Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN APOTEK

RUMAH SAKIT AL ISLAM BANDUNG

Disusun oleh:
Kelompok I
Kelas Farmasi C
Ahmad sofyan 10060316090
Alya maula Gebina 10060316091
Fakhrur Razid 10060316092
Rijki Riyanto 10060316093
Mubarik Ahmad 10060316094
Siti Nadhira 10060316095
Kiki Ramdani 10060316096
Rifa Gifari Diyaulhaq 10060316097
Alsi Diennadya 10060316098
Via Pujiah 10060316099
Lisma Hermawati 10060316100
Elfa Rizky Khafifah 10060316102

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1441 H / 2020 M
BAB I

PENDAHULUAN

Didunia kesehtan sarana untuk menyelenggaraan pelayanan kefarmasian


yaitu di apotek, puskesmas dan di instalansi farmasi rumah sakit (IFRS).
1.1. Rumah Sakit Al-Islam
Rumah Sakit Al-Islam adalah rumah sakit swasta yang terbentuk hasil
kerja sama dengan BKSWI (Badan Kerja Sama Wanita Islam). BKSWI adalah
organisasi masa Islam yang beranggotakan ibu-ibu yang aktif dalam pengajian di
wilayah kota Bandung.

1.2. Instalansi Framasi Rumah Sakit (IFRS)


Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu bagian penunjang
medik instalasi yang berada dalam Rumah Sakit Al-Islam yang melaksanakan
fungsinya dalam pengelolaan dan pelayanan kefarmasian.
1.2.1. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam
a. Terselenggaranya pelayanan farmasi yang optimal, baik dalam keadaan
biasa maupun gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
b. Terselenggaranya kegiatan pelayanan professional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
Terselenggaranya KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) mengenai
obat.
Terselenggaranya pengawasan obat dan peningkatan kualitas pengelolaan
dan pelayanan kefarmasian.
c. Terselenggaranya di bidang kefarmasian.
1.2.2. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam
Fungsi IFRS Al- Islam yaitu untuk pelayanan pengelolaan perbekalan
farmasi serta pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat, yang fungsinya
sebagai berikut:
a. Pelayanan Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1) Memiliki perbekalan farmasi.
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi.
3) Mengadakan perbekalan farmasi.
4) Menerima perbekalan farmasi
5) Menyimpan perbekalan farmasi.
6) Mengendalikan perbekalan farmasi.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit perawatan/pasien.
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat
1) Mengkaji instruksi resep/instruksi terapi.
2) Mengidentifikasi yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.
3) Mencegah masalah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan
obat.
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan perbekalan farmasi.
5) Memberikan informasi tentang obat, baik terhadap petugas kesehatan
pasien ataupun keluarga pasien.
6) Melakukan pencatatan seluruh kegiatan.
7) Melaporkan seluruh kegiatan.
1.2.3. Struktur Organisasi di IFRS Al-Islam Bandung
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam Bandung di pimpin oleh seorang
apoteker dalam pekerjaannya berkoordinasi dengan kepanitiaan yaitu PFT (Panitia
Farmasi Terapi) dan bekerja sama dengan bidang atau instalasi. Kepala instalasi
membawahi lima supervisor, yang setiap supervisor yaitu diisi oleh satu orang
apoteker, diantaranya yaitu supervisor pengelolaan perbekalan farmasi, supervisor
pelayanan farmasi rawat inap 1 (satu), supervisor pelayanan farmasi rawat inap 2
(dua), supervisor pelayanan farmasi rawat jalan 1 (satu) dan supervisor pelayanan
farmasi rawat jalan 2 (dua).
Untuk supervisor pelayanan farmasi rawat inap I, Supervisor pelayanan
farmasi rawat jalan I dan supervisor rawat jalan II membawahi lagi bagian
pelaksana yaitu apoteker, diantaranya yaitu untuk supervisor pelayanan farmasi
rawat jalan I, membawahi apoteker pelaksana dan apoteker part time.
BAB II

ISI

b.1. Fasilitas dan Peralatan di IFRS Al-Islam Bandung


Fasilitas dan peralatan yang tersedia di Rumah Sakit Al-Islam Bandung
adalah tersedianya ruangan, tempat, fasilitas dan peralatan lainnya yang dapat
mendukung administrasi serta profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan
kefarmasian sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan kefarmasian yang
professional.
Fasilitas ruang/tempat yang tersedia di IFRS Al-Islam Bandung adalah
sebagai berikut :
- Tempat dan fasilitas gudang penyimpanan perbekalan farmasi.
- Tempat dan fasilitas distribusi serta penyerahan perbekalan farmasi
- Tempat dan fasilitas penyimpanan resep.
- Fasilitas untuk informasi obat.
- Ruang pelayanan farmasi klinik (konseling).
- Tempat dan fasilitas administrasi farmasi.
Selain itu tersedia peralatan penunjang kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang terdiri dari:
- Peralatan peracikan dan pengemasan kembali.
- Peralatan penyaluran perbekalan farmasi.
- Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil.
- Peralatan penyimpanan perbekalan farmasi.
- Peralatan administrasi.
- Alat komunikasi

b.2. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di RSAI


Supervisior pengelolaan perbekalan farmasi instalasi farmasi rumah sakit
Al-Islam adalah seorang apoteker dibantu oleh unit pelaksana gudang dan bagian
bidang pelaksanaan perencanaan, pelaksanaan pengadaan dan pelaksanaan
penerimaan. Terkait terhadap kegiatan-kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi
IFRS Al-Islam diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Seleksi obat
Salah satu tugas apoteker adalah seleksi obat, yaitu proses memilih jenis,
menetapkan obat-obat standar yang dilakukan oleh PFT, dimana hasil
seleksi obat menghasilkan suatu formularium rumah sakit.
b. Perencanaan
Perencanaan adalah mengenai pemilihan jenis, jumlah perbekalan farmasi
yang dibutuhkan atau yang harus disediakan oleh IFRS sesuai dengan
kebutuhan dan anggaran yang ada di rumah sakit.
c. Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan merealisasikan perbekalan farmasi sesuai yang
telah direncanakan atau proses pembelian kepada distributor sesuai dengan
yang telah disepakati.
d. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan dalam penerimaan perbekalan farmasi sesuai
dengan pesanan, kemudian barang yang sudah diterima diperiksa
kesesuaian jenis dan jumlah barang.
e. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan melaksanakan penyimpanan perbekalan
farmasi dari bagian penerimaan sesuai dengan :
1) Berdasarkan kelompok barang.
2) Berdasarkan bentuk sediaan.
3) Berdasarkan jenis sediaan.
4) Narkotika / psikotropika.
5) Stabilitas suhu.
f. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan kebutuhan perbekalan
farmasi ke gudang satelit dan gudang floor stock untuk kebutuhan pasien rawat
inap.
b.3. Evaluasi dan Pengendalian Mutu di RSAI
Evaluasi dan pengendalian mutu dilakukan supaya setiap pelayanan
farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan dapat memuaskan
pelanggan. Rumah Sakit Al-Islam Bandung untuk menjaga mutu pelayanannya
yaitu menggunakan parameter dengan adanya akreditasi. Parameter yang dinilai
dalam akreditasi diantaranya yaitu; manajemen pengelolaan obat serta
keselamatan pasien dalam hal pelayanan kefarmasian.
Untuk menjaga kualitas mutu pelayanan di RSAI dilakukan evaluasi
periodik tertentu yang dilakukan tiap bulan, tiap tiga bulan dan tiap tahun.
Indikator yang selalu di evaluasi diantaranya yaitu; waktu tunggu, kepuasan
pelanggan, insiden keselamatan pasien, dan pencatatan formularium.
Pembuatan standar prosedur operasional di RSAI merupakan salah satu
pengendalian mutu, sehingga menjamin setiap kegiatan yang dilakukan oleh
tenaga kefarmasian di IFRS yaitu telah terstandar dan sesuai prosedur yang di
tetapkan. Selain itu juga, dengan adanya pembentukan struktur organisasi, maka
dapat menjamin manajemen mutu untuk mengelola, memantau, mengevaluasi dan
mengkoordinasikan proses sistem manajemen mutu.

b.4. Pelayanan Farmasi Rawat Jalan di RSAI


Pelayanan Farmasi rawat jalan di RSAI yaitu kegiatan yang meliputi aspek
klinis dan non klinis.
Aspek klinis yaitu setiap kegiatan yang berhubungan langsung dengan
pasien, yaitu yang berhubungan dengan pelayanan resep. Alur pelayanan resep di
rumah sakit Al-Islam diantaranya:

a. Penerimaan resep
b. Pemberian no antrian resep
Pemberian nomor antrian resep terdiri dari dua rangkap, satu untuk pasien
dan yang satunya lagi untuk petugas pelayanan perbekalan farmasi untuk
mencegah terjadinya kesalahan pelayanan.
c. Pengkajian Resep
1) Kesesuaian administrasi
Pengkajian resep berdasarkan kesesuaian administrasi meliputi:
- Nama dokter
- No SIK
- Paraf dokter
- Tanggal resep
- Nama pasien
- Umur pasien
- Berat badan pasien
2) Kesesuaian Farmasetik
Pengkajian resep berdasarkan kesesuaian farmasetik meliputi:
- Nama obat
- Kekuatan obat
- Jumlah obat
- Aturan pakai
- Bentuk sediaan
3) Kesesuaian klinik
Pengkajian resep berdasarkan kesesuaian klinik meliputi :
- Ketepatan indikasi
- Kontra indikasi
- Duplikasi
- Interaksi
d. Perhitungan Harga
Perhitungan harga di RSAI dilakukan berdasarkan sistem komputerisasi.
e. Konfirmasi Pasien
Apabila pasien setuju, maka faktur obat di cetak, kemudian pasien
membayar obat atas resep di kassa.
f. Pencetakan Etiket
Pembuatan etiket di RSAI dilakukan berdasarkan sistem komputerisasi,
dan apabila pasien belum melakukan pembayaran, etiket secara otomatis
tidak akan bisa dicetak, karena datanya belum masuk.
g. Pengambilan / penyiapan Obat
Untuk pengambilan obat sesuai dengan yang tertera dalam resep, dan
untuk jumlah obat yang di ambil di lihat di faktur sesuai dengan jumlah
yang telah di bayar oleh pasien. Pengambilan obat berdasarkan sistem
FEFO (First Expire First Out).
h. Pengemasan dan Pemberian Etiket
Dalam proses pengemasan di cek terlebih dahulu antara etiket dan obat,
sebelum di kemas dan diberi etiket.
i. Dilakukan Pengecekan Akhir oleh QC
Di cek kesesuaian antara faktur dengan resep, jenis obat, jumlah obat dan
aturan pemakaian. Periksa berdasarkan 5T yaitu : tepat pasien, tepat dosis,
tepat indikasi, tepat rute pemberian dan tepat signatura.
j. Penyerahan obat
Penyerahan obat merupakan kegiatan pemberian obat kepada pasien
dengan disertai pemberian informasi terkait dengan obat yang diterima
pasien.
Aspek non klinis yaitu setiap kegiatan yang tidak berhubungan langsung
dengan pasien, yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan perbekalan farmasi,
diantaranya yaitu :
a. Seleksi Obat
b. Perencanaan
c. Pengadaan
d. Penerimaan
e. Penyimpanan
f. Pendistribusian

b.5. Pelayanan Farmasi Rawat Inap di RSAI


Sistem distribusi obat di pelayanan farmasi rawat inap yang dilaksanakan
di RSAI adalah SDO resep individual dan floor stock.
a. SDO Resep Individual
Sistem distribusi obat individual yaitu dilakukan berdasarkan sistem
sentralisasi dan desentralisasi. Sentralisasi yaitu untuk rawat inap pusat dalam
hal ini adalah gudang yang memasok kebutuhan perbekalan farmasi untuk
memenuhi pelayanan untuk ruang rawat inap yaitu ruang vip, firdaus 3,
Darrusalam lt 5, lt3, lt 4 dan lt 2.
Sistem desentralisasi berlokasi di satelit lt 2, yaitu dimana untuk
memenuhi pelayanan ruang-ruang tindakan, misalnya untuk ruangan OK,
ICU, kebidanan, perinatologi. Satelit ini beroperasi selama 24 jam.
Sistem distribusi obat individual di RSAI yaitu untuk memenuhi
kebutuhan perbekalan farmasi selama 1 hari. Misalnya petugas-petugas yang
ada di ruangan untuk memenuhi kebutuhan 1 hari untuk sediaan parenteral,
sedangkan untuk sediaan oral dan topikal sesuai yang dituliskan dalam resep.
b. SDO Floor Stock
Sistem distribusi obat tersedia di ruangan yaitu diterapkan di seluruh
ruangan perawatan dan tindakan. Perbekalan farmasi yang disimpan dalam
jenis dan jumlah terbatas sesuai ketentuan yang berlaku serta karakteristik
pelayanan di masing-masing ruangan, misalnya untuk menangani kasus-kasus
emergency.

b.6. Pelayanan Informasi Obat dan Konseling


Pelayanan informasi obat adalah kegiatan yang dilakukan oleh tenaga
farmasi sesuai dengan kewenangannya untuk memberikan informasi secara
akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesional
kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan Pelayanan Informasi Obat:
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan dilingkungan rumah sakit.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan mengenai
obat.
c. Menunjang terapi yang rasional.
d. Meningkatkan profesionalisme apoteker.
Pelayanan informasi obat di rumah sakit Al-Islam adalah ada dua, yaitu pelayanan
informasi obat secara aktif dan pelayanan informasi obat secara pasif. Pelayanan
informasi obat secara aktif yaitu, dispensing, talk show dan micro teaching.
Pelayanan informasi obat secara pasif yaitu, leaflet dan label, penyediaan
informasi bagi PFT, menjawab pertanyaan langsung atau tidak langsung, audio
line dan radio.

b.7. Pengelolaan Arsip Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam


Dalam perkantoran atau Rumah Sakit arsip digunakan untuk membantu
dalam penyediaan informasi. Mengingat peranan arsip yang begitu penting bagi
kehidupan berorganisasi, maka keberadaan arsip di kantor atau rumah sakit benar-
benar dapat mendukung dalam penyelesaian pekerjaan yang dilakukan semua
personil dalam  organisasi. Tujuan kearsipan itu sendiri adalah menyediakan data
dan informasi secepat-cepatnya dan setepat-tepatnya kepada yang memerlukan.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan arsip yang efektif
dan efisien dengan cara memahami masalah apa yang terkandung didalam arsip.
Sistem penyimpanan arsip dikatakan baik apabila waktu arsip yang diperlukan
dapat diketemukan kembali dengan cepat dan tepat, sehingga diperlukan penataan
arsip yang sistematis dan efektif, karena sistem penyimpanan arsip tidak lepas dari
kegiatan penataan arsip dan penemuan kembali.
Begitu pun di bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam Kota
Bandung, pengelolaan arsip berupa resep, faktur dan faktur mutasi menjadi
perhatian dalam pengelolaan arsip. Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al Islam
Kota Bandung menggunakan system desentralisisasi dimana arsip dikelola sendiri
oleh pihak farmasi. Tetapi, belum adanya standar prosedur operasional mengenai
sistem penyimpanan arsip resep dan faktur resep menjadi kendala dalam
pengelolaan arsip tersebut Selain itu, belum adanya keseragaman penandaan
dalam box penyimpanan arsip di setiap masing – masing satelit Instalasi Farmasi
Rumah Sakit sehingga menyulitkan dalam identifikasi arsip serta kurangnya
pengawasan dalam hal pendokumentasian pelaporan arsip dari masing – masing
satelit.
Maka dari itu, harus dibuat standar prosedur operasional yang mengatur
tata cara pengarsipan dari mulai pencatatan, pengelolaan, penyimpanan dan
pemusnahan.
Untuk penyimpanan arsip berupa resep dan faktur distribusi perbekalan
farmasi (BDPF) disimpan dalam rak disusun sesuai dengan nomor urutnya. setiap
resep atau faktur di bandel dengan mencantumkan keterangan minimal berupa
nomor, tanggal dan paraf penanggungjawab arsip. Penomoran bertujuan untuk
memudahkan penyusunan bendel arsip. Tanggal menunjukan resep dan faktur
yang diarsipkan. Pencantuman ruangan untuk memastikan arsip yang disimpan
sesuai dengan tempat penyimpanan arsip. Sedangkan paraf bertujuan sebagai
validasi oleh seorang penanggungjawab arsip, bahwa arsip yang disimpan sesuai
dengan prosedur.
No Tanggal Ruangan Paraf
1 Tgl/bln/thn RJ/Hall (Nama Penanggung jawab Arsip)
Penyimpanan bendel setiap bulan yang disimpan dalam box penyimpanan
minimal dengan jangka waktu sepuluh hari perbulannya.
Setiap box arsip dari masing – masing satelit harus diberikan keterangan
berupa kode box arsip yang akan disimpan ke tempat pusat penyimpanan lihat
pada lampiran. Kode ini bertujuan untuk memudahkan dalam penyimpanan arsip
dengan menyusun sesuai nomor dan pada saat dibutuhkan dapat dengan cepat dan
tepat ditemukan. Pencantuman nomor dalam box arsip sebagai berikut :
Nomor Box/Nama Bagian/Jenis Dokumen/Periode/Bulan/Tahun
Contoh : 001/RAJAL1/A/01-20/VI/2015
Keterangan :
Nomor Box = Urutan nomor box arsip, contoh : 001,002,003,004… dst.
Nama Bagian = setiap bagian mempunyai singkatan pencantuman di box arsip
sebagai berikut :
- P2F = Ruang Persediaan Perbekalan Farmasi
- RAJAL1 = Ruang Rawat Jalan 1
- RAJAL2 = Ruang Rawat Jalan 2
- RANAP1 = Ruang Rawat Inap 1
- RANAP2 =Ruang Rawat Inap 2
Jenis Dokumen = ada 3 jenis dokumen diantaranya :
- A = Jenis dokumen Resep & Faktur Penjualan
- B = Jenis dokumen Faktur Mutasi Masuk & Keluar
- C = Jenis dokumen bukan yang termasuk jenis A & B
Periode = Menunjukan tanggal arsip yang disimpan
- contoh bila penyimpanan arsip dari tanggal 1 sampai dengan 10 maka
ditulis 01-10.
Bulan = menunjukan bulan, penulisan dengan huruf romawi sebagai berikut :
Januari I
Februari II
Maret III
April VI
Mei V
Juni VI
Juli VII
Agustus VIII
September IX
Oktober X
November XI
Desember XII

Tahun = Menunjukan tahun arsip


Nomor box di tulis dibagian pojok kanan box arsip, lihat pada gambar dibawah ini
: Posisi penulisan
nomor box
Ukuran font untuk penulisan nomor pada box sebesar 50, penentuan
ukuran huruf ini bertujuan agar penulisan nomor pada box arsip di masing –
masing ruangan seragam.
Pemindahan arsip dan prosedurnya harus dilakukan dengan sebaik –
baiknya sesuai jadwal pemindahan (jadwal retensi) sehingga memudahkan dalam
pengawasan dalam sistem pengarsipan. Di samping itu sentral arsip perlu
memusnahkan arsip – arsip yang sudah tidak diperlukan lagi sesuai dengan jadwal
retansi. Sebelum dimusnahkan arsip – arsip itu perlu dipilih dan diteliti, apakah
arsip itu memang sudah perlu dimusnahkan atau masih mempunyai nilai-nilai
tertentu (mengingat bahwa mungkin masih ada arsip / data yang sewaktu – waktu
dibutuhkan). Kemudian dalam penyimpanan box arsip di pusat penyimpanan arsip
dibuat klasifikasi penyimpanan berdasarkan ruangan yang terdiri dari : ruangan
P2F, rawat jalan 1, rawat jalan 2, rawat inap 1 dan rawat inap 2 tergantung dari
kebijakan kantor tata usaha atau administrasinya. Harus dibuat data atau arsip
yang telah disimpan ke pusat penyimpanan arsip tersebut secara terpisah
tergantung dari masing – masing klasifikasinya. agar dalam proses temu balik
arsip bisa lebih cepat dan tepat. Data atau arsip tersebut disimpan didalam rak
arsip agar arsip terjaga secara informasinya dan fisiknya.
BAB III

PENUTUPAN

Ruang lingkup struktur organisasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-


Islam Bandung yaitu, adanya garis komando yang dipimpin oleh apoteker sebagai
kepala instalasi farmasi rumah sakit. Kepala IFRS mengomando 5 (lima) apoteker
yang masing-masing sebagai supervisor pengelolaan perbekalan farmasi,
supervisor pelayanan farmasi rawat inap 1 (satu), supervisor pelayanan farmasi
rawat inap 2 (dua), supervisor pelayanan farmasi rawat jalan 1 (satu), supervisor
pelayanan farmasi rawat jalan 2 (dua) semua koordinator itu dibentuk untuk
menjalankan tugas, serta fungsinya masing-masing. Struktur organisasi di IFRS
Al-Islam Bandung telah sejalan dengan standar berdasarkan PerMenKes nomor
58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit yaitu
dipimpin oleh seorang apoteker dan membawahi koordinator pengelolaan
perbekalan farmasi serta koordinator pelayanan kefarmasian.
Sarana prasarana di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Al-Islam Bandung
sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian baik
pelayanan farmasi non klinik ataupun klinik, yaitu diantaranya sebagai ruang
administrasi, ruang pelayanan, gudang farmasi, ruang penerimaan, ruang
penyimpanan dan ruang konseling. Hal ini telah sejalan sesuai dengan PerMenKes
nomor 58 tahun 2014. Untuk setiap ruangan yang ada di RSAI harus di sesuaikan
dengan fungsinya, misalnya harus memperhatikan suhu, pencahayaan,
kelembaban, ventilasi dan keamanan.
Pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Al-Islam Bandung yaitu
telah sejalan dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit berdasarkan
PerMenKes nomor 58 tahun 2014, yaitu siklus kegiatannya dari mulai pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dan pengendalian. Untuk pemilihan atau seleksi perbekalan farmasi
dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi, yaitu memilih obat atau perbekalan
farmasi yang akan di gunakan dan menetapkan obat-obatan standar. PFT ini
berfungsi sebagai pelaksana sistem formularium dan menghasilkan formularium.
Formularium di RSAI direvisi setiap tiga tahun sekali, namun seiring dengan
berjalannya waktu dan perkembangan produk-produk baru di pasaran, maka setiap
tahunnya ada produk-produk baru yang masuk ke dalam formularium yang
disebut produk sisipan formularium.
Perencanaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Al-Islam Bandung yaitu
dengan mempunyai prinsip pendekatan pengadaan pemenuhan perbekalan
farmasi. Perencanaan ini di lakukan setiap hari, dengan memperhatikan beberapa
aspek yaitu obat formularium, anggaran yang tersedia di rumah sakit, dan dilihat
dari banyaknya konsumtif. Pengadaan di Rumah Sakit Al-Islam yaitu dengan
sistem pembeliaan langsung ke distributor, proses pengadaannya bisa melalui
telepon ataupun melalui sales yang datang ke rumah sakit. Setelah pengadaan,
maka dilakukan penerimaan perbekalan farmasi, kegiatan penerimaan perbekalan
farmasi di RSAI yaitu berdasarkan surat pesanan, kemudian di periksa jenis dan
jumlah barang, kualitas expire date minimal 2 tahun.
Perencanaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Al-Islam Bandung yaitu
dengan mempunyai prinsip pendekatan pengadaan pemenuhan perbekalan
farmasi. Perencanaan ini di lakukan setiap hari, dengan memperhatikan beberapa
aspek yaitu obat formularium, anggaran yang tersedia di rumah sakit, dan dilihat
dari banyaknya konsumtif. Pengadaan di Rumah Sakit Al-Islam yaitu dengan
sistem pembeliaan langsung ke distributor, proses pengadaannya bisa melalui
telepon ataupun melalui sales yang datang ke rumah sakit. Setelah pengadaan,
maka dilakukan penerimaan perbekalan farmasi, kegiatan penerimaan perbekalan
farmasi di RSAI yaitu berdasarkan surat pesanan, kemudian di periksa jenis dan
jumlah barang, kualitas expire date minimal 2 tahun.
Sistem penyimpanan perbekalan farmasi baik yang berada di gudang
maupun yang berada di ruang pelayanan yaitu disimpan berdasarkan kelompok
barang (obat dan alat kesehatan), bentuk sediaan, jenis sediaan, narkotika,
psikotropika, berdasarkan stabilitas suhu, obat generik, obat askes, disusun secara
alfabetis dan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Exipire First Out).
Ruangan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan harus cukup cahaya dan
ada ventilasi , untuk lemari es yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
sediaan yang termolabil yaitu menggunakan skala farma, untuk suhu ruangan dan
lemari es harus di kontrol setiap dua kali sehari dan di catat pada lembar kendali.
Distribusi dilakukan di RSAI yaitu mendistribusikan kebutuhan gudang-
gudang, satelit atau floor stock di RSAI dalam pemesanan yang di lakukan oleh
satelit sudah berdasarkan sistem komputerisasi. Pengendalian yang dilakukan di
RSAI yaitu dengan cara stock opname yaitu dilakukan setiap satu bulan sekali
dengan cara menghitung jumlah dan mengecek kualitas sediaan perbekalan
farmasi yang ada.
Pelayanan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Al-Islam Bandung yaitu ada
dua, diantaranya pelayanan kefarmasian di rawat jalan dan di rawat inap. Untuk
memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di RSAI yaitu diselenggarakan dengan
cara sentralisasi dan desentralisasi dengan sistem distribusi obat kombinasi
persediaan di ruangan dengan sistem distribusi obat individual, artinya adalah
obat-obat yang sering digunakan oleh penderita dapat diperoleh melalui
persediaan di ruangan.
Pelayanan informasi, komunikasi dan edukasi kepada pasien dirasakan
masih terbatas pada cara pemakaian dan khasiat pada saat penyerahan obat.
Perbedaaan antara Pelayanan Informasi Obat (PIO) dengan konseling, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58/MENKES/SK/VIII/2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, yaitu Pelayanan Informasi Obat
(PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi
obat yang independen, akurat tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan
oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta
pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. Sedangkan konseling merupakan suatu
aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat dari apoteker (konselor)
kepada pasien dan/atau keluarganya.
Pelayanan informasi melalui kunjungan ke ruang perawatan penderita,
IFRS Al-Islam sudah berjalan yaitu kepada pasien pulang di VIP. Selain itu juga
telah di lakukan konseling terhadap penderita penyakit tertentu, misalnya untuk
pasien TBC, HIV, AIDS dan DM. Dalam pemantauan terapi obat dan evaluasi
penggunaan obat yang tepat dan aman bagi penderita, pada dasarnya tidak mudah
untuk dilaksanakan, oleh karena itu maka perlu dilakukan suatu bentuk kerjasama
yang baik antara apoteker dan tenaga kesehatan lainnya.
Sistem penyimpanan arsip berupa resep, faktur resep dan sebagainya dari
masing-masing satelit dibendel dan dicantumkan nomor periode arsip. Dimasukan
kedalam box arsip dengan diberikan nomor box arsip agar memudahkan dalam
penemuan kembali arsip. Arsip/berkas yang telah diterima dan telah melewati
berbagai proses selanjutnya akan disimpan di tempat pusat arsip. Penyimpanan
Box arsip disusun berdasarkan klasifikasi sesuai dengan kebijakan rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai