PERCOBAAN VI
PENGUJIAN AKTIVITAS ANALGETIKA-ANTIINFLAMASI
Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 7/A
Asisten:
I. Pendahuluan
II. Tujuan
suatu obat.
(induksi panas)
yaitu mencit 1 merupakan kontrol sehingga diberi suspensi CMC Na, mencit 2
mencit 5 diberi piroksikam, dan mencit 6 diberi tramadol. Semua mencit diberi
sediaan uji dengan rute oral. Setelah 30 menit, ekor mencit dimasukkan kedalam
penangas air dengan suhu 50°C. Mencit diusahakan tidak bergerak selama
pengamatan. Respon nyeri yang timbul berupa sentakan ekor keluar penangas air.
Diukur waktu yang diperlukan sampai ekor tersentak keluar. Untuk menghindari
kerusakan jaringan selama uji, sebaiknya pemaparan ekor pada penangas air tidak
lebih dati 15 detik. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit selama 120 menit. Bila
V. Data Pengamatan
(induksi kimia)
CMC-Na
Tramadol
0,195 𝑚𝑔
Volume yang diberikan = 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,975 𝑚𝑙
0,2 𝑚𝑔
Piroksikam
0,0767 𝑚𝑔
Volume yang diberikan = 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,338 𝑚𝑙
0,2 𝑚𝑔
Asam mefenamat
2,47 𝑚𝑔
Volume yang diberikan = 𝑥 1 𝑚𝑙 = 1,235 𝑚𝑙
2 𝑚𝑔
Paracetamol
1,89 𝑚𝑔
Volume yang diberikan = 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,945 𝑚𝑙
2 𝑚𝑔
Aspirin
1,69 𝑚𝑔
Volume yang diberikan = 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,845 𝑚𝑙
2 𝑚𝑔
Asam
Tramadol Piroksikam Paracetamol Aspirin Kontrol
mefenamat
T10 15 15 7 2 12 15
T20 15 15 15 7 15 13
T30 15 15 15 13 7 15
T40 15 15 15 11 3 15
T50 15 15 15 15 12 4
T60 9 15 15 15 6 15
T70 15 15 15 8 15 1
T80 15 15 15 15 15 15
T90 13 15 15 10 6 15
T100 15 15 15 10 5 11
T110 6 15 15 10 8 15
T120 15 15 15 15 8 4
VI. Pembahasan
(induksi panas)
menggunakan metode jentik ekor (induksi panas). Hewan uji yang digunakan
pada percobaan ini yaitu mencit. Alasan digunakan mencit karena mencit
merupakan hewan yang paling sensitif terhadap rasa nyeri sehingga mudah
dengan metode jentik ekor yaitu 6 ekor mencit. Setiap mencit diberikan sediaan
uji yang berbeda. Pada percobaan ini digunakan sediaan uji CMC Na, aspirin,
kontrol yang diberikan sediaan suspensi CMC Na dengan rute oral. CMC Na
berperan sebagai plasebo yaitu suatu sediaan yang tidak mengandung zat aktif.
Sediaan diberikan secara oral karena . Setelah 30 menit, ekor mencit dimasukkan
ke dalam penangas air dengan suhu 50°C dan sebaiknya pemaparan ekor pada
penangas air tidak lebih dari 15 detik. Alasan digunakan suhu 50°C dan tidak
lebih dari 15 detik karena jika lebih dari 50°C dan terlalu lama dalam pemaparan
akan dapat merusak jaringan yang ada pada ekor mencit. Pengamatan dilakukan
setiap 10 menit selama 120 menit. Mencit 1 yang di beri CMC Na saat ekor
aspirin dengan rute oral. Setelah 30 menit, ekor mencit dimasukkan ke dalam
penangas air dengan suhu 50°C. Dan dilakukan pengamatan setiap 10 menit
selama 120 menit. Mencit 2 yang di beri aspirin saat ekor dimasukkan kedalam
penangas air rata-rata waktu yang diperlukan untuk menjentikkan ekor adalah
9,33 detik. Selanjutnya, mencit 3 diberikan sediaan paracetamol dengan rute oral.
Setelah 30 menit, ekor mencit dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu
50°C. Dan dilakukan pengamatan setiap 10 menit selama 120 menit. Mencit 3
yang di beri paracetamol saat ekor dimasukkan kedalam penangas air rata-rata
waktu yang diperlukan untuk menjentikkan ekor adalah 10,92 detik. Lalu, mencit
4 diberikan sediaan asam mefenamat dengan rute oral. Setelah 30 menit, ekor
mencit dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu 50°C. Dan dilakukan
pengamatan setiap 10 menit selama 120 menit. Mencit 4 yang di beri asam
mefenamat saat ekor dimasukkan kedalam penangas air rata-rata waktu yang
diberikan sediaan piroksikam dengan rute oral. Setelah 30 menit, ekor mencit
pengamatan setiap 10 menit selama 120 menit. Mencit 5 yang di beri piroksikam
saat ekor dimasukkan kedalam penangas air rata-rata waktu yang diperlukan
tramadol dengan rute oral. Setelah 30 menit, ekor mencit dimasukkan ke dalam
penangas air dengan suhu 50°C. Dan dilakukan pengamatan setiap 10 menit
selama 120 menit. Mencit 6 yang di beri tramadol saat ekor dimasukkan kedalam
penangas air rata-rata waktu yang diperlukan untuk menjentikkan ekor adalah
13,58 detik.
(piroksikam).
VII. Kesimpulan
1.
2.
Masharani, U., Karam, J. H., and German, M. S., 2004, Basic And Clinical
Erlangga. Jakarta.
Organization. Geneva.
Jilid ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit