PENGOLAHAN LIMBAH
71
72
3. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
4. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan
kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
5. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan
generator, anastesi dan pembuatan obat citotoksik.
6. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
7. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan
sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah
diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
8. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
IV.3 Mekanisme Pengolahan Limbah Padat
Dalam Kepmenkes RI Nomor 1204 tahun 2004 disebutkan bahwa dalam
pengelolaan limbah medis terdapat enam tahapan, yaitu: (1) pemilahan, (2)
pewadahan, (3) pemanfaatan kembali dan daur ulang, (4) pengumpulan dan
pengangkutan, (5) pengolahan dan pemusnahan, dan (6) pembuangan akhir.
1. Pemilahan Limbah Medis
Pemilahan limbah harus dimulai dari sumber yang menghasilkan limbah.
Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah kimia,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali. Jarumharus dihancurkan dengan menggunakan alat
pemotong jarum supaya lebih aman dan mengurangi resiko terjadinya cidera.
73
Setelah limbah alat suntik dan benda tajam lainnya sudah dirasa aman,
kemudian dimasukkan dakam kontainer benda tajam (15).
2. Pewadahan Limbah Medis
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan limbah padat non-medis. Limbah benda tajam harus
dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau
tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk
dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya
atau ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang
aman (12).
Tabel IV.1 Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai
Kategorinya
bagian telah terisi limbah. Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius
dan sitotoksis yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera
dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan dipergunakan kembali,
sedangkan untuk kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung
dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi. Limbah sitotoksis
dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan
“Limbah Sitotoksis” (15).
3. Pemanfaatan Kembali atau Daur Ulang
Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui
proses sterilisasi. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes
Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes
Bacillus subtilis (12).
Peralatan benda tajam dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses
sterilisasi. Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah proses
sterilisai meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes, botol, dan
wadah kaca. Setelah pemakaian, peralatan tersebut harus dikumpulkan di
tempat yang terpisah dari tempat peralatan sekali pakai, kemudian dicuci
dengan hati-hati, kemudian disterilkan. Sterilisasi dapat dilakukan secara
kimiawi, dibakar atau dengan autoclaving (15).
Proses autoclaving merupakan proses desinfeksi termal basah yang
efisien. Peralatan ini hanya dapat mengolah sedikit limbah sehingga umumnya
digunakan untuk limbah yang sangat infeksius seperti benda tajam. Mesin ini
hanya memerlukan waktu 60 menit pada suhu dan tekanan masing-masing
121ºC dan 1 bar (100 kPa) sehingga memungkinkan uap untuk berpenetrasi
secara maksimum ke dalam materi limbah (15).
4. Pengumpulan dan Pengangkutan Limbah Medis
Staf keperawatan dan staf klinis lainnya harus memastikan bahwa kantong
limbah tertutup atau terikat dengan kuat apabila sudah dua pertiga penuh.
Kontainer limbah medis yang sudah ditutup harus dimasukkan dalam kantong
kuning berlabel untuk limbah medis infeksius. Pengumpulan dari tiap ruangan
penghasil limbah harus dilakukan setiap hari dan diangkut ke lokasi
75
pemusnahan bakteri patogen, virus, dioksin. Rumah sakit harus dilengkapi alat
untuk mengurangi emisi gas dan debu (12).
Upaya pengelolaan limbah gas lebih sederhana dibanding dengan limbah
cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan
dan bangunan khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang
antara lain disyaratkan agar (10):
a. Tidak berbau (terutama oleh gas H2S dan Amoniak).
b. Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama
24 jam.
c. Angka kuman:
1. Ruang operasi : kurang dari 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman
patogen (khususnya α-Streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer.
2. Ruang perawatan dan isolasi : kurang dan 700 kalori/m3 udara dan bebas
kuman patogen, kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak
melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan.
IV.6 Teknologi Pengolahan Limbah
Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang dioperasikan oleh 90%
rumah sakit hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator.
Insinerator adalah alat pemusnah limbah padat dengan cara pembakaran yang
terkendali sehingga emisi gas buangnya terkontrol atau tidak mencemari
lingkungan serta abu hasil pembakaran tidak berbahaya (stabil). Tipe insinerator
yang sesuai untuk pemusnahan sampah/limbah padat adalah Insinerator
Multichamber, yang konstruksinya terdiri dari beberapa ruangan yaitu (3) :
a. Ruang bakar primer: untuk membakar limbah padat menjadi abu, suhu pada
ruangan ini sekitar 600-800oC.
b. Ruang bakar sekunder: untuk membakar gas dari hasil pembakaran pada ruang
bakar primer, suhu pada ruang ini harus lebih tinggi yaitu sekitar 800-1000oC,
agar terjadi pembakaran yang sempurna dan gas yang keluar tidak berbahaya.
c. Ruang abu: ruangan untuk menampung abu hasil pembakaran, pada ruangan
ini diperlengkapi dengan alat pemanas (burner) untuk membakar kembali abu
agar tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan berbahaya.
81