Anda di halaman 1dari 18

PERCOBAAN 5 (LIMA)

ESTERIFIKASI FENOL : SINTESIS ASPIRIN

TUGAS AKHIR MAKALAH

Oleh:

ANNA FITRIANA (10060315045)


AGHNIA MARHADIANTI (10060315052)
YENNI SUKARMAN (10060315059)
MELISA OLIVIA O (10060315066)
WILONA KAULIKA (10060315082)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1438 H/ 2017 M
JUDUL
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penggunaan obat dari sumber bahan alam di Indonesia telah banyak
digunakan dan lebih dikenal dengan jamu. Jamu digunakan sejak jaman nenek
moyang sampai kini yang telah dilestarikan sebagai salah satu budaya turun
temurun. Jamu yang diketahui masyarakat adalah jamu gendong yang sering
dijajakan dari satu rumah ke rumah lain. Penggunaan jamu diminati karena
masyarakat percaya bahwa bahan alam lebih sedikit efek sampingnya
dibandingkan dengan obat sintetis. Selain itu jamu sekarang telah memiliki
tingkatannya dimana telah dilakukan pengujian terdapat suatu bahan alam yang
dipercaya memiliki khasiat obat. Bahan alam yang paling banyak digunakan
berupa tanaman/ tumbuhan yang telah atau dengan sengaja dibudidayakan.
Indonesia mempunyai lebih dari 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan. Sebanyak
7.500 jenis di antaranya termasuk tanaman berkhasiat obat. Hutan Indonesia
menjadi habitat 30.000 dari 40.000 jenis tumbuhan obat di dunia. Sebanyak 90
persen dari tumbuhan obat dunia terdapat di wilayah Asia. Pemanfaatan
keanekaragaman hayati masyarakat di Indonesia berdasarkan atas beragam sistem
pengetahuan tradisional, telah berkembang sejak berabad-abad lalu. Masyarakat
Indonesia telah memanfaatkan lebih dari 6.000 spesies tumbuhan untuk kebutuhan
sandang pangan, obat-obatan dan perlindungan (Rifai, 1994)
Dari 38 spesies tumbuhan tersebut, teridentifikasi 32 spesies tumbuhan
berguna (84%) yang dikelompakkan kedalam 10 kelompok kegunaan yaitu
tumbuhan obat, hias, aromatik, sumber pangan, sumber pakan ternak, sumber
pestisida nabati, sumber pewarna dan tanin, sumber kayu bakar, sumber bahan
bangunan dan sumber tali dan kerajinan. Kegunaan tertinggi yaitu untuk sumber
bahan bangunan sebanyak 11 spesies dan kemudian diikuti sumber pangan
sebanyak 8 spesies.
Salah satu contoh tumbuhan yang memiliki khasiat obat adalah Meniran
(Phyllanthus niruri L). Meniran digunakan dalam pengobatan karena dipercaya
memiliki banyak manfaat seperti pelindung hati, anti bakteri dan lain-lain. Herba
meniran (Phyllanthus niruri L.) mengandung senyawa kimia turunan lignan,
alkaloid, flavonoid dan triterpenoid, dimana senyawa tersebut merupakan
metabolit sekunder yang banyak digunakan untuk mencapai efek terapeutiknya.
Pada penyusunan makalah ini dapat diketahui bahwa Herba Meniran
(Phyllanthus niruri L.) memiliki banyak khasiat namun yang akan penyusun
identifikasi adalah khasiat Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) sebagai
antibakteri.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Apakah tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri) memiliki efek
farmakologi sebagai anti bakteri ?
BAB II
ISI
A. Deskripsi Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri)
1. Taksonomi Herba Meniran (Phyllanthus niruri)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Super Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri Linn
(Ivo, 2015)
2. Morfologi Herba Meniran (Phyllanthus niruri)
Meniran (Phyllanthus niruri) adalah tanaman semusim, tumbuh tegak,
bercabang-cabang, dan tingginya antara 30 cm – 50 cm.
2.1 Batang
Tanaman meniran (Phyllanthus niruri) ini memiliki batang yang
berbentuk bulat berbatang basah dengan tinggi kurang dari 50 cm,
berwarna hijau, diameternya ± 3 mm.
2.2 Daun
Tanaman ini memiliki daun majemuk, tata letak daunnya berseling
(Deccussate), bentuk daun bulat telur (ovale), ujung daunnya tumpul,
pangkalnya membulat, memiliki tepi daun yang rata (Entire), memiliki
anak daun 15 - 24, memiliki panjang ± 1,5 cm, lebar ± 7 mm, dan
berwarna hijau. Daun meniran ini termasuk pada tipe daun yang tidak
lengkap yaitu pada bagian daun bertangkai karena tanaman ini hanya
memiliki tangkai dan beberapa helaian daun.
2.3 Bunga
Tanaman ini memiliki bunga tunggal yang terdapat pada ketiak
daun menghadap ke arah bawah, menggantung dan berwarna putih.
Memiliki daun kelopak yang berbentuk bintang, benang sari dan putik
tidak terlihat jelas, mahkota bunga kecil dan berwarna putih.
2.4 Buah
Tanaman ini memiliki buah yang berbentuk kotak, bulat pipih dan
licin, diameter ± 2 mm dan berwarna hijau.
2.5 Biji
Tanaman ini memiliki biji yang kecil, keras dan berbentuk ginjal
serta berwarna coklat.
2.6 Akar
Tanaman ini memiliki akar tunggang yang berwarna putih
(Ivo, 2015)
3. Habitus dan Distribusi Herba Meniran (Phyllanthus niruri)
Meniran (Phyllanthus niruri L.) tumbuh di tempat yang lembab dan
berbatu, seperti di sepanjang saluran air, semak-semak, dan tanah diantara
rerumputan. Meniran tumbuh liar juga di tanah datar dan daerah
pegunungan hingga tinggi 1 mm sampai 1000 m dari permukaan laut.
Tumbuhan ini tumbuh liar di tempat terbuka pada tanah gembur, berpasir
di ladang, tepi sungai dan di pantai, bahkan tumbuh liar di sekitar
pekarangan rumah. Tanaman ini menyebar luas hampir ke setiap daerah
tropis ataupun subtropis seperti India, Cina, Malaysia, Filipina, dan
Australia. (Dhanang, 2010)
B. Standarisasi Simplisia dan Ekstrak
1. Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Herba meniran adalah seluruh bagian diatas tanah Phyllanthus niruri L.
Herba meniran merupakan tanaman dari suku Euphorbiaceae.
Herba meniran mengandung flavonoid total tidak kurang dari 0,90%
dihitung sebagai kuersetin.
Senyawa identitas : Filantin
Susut pengeringan : Tidak lebih dari 14%
Abu total : Tidak lebih dari 7,2%
Abu tidak larut asam : Tidak lebih dari 1,2%
Kadar sari larut air : Tidak kurang dari 16,0%
Kadar sari larut etanol : Tidak kurang dari 8,0%
(DepKes, 2008)
2. Ekstrak Kental Herba Meniran (Phyllanthi Nirurii Herba
Extractum Spissum)
Ekstrak kental herba meniran adalah ekstrak yang dibuat dari herba
Phyllanthus niruri L., dari suku Euphorbiaceae.
Ekstrak kental herba meniran mengandung flavonoid total tidak kurang
dari 3,20% dihitung sebagai kuersetin.
Senyawa Identitas : Filantin
Rendemen : Tidak kurang dari 26,7%
Kadar air : Tidak lebih dari 17%
Abu total : Tidak lebih dari 3,5%
Abu tidak larut asam : Tidak lebih dari 1,5%
(DepKes, 2008)
C. Penggunaan Empiris dan Efek Farmakologis
1. Penggunaan Empiris dari Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Secara empiris, Herba meniran memiliki manfaat untuk mengobati
penyakit kuning, kencing nanah (gonorrhoea), gangguan pencernaan,
diabetes, luka pada kulit, diare, radang usus, meredakan sariawan, infeksi
saluran kencing, radang hati, dan penambah nafsu makan. Di Malaysia
meniran digunakan untuk mengobati sengatan tawon, gatal, dan penyakit
kulit. Sementara di India masyarakat menggunakan meniran untuk
mengatasi gangguan penyakit kulit seperti kurap, kudis, dan kutil. (Tim
Trubus, 2013)
Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) adalah salah satu tumbuhan obat
Indonesia yang telah lama digunakan secara turun-temurun untuk
pengobatan berbagai penyakit seperti diuretik, antibakteri, ekspektoran dan
pelancar haid. Selain itu herba meniran juga digunakan untuk pengobatan
sembab (bengkak), infeksi dan batu saluran kencing, kencing nanah,
menambah nafsu makan, diare, radang usus, konjungtivitas, hepatitis, sakit
kuning, rabun senja, sariawan, digigit anjing gila, rabun senja, dan rematik
gout (Hutapea dan Syamsuhidayat, 1991).

2. Efek Farmakologis dari Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.)


Menurut (Arief, 2013) meniran memiliki efek farmakologis
diantaranya peluruh seni (diuretika), pembersih hati, anti radang, pereda
demam (antipiretika), peluruh dahak, peluruh haid, penerang penglihatan,
penambah nafsu makan, dan astringensia. Selain itu meniran juga
digunakan sebagai obat dysuria, gonorrhoe, siphillis, nyeri ginjal
(nephralgia), diare, demam, tetanus, pembersih darah, antikonvulsi,
kencing batu dan albuminuria. Daun meniran dapat digunakan untuk
mengobati ayan, malaria, sembelit, tekanan darah tinggi, sariawan dan
gangguan haid. Sementara itu akar meniran untuk mengobati nyeri perut
dan penyakit gigi.
Sebuah Studi yang dilakukan oleh Gami dan Kothari dan diterbitkan
pada International Jounal of Pharma and Bio Sciences tahun 2011
menyebukan bahwa Phyllantus niruri memiliki aktivitas antioksidan dan
antimikroba yang dapat digunakan juga sebagai anti tumor, anti kanker
dan perbaikan kondisi pasien hepatitis.
Penelitian lain juga menyatakan bahwa meniran memiliki aktivitas
biologis, seperti hipoglikemia, hipotensi, diuretika, antioksida dan
antiinflamasi. Sebuah studi yang dilakukan oleh Manjrekar, dkk yang
diterbitkan oleh Indian Journal of Experimental Biology tahun 2008
menyatakan bahwa Phyllantus nirusi memiliki aktivitas antioksidan dan
aktivitas perlindungan terhadap sel hati. (Prapti dan Desty, 2013)
Tumbuhan ini bersifat : astringent, peluruh air seni (menghambat
pembentukan kristal kalsium oksalat), penurun panas, antihepatotoksik,
antibakteri terhadap Escherichia coli, staphylococcus aureus, bacillus
subtilis, hipoglikemik. Ekstrak meniran dapat menghambat aldose
reductase (AR) karena senyawa ellagic acidnya mempunyai daya hambat
enam kali lebih kuat daripada quercitrin yang dikenal sebagai penghambat
AR (proses reduksi aldose menjadi diabetes). Dalam farmakologi Cina
disebut tumbuhan ini memiliki rasa agak asam dan sejuk.
Sebagai antibakteri Ekstrak metanol daun meniran mempunyai efek
antibakteri paling tinggi terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Efek ini
disebabkan senyawa antibakteri pada meniran yaitu phyllanthin,
hypophyllanthin, niranthin, dan nietetralin. Ekstrak petroleum eter dari
batang, daun, dan akar meniran juga menunjukkan efek antifungi (Tim
Trubus, 2013)
D. Kandungan Senyawa Kimia.
Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) adalah salah satu tumbuhan obat
Indonesia yang telah lama digunakan secara turun-temurun untuk
pengobatan berbagai penyakit seperti diuretik, ekspektoran dan pelancar
haid. Selain itu herba meniran juga digunakan untuk pengobatan sembab
(bengkak), infeksi dan batu saluran kencing, kencing nanah, menambah
nafsu makan, diare, radang usus, konjungtivitas, hepatitis, sakit kuning,
rabun senja, sariawan, digigit anjing gila, rabun senja, dan rematik gout
(Hutapea dan Syamsuhidayat, 1991).
Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah
diketahui, antara lain : lignan (Filantin, hipofilantin, nirantin, lintetratin),
flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutin,
kaempferol-4, rhamnopynoside), alkaloid, triterpenoid, asam lemak (asam
ricinoleat, asam linoleat, asam linolenat), vitamin C, kalium, damar, tanin,
geraniin, phyllanthin dan hypophyllanthin (Houghton et al., 1996).
Penyelidikan komponen kandungan kimia tumbuhan meniran telah
banyak dilakukan. Diantaranya komponen yang telah diketahui adalah
senyawa flavoniod seperti kuersetin pada daun niruri, niruritenin, rutin
pada seluruh batang lignin seperti filantin, hipofilantin pada seluruh
tanaman (Gupta et al, 1984) triterpen seperti lupeol asetat dan
betasitosterol (Sinh,et al., 1989).

Apabila di tinjau kelarutan dari senyawa kandungan maka dalam


pengujian ini senyawa yang terkandung diantaranya :
 Alkaloid, yang mana di dalam tumbuhan umumnya terdapat sebagai
garam misalnya sebagai tartrat, sitrat yang dapat larut dengan pelarut
hidrofil yaitu air dan etanol (Voigt, 1994)
 Flavonoid, senyawa golongan ini yang mudah larut dalam air terutama
bentuk glikosida dan juga mudah larut dalam etanol (Robinson, 1995)
 Tanin, senyawa ini larut dalam air (terutama air panas) membentuk
larutan koloid sedangkan dalam pelarut organik polar seperti etanol
kelarutan tanin terbatas sampai batas tertentu (Robinson, 1995)
 Saponin, senyawa ini dapat larut dalam air dan etanol (Voigt, 1994)
Tanaman Obat Meniran sangat kaya akan berbagai kandungan kimia,
antara lain: phyllanthin, hypophyllanthin, niranthin, nirtetrali, nirurin,
nirurinetin, norsecurinine, phyllanthenol, phyllnirurin, phylltetrin,
quercitrin, quercetin, ricinoleic acid, rutin, salicylic acid methyl ester,
garlic acid, ascorbic acid, hinokinin, hydroxy niranthin, isolintetralin, dan
isoquercetin.
Senyawa lain yang terkandung dalam Meniran adalah beta-d-
xylopyranoside dan beta-sitosteroy. Senyawa lain yang baru ditemukan
adalah seco-4-hidroksilintetralin, seco-isoarisiresinol trimetil eter,
hidroksinirantin, dibenzilbutirolakton, nirfilin, dan neolignan.
1. SENYAWA MARKER
1.1 Senyawa marker aktif
Filantin merupakan salah satu senyawa utama yang terkandung dalam
tanaman meniran. Pada dosis 50 μg/kgBB senyawa filantin menunjukkan
aktivitas hepatoprotektif terhadap tikus (Houghton et al., 1996). Dari 28
senyawa filantin yang disiapkan untuk dievaluasi aktivitas anti-HIVnya.
Senyawa filantin ke-5, 22, 23, dan 28 menunjukkan aktivitas anti-HIV
dengan nilai IC50: 0,25; 1,07; 0,01; 0,32 μg/mL (Sagar et al., 2004).
Selain itu, telah dilaporkan efek sitotoksik filantin terhadap sel leukemia
K-562 dan Lucena-1. Filantin pada konsentrasi 43 μg/mL menunjukkan
efek sitotoksik terhadap sel leukemia sebesar 24,1% kematian sel K-562
dan 24,8% kematian sel Lucena-1. Berdasarkan uraian di atas mendorong
peneliti untuk melakukan isolasi terhadap senyawa tersebut dan
diharapkan dapat digunakan untuk kepentingan sebagai marker untuk
standardisasi (Houghton et al., 1996)
Meniran mengandung alkaloid, flavonoid, fenol, kumarin, tanin,
terpenoid, lignan (filantin dan hipofilantin).8 Sejauh ini kualitas meniran
ditentukan berdasarkan kandungan senyawa penanda tunggal dari
golongan lignan. Tanin akan mengendapkan protein pada gelatin
(Harbone, 1996).
1.2 Senyawa marker spesifik

Struktur kimia :
1. Struktur lignin

STRUKTUR FILANTIN DAN HIPOFILANTIN


2. Struktur flavonoid

a. Quercetin

b. Astragalin

c. Rutin
3. Struktur alkaloid

4. Struktur terpenoid

5. Struktur vitamin C

6. Struktur tanin
E. Pengujian Klinik dan Praklinik
1. Uji praklinis meniran
Hasil pengujian praklinis 3 ekstrak herba meniran menunjukan hasil
yang bervariasi. Secara umum ekstrak methanol memberikan
penghambatan terbesar terhadap mikroba uji. Mekanisme penghambatan
mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat dibagi menjadi empat
cara, yaitu :
1. Pengahambatan sintetis dinding sel
2. Penghambatan fungsi selaput sel
3. Penghambatan sintesis protein (hambatan translasi dan transkripsi
bahan genetik)
4. Penghamabatan sintesis asam nukleat (jawetz et al 1996).
Pengujian aktivitas ekstrak n-heksana menunjukan bahwa hambatan
pertumbuhan terbesar terdapat pada khamir C. albicans yaitu 10,32 mm,
kemudian diikuti oleh bakteri E.Coli sebesar 9,65 mm pada konsentrasi
10% sedangkan pada bakteri S.Aureus, extrak n-heksana memperlihatkan
aktivitas hambat yang lebih kecil yaitu 7,34 mm.
Hasil uji ekstrak n-heksana herba meniran terhadap mikroba uji
Konsentrasi Hasil uji penghambatan pertumbuhan (mm)
S. aureus E. coli C. albicans
1% 6,97 6,33 7,33
5% 7,33 7,01 8,33
10% 7,34 9,65 10,32
Kemampuan ekstrak n-heksana herba meniran dalam menghambat
pertumbuhan mikroba mungkin disebabkan oleh senyawa aktif yang
terkandung pada ekstrak tersebut. Berdasarkan hasil pengujian fitokimia
ekstrak n-heksana herba meniran diketahui ekstrak tersebut mengandung
senyawa steroidadan triterpen bentuk bebas. Zat aktif tersebut diketahui
dapat mengahambat pertumbuhan bakteri dan khamir pathogen. Didukung
oleh penelitian gunawan et al (2008) senyawa terpenoid merupakan
senyawa antibakteri aktif terhadap bakteri E. Coli dan S. aureus.
Hasil uji fitokimia masing-masing ekstrak
Ekstrak Ekstrak etil- Ekstrak n-
Golongan Senyawa
Methanol asetat heksana
Alkaloid + - -
Glikosida + + -
Steroida dan
triterpen bentuk + - +
bebas
Saponin + + -
Sianogenik glikosida - - -
Antrakinon glikosida - - -
Tanin + + -
Flavonoida + + -
Hasil pengujian aktivitas ekstrak etil-asetat herba meniran menunjukan
bahwa hambatan pertumbuhan terbesar terdapat padabakteri E.coli yaitu
12,00 mm dan diikuti oleh bakteri S. aureus 10,62 mm, serta khamir C.
albicans 10,60 mm yang masing-masing terdapat pada konsentrasi 10%.
kemampuan ekstrak etil-asetat dalam mengahambat pertumbuhan mikroba
mungkin disebabkan oelh senyawa-senyawa aktif yang terkandung pada
ekstrak tersebut, yaitu senyawa glikosida, saponin, tanin dan flavonoida.
Hasil ujian ekstrak etil-asetat herba meniran terhadap mikroba uji
Hasil uji penghambatan pertumbuhan (mm)
Konsentrasi
S. aureus E. coli C. albicans
1% 8,58 9,33 8,31
5% 9,60 10,34 9,01
10% 10,62 12,00 10,60
Hasil uji ekstrak methanol herba meniran terhadap mikroba uji
Hasil uji penghambatan pertumbuhan (mm)
Konsentrasi
S. aureus E. coli C. albicans
1% 15,30 13,01 11,31
5% 17,32 14,63 12,63
10% 21,29 16,33 17,63
Hasil pengujian fitokimia menunjukan bahwa dalam ekstrak
methanol herba meniran terkandung senyawa alkaloid, glikosida,
steroida dan triterpen bentuk bebas, saponin tanin, dan flavonoida.
Senyawa flavonoid memiliki aktivitas yang beragam diantaranya
mempunyai efek sebagai antivirus (cody 1985 dalamadfa 2005). Selain
itu menurut osbourne 2003 dalam sugiyarto 2006 saponin memiliki
aktivitas antifungal.
Dari ketiga jein ekstrak diketahui aktivitas optimum penghambatan
pertumbuhan bakteri dan khamir pathogen dimiliki oleh ekstrak
meniran yang dilarutkan dengan methanol. Konsentrasi optimum yang
dapat menghambat pertumbuhan ketiga jenis mikroba uji terdapat pada
ekstrak 10% atau dengan kata lain, semakin tinggi konsentrasi ekstrak
semakin besar pula aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri dan
khamir uji tersebut.
2. Uji klinis
Uji klinis telah dilakukan di beberapa rumah sakit besar di Indonesia,
diantaranya :
1. RSPAD Gatot Subroto dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM), bahwa meniran mampu bekerja sebagai peningkatan daya
tahan tubuh.
2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultasi Kedokteran Universitas
Indonesia Jakarta, pada pasien infeksi saluran nafas akut oleh
berbagai etiologi pada anak yang saat ini sedang dilakukan
menunjukan hasil yang baik terutama dalam mempercepat turunnya
suhu badan
3. Penelitian di Bagian Kulit RSU Tangerang, pemberian ekstrak
meniran sebagai tambahan pada terapi cacar air menunjukan
penyembuhan yang lebih cepat

F. Review Produk Herba Meniran (Phyllanthus niruri)


Nama produk : Niran

Produsen : Borobudur Natural Herbal Industry (PT. Industri Jamu


Borobudur)

Komposisi : Phyllanthi Herba Extract 550 mg

Khasiat : 1. Meningkatkan daya tahan tubuh

2. Mempercepat penyembuhan

3. Menangkal berbagai jenis virus dan bakteri.

Khasiat lain : 1. Diuretik

2. Menurunkan demam.
DAFTAR PUSTAKA
Bharali R, Tabassum J, Azad MR. 2003. Chemomodulatory effect of M. oleifera,
Lam, on hepatic carcinogen metabolizing enzymes, antioxidant parametes and
skin papillomagenesis in mice. Asian Pac J Cancer Prev 4.
Borobudur Natural Herbal Industry. 2017. Obatdayatahantubuh.com/tentang-
kami/. Diakses pada tanggal 23 Mei 2017 pukul 09.09
BPOM. 2012. Cek Produk BPOM. Cekbpom.pom.go.id. Diakses pada tanggal 23
Mei 2017 pukul 09.06
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia
Edisi Kesatu. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Gupta, and Ahmed B and Shoyakugaku.Z, (1984). A new flavones Glycoside from
phyllanthus niruri. J. Nat. Prod Vol. 4.
Harborne, J. 1996. Metode fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan. Cetakan kedua. Penerjemah: Padmawinata, K. dan I. Soediro.
Penerbit ITB Bandung
Hariana, Arief. 2013. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya . Jakarta: Penebar
swadaya.
Lestari, Ivo Anggri S, 2015. Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik
Tanaman Meniran. Medan: Jurnal Farmasi
(http://103.15.241.30/opac/uploaded_files/dokumen_isi/Monograf/12033111_0
01.pdf)

Putra, Dhanang Permana, 2010. ISOLASI SENYAWA FILANTIN DARI DAUN


MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn). Surakarta: Jurnal Farmasi
(http://eprints.ums.ac.id/9888/4/K100060040.pdf)

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. (Edisi keenam).


Penerjemah : K. Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB.
Sinh, S.K.P. Agarawal and dogra J. V, (1981). Variotionis the level of vitamin C.
Total Phenolic and Protein in Phyllantus niruri L, During leaf mutarationn.
Natl. Acad. Sel. Latt 4.
Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia,
edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Tim Trubus. 2013. Herbal Indonesia Berkhasiat : Bukti Ilmiah & Cara Racik
(Edisi Revisi) - Vol 10. Bogor: Trubus Swadaya
Utami, Prapti. Puspaningtyas, Destya E. 2013. The Miracle of Herbs. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Voight, R. (1995) Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. (edisi kelima). Jogjakarta :
Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai