Percobaan 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR
Destilasi & Titik didih
Disusun oleh :
Nama : Rijki Riyanto
NPM : 10060316093
Shift/Kelompok : C/5
Tanggal Praktikum : 10 April 2018
Tanggal Penyerahan : 17 April 2018
Nama Asisten : Shella Ulfa N., S.Farm
2018 M/1439 H
Percobaan 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR
Destilasi & Titik didih
I. Tujuan Percobaan
1.1. Melakukan kalibrasi termometer apakah termometer layak
digunakan atau tidak.
1.2. Memisahkan metanol dari air dengan metode destilasi sederhana.
1.3. Memisahkan aseton dari metanol dengan metode destilasi
bertingkat.
II. Prinsip Percobaan
2.1 Uji kelayakan suatu termometer dengan cara mencelupkannya kedala air
es.
2.2 Destilasi sederhana yaitu pemisahan berdasarkan perbedaan titik
didihnya yang salah satu komponennya bersifat volatil dan perbedaan
titik didihnya besar, dan jika campuran dipanaskan maka komponen yang
titik didihnya lebih rendah akan menguap terlebih dahulu,
2.3 Destilasi bertingkat yaitu pemisahan komponen-komponen cair dua atau
lebih dari suatu larutan atau campuran dengan perbedaan titik didih
kurang dari 20℃dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan
rendah.
III.Teori Dasar
Distilasi adalah metode pemisahan zat-zat cair dari campurannya
berdasarkan perbedaan titik didih (Yazid, 2005:66). Senyawa dengan titik
didih yang paling rendah akan terpisahkan terlebih dahulu. Air pendingin
dimasukkan dari ujung yang paling dekat dengan adaptor, dan air keluar
melalui ujung pendingin yang lain. Termometer di pasang sedemikian rupa
sehingga dapat menunjukkan titik didih senyawa yang sedang dipisahkan.
Ujung termometer diletakkan tepat pada posisi ujung pendingin
(Khaminidial, 2009: 137).
Cara umum untuk melukiskan hasil distilat adalah dengan
menggambarkan kurva distilat, dimana komposisi, titik didih, atau sifat-
sifat fisika lain dari distilat digambarkan terhadap persen atau jumlah
distilat (Anwar, 1994).
Ada beberapa jenis distilasi, menurut soebagio (2005) yaitu:
- Distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih
yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika
campuran dipanaskna maka komponen yang titik didihnya lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Selanjutnya berdasarkan perbedaan
kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas.
Destilasi ini dilakukan pada suhu atmosfer. Aplikasi destilasi sederhana
ini digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
- Distilasi bertingkat, fungsinya adalah memisahkan komponen-
komponen cair , dua atau lebih, dari suatu larutan atau campuran
dengan perbedaan titik didih kurang dari 200 C dan bekerja pada
tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah.
- Distilasi azeotrop, azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih
komponen yang memiliki titik didih yang konstan. Campuran azeotrop
merupakan penyimpangan dari hukum raoult.
- Distilasi vakum, biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi
tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau
mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di
atas 1500 C.
- Distilasi uap, digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang
memiliki titik didih mencapai 2000 C atau lebih. Distilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 1000 C
dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih.
- Distilasi kering, merupakan distilasi yang dilakukan dengan cara
memanaskan material padat untuk mendapatkan fase uap dan cairnya,
biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau
batu bara.
Dalam zat cair, molekul-molekul bergerak secara konstan dan
mempunyai kecenderungan untuk keluar dari permukaannya dan berubah
menjadi molekul-molekul gas, bahkan ketika temperatur masih jauh di
bawah titik didihnya. Titik didih suatu zat cair didefinisikan sebagai
temperatur di mana besarnya tekanan uap zat cair tersebut sama dengan
tekanan atmosfer, sehingga terjadi perubahan fasa dari fasa cair menjadi
fasa gas. Titik didih suatu zat cair pada tekanan 1 atm disebut sebagai titik
didih normal (Wilcox, 1995).
Batu didih merupakan benda yang kecil, bentuknya tidak rata dan
berpori yang biasanya dimasukkan ke dalam cairan yang dipanaskan.
Biasanya batu didih terbuat dari bahan silika, kalsium, karbonat, porselen,
maupun karbon. Batu didih sederhana bisa dibuat dari pecahan-pecahan
kaca, keramik, maupun batu kapur, selama bahan tersebut tidak biasa larut
dalam dalam cairan yang dipanaskan. Fungsi penambahan batu didih ada 2
yaitu: untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada
seluruh bagian larutan dan untuk menghindari titik lewat didih. Pori-pori
dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan
melepaskannya ke permukaan larutan. Tanpa batu didih, maka larutan
yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian tertentu, lalu tiba-
tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan letupan atau
ledakan. Batu didih tidak boleh dimasukkan pada saat larutan akan
mencapai titik didihnya. Jika batu didih dimasukkan pada larutan yang
sudah hampir mendidih, maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah
yang besar secara tiba-tiba. Hal ini bisa menyebabkan ledakan atau
kebakaran. Jadi, batu didih harus dimasukkan ke dalam cairan sebelum
cairan itu mulai dipanaskan. Jika batu didih akan dimasukkan di tengah-
tengah pemanasan, maka suhu cairan harus diturunkan terlebih dahulu.
Sebaiknya batu didih tidak dipergunakan secara berulang-ulang karena
pori-pori dalam batu didih bisa tersumbat zat pengotor (Khasani, 1990:11).
No Volume Suhu
VII. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan uji kalibrasi termometer, destilasi
tidak. Terdapat dua cara dalam kalibrasi termometer yaitu cara dingin dan
cara panas, cara dingin bertujuan untuk mengkalibrasi titik nol termometer
permukaan air yang mendidih. Pada praktikum ini dilakukan cara dingin
distilasi sederhana yaitu 0,1℃ dan untuk distilasi bertingkat yaitu 0,4℃
memiliki rentang suhu yang tinggi, titik didih dietileter adalah 34,6℃
sedangkan air titik didihnya adalah 1000C maka rentang antara titik didih
air dan dietileter adalah 63,4℃, dimana rentang tersebut cukup tinggi
agar tidak mudah lepas ketika sedang digunakan, selain itu saat
bahan kaca tersebut seperti labu penampung dan kondensor harus dilapisi
dengan kertas tissue agar tidak terjadi keretakan pada kaca akibat tekanan
karena batu didih terbuat dari silika, kalsium, karbonat, porselen, atau
karbon yang mempunyai pori-pori kecil yang dapat menyerap larutan agar
terkondensasi pada suhu tersebut karena titik didih dietileter lebih rendah
murni apabila distilat tersebut mendekati titik didih dietileter dan suhunya
konstan. Suhu yang didapat pada tetesan pertama yaitu 26℃ dan
dibuang karena biasanya mengandung zat pengotor yang bisa berasal dari
kondensor atau peralatan destilasi yang lain, kemudian labu diganti dengan
memiliki rentang suhu yang dekat, titik didih metanol adalah 64,5℃
sedangkan aseton adalah 56,2℃ maka rentang antara titik didih aseton dan
fraksinasi yang terdiri dari beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi
pengembunan, uap yang terdapat pada plat yang lebih tinggi lebih banyak
dilapisi vaselin agar tidak mudah lepas ketika sedang digunakan, selain itu
maka kaca tersebut seperti labu penampung dan kondensor harus dilapisi
dengan kertas tissue agar tidak terjadi keretakan kaca akibat tekanan dari
karena batu didih terbuat dari silika, kalsium, karbonat, porselen, atau
karbon yang mempunyai pori-pori kecil yang dapat menyerap larutan agar
diatur dari pemanas (hot mantle). Tetesan pertama yaitu pada suhu 43℃,
selanjutnya dihentikan pada volume 7,5 ml dan pada suhu 79℃. Data
yang diperoleh belum dapat disimpulkan karena waktu destilasi nya hanya
dilakukan pada tetesan pertama dan pada saat volume destilatnya 7,5 ml.
Tugas Post-Lab
40 Deatilasi Bertingkat
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35
volume
Untuk hasil pemisahan yang lebih baik dari grafik tersebut tidak
waktu tidak mencukupi dan jika dilihat pada kurvanya, hasil yang lebih
baik dalam hal ini yaitu pada destilasi sederhana. Dimana pada kurva
volume.
VIII. Kesimpulan