Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikosis superfisialis merupakan kelompok penyakit yang sering dijumpai

disebabkan oleh infeksi jamur. Penyebab terbanyak penyakit ini adalah jamur

golongan dermatofita, spesies kandida dan malassezia furfur (Ariyani dkk,

2014).

Salah satu jamur golongan dermatofita yaitu Candida sp yang merupakan

jamur ditemukan sebagai flora normal pada tubuh manusia, pada keadaan

tertentu bersifat pathogen, berbentuk bulat atau lonjong, koloni berwarna putih

kekuningan dan berbau khas ragi. Candida sp dapat hidup saprofit tanpa

menyebabkan suatu kelainan apapun dan ditemukan pada tubuh,baik manusia

maupun hewan. Pada keadaan tertentu sifat jamur berubah menjadi pathogen

(oprtunistik) dan menyebabkan infeksi kulit terutama daerah yang lembab dan

basah. Candida sp dapat ditemukan dikulit kepala yang menyebabkan rambut

rontok sehingga terjadi alopesia, kulit bersisik dan terasa gatal atau biasa

disebut ketombe (Setiyani, 2014).

Ketombe adalah kelainan kulit kepala, dimana terjadi perubahan pada sel

stratum korneum epidermis dengan ditemukannya hiperproliferasi, lipid

interseluler dan intraseluler yang berlebihan, serta parakeratosis yang

menimbulkan skuama halus, kering, berlapis-lapis, sering mengelupas sendiri,

serta rasa gatal.Ketombe biasanya dianggap sebagai bentuk ringan dari

dermatitis seboroika, ditandai dengan skuama yang berwarna putih kekuningan,

1
berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pemeriksaan jamur pada rambut

(Setiyani, 2014).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dilakukan pemeriksaan jamur pada kulit

kepala, yang dilihat secara makroskopik dan mikroskopik menggunakan media

pertumbuhan jamur yaitu PDA (Potato Dextrose Agar).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengidentifikasi jenis jamur yang menginfeksi kulit kepala

menggunakan metode isolasi pada media PDA (Potato Dextrose Agar) ?

2. Bagaimana hasil yang didapatkan dari pemeriksaan jamur pada ketombe ?

1.3 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui cara mengidentifikasi jenis jamur yang menginfeksi kulit kepala

menggunakan metode isolasi pada media PDA (Potato Dextrose Agar).

2. Mengetahui hasil yang didapatkan dari pemeriksaan jamur pada ketombe.

1.4 Manfaat

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara mengidentifikasi jenis jamur yang

menginfeksi kulit kepala yang menginfeksi kulit kepala menggunakan

metode isolasi pada media PDA (Potato Dextrose Agar).

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui hasil yang didapatkan dari pemeriksaan

jamur pada ketombe.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jamur

Jamur adalah organisme yang dapat bertahan hidup pada berbagai

lingkungan dengan media yang berbeda-beda, serta memperoleh makanannya

dari media tempat jamur tersebut tumbuh. Jamur juga dapat hidup pada sisa

tumbuhan atau hidup melekat pada organisme lain. Jamur memiliki

kemampuan dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan lingkungan yang

ditinggalinya. Salah satu media yang biasa digunakan untuk tempat tumbuhnya

adalah batang kayu. Jamur yang tumbuh pada batang kayu memiliki

kemampuan dalam menguraikan substansi kayu. Jamur kayu dibagi ke dalam 2

kelompok sesuai dengan kemampuannya dalam mengurai substansi kayu yaitu

white rot dan brown rot. Jamur yang termasuk kedalam kelompok white rot

yaitu jamur yang mampu menguraikan lignin, selulosa dan hemiselulosa yang

terkandung di dalam kayu. Sedangkan jamur yang termasuk ke dalam brown rot

adalah jamur yang hanya mampu menguraikan selulosa dan hemiselulosa

(Valencia dan Meitiniarti, 2017).

2.2 Ciri-Ciri Jamur

Jamur (fungi) termasuk kelompok mikroorganisme yang bersifat heterotrof

dan berdasarkan ultrastrukturnya termasuk sel eukariotik. Gambar 1

memperlihatkan kedudukan fungi dalam klasifikasi 3 domain. Jamur termasuk

dalam domain Eucarya karena sel-selnya termasuk sel eukariotik. Sel jamur

mempunyai nukleus yang dilapisi membran, mempunyai organella

3
(mitokondria, vakuola, badan golgi, retikulum endoplasma, ribosom, dan lain-

lain). Karakteristik sel jamur yaitu pada komposisi dinding sel dan terdapatnya

organella-organella yang khas. Komposisi dinding sel terutama kitin tetapi ada

pula yang mengandung selulosa, glukan, maupun mannan. Membran sel

mengandung sterol. Salah satu ciri umum fungi adalah produser spora. Spora

dapat dibentuk secara seksual maupun aseksual (Rakhmawati, 2010).

Bentuk pertumbuhan jamur yang termasuk kelompok true fungi dapat

dibedakan menjadi 3 macam yaitu khamir (yeast, sel ragi, uniseluler); kapang

(mold,mould, multiseluler); dan cendawan (mushroom, berdaging,

multiseluler). Contoh species yang termasuk kelompok yeast adalah

Saccharomyces cerevisiae, Candida albicans, Yarrowia lipolytica,

Schizosaccharomyces pombe, dan lain-lain. Contoh species yang termasuk

kelompok kapang adalah Aspergillus niger, A. oryzae, Rhizopus oryzae,

Trichoderma harzianum,dan lain sebagainya. Sedangkan species yang termasuk

cendawan misalnya Volvariella volvacea, Agaricus bisporus, Amanita

muscaria, dan lain-lain. Thallus merupakan istilah untuk badan atau struktur

vegetatif fungi (Rakhmawati, 2010).

Isolasi yeast (khamir; sel ragi) dapat dilakukan dengan berbagai metode

tergantung dari lingkungan dan substrat. Yeast dapat diisolasi dari tanah,

buahbuahan, bunga, daun dan ranting tumbuhan, makanan atau minuman

fermentasi, selai buah, buah kering, madu, hewan, ragi pasar, air, dan lain-lain.

Yeast merupakan grup fungi yang heterogen. Yeast merupakan fungi uniseluler

yang bereproduksi dengan pembelahan (fission), pertunasan (budding) atau

4
kombinasi keduanya. Yeast sejati (true yeasts) bereproduksi secara seksual

membentuk askospora atau basidiospora apabila kondisinya mendukung.

Mayoritas yeast Ascomycota dan Basidiomycota diisolasi di laboratorium

dengan kondisi khusus karena mayoritas merupakan heterotalik. Kebanyakan

hanya satu tipe mating type yang berhasil diisolasi oleh karena itu tidak ada

askus ataupun basidia yang diproduksi (Rakhmawati, 2010).

Yeast-like fungi (imperfect yeasts) bereproduksi hanya secara aseksual.

Identifikasinya didasarkan pada kombinasi antara karakterstik morfologi dan

biokimia. Karakterstik morfologi dapat digunakan untuk identifikasi sampai

tigkat genus sedangkan karakteristik biokimia dapat digunakan untuk

membedakan berbagai spesies (Rakhmawati, 2010).

Fungi (Jamur) dapat dikelompokkan menjadi 3 grup berdasarkan

strukturnya yaitu:

1) Jamur lendir (slime mold )

Jamur lendir (slime mold ) yang secara evolusioner berbeda dengan

yang lain. Jamur lendir dapat tumbuh sebagai fase protoplasmik tanpa

dinding sel, sering memangsa bakteri dan partikel makanan lain dengan

fagositosis. Jamur lendir kadang dikelompokkan sebagai fungi karena

memproduksi spora, meskipun dinding selnya didominasi galaktosamin

dibandingkan kitin. Jamur lendir termasuk kelompok fungi tingkat rendah

yang mempunyai kemampuan bergerak (motil) (Rakhmawati, 2010).

2) Grup seperti fungi (fungus-like )

5
Grup seperti fungi (fungus-like ), yaitu Oomycota dengan dinding sel

selulosa dan banyak ciri lain seperti tumbuhan. Gambar 1 memperlihatkan

kedudukan Oomycota dalam sistem klasifikasi. Kelompok ini berkerabat

dekat dengan Diatom dan Stramenopila. Oomycota mempunyai ciri hidup

seperti fungi dan beberapa speciesnya bersifat patogen terhadap tumbuhan

3. Fungi sebenarnya (true fungi), mempunyai dinding sel terdiri dari kitin.

Grup ini dibedakan menjadi Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota,

Deuteromycota, dan Basidiomycota. Yang termasuk true fungi adalah

Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota

(Rakhmawati, 2010).

2.3 Ciri-ciri Umum Jamur

1. mempunyai dinding sel

2. umumnya tidak bergerak

3. tidak mempunyai klorofil

4. tidak mampu melakukan proses fotosintesis atau menghasilkan bahan

organik dari karbondioksida dan air (Organisme heterotrof) (Kusnadi, 2017).

2.4 Sifat hidup jamur

a) Saprofit

sebagai organisme saprofit fungi hidup dari benda-benda atau bahan-

bahan organik mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan tumbuhan dan

hewan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Hasil

penguraian ini kemudian dikembalikan ke tanah sehingga dapat

meningkatkan kesuburan tanah (Kusnadi, 2017).

6
b) Parasit

fungi parasit menyerap bahan organik dari organisme yang masih

hidup yang disebut inang. Fungi semacam itu dapat bersifat parasit obligat

yaitu parasit sebenarnya dan parasit fakultatif yaitu organisme yang mula-

mula bersifat parasit , kemudian membunuh inangnya, selanjutnya hidup

pada inang yang mati tersebut sebagai saprofit (Kusnadi, 2017).

c) Simbion

jamur dapat bersimbiosis dengan organisme lain. Simbiosis dengan

laga menghasilkan liken atau lumut kerak, sedangkan simbiosis dengan akar

tumbuhan konifer menghasilkan mikoriza (Kusnadi, 2017).

2.5 Jamur Penyebab Ketombe pada rambut

Rambut merupakan suatu bulu yang keluar dari lapisan kulit yang

terbentuk dari zat yang paling dominan yaitu zat keratin. Rambut tidak

memiliki indra perasa dengan kata lain rambut merupakan suatu bagian tubuh

yang memiliki jaringan mati. Rambut tidak hanya berfungsi untuk melindungi

tubuh tetapi juga rambut berperan sebagai salah satu penunjang penampilan

(Apriyani dan Marwiyah, 2014).

Banyak masalah rambut yang dialami manusia pada masa kini, mungkin

karena perkembangan zaman serta pengetahuan dan teknologi yang semakin

maju dan terdapat banyak alat-alat canggih atau bahan-bahan/ obat-obatan yang

dipergunakan oleh manusia itu sendiri. Sehingga begitu banyak permasalahan

mengenai rambut yang mungkin hal ini tidak ditemui oleh nenek moyang kita

di masa lalu. Salah satunya yaitu ketombe, istilah lain dari ketombe yaitu

7
seborcheic dermatitis. Maksudnya adalah pelepasan sel-sel kulit kepala yang

sudah mati secara berlebihan. Ketombe terbagi lagi atas dua bagian:

a) Ketombe Kering (Pityriasis Capitis Simples)

Ketombe Kering (Pityriasis Capitis Simples) dapat dilihat dengan

tanda yaitu adanya sisik-sisik yang berwarna putih hingga kuning dan

kehitam-hitaman, mengkilap serta kering pada kulit kepala. Akibat dari

ketombe kering ini adalah sangat gatal, rambut rontok karena terganggu

pertumbuhannya (Apriyani dan Marwiyah, 2014).

b) Ketombe Basah (Pityriasis Steatoides)

Ketombe Basah (Pityriasis Steatoides), tanda tanda dari ketombe

basah ini adalah berupa sisik-sisik berwarna seperti juga ketombe kering,

tapi bukan kering melainkan basah, ciri-ciri yang lain sama seperti ketombe

kering dan akibat yang ditimbulkannya tetapi kadang kadang ketombe

basah ini agak berbau dibandingkan ketombe kering. Disamping itu lebih

susah dalam penataan rambut, karena kondisi rambut terlalu basah

(Apriyani dan Marwiyah, 2014).

Candida sp adalah jamur yang dapat ditemukan sebagai flora normal pada

tubuh manusia, pada keadaan tertentu bersifat pathogen, berbentuk bulat atau

lonjong, koloni berwama putih kekuningan dan berbau khas ragi

(Ariyani. dkk, 2019).

Masalah yang sering terjadi sehubungan dengan Candida adalah tirnbulnya

ketombe pada kulit kepala .Selain itu Candida sp. dikulit kepala juga dapat

menyebabkan rambut rontok sehingga terjadi alopesia, kulit bersisik dan terasa

8
gatal. Untuk mendapatkan rambut dan kulit kepala yang sehat diperlukan

perawatan yang baik agar terhindar dari penyakit kulit yang disebabkan oleh

jamur Candida.q,p. Hal ini dapat dilakukan dengan mencuci rambut sebanyak

tiga kali dalam seminggu. Dalam mencuci rambut kita harus memperhatikan

kandungan zat aktif yang terdapat didalam shampo yang kita pakai, terutama

bagi orang yang berketombe. Shampo anti ketombe adalah sediaan kosmetika

yang umumnya mengandung desinfektan di gunakan untuk membersihkan

rambut dan dibuat khusus mengatasi terjadinya gangguan rambut dan kulit

(Ariyani. dkk, 2019).

2.6 Fator Fator Penyebab Ketombe

Ada beberapa faktor yang menyebabkan rambut menjadi berketombe yaitu:

1) Kulit kepala yang terlalu kering

Keringnya kulit kepala dapat menyebabkan kulit mengelupas dan

membentuk serpihan serpihan kulit, pada kulit kepala kering ialah jenis

ketombe kering yang timbul.

2) Kulit kepala terlalu berminyak

Minyak yang berlebihan pada rambut dapat menjadi sumber

makanan jamur yang berkembang di kulit kepala, dimana jamur akan

merangsang pengelupasan kulit kepala berlebihan dan menyebabkan

ketombe, dan ketombe basah yang sering timbul pada jenis kulit kepala

berminyak. Nutrisi yang kurang terutama kekurangan nutrisi zinc.

9
3) Terlalu sering atau terlalu jarang keramas

apabila terlalu sering keramas maka akan membuat minyak pada

rambut menjadi hilang dan akan menyebabkan timbulnya ketombe kering,

tetapi apabila terlalu jarang keramas maka minyak akan sangat menumpuk

dan bisa menyebabkan timbulnya ketombe basah.

4) Stres

Stres membuat daya kerja pada rambut dan kulit kepala menjadi

tidak normal, sehingga bisa membuat kondisi rambut dan kulit kepala pada

posisi tidak sewajarnya.

5) Penggunaan kosmetik rambut

Penggunaan kosmetik rambut yang berlebihan atau tidak cocok

membuat kondisi rambut dan kulit kepala menjadi bermasalah.

6) Konsusmsi makanan berlemak

Konsusmsi makanan berlemak secara berlebihan, sehingga membuat

produksi minyak berlebihan yang akhirnya akan menyebabkan timbulnya

ketombe.

7) Malassezia (jamur yang dapat menyebabkan seborreheic dermatitis, yaitu

radang pada kulit).

8) Psoriasis (akumulasi sel kulit mati yang membentuk sisik perak yang tebal).

Craddle cap (seborrheic dermatitis pada kulit kepala bayi).

9) Dermatitis (radang kulit) akibat sensitivitas terhadap produk perawatan

rambut tertentu atau pewarnaan rambut (Apriyani dan Marwiyah, 2014).

10
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pada praktikum yang berjudul “Pemeriksaan Jamur pada kepala (ketombe)”

dilaksanakan pada hari Rabu, 18 September 2019 bertempat di laboratorium

Mikrobiologi Stikes Bina Mandiri Gorontalo.

3.2 Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan jamur ketombe yaitu metode

pemeriksaan metode isolasi.

3.3 Pra Analitik

Adapun alat digunakan pada praktikum kali ini yaitu, kaca objek, kaca

penutup, pinset, pipet tetes, scalpel, mikroskop, hot plate. Sedangkan bahan

yang digunakan yaitu larutan, pewarna eosin, sampel ketombe, aquadest steril,

media Potato Dextrose Agar (PDA).

3.5 Analitik

Adapun prosedur kerja yang di lakukan dalam praktikum pemeriksaan jamur

dengan sampel ketombe yaitu, Buat suspensi ketombe dengan mencampurkan

sampel ketombe dengan aquadest dengan perbandingan 1:10, 1:100, 1;1000 dst,

masukkan suspensi sampel pada media PDA sebenyak 0,2-0,5 ml kemudian

inkubasi sampel pada incubator dengan suhu 37oC selama 3-5 hari.

11
3.6 Pasca Analitik

Tabel 3.1 Interpretasi hasil pemeriksaan jamur pada ketombe

Sampel Karakteristik Morfologi Spesies


Berbentuk bulat, lonjong
atau bulat lonjong.
Koloninya pada medium
padat sedikit timbul dari
Ketombe permukaan medium,
dengan permukaan halus, Candida sp
licin atau berlipat-lipat,
berwarna putih
kekuningan dan berbau
ragi. Besar koloni
bergantung pada umur
Sumber: (Bibiana, 2014).

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum identifikasi dan isolasi jamur

pada ketombe yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan isolasi jamur pada ketombe

Media Masa Hasil Pengamatan Gambar

inkubasi

Potato 5 hari a. Terdapat Hifa


Dextrose tidak bersepta.
Agar (PDA) b. Golongan jamur
dermatofita..

Sumber (Data primer 2019)

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan pemeriksaan ketombe pada kulit kepala setelah di

isolasi praktikan ditemukan hifa atau spora jamur (negative), Isolasi merupakan

cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan,

sehingga diperoleh kultur murni. Dalam praktikum ini menggunakan sampel

rambut dan medianya berbeda beda, yaitu PCA, PDA dan NA. Media berfungsi

untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-

sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses

13
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk

menghindari kontaminasi pada media.

Potato Dextrose Agar (PDA) digunakan untuk menumbuhkan atau

mengidentifikasi yeast dan kapang. PDA mengandung sumber karbohidrat

dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa

sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk

pertumbuhan bakteri. Dari media ini juga dapat mengindikasi ketombe atau

bahan (sisik) kering dari epidermis kulit kepala yang mengelupas secara

normal.

Banyak faktor yang memudahkan seseorang berketombe, diantaranya karena

faktor genetik, hiperproliferasi epidermis, produksi sebum, stress, nutrisi, iritasi

mekanis dan kimia atau karena kontak dengan jamur penyebab ketombe.

Ketombe dapat menular melalui kontak langsung dengan

mikroba Pityrosporum ovale, biasanya melalui penggunaan alat bersamaan

dengan seseorang yang berketombe seperti sisir atau handuk kepala.

Fungsi rambut adalah untuk melindungi kulit kepala dari sengatan matahari

dan hawa dingin. Hal ini menyebabkan bakteri. Bakteri (dari kata

Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak

memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain

prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran

besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai

agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat

memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel

14
bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-

organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Karena terbukti dalam tubuh

manusia memiliki banyak bakteri, oleh karena itu harus menjaga kebersihan.

Agar meminimalisir bakteri pathogen tumbuh dalam tubuh kita dan tubuh

selalu sehat. Dalam praktikum Isolasi bakteri dapat menghasilkan hasil yang

berbeda-beda, ada yang berbentuk membran, cincin, flokulen, dll. Hal ini dapat

terjadi karena faktor-faktor luar yang dapat mempengaruhi. Misalnya adanya

kontaminasi dengan bakteri dari udara atau kepekatan suspensi yang digunakan.

Kontaminasi mungkin dapat terjadi saat proses memindahan bakteri dari

suspensi, atau saat inkubasi, yang kesemuanya dilakukan tidak dalam keadaan

yang benar-benar aseptis, sehingga kontaminan dapat ikut menempel pada alat-

alat ataupun tempat pengerjaan (Bibiana, 2014).

Dari hasil pengamatan tersebut terbukti bahwa proses yang dilakukan harus

sangat teliti sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Kesalahan-kesalahan

yang biasa terjadi adalah sterilisasi medium yang kurang sempurna, medium

memenuhi semua kebutuhan nutrient, proses praktikum yang tidak aseptis, dan

lingkungan laboratorium yang kurang steril. Oleh karena itu dalam setiap

prosedur kerja, baik saat pengenceran ataupun saat menyebar mikrobia ke

dalam medium perlu kehati-hatian agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat

merusak hasil percobaan.

15
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan jenis jamur pada ketombe dengan

metode isolasi jamurpada media Potato Dextrose Agar (PDA) dengan ciri-ciri

koloni jamur yaitu warna koloni bagian atas putih dan warna bagian bawah

putih kekuningan, diameter 8 cm, tidak memenuhi cawan petri. Sedangkan

struktur jamur dilihat pada mikroskop dengan perbesaran 100, dan 400x

terdapat hifa tidak bersekat. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya

mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap

makanan dari substrat haustoria dapat menembus jaringan substrat.

5.2 Saran

Agar pemeriksaan jamur pada ketombe lebih optimal direkomendasikan

untuk menggunakan media SGA (Subouraud Dextrose Agar) untuk

pertumbuhan jamur, karena media SGA baik untuk pertumbuhan jamur

golongan dermatofita, dan sebaiknya dilakukan uji kualitas media agar

pertumbuhan jamur lebih optimal tidak dipengaruhi oleh kontaminasi

mikroorganisme lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani Dan Marwiyah, 2014. Pengaruh Nanas (Ananas Comosus) Terhadap


Rambut Berketombe (Dandruff) Pada Mahasiswa Pendidikan Tata Kecantikan
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia. Journal of Beauty and Beauty Health Education vol 3
nomor 1.
Ariyani, Sri Sinto Dewi, Ratih Haribi, 2019. Daya Hambat Sampo Anti Ketombe
Terhadap Pertumbuhan C. Albicans Pentyebab Ketombe. Jurnal Kesehatan
Vol.2, No. 2
Bibiana, 2014. Analisis Mikroba, Laboratorium mikrobiologi Jurusan farmasi.
Makassar.
Kusnadi, 2017. Jamur . Buku Saku Biologi Fpmipa. Jurusan Pendidikan Biologi
Rakhmawati, 2010. Ciri- Ciri Jamur. Jurdik Biologi Fmipa Uny. Yogyakarta.
Valencia Dan Meitiniarti, 2017. Isolasi Dan Karakterisasi Jamur Ligninolitik Serta
Perbandingan Kemampuannya Dalam Biodelignifikasi. Fakultas Biologi,
Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Jurnal Scripta Biologica vol 4 |
Nomor .

17
LAMPIRAN

Gambar 1. Koloni Jamur pada Gambar 2. Hasil Pemeriksaan


Media PDA (Potato Dextrose Jamur pada Kulit.
Agar).

18

Anda mungkin juga menyukai