Percobaan 2
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
Reekristalisasi & Titik Leleh
Disusun oleh :
Nama : Rijki Riyanto
NPM : 10060316093
Shift/Kelompok : C/5
Tanggal Praktikum : 17 April 2018
Tanggal Penyerahan : 24 April 2018
Nama Asisten : Ihsan Al Amin R., S.Farm
2018 M/1439 H
Percobaan 2
I. Tujuan Percobaan
I.1. Melakukan kalibrasi termometer dengan cara panas.
I.2. Melakukan pemurnian asam benzoat dengan cara rekristalisasi dan
menentukan titik lelehnya.
I.3. Melakukan pemurnian kamfer dengan cara sublimasi dan menentukan
titik lelehnya.
II. Prinsip Percobaan
II.1. Kalibrasi termometer yaitu uji kelayakan suatu termometer untuk
mencapai suhu titik didih larutan yang digunakan dengan titik skala
100℃ dengan cara ditempatkan diatas permukaan uap air panas.
II.2. Rekristalisasi yaitu pemurnian dan pemisahan suatu zat padat
berdasarkan perbedaan kelarutan zat padat dalam pelarut tertentu
(pelarut murni atau campuran) dan zat padat akan lebih larut dalam
peralut panas dibandingkan pelarut dingin.
II.3. Sublimasi yaitu pemurnian dan pemisahan zat padat dari
pengotornya berdasarkan perbedaan tekanan uap.
III. Teori Dasar
Zat padat umumnya memiliki titik lebur yang tajam (rentang suhunya
kecil), sedangkan zat padat amorf akan melunak dan kemudian melebur
dalam rentangan suhu yang besar. Partikel zat padat amorf sulit dipelajari
karena tidak teratur. Oleh sebab itu, pembahasan zat padat hanya
membicarakan kristal.suatu zat mempunyai bentuk kristal tertentu. Dua zat
yang mempunyai struktur kristal yang sama disebut isomorfik (sama
bentuk). Zat isomorfik tidak selalu dapat mengkristal secara homogen.
Artinya satu partikel tidak dapat menggantikan kedududukan partikel lain.
Suatu zat yang mempunyai dau kristal atau lebih disebut polimorfik
(banyak bentuk) (Syukri, 1999: 513-516).
Batu didih merupakan benda yang kecil, bentuknya tidak rata dan
berpori yang biasanya dimasukkan ke dalam cairan yang dipanaskan.
Biasanya batu didih terbuat dari bahan silika, kalsium, karbonat, porselen,
maupun karbon. Batu didih sederhana bisa dibuat dari pecahan-pecahan
kaca, keramik, maupun batu kapur, selama bahan tersebut tidak biasa larut
dalam dalam cairan yang dipanaskan. Fungsi penambahan batu didih ada 2
yaitu: untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada
seluruh bagian larutan dan untuk menghindari titik lewat didih. Pori-pori
dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan
melepaskannya ke permukaan larutan. Tanpa batu didih, maka larutan
yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian tertentu, lalu tiba-
tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan letupan atau
ledakan. Batu didih tidak boleh dimasukkan pada saat larutan akan
mencapai titik didihnya. Jika batu didih dimasukkan pada larutan yang
sudah hampir mendidih, maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah
yang besar secara tiba-tiba. Hal ini bisa menyebabkan ledakan atau
kebakaran. Jadi, batu didih harus dimasukkan ke dalam cairan sebelum
cairan itu mulai dipanaskan. Jika batu didih akan dimasukkan di tengah-
tengah pemanasan, maka suhu cairan harus diturunkan terlebih dahulu.
Sebaiknya batu didih tidak dipergunakan secara berulang-ulang karena
pori-pori dalam batu didih bisa tersumbat zat pengotor (Khasani, 1990:11).
V. Prosedu Kerja
V.1. Kalibrasi Termometer
V.3. Sublimasi
Kemudian dilakukan uji titik leleh yang dilakukan dengan alat melting
block yang digunakan untuk melihat senyawa dengan titik leleh 25-400℃.
Kristal asam benzoat diambil sebagian kecil dan dimasukkan ke dalam pipa
kapiler, kemudian pipa kapiler dimasukkan ke dalam melting block, kemudian
dipasang termometer pada melting block untuk melihat suhu pada saat asam
benzoat pertama meleleh dan suhu pada saat asam benzoat meleleh total, lalu
melting block dipanaskan di atas pemanas, proses yang terjadi yaitu energi
kinetik dari molekul asam benzoat naik kemudian bergetar dan pada saat
tercapai titik lelehnya maka ikatan-ikatan molekul asam benzoat tersebut akan
lepas. Hasil yang didapat dalam percobaan ini, asam benzoat meleleh pada
suhu 89℃ dan meleleh total pada suhu 111℃. Hal ini membuktikan bahwa
kristal asam benzoat hasil rekristalisasi belum murni karena titik leleh yang
didapat pada percobaan suhunya dibawah titik leleh asam benzoat kotor,
kemudian trayek titik leleh kristal asam benzoat menjadi lebar. asam benzoat
dikatakan murni apabila titik lelehnya diatas titik leleh asam benzoat kotor dan
atau mendekati titik leleh aslinya yaitu 121-1230 C serta trayek titik lelehnya
sempit yaitu 3℃ atau kurang. Menurunnya suhu titik leleh dapat diakibatkan
oleh adanya pengotor dalam pipa kapiler sehingga menyebabkan melebarnya
trayek titik leleh.
VIII. Kesimpulan
7.1 Kalibrasi termometer dengan cara panas yang dilakukan dengan
menempatkan termometer diatas uap air panas, dan didapatkan suhu
termometer 100℃, termometer tersebut layak untuk digunakan.
7.2 Rekristalisasi asam benzoat dalam air didapatkan bobot kristalnya
yaitu 1,88 gram dan persen rendemennya yaitu 94% dan titik leburnya
diperoleh 89℃-111℃.
7.3 Sublimasi kamfer didapatkan bobot kristalnya 0,16 gram dan persen
rendemennya yaitu 16% serta titik leburnya adalah 80℃-83℃
IX. Daftar Pustaka
Chang, Raymond, (2004), Kimia Dasar Konsep Inti Edisi Keempat, Erlangga,
Jakarta, 16-17.