C –
1610C (Farmakope Indonesia edisi III, 1979, hal 56). Titik leleh yang
di peroleh lebih kecil atau hampir mendekati dari titik leleh asam
salisilat sebenarnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya zat pengotor
sehingga menyebabkan titik leleh nya tidak sesuai dengan literature.
Sedangkan pada sampel aspirin hasil sintesis didapatkan titik
lelehnya sebesar 1200C-1300C. Hasil ini juga tidak sesuai dengan
literature yang menyatakan bahwa titik leleh aspirin yaitu 141- 144 oC.
(Farmakope Indonesia edisi III, 1979, hal 43). Titik leleh yang di
peroleh lebih kecil atau hampir mendekati dari titik leleh asam salisilat
sebenarnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya zat pengotor sehingga
menyebabkan titik leleh nya tidak sesuai dengan literature.

VII.5 Uji KLT


Uji kemurnian aspirin juga dilakukan dengan cara uji
menggunakan metode KLT. Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah
salah satu metode pemisahan komponen menggunakan fasa diam
berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert . Pada uji KLT ini
adalah dengan membandingkan aspirin yang dihasilkan dengan aspirin
yang telah ada menggunakan eluen etil asetat:methanol 3:1. Eluen
dijenuhkan terlebih dahulu, kemudian setelah eluen jenuh dimasukan
plat KLT kedalam nya dan tunggu sampai terjadi elusi hingga tanda
batas. Pada plat KLT ditotolkan sampel aspirin yang telah didapatkan
praktikan dan dengan pembanding yaitu aspirin yang sudah ada.
Setelah elusi selesai dan kemudian dilihat pada sinar UV. Didapatkan
hasil bahwa hasil yang aspirin yang didapatlkan tidak sama dengan
aspirin pembanding. Hal ini berarti bahwa aspirin yang didapatkan
masih terdapat pengotor didalamnya sehingga hasilnya tidak sama
dengan aspirin pembanding.

VII.6 Penetapan kadar aspirin dalam tablet


Pada percobaan ini digunakan aspirin yang bersifat asam, maka
penentuan kadar dalam tablet aspirin komersial dilakukan dengan
titrasi asam basa. Metode yang digunakan yaitu alkalimetri dimana
pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku
NaOH / basa. (Underwood. 1996).
Untuk mengetahui kadar aspirin digunakan 2 tablet aspirin
komersil yang akan dititrasi. Tablet dengan berat 100mg kemudian di
gerus sampai homogen supaya dapat meningkatkan kelarutan dari
tablet komersil ini karena luas permukaannya menjadi lebih besar.
Tablet yang telah digerus dimasukan kedalam erlenmyer kemudian
dilarutkan dengan etanol. karena tablet aspirin memiliki kelarutan yang
lebih banyak pada pelarut non polar dibandingkan dengan pelarut polar
seperti air, serta etanol merupakan salah satu pelarut universal yang
sering digunakan. Kemudian ditambahkan indicator phenopthalein
yang bertujuan untuk memberikan tanda jika sampel telah berubah
menjadi suasana basa, karena reagen fenolftalein peka terhadap
perubahan pH dari suatu larutan dimana jika larutan tersebut bersifat
basa maka larutan akan berwarna ungu muda. Kemudian ditambahkan
aquadest sehingga volumenya menjadi 50 mL, lalu dititrasi
menggunakan NaOH 0,1 M. Titrasi ini menggunakan prinsip
penetralan asam dengan basa yang dimana ketika larutan kelebihan
setetes pentiter maka akan mengalami perubahan warna menjadi ungu
muda. Pada proses titrasi yang dicari adalah volume dari pentiter saat
titrasi menyentuh titik akhir titrasi, namun seharunya lebih baik jika
mencapai titik ekuivalen. Titik akhir titrasi tercapai ketika terjadi
perubahan warna menjadi merah muda. Volume dari pentiter yang
digunakan akan diketahui normalitasnya sehingga dapat diketahui
gram aspirin yang terkandung dalam tablet tersebut. Setelah dilakukan
perhitungan didapatkan hasil kadar dari tablet aspirin adalah 0,108
gram. Hasil ini hampir sama dengan yang ada pada tablet aspiri,
dimana pada bungkus setiap tablet memiliki berat 100 mg.

VIII. KESIMPULAN
1. Aspirin dapat disintesis dari asam salisilat dan anhidra asetat
dengan katalis asam dengan jumlah rendemen 55%
2. FeCl3 dapat membentuk reaksi kompleks dengan asam salisilat
yang ditujunjukan dengan warna ungu
3. Titik leleh aspirin yang didapatkan yaitu 120oC-130oC dan titik
leleh asam salisilat yaitu 118oC-130oC
4. Hasil gram kadar aspirin pertablet yang diperoleh adalah 108 mg
IX. DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta:
Gramedia,
Austin, George T.. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries 5th ed. Mc Graw
Hill Book Co. : Singapore

Chang, Raymond. 2004. Fisika dasar. Jakarta: Erlangga


Fessenden, R.J., Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organik Edisi III Jilid II. Jakarta:
Erlangga.
Handojo, Lienda, Dr. Ir, 1995. Teknologi Kimia. Jakarta: PT Pradya Paramita
Svehla G. 1989. Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan
Semimikro Bagian I. Jakarta:PT Kalman Media Pusaka.

Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Binarupa Aksara

Undewood. 2002. Analisa Kualitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai