Anda di halaman 1dari 8

1.

Definisi Jamur

Jamur dalam bahasa Inggris disebut mushroom termasuk golongan fungi.


Jamur hidup diantara jasad hidup (biotik) atau mati (abiotik), dengan sifat hidup
heterotrop (organisme yang hidupnya tergantung dari organisme lain) dan saprofit
(organisme yang hidup pada zat organik yang tidak diperlukan lagi atau sampah)
(Dewi, 2009). Jamur merupakan organisme yang mempunyai inti sel, dapat
membentuk spora, tidak berkrolofil, terdapat benang – benang tunggal atau
benang – benang yang bercabang dengan dinding selulosa atau khitin
(Suarnadwipa, et al., 2008).

Jamur benang pada umumnya bersifat aerob obligat, pH pertumbuhan


berkisar antara 2 - 9, suhu pertumbuhan berkisar 10 - 35ºC. Jamur memiliki
potensi bahaya bagi kesehatan manusia atau hewan. Organisme ini dapat
menghasilkan berbagai jenis toksin yang disebut mikotoksin. Aflatoksin
merupakan nama sekelompok senyawa yang termasuk mikotoksin, yang bersifat
sangat toksik. Aflatoksin diproduksi terutama oleh jamur Aspergillus sp.
(Handajani & Setyaningsih, 2006).

2. Antijamur

Antijamur mempunyai dua pengertian yaitu fungisidal dan fungistatik.


Fungisidal adalah suatu senyawa yang dapat membunuh jamur, sedangkan
fungistatik dapat menghambat pertumbuhan jamur tanpa mematikannya. Tujuan
utama pengobatan infeksi jamur adalah membunuh organisme yang patogen dan
memulihkan kembali flora normal kulit dengan cara memperbaiki membran
mukosa yang merupakan tempat berkembangnya koloni jamur. Terjadinya
Mekanisme antijamur menurut Pelczar (1986) dapat dikelompokkan menjadi :

1. Gangguan pada membran sel

Pada mekanisme gangguan ini terjadi akibat adanya ergosterol di dalam


membran sel jamur. Ergosterol merupakan komponen sterol yang sangat penting,
dan mudah diserang oleh antibiotik turunan polien. Komplek polien ergosterol
yang terjadi dapat menyebabkan kebocoran dari membran sel dan akhirnya lisis.
Contoh senyawanya adalah amfoterisin B, nistatin (Jawetz, 2005).

2. Penghambatan perkembangan jamur

Antijamur ini terjadi karena adanya senyawa antibiotik Griseofulvin yang


mampu mengikat protein mikrotubulus dalam sel, kemudian merusak struktur
spindle mitotik dan menghentikan metafase, pembelahan sel jamur sehingga akan
membatasi perkembangan jamur. Antimikroba adalah suatu senyawa yang mampu
menghambat pertumbuhan maupun membunuh mikroorganisme. Pada penelitian
yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat antimikroba akan
semakin cepat sel mikroorganisme terbunuh atau terhambat pertumbuhanya.

3. Penghambatan biosintesis ergosterol dalam sel jamur

Mekanisme ini terjadi karena azol-azol menganggu sintesis ergosterol.


Mereka memblokir dimetilasi-14-α yang tergantung pada sitokrom P450 dari
lanosterol, yang merupakan prekursor ergosterol dalam jamur dan kolesterol
dalam tubuh mamalia. Hal ini dapat mengubah permeabilitas membran dan
mengubah fungsi membran dalam pengangkutan senyawa-senyawa esensial yang
dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolit sehingga menghambat
biosintesis ergosterol dalam sel jamur. Contoh senyawanya adalah ketokonazol,
dan flukonazol (Jawetz, 2005).

4. Penghambatan sintesis protein jamur

Mekanisme ini disebabkan oleh senyawa turunan pirimidin. Efek


antijamur terjadi karena senyawa turunan pirimidin masuk ke dalam sel jamur
dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan
RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil. Sintesis protein sel
jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit 5-
flurourasil. Contoh senyawanya adalah flusitosin (Jawetz, 2005).

3. Metode Uji Aktifitas Antijamur


Menurut Mozer (2015) Penentuan Uji aktivitas antijamur dapat dilakukan
dengan cara metode dilusi dan difusi yaitu

3.1. Uji dilusi


a. Metode dilusi cair

Metode ini digunakan untuk mengukur Minimum Inhibitory


concentration (MIC) atau kadar hambat minimum (KHM). Dilakukan
dengan cara membuat seri pengenceran agen antimikroba pada media cair
yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji Agen antimikroba pada
kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji
ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM
selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji
atau agen antimikroba dan diinkubasi sesuai dengan mikroba uji.

b. Metode dilusi padat

Metode ini menggunakan media padat (solid). Keuntungan dari


metode ini adalah satu kosentrasi agen antimikroba yang diuji dapat
digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji.

3.2. Uji difusi

Uji difusi merupakan metode dengan melihat kepekaan suatu


organisme terhadap senyawa atau obat. Zat yang akan diuji aktivitasnya
akan berdifusi menuju medium agar yang telah diinokulasi oleh mikroba.
Diinkubasi pada waktu tertentu dan diamati adanya perkembangan dari
penghambatan senyawa atau obat terhadap mikroba yang telah ada pada
medium agar. Prinsip penetapannya yaitu dengan mengukur luas diameter
daerah hambat pertumbuhan mikroba. Berbagai macam metode difusi
yaitu metode lubang, metode gores silang, dan metode cakram kertas,
untuk menentukan uji aktivitas antijamur dalam penelitian ini
menggunakan metode lubang/ sumuran.
Metode sumuran merupakan metode yang digunakan untuk
menetapkan kerentanan mikroba terhadap bahan uji dengan cara
membiarkan bahan berdifusi pada media agar . Pada metode sumuran,
suspensi mikroba dicampurkan secara merata bersama media agar
sehingga seluruh bagian agar mengandung mikroba uji. Konsentrasi bahan
uji menurun sebanding dengan luas bidang difusi. Bahan uji berdifusi
sampai pada titik dimana bahan tersebut tidak dapat lagi menghambat
pertumbuhan mikroba pada jarak tertentu dari masing-masing lubang.
Efek aktivitas bahan ditunjukkan oleh daerah hambatan. Daerah hambatan
tampak sebagai area jernih atau bersih yang mengelilingi lubang.

4. Klasifikasi Jamur
Kingdom fungi dibagi menjadi lima divisi yang berbeda dalam hal
struktur hifa dan struktur penghasil spora. Keempat divisi tersebut adalah :
a. Divisi Zygomycota
b. Divisi Ascomycota
c. Divisi Basidiomycota
d. Divisi Deuteromycota
Berikut penjelasannya :
a. Divisi Zygomycota
Anggota Zygomycetes memiliki hifa yang tidak bersekat dan
memiliki banyak inti disebut hifa senositik. Kebanyakan kelompok ini
saprofit. Berkembang biak secara aseksual dengan spora, dan secara
seksual dengan zigospora. Ketika sporangium pecah, sporangiospora
tersebar, dan jika jatuh pada medium yang cocok akan tumbuh menjadi
individu baru. Hifa yang senositik akan berkonjugasi dengan hifa lain
membentuk zigospora (Moore-Landecker, 1982).
Contoh :
Rhizophus stolonifer, Tumbuh pada roti
Rhizophus oryzae,  Jamur  tempe
Rhizophus nigricans, Menghasilkan asam fumarat
Mucor mucedo, Saprofit pada  kotoran ternak dan makanan.
b. Divisi Ascomycota
Golongan jamur ini memiliki ciri dengan spora yang terdapat di
dalam kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar yang
didalamnya terdapat spora yang disebut askospora. Setiap askus biasanya
memiliki 2-8 askospora. Kelompok ini memiliki 2 stadium
perkembangbiakan yaitu stadium konidium (aseksual) dan stadium askus
(seksual). Sebagian besar Ascomycota bersifat mikroskopis dan hanya
sebagian kecil bersifat makroskopis yang memiliki tubuh buah (Moore-
Landecker, 1982).
Contoh:
Sacharomyces cereviceae (ragi/khamir), untuk pembuatan roti sehingga
roti dapat mengembang, dan mengubah glukosa menjadi alkohol (pada
pembuatan tape). 
Penicilium
 Penicillium chrysogenum, untuk pembuatan antibiotik penisilin.
 Penicillium notatum, untuk pembuatan antibiotik penisilin.
 Penicillium notatum, untuk menambah cita rasa (pembuatan keju)
 Penicillium camemberti, untuk menambah cita rasa (pembuatan keju)
Aspergilus
 Aspergillus wentii, untuk Pembuatan kecap dan Tauco
 Aspergillus niger, untuk Menghilangkan O2 pada sari buah

c. Divisi Basidiomycota
Kebanyakan anggota Basidiomycota adalah jamur payung dan
cendawan. Basidiomycota mempunyai hifa yang bersekat, fase seksualnya
dengan pembentukan basidiospora yang terbentuk pada basidium
sedangkan fase aseksualnya ditandai dengan pembentukan konidium.
Konidium maupun basidiospora pada kondisi yang sesuai dapat tumbuh
dengan membentuk hifa bersekat melintang yang berinti satu
(monokariotik). Selanjutnya, hifa akan tumbuh membentuk miselium
(Campbell et al., 2003).
Contoh :
 Volvariela volvacea (jamur merang)
 Auricularia polytricha (jamur kuping)
 Pleurotus sp (jamur tiram)
 Polyporus giganteus (jamur papan)
 Amanita phaloides hidup pada kotoran ternak dan menghasilkan racun
yang mematikan.
 Puccinia graminis (jamur karat) parasit pada tumbuhan graminae
(jagung)
 Ustilago maydis parasit pada tanaman jagung
 Ganoderma aplanatum (jamur kayu)
 Jamur Shitake

d. Divisi Deuteromycota
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya
dimasukkan ke dalam Deuteromycota. Kelompok jamur ini juga sering
disebut sebagai jamur tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini
tidak mengalami reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap
aseksual (anamorph) dari jamur yang memiliki tahap seksual
(teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycota (septanya sederhana).
Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang sampah”, tempat
sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya.
Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya,
maka suatu jenis jamur anggota Deuteromycota akan bisa dikelompokkan
ke dalam Divisi Ascomycota atau Divisi Basidiomycota. Contohnya
adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan ke dalam kelompok
Ascomycota.
a. Ciri-ciri Deuteromycota
 Hifa bersekat, tubuh berukuran mikroskopis
 Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah
 Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
 Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada
hewan-hewan
ternak, manusia, dan tanaman budidaya
b. Contoh Deuteromycota
 Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
 Epidermophyton, Microsporum, penyebab penyakit kurap.
 Melazasia fur-fur, penyebab panu.
 Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang.
 Fusarium, hidup pada tanaman tomat.
 Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala
5. Peranan Jamur (Fungi)
Peranan jamur ada yang menguntungkan dan merugikan bagi
kehidupan manusia. Macam-macam peranan jamur adalah sebagai berikut
a. Peranan Jamur yang Menguntungkan
 Rhizopus stolonifer, digunakan untuk membuat tempe
 Aspergillus oryzae, digunakan untuk mengempukkan adonan
 Saccharomyces  cerevisiae, digunakan untuk membuat tape, roti, bir,
dan minuman sake. 
 Neurospora crassa, digunakan untuk membuat oncom
 Trichoderma sp, digunakan untuk menghasilkan enzim selulase
 Rhizopus nigricans, digunakan untuk menghasilkan asam fumarat
 Ganaoderma lucidum, digunakan sebagia bahan obat
b. Peranan Jamur yang Merugikan
 Aspergillus fumigatus, Kanker pada paru-paru burung
 Candinda albicans, infeksi pada vagina 
 Ustilago maydis, parasit pada tanaman jagung dan tembakau
 Microsporum sp, dan Trichophyton sp,  menyebabkan kurap atau panu
 Epidermophyton floccosum, menyebabkan penyakit pada kaki atlet
 Aspergillus flavus, penghasil aflatoksi, penyebab kanker pada manusia 
 Amanita phalloides, mengandung balin yang menyebabkan kematian
bagi yang memakannya (Moore-Landecker, 1982).
Daftar Pustaka
Suarnadwipa, N. dan W. Hendra. 2008. Pengeringan jamur dengan dehumifier.
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM. Vol 2. No 1. Juni 2008.
Handajani, N.S, dan R. Setyaningsih. 2006. Identifikasi Jamur dan Deteksi
Aflatoksin B1 terhadap Petis Udang Komersial. Biodiversitas.
Pelczar. J. Michael dan Chan E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas
Indonesia : Jakarta.
Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran,
diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih,
N. M., Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII. Penerbit Salemba
Medika, Jakarta.
Mozer, H. 2015. Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Kayu
Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Aspergillus niger, Candida
Albicans, dan Trichophyton rubrum. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Moore-Landecker, E. 1982. Fundamentals of The Fungi, Second Edition.
Prentice-Hall, Inc. New Jersey.
Campbell, N.A, J.B. Reece and L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Alih Bahasa : L.
Rahayu, E.I.M Adil, N Anita, Andri, W.F Wibowo, W. Manalu. Penerbit
Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai