Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI I

PERCOBAAN VI
PENGUJIAN AKTIVITAS ANALGETIKA-ANTIINFLAMASI

Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 7/A

Anggun Putri Nur A 10060316041


Melinda Athirah Putri 10060316042
Adellya Fardiani 10060316043
Syifani Khalda Maisa 10060316044
Shintya Amalia Safira 10060316045

Asisten:

Tanggal praktikum : 10 Oktober 2018


Tanggal pengumpulan : 17 Oktober 2018

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1440 H / 2018 M
PERCOBAAN V
PENGUJIAN AKTIVITAS ANALGETIKA-ANTIINFLAMASI

I. Pendahuluan

II. Tujuan

1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek

analgetika-antiinflamasi suatu obat.

2. Memahami dasar-dasar perbedaan efektivitas analgetika-antiinflamasi

suatu obat.

III. Alat dan Bahan

Alat Bahan Hewan


Alat suntik & jarum Air panas Mencit (13 ekor)
Blood lancet Asam asetat Tikus (3 ekor)
1%
Gelas kimia Asam
mefenamat
Jarum suntik oral Aspirin
Penangas CMC Na
Pletysmometer Deksametason
Stopwatch Larutan
karagen 1%
Timbangan Paracetamol
Piroksikam
Tramadol
IV. Prosedur

4.1. Uji aktivitas analgetika dengan metode Siegmund (induksi kimia)

4.2. Uji aktivitas analgetika dengan menggunakan metode Jentik Ekor

(induksi panas)

Sebanyak 6 ekor mencit disiapkan, setiap mencit diberi sediaan berbeda,

yaitu mencit 1 merupakan kontrol sehingga diberi suspensi CMC Na, mencit 2

diberi aspirin, mencit 3 diberi paracetamol, mencit 4 diberi asam mefenamat,

mencit 5 diberi piroksikam, dan mencit 6 diberi tramadol. Semua mencit diberi

sediaan uji dengan rute oral. Setelah 30 menit, ekor mencit dimasukkan kedalam

penangas air dengan suhu 50°C. Mencit diusahakan tidak bergerak selama

pengamatan. Respon nyeri yang timbul berupa sentakan ekor keluar penangas air.

Diukur waktu yang diperlukan sampai ekor tersentak keluar. Untuk menghindari

kerusakan jaringan selama uji, sebaiknya pemaparan ekor pada penangas air tidak

lebih dati 15 detik. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit selama 120 menit. Bila

selama 15 detik pengujian tidak menunjukkan reaksi nyeri maka waktu

pengamatan dianggap 15 detik.

4.3. Uji aktivitas antiinflamasi

V. Data Pengamatan

5.1. Data pengamatan uji aktivitas analgetika dengan metode Siegmund

(induksi kimia)

5.2. Data pengamatan uji aktivitas analgetika dengan menggunakan

metode Jentik Ekor (induksi panas)


5.2.1. Data perhitungan

 CMC-Na

Untuk 20 g bb mencit = 0,5 ml CMC-Na


30 𝑔
Untuk 30 g bb mencit = 20 𝑔 𝑥 0,5 𝑚𝑙 = 0,75 𝑚𝑙

 Tramadol

Bobot mencit = 30 gram

Dosis manusia = 50 mg/ ml

Kekuatan sediaan = 0,2 mg/ml

Faktor konversi = 50 mg x 0,0026

= 0,13 mg/20 g bb mencit


30 𝑔
Konversi dosis untuk mencit = 20 𝑔 𝑥 0,13 𝑚𝑔 = 0,1915 𝑚𝑔

0,195 𝑚𝑔
Volume yang diberikan = 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,975 𝑚𝑙
0,2 𝑚𝑔

 Piroksikam

Bobot mencit = 26 gram

Dosis manusia = 20 mg/ ml

Kekuatan sediaan = 0,2 mg/ml

Faktor konversi = 20 mg x 0,0026

= 0,052 mg/20 g bb mencit


26 𝑔
Konversi dosis untuk mencit = 20 𝑔 𝑥 0,052 𝑚𝑔 = 0,0676 𝑚𝑔

0,0767 𝑚𝑔
Volume yang diberikan = 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,338 𝑚𝑙
0,2 𝑚𝑔
 Asam mefenamat

Bobot mencit = 38 gram

Dosis manusia = 500 mg/ ml

Kekuatan sediaan = 2 mg/ml

Faktor konversi = 500 mg x 0,0026

= 1,3 mg/20 g bb mencit


38 𝑔
Konversi dosis untuk mencit = 20 𝑔 𝑥 1,3 𝑚𝑔 = 2,47 𝑚𝑔

2,47 𝑚𝑔
Volume yang diberikan = 𝑥 1 𝑚𝑙 = 1,235 𝑚𝑙
2 𝑚𝑔

 Paracetamol

Bobot mencit = 29 gram

Dosis manusia = 500 mg/ ml

Kekuatan sediaan = 2 mg/ml

Faktor konversi = 500 mg x 0,0026

= 1,3 mg/20 g bb mencit


29 𝑔
Konversi dosis untuk mencit = 20 𝑔 𝑥 1,3 𝑚𝑔 = 1,89 𝑚𝑔

1,89 𝑚𝑔
Volume yang diberikan = 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,945 𝑚𝑙
2 𝑚𝑔

 Aspirin

Bobot mencit = 26 gram

Dosis manusia = 500 mg/ ml

Kekuatan sediaan = 2 mg/ml

Faktor konversi = 500 mg x 0,0026

= 1,3 mg/20 g bb mencit


26 𝑔
Konversi dosis untuk mencit = 20 𝑔 𝑥 1,3 𝑚𝑔 = 1,69 𝑚𝑔

1,69 𝑚𝑔
Volume yang diberikan = 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,845 𝑚𝑙
2 𝑚𝑔

5.2.2. Data pengamatan

Asam
Tramadol Piroksikam Paracetamol Aspirin Kontrol
mefenamat

T10 15 15 7 2 12 15

T20 15 15 15 7 15 13

T30 15 15 15 13 7 15

T40 15 15 15 11 3 15

T50 15 15 15 15 12 4

T60 9 15 15 15 6 15

T70 15 15 15 8 15 1

T80 15 15 15 15 15 15

T90 13 15 15 10 6 15

T100 15 15 15 10 5 11

T110 6 15 15 10 8 15

T120 15 15 15 15 8 4

5.3. Data Pengamatan uji aktivitas antiinflamasi

VI. Pembahasan

6.1. Uji aktivitas analgetika dengan metode Siegmund (induksi kimia)


6.2. Uji aktivitas analgetika dengan menggunakan metode Jentik Ekor

(induksi panas)

Pada percobaan ini dilakukan pengujian aktivitas analgetika dengan

menggunakan metode jentik ekor (induksi panas). Hewan uji yang digunakan

pada percobaan ini yaitu mencit. Alasan digunakan mencit karena mencit

merupakan hewan yang paling sensitif terhadap rasa nyeri sehingga mudah

diamati. Jumlah mencit yang digunakan untuk pengujian aktivitas analgetika

dengan metode jentik ekor yaitu 6 ekor mencit. Setiap mencit diberikan sediaan

uji yang berbeda. Pada percobaan ini digunakan sediaan uji CMC Na, aspirin,

paracetamol, asam mefenamat, piroksikam, dan tramadol. Mencit 1 sebagai

kontrol yang diberikan sediaan suspensi CMC Na dengan rute oral. CMC Na

berperan sebagai plasebo yaitu suatu sediaan yang tidak mengandung zat aktif.

Sediaan diberikan secara oral karena . Setelah 30 menit, ekor mencit dimasukkan

ke dalam penangas air dengan suhu 50°C dan sebaiknya pemaparan ekor pada

penangas air tidak lebih dari 15 detik. Alasan digunakan suhu 50°C dan tidak

lebih dari 15 detik karena jika lebih dari 50°C dan terlalu lama dalam pemaparan

akan dapat merusak jaringan yang ada pada ekor mencit. Pengamatan dilakukan

setiap 10 menit selama 120 menit. Mencit 1 yang di beri CMC Na saat ekor

dimasukkan kedalam penangas air rata-rata waktu yang diperlukan untuk

menjentikkan ekor adalah 11,5 detik. Kemudian, mencit 2 diberikan sediaan

aspirin dengan rute oral. Setelah 30 menit, ekor mencit dimasukkan ke dalam

penangas air dengan suhu 50°C. Dan dilakukan pengamatan setiap 10 menit

selama 120 menit. Mencit 2 yang di beri aspirin saat ekor dimasukkan kedalam
penangas air rata-rata waktu yang diperlukan untuk menjentikkan ekor adalah

9,33 detik. Selanjutnya, mencit 3 diberikan sediaan paracetamol dengan rute oral.

Setelah 30 menit, ekor mencit dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu

50°C. Dan dilakukan pengamatan setiap 10 menit selama 120 menit. Mencit 3

yang di beri paracetamol saat ekor dimasukkan kedalam penangas air rata-rata

waktu yang diperlukan untuk menjentikkan ekor adalah 10,92 detik. Lalu, mencit

4 diberikan sediaan asam mefenamat dengan rute oral. Setelah 30 menit, ekor

mencit dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu 50°C. Dan dilakukan

pengamatan setiap 10 menit selama 120 menit. Mencit 4 yang di beri asam

mefenamat saat ekor dimasukkan kedalam penangas air rata-rata waktu yang

diperlukan untuk menjentikkan ekor adalah 14,33 detik. Kemudian, mencit 5

diberikan sediaan piroksikam dengan rute oral. Setelah 30 menit, ekor mencit

dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu 50°C. Dan dilakukan

pengamatan setiap 10 menit selama 120 menit. Mencit 5 yang di beri piroksikam

saat ekor dimasukkan kedalam penangas air rata-rata waktu yang diperlukan

untuk menjentikkan ekor adalah 15 detik. Selanjutnya, mencit 6 diberikan sediaan

tramadol dengan rute oral. Setelah 30 menit, ekor mencit dimasukkan ke dalam

penangas air dengan suhu 50°C. Dan dilakukan pengamatan setiap 10 menit

selama 120 menit. Mencit 6 yang di beri tramadol saat ekor dimasukkan kedalam

penangas air rata-rata waktu yang diperlukan untuk menjentikkan ekor adalah

13,58 detik.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan urutan mencit yang paling

cepat menjentikan ekor adalah mencit 2(aspirin), mencit 3(paracetamol), mencit 1


(kontrol), mencit 6 (tramadol), mencit 4 (asam mefenamat), dan terakhir mencit 5

(piroksikam).

6.3. Uji aktivitas antiinflamasi

VII. Kesimpulan

1.

2.

VIII. Daftar Pustaka

Galacia, E. H., A. A. Contreras, L. A. Santamaria, R. R. Ramos, A. A. C.

Miranda, L. M. G. Vega, J. L. F. Saenz, F. J. A. Aguilar. 2002. Studies On

Hypoglycemic Activity Of Mexican Medicinal Plants. Proc. West.

Pharmacol. Soc. 45: 118-124

Katzung, Bartman, dkk.2002 Farmakologi Dasar dan Klinik.Jakarta : EGC.

Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R.1996. Farmakologi, pendekatan proses

keperawatan : EGC, Jakarta.

Masharani, U., Karam, J. H., and German, M. S., 2004, Basic And Clinical

Endocrinology, 680-684, Mc. Graw Hill, USA.

Neal, M. J. 2006.At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit

Erlangga. Jakarta.

Ramaiah, 2006, Diabetes, Cara Mengetahui Gejala Diabetes dan Mendeteksi

Sejak Dini, PT Buana Ilmu Populer, Jakarta


Reinauer, H. P. D. Home, A. S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck. 2002.Laboratory

Diagnosis and Monitoring of Diabetes Mellitus. World Health

Organization. Geneva.

Soegondo S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Farmakoterapi pada

pengendalian glikemia diabetes melitus tipe 2. Editor Aru W. Sudoyoet al.

Jilid ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Tjokroprawiro, A. 1998. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta

Waspadji, S. 2002. Pedoman Diet Diabetes Melitus. FKUI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai