Anda di halaman 1dari 23

Tugas Makalah

MAKALAH TEKNOLOGI KOSMETIK


DEODORANT

OLEH :
KELOMPOK 1
FARMASI C

ABDURRACHMAN
ACHMAD

SRI
HANDRIANI
NURUNG

NURJANNAH

FADILAH ANNISA FAJARIAH

MUH. IKRAM HASBI

NURUL HIDAYAH A

SITTI NUR HAJIAH K

FITRIAH SUHAIDARWATI

NISFAH HASIK

FILIK APRILIANI

SULPIANA

HR

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat, karunia serta bimbinganNya-lah sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan judul Deodorant sesuai waktu yang ditentukan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang
telah memberikan tugas ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Adapun penulis sadar bahwa isi dari materi makalah ini masih sangat jauh
dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima segala saran dan kritikan dari semua
pihak yang bersifat membangun agar penulis dapat menciptakan karya yang lebih
bermutu di masa mendatang. Dengan kerendahan hati semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Samata,

Januari 2016

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..........4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6
BAB III PEMBAHASAN....14
BAB IV PENUTUP.22
DAFTAR PUSTAKA..23

BAB I
PENDAHULUAN
I.

1 LATAR BELAKANG
Bebagai macam aktivitas baik ringan maupun berat akan memicu sekresi
keringat dalam badan. Sekresi keringat merupakan metabolisme yang normal.
Keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat yang bernama kelenjar ekrin dan apokrin.
Kelenjar ekrin terdapat di hamper seluruh permukaan kulit. Kelenjar ekrin sudah ada
sejak kecil di mana keringat yang dihasilkannya tidak hanya berfungsi sebagai alat
pengeluaran sisa metabolism tubuh namun juga berguna untuk mengatur suhu tubuh.
Kelenjar apokrin terletak di daerah ketiak, payudara, daerah anus dan kemaluan.
Kelenjar apokrin akan berfungsi aktif setelah remaja dan keringat yang dihasilkan
dipengaruhi oleh rangsangan emosi. Keringat apokrin mengandung banyak lemak
dan protein, yang apabila diuraikan oleh bakteri akan menimbulkan bau yang tidak
enak. Bau inilah yang kemudian dikenal sebagai bau badan.
Bau badan akan sangat mengganggu sekali. Telebih bagi mereka yang
memiliki profesi yang menuntut penampilan dan harus selalu berinteraksi dengan
publik. Tidak hanya itu, bau badan akan sangat mengganggu orang yang ada di dekat
kita sehingga menjadikan orang di sekitar kita mejadi tidak nyaman.
Ada banyak cara untuk mengatasi bau badan. Cara yang termudah adalah
mandi 2 kali sehari untuk menghilangkan keringat dan bakteri. Mengingat
kebersihan adalah musuh utama bakteri, pastikan seluruh tubuh terutama ketiak dan
lipatan tubuh dibersihkan dengan optimal. Namun untuk yang memiliki aktivitas

tinggi, mandi hanya akan menghilangkan keringat saja sehingga saat beraktifitas
keringat akan muncul kembali dan menimbulkan bau badan.
Cara yang paling umum digunakan adalah menggunaan deodorant dan
antiperspirant. Deodoran mengandung antiseptik yang menekan pertumbuhan
bakteri, sedangkan antiperspirant mengandung bahan yang dapat mengurangi
keringat yang keluar. Sekarang tersedia banyak produk yang sekaligus mengandung
deodorant dan antiperspirant. Selain itu terdapat pula berbagai macam pilihan aroma
wangi dari masing-masing deodorant dan antiperspirant yang mampu menjadikan
kita lebih semakin percaya diri. Hal yang perlu diperhatikan adalah memilih.
I.2 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah dalam memahami
formulasi sediaan kosmetik/ kosmetik medik dari antideodorant yang dapat
membantu dalam kelancaran perkuliahan mengenai teknologi kosmetik selanjutnya.
I.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari makalah ini yakni agar dapat lebih mudah
memahami

mengenai

antideodorant.

formulasi

sediaan

kosmetik/

kosmetik

medik

dari

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Kosmetika
Menurut Wall dan Jellinek, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabadabad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian,
yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik
serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Tranggono,
2007).
Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosok, dilekatkan,
dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada badan atau bagian badan manusia
dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menembah daya tarik atau
mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat. Defeisi tersebut jelas
menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis,
pengobatan maupun pencegahan penyakit (Wasitaatmadja,1997).
Sejak semula kosmetik merupakan salah satu segi ilmu pengobatan atau ilmu
kesehatan, sehingga para pakar kosmetik dahulu adalah juga pakar kesehatan; seperti
para tabib, dukun, bahkan penasehat keluarga istana. Dalam perkembangannya
kemudian, terjadi pemisahan antara kosmetik dan obat, baik dalam hal jenis, efek,
efek samping dan lainnya
Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut kosmetologi, yaitu ilmu yang
berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek dan efek
samping kosmetika. Dalam kosmetologi berperan berbagai disiplin ilmu terkait yaitu:

teknik kimia, farmakologi, farmasi, biokimia, mikrobiologi, ahli kecantikan dan


dermatologi. Dalam disiplin ilmu dermatologi yang menangani khusus peranan
kosmetika disebut dermatologi kosmetik (cosmetic dermatology) (Wasitaatmadja,
1997).

2.2. Kosmetika Dekoratif


Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan sematamata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda
atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah
kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit (Tranggono,
2007).
2.2.1. Pembagian Kosmetik Dekoratif
Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :
1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan
dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye
shadow, dan lain-lain.
2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam
waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut,
dan pengeriting rambut. (Tranggono,2007)
2.2.2. Persyaratan Kosmetik Dekoratif
Persyaratat untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah :
a. Warna yang menarik.
b. Bau harum yang menyenangkan.
c. Tidak lengket.
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau.
e. Tidak merusak atau mengganggu kulit.. (Tranggono, 2007):
2.3 Anatomi Kulit

Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan
dalam tata kecantikan kulit. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan
membantu mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit wajah yang
segar, lembab, halus, lentur dan bersih.
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 10%
dari masa tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5-2 m 2.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan,
telapak kaki, punggung, bahu.

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan yaitu:


1) Lapisan Epidermis atau kutikula

Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang mempunyai ketebalan 50m


sampai 1,5 mm. terdiri dari 5-25 sel, merupakan penghalang terpenting dari hilangnya
air, elektrolit dan nutrien tubuh serta masuknya senyawa asing dari luar.
Struktur kimia dari sel-sel epidermis manusia terdiri dari protein 27%, lemak
2%, garam mineral 0,5%, air dan bahan-bahan larut air 70,5%. Protein terpenting
adalah albumin, globulin, musin, elastin, kolagen dan keratin. Secara kasar 40% dari
bahan-bahan yang larut air terdiri dari asam amino bebas.
Epidermis terbagi menjadi 5 lapisan yaitu;
a. Stratum Korneum
Stratum korneum adalah lapisan paling luar dan terdiri dari beberapa lapisan
sel. Selnya tipis, datar seperti sisik dan terus menerus dilepaskan namun selnya
kompak, rata dan bening serta tidak berinti dan protoplasmanya tidak berubah
menjadi keratin, tidak mengalami metabolisme dan sebagian besar terdiri dari
keratin (protein yang tidak laut air yang dihasilkan selama proses deferensiasi).
Sel-sel ini diyakini terlibat dalam proses imun dengan pertama kali melepaskan
immunoglobulin A dan kemudian interleukin-1, yang memicu pengaktifan sel-sel
T.
Pada permukaannya terdapat lapisan tipis yang disebut dengan mantel
asam yang fungsinya sebagai penyangga (menetralisir bahan kimia yang terlalu
asam atau alkalis masuk ke kulit). Memiliki ketebalan 1% - 10% dari total
lapisan kulit yakni sekitar 10-20 m. Sangat kering, mengandung kurang lebih
15% air, tersusun tumpang tindih dan merupakan sel mati yang disebut korneosit,
mengandung 65% keratin. Sel korneum melekat satu sama lain sehingga
merupakan penghalang penting dari kulit terhadap masuknya benda asing.
b. Stratum Lusidum
Secara normal hanya ditemukan pada kulit yang tebal seperti telapak
kaki dan tangan. Lapisan ini merupakan lapisan tipis dan jernih mengandung
eleidin yang dibentuk dari keratohialin akhirnya diubah menjadi keratin. Bila
serabut keratin telah berkembang sempurna maka sel-sel penghasilnya akan
berubah menjadi bentuk pipih dan tipis, membrannya menebal serta

permeabilitasnya berkurang kemudian inti dan organel lainnya mengalami


desintegrasi dan akhirnya mati. Membran sel akhirnya tertutup oleh keratin
Antara stratum korneum dan stratum lucidum ada lapisan tipis disebut
reins barier yang bersifat impermeable (tidak bisa ditembus) yang merupakan
sel gepeng mati tidak berinti yang banyak terdapat pada telapak tangan dan kaki.
c. Stratum Granulosum
Merupakan lapisan berbutir kasar keratohialin dimana terdapat bahan
logam khusus Cu (tembaga yang menjadi katalisator pertandukan kulit), terdiri
dari 2-3 lapisan sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar yang terdapat inti
sel diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin (merupakan
pendahulu keratin) terdiri dari 3-5 lapisan polygonal inti di tengah dan
sitoplasma. Banyak terdapat pada telapak tangan dan kai. Granul keratohialin
mengandung protein kaya akan histidin dan terdapat sel langerhans
Lapisan ini merupakan tempat terjadinya aktivitas biokimia dan
pertumbuhan morfologi sel, sehingga pada zona ini terdapat campuran sel yang
hidup dengan sel keratin yang mati. Pada lapisan ini terjadi sintesis keratohialin
yang memasukkan keratin ke lapisan kulit yang tidak tembus air.
d. Stratum Spinosum/ Lapisan Malphigi
Mirip lapisan epidermis yang terdiri dari 8-10 sel polihendral yang
tersusun berdekatan satu sama lain. Mempunyai inti besar sel-sel teratur sel satu
dengan yang lain dihubungkan oleh tonoflamin membentuk jempatan antar sel.
Diantara sel terdapat ruang antar sel yang berguna untuk distribusi (ekstraseluler)
dan melanin searah dermis. Pada tonofibril ada filament-filamen yang memegang
peranan penting untuk mempertahankan kohesi dan melindungi terhadap abrasi
ketika bergesekan. Terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal yang
besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih
karena banyak mengandung glikogen dan intisel terdapat ditengah.
e. Stratum Germinativum / Lapisan Basal
Merupakan lapisan dasar epidermis dan merupakan lapisan yang
mampu mengalami reproduksi. Lapisan ini terdiri dari sel-sel berbentuk kubus
atau volumnar yang tersusun vertikal pada perbatasan dermis dan epidermis,

berbentuk seperti seperti pagar dan mengadakan mitosis, dan berfungsi


reproduksi. Diantara lapisan basal terdapat sel bening (clear cell, melanosit) yang
membuat melanin. Sel melanosit tidak mengalami keratonisasi dimana fungsinya
hanya membuat pigmen. Regenerasi terjadi 4 sampai 6 minggu. Lapisan basal
merupakan lapisan yang aktivitas mitosisnya kuat dan bertanggung jawab pada
pembaharuan sel epidermis, diperbaharui setiap 28 hari merupakan satu lapisan
sel yang mengandung melanosit. Stratum basal dan stratum stratum spinosum
disebut sel malphigi, dimana terdapat sel langerhans (pengeluaran allergen).
2) Lapisan dermis

Merupakan lapisan kedua kulit, biasanya 40 kali lebih tebal dari epidermis dan
tersusun dari bahan mukopolisakarida. Pada dermis terdapat sel-sel mast dan
fibroblast. Sel mast memiliki situs reseptor untuk immunoglobulin E dan
mengandung sejumlah senyawa penting, seperti zat yang bereaksi lambat pada proses
anafilaksis, prostaglandin E2, dan histamin. Fibroblast mensintesis komponen
penunjang struktural dari kulit (yaitu: serat-serat elastik, kolagen, dan serat
retikulum).
Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni pars papilare, yaitu
bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah
dan pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan
retikulin.
3) Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan
inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Vasikularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di
bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus
profunda). Pleksus superfisial mengadakan anastomosis di papil dermis, sedangkan
pleksus profunda juga mengadakan anastomosis di bagian pembuluh darah berukuran
lebih besar.Berdekatan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.
4) Adneksa Kulit
Pada kulit terdapat adneksa kulit yang terdiri dari kelenjar-kelenjar kulit,
rambut dan kuku. Kelenjar kulit terdapat di dermis yang terdiri dari kelenjar keringat
(glandula sudofura) dan kelenjar palit (glandula sebasea).
Kelenjar Kulit

Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :


Kelenjar keringat (glandula sudorifera). Ada dua macam kelenjar
keringat, yaitu:
Kelenjar keringat ekrin terletak dangkal di dermis yang salurannya
bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
Bentuknya

kecil,

langsing,

bergulung-gulung

dan

sekresinya

dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan stress emosional.


Sekretnya berupa cairan encer dan jernih, yaitu keringat yang
mengandung 95-97% air dan mengandung beberapa mineral seperti

garam, NaCl, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism


seluler. Terdapat di seluruh badan sekitar 2 juta, dan terbanyak di
seluruh di telapak tangan dan kaki, dahi dan aksilia serta menghasilkan
keringat 14 liter dalam waktu 24 jam pada orang dewasa.
Kelenjar keringat apokrin lebih besar daripada ekrin, hanya terdapat di
daerah tertentu yang mensekresikan sedikit cairan dan muaranya
berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut
seperti aksila, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Sekresinya
dipengaruhi oleh oleh saraf adrenergik dan menghasilkan cairan yang

agak kental dan berbau khas pada setiap orang.


Kelenjar palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak kaki dan
tangan.Kelenjar ini biasanya terdapat di samping akar rambut dan
muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut) yang dapat
bersama kelenjar keringat apokrin dan sekresinya dipengaruhi oleh
hormon androgen.Berfungsi menghasilkan minyak kulit (sebasea) yang
berguna meminyaki kulit dan rambut agar tidak kering. Sifat sekresinya
adalah holokrin artinya mensekresikan bersama-sama dengan sel-sel yang
dilepaskan dari dindingnya

BAB III
PEMBAHASAN
Keringat yang disekresikan tubuh adalah hal yang bersifat alamiah untuk
menjaga keseimbangan tubuh agar tetap sehat. Keringan disekresikan lewat kelenjar
ekrin dan apokrin. Keringat bersifat steril, tidak berbau dan tidak berwarna. Namun,
akibat adanya aktifitas bakteri yang terdapat pada kulit menjadikan keringat menjadi

bau. Bau badan yang timbul tergantung pada banyaknya keringat yang di sekresikan.
Selain itu juga tergantung dari emosi dan makanan.
Kelenjar keringat dan Fungsinya
1. Kelenjar Ekrin

Kelenjar

tubular-saluran

sekresi

langsung

ke

permukaan

kulit,

kecil2,dangkal di dermis.
Terdapat hampir diseluruh permukaan kulit trtm telapak tangan, kaki dan
kepala
Berfungsi mengatur suhu tubuh
Sudah ada sejak lahir dan berfungsi secara kontinyu
Sekresi berupa cairan jernih an encer
Dipengaruhi oleh saraf koliergik
2. Kelenjar Apokrin
- Kelenjar tubular, besar dan lebih dalam
- Saluran sekresi langsung ke folikel rambut
- Sekret lebih kental dan kekuningan
- Terdapat pada ketiak, putting susu dan saluran telinga luar
- Telah ada sejak lahir, berkembang lambat pada anak2,meningkat
Setelah remaja diperoduksi yang namanya eksudat. Eksudat sebenarnya tidak
berbau tetapi setelah terkontaminasi bakteri maka timbul bau.Sekresi dipengaruhi
oleh rangsangan emosional seperti marah, takut, stress dan rangsangan seksual
Komposisi Keringat
1. Sekresi ekrin terdiri dari :
- 98 99% air
- Sisa tdd : camp senyawa anorganik terutama NaCl,K, Ca,
Mg, Cu, Mn -sehingga keringat rasanya asinkarena ada
NaCl. Senyawa organic tdd : asam laktat,formiat, asetat,
propionate, butirat, urea, as urat
- Kandungan Nitrogen 0,023- 0,060% : pH 4 7

2. Sekresi Apokrin tdd :


- Asam laktat, asam urat, KH, dan potein. pH 6,2 7,5Karena
mengandung amonia relative tinggi .
Gangguan Kelenjar Keringat :
1. Hyperhidrosis : Keringat berlebih, setempat ( ketiak, telapak tangan dan
telapak kaki)menyeluruh (panas yang berlebihan,kerja sangat keras,
demam atau pengaruh obat tertentu
2. Anhidrosis : Keringat berhenti ( jarang terjadi )
3. Osmidrosis : Keringat berbau, biasanya sekresi keringat apokrin, tetapi
dapat juga terjadi diderah kaki disebabkan peruraian bakteri pada keringat
di daerah tersebut
4. Kromidrosis : Kelainan warna keringat, juga ditandai oleh aktivitas bakteri
Bau Badan
Bau keringat berbeda dalam setiap individu dan juga berbeda pada daerah
permukaan kulit dari individu yng sama. Bau keringat yang lebih nyata trtm didaerah
ketiak dan bagian genitalia dibandingkan bagian kulit yang lain karena ditempat
tersebut banyak terdapat kelenjar apokrin.
Bau badan ketiak berasal dari proses dekomposisi protein dan lipid yang terdapat
dalam keringat, terutama apokrin. Bakteri dan jamur akan berperanpada pH sekresi
apokrin yang netral atau sedikit alkali. Adanya rambut diketiak juga merupakan factor
sekunder yang dapat menyebabkanbertambah bau ketiak . Keringat ekrin tidak akan
berbau sekalipun terjadi inokulasi bakteri, karena kelenjar ekrin tidak cukup
mengandung substrak untuk pertumbuhan bakteri.
Bau badan yang terjadi bervariasi jenis dan intensitasnya sesuai dengan jenis
dan jumlah dekomposisi tersebut, yaitu golongan amino acid urea, misalnya trimetyl
aminuria menimbulkan bau ikan. Bau keringat yang disebabkan hasil peruraian
sekresi apokrin oleh bakteri dipermukaan kulit dapat dikurangi atau dicegah dengan
pemeliharaan hygiene yang baik, misalnya mandi, menggunakan deodorantantiperspiran, dan menjaga asupan nutrisi.

Bahan aktif yang digunakan dalam deodorant dapat berupa :


1. Pewangi ( parfum ), untuk menutupi bau badan yang tidak disukai. Beluntas
adalah pewangi tradisional
2. Pembunuh mikroba yang dapat mengurangi jumlah mikroba pada tempat asal
bau badan. Sirih merpkan antisep tradisional
a. Antiseptik, misalnya : heksaklorofen, triclosan, ammonium kwartener
b. Antibiotik topical : misalnya neomisin, aeromosin.
3. Eliminasi bau, yang dapat mengikat, menyerap atau merusak struktur kimia
bau menjadi tidak berbau. Misalnya seng risinolat.
Bahan aktif anti perspiran dapat berupa :
1. Penyumbat saluran keringat atau muara saluran keringat, dengan cara
a. membentuk endapat protein keringat,
b. membentuk endapat keratin epidermis.
c. membentuk infiltrate dinding saluran keringat
Contoh : garam aluminium ( klorida, klorhidrat, klorhidroksi
alantoinat, zirconium ). Tawas merupakan antiperspirant
tradisional
2. Penekan produksi keringat oleh kelenjar keringat, dapat berupa
a. antikolinergik, misalnya propantelen bromide ( jarang dipakai
karena ES berbahaya
b. gol. Aldehid, yang menekan produksi keringat dengan cara
mengurangi

peredaran

darah

kulit

ditempat

tersebut.,

jarang

digunakan.
Saat ini sudah banyak berbagai macam bentuk sediaan kosmetik untuk
menghilangkan bau badan. Kosmetik yang digunakan tersebut adalh deodorant dan
antiperspirant yang bentuk sediaannya sangat beragam seperti aerosol, stik, roll, dan
lain-lain.
Bentuk sediaan Deodorant

Berikut ini adalah contoh beberapa bentuk sediaan antiperspirant yang beredar di
pasaran.
STICK BIASA
Bentuk padat transparan berwarna. Wangi kuat, terasa dingin saat
digunakan dikulit. Dikemas dalam botol plastik.

AEROSOL
Bentuk cair, dikemas dalam kaleng aluminium. Wangi kuat. Biasanya
disebut juga Deodorant Perfume Spray.

ROLL-ON
Bentuk cair, biasanya berwarna putih. Dikemas dalam kemasan
botol plastik ataupun kaca. Wanginya kuat. Bola roll-on sebagai
media pengoles. Cara pakai : Oleskan di ketiak.

LOTION
Bentuk krim lotion, biasanya berwarna putih, dikemas dalam
sachet. Wangi lembut.

III.1 Formulasi Deodorant


Berikut ini adalah contoh formulasi deodorantdengan zat aktif sintetik dalam
bentuk sediaan stik.
Triklosan

0,3%

Propilen glikol

10%

Sodium stearat

8%

PPG-3 myristyl ether

77%

Fragrance

1%

Deionized water

3%

III.2 Preformulasi
Triklosan
Sebagai agen antimikroba berfungsi untuk menghambat pertumbuhan
bakteri, sehingga mengurangi interaksi bakteri dengan keringat yangdisekresi
oleh kelenjar, yang bertanggung jawab untuk memproduksi bau yang tidak
diinginkan..
Parfum
Sebagai corigen odoris. Parfum akan memperbaiki bau sehingga selain
keringat jadi sedikit disekresikan juga akan memberikan bau harum.
Sodium Stearat
Sebagai gelling agent. Sodium stearat paling banyak digunakan dalam
sediaan deodorant stick sebagai gelling agent dengan konsentrasi 6-8%.
Propilen Glikol
Sebagai basis. Propilen glikol dipilih sebagai basis dalam sediaan
deodoran stick karena lebih tahan
alkohol/etanol.
PPG-3 myristyl ether
Sebagai skin-conditioning agent

terhadap penyusutan dibanding basis

III. 3 Cara Pembuatan


1. Campurkan propilen glikol dengan air kemudian panaskan hingga 70 0C
2. Tambahkan PPG-3 myristyl ether dan homogenkan
3. Tambahkan sodium stearat dan triklosan lalu aduk hingga jernih
4. Diamkan hingga suhu 65 0C, lalu tambahkan fragrance
5. Tuang campuran ke dalam wadah
III.4 Mekanisme Kerja
Triklosan

sebagai

agen

antimikroba

berfungsi

untuk

menghambat

pertumbuhan bakteri, sehingga mengurangi interaksi bakteri dengan keringat


yangdisekresi oleh kelenjar, yang bertanggung jawab untuk memproduksi bau yang
tidak diinginkan.

Agen masking malodour seperti parfum dan wewangian

berfungsi untuk menutupi bau-bau busuk yang dihasilkan oleh interaksi bakteri.
Dengan mengecilnya pori-pori akan menyebabkan sekresi keringat. Jika
keringat dalam badan sedikit, maka keringat yang diurai oleh bakteri pun juga sedikit.
Dengan demikian bau badan akibat penguraian keringat oleh bakteri pun juga akan
berkurang.
IV.4 Evaluasi Sediaan Deodorant
Uji Evaluasi Sediaan Deodorant
1. Organoleptis
Uji organoleptik adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
rasa dan bau (kadang-kadang termasuk penampakan) dari suatu produk
makanan, minuman, obat dan produk lain. Uji ini didasarkan pada
penampakan secara fisik yang dapat teramati oleh panca indera secara
langsung. Hasil uji organoleptis deodorant yang baik adalah jika sampel
sediaan mempunyai bentuk, warna dan bau yang baik.
2. Homogenitas

Uji homogenitas adalah

uji yang dilakukan pada suatu sediaan

dengan membandingkan keseragaman zat yang tersebar merata ke seluruh


sediaan. Biasanya digunakan preparat dan diamati dengan mikroskop untuk
melihat tingkat kehomogenan sediaan tersebut. Semakin homogen maka
sediaan tersebut semakin baik.
3. Titik potong
Pada pengujian titik potong sediaan deodorant akan diamati berat air
berbanding dengan variabel hari pengujian. Semakin rendah titik potong maka
massa deodorant akan semakin lunak dan sebaliknya apabila titik potong
tinggi. Titik potong deodorant adalah pada 100 ml berdasarkan literatur.
4. pH
pH adalah derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau konsentrasi H+ dalam suatu sediaan. Nilai PH berkisar dari 0
hingga 14. Suatu sediaan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH = 7. Nilai
PH > 7 menunjukkan sediaan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH < 7
menunjukan keasaman. PH deodorant yang dianjurkan oleh literature yaitu
berkisar diangka 7 8.
5. Uji Keamaan Sediaan Deodoran
Uji keamanan dilakukan untuk memastikan apakah sediaan tersebut
aman

digunakan pada manusia

atau

tidak.

Pada

pengujian

sediaan

deodorant, sediaan tersebut diujikan pada sukarelawan. Kemudian dicatat


respon sukarelawan terhadap timbulnya rasa panas, eritema, gatal-gatal, atau
perih. Jika respon yang dialami negatif maka sediaan dianggap aman untuk
digunakan

BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Keringat merupakan hasil dari metabolism tubuh yang disekresikan lewat
kulit. Keringat bersifat steril, tidak berbau, dan tidak berwarna. Akibat
aktifitas bakteri yang mengurai keringat tersebutlah yang menjadikan keringat
berbau dan menjadikan bau badan.
IV. 2 Saran
Penjelasan mengenai senyawa deodorant dalam makalah ini masih belum
sempurna, sehingga para pembaca diharapkan dapat menambah wawasan

melalui literatur lainnya.Selain itu, diharapkan untuk selanjutnya, bagi rekanrekan yang ingin menyusun makalah mengenai formulasi deodorant dapat
mencari literatur yang lebih banyak lagi untuk melengkapi penjelasan
mengenai deodorant, agar materi mengenai deodorant tersebut dapat lebih
lengkap.

DAFTAR PUSTAKA
Paye, Marc, et al. 2001. Handbook of Cosmetic Science and Technology. New York :
Marcel Dekker, Inc.
Maibach, Howard I, et al. 2000. Cosmeceutical : Drugs vs Cosmetics. New York :
Marcel Dekker, Inc.
Sawaya, Marty E. 2007. Novel Agent for the Treatment of Alopecia. New Jersey :
Merck Co.
Fatmawaty, Aisyah, dkk. 2012, Sains dan Teknologi Kosmetik. Makassar : Fakultas
Farmasi-UNHAS.

Kenji, Kohno. 2006. European Patent Application : Agent for Hair Growth.
Kanagawa-London : European Patent Office

Anda mungkin juga menyukai