Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsure pokoknya sama

dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran

kompleks zat organik dan anorganik. Protein plasma mencapai 7% plasma dan

merupakan satu-satunya unsure pokok plasma yang tidak dapat menenmbus

membran kapilar untukmencapai sel. Ada tiga jenis protein plasma yaitu

albumin, globulin dan fibrinogen (Lassen, 2014).

Protein merupakan biomolekul yang sangat penting. Beberapa fungsi protein

adalah sebagai katalisator (enzim), pengangkut dan penyimpanan, penyebab

gerakan, pendukung sistem kekebalan, pembentuk dan transmisi impuls saraf,

pengontrol pertumbuhan dan diferensiasi; pendukung kekakuan struktural, dan

lain-lain (Lassen, 2014).

Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi atas

albumin, globulin, prolamin, dan glueatin. Protein dapat juga dikelompokkan

berdasarkan atas jenis utama konformasinya (Lehninger, 2012).

Salah satu panel pemeriksaan profil metabolik adalah pemeriksaan protein

total beserta fraksi utamanya (albumin dan globulin). Protein merupakan uji

tambahan yang penting, membantu untuk biokimia klinis, dan merupakan salah

satu metode yang paling dapat diandalkan untuk identifikasi protein darah.

Peningkatan atau penurunan konsentrasi protein total dianggap sebagai suatu

abnormalitas. Peningkatan atau penurunannya dalam sirkulasi darah dipengaruhi

1
oleh konsentrasi albumin atau globulin atau keduanya. Penentuan konsentrasi

protein total serum dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik yang penting

dalam biokimia klinis (Lehninger, 2012).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dilakukan pemeriksaan kadar total

protein darah menggunakan metode biuret serta dapat menginterpretasikan

kemudian penyimpulkan apakah kadar total protein dalam darah dalam keadaan

normal atau abnormal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemeriksaan kadar total protein darah menggunakan metode

biuret?

2. Bagaimana hasil yang didapatkan pada pemeriksaan kadar total protein darah

menggunakan metode biuret?

1.3 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui pemeriksaan kadar total protein darah menggunakan metode

biuret.

2. Mengetahui hasil yang didapatkan pada pemeriksaan kadar total protein darah

menggunakan metode biuret.

1.4 Manfaat Praktikum

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan kadar total protein darah

menggunakan metode biuret.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui hasil yang didapatkan pada pemeriksaan

kadar total protein darah menggunakan metode biuret.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Protein

Protein merupakan biomolekul yang sangat penting. Beberapa fungsi protein

adalah sebagai katalisator (enzim), pengangkut dan penyimpanan, penyebab

gerakan, pendukung sistem kekebalan, pembentuk dan transmisi impuls saraf,

pengontrol pertumbuhan dan diferensiasi; pendukung kekakuan struktural,dan

lain-lain (Toha dkk, 2005).

Protein dibagi ; albumin, globulin, prolamin, dan glueatin. Protein dapat juga

dikelompokkan berdasarkan atas jenis utama konformasinya. Berdasarkan

penggolongan,t erdapat 2 kelas utama protein, yaitu: protein fibrosa (serat) dan

protein globular (Toha dkk, 2005).

2.2 Definisi Protein Total

Protein total adalah suatu plasma protein yang disintesa terutama di sel

parenkim hati, sel plasma, kelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Protein total

terdiri dari albumin dan globulin (Soetodjo, 2007).

Tes fungsi hati adalah tes yang menggambarkan kemampuan hati untuk

mensintesa protein (albumin, globulin, faktor koagulasi) dan memetabolisme zat

yang terdapat di dalam darah (Soetodjo, 2007).

Pengukuran protein total berguna dalam mengidentifikasi berbagai gangguan

pada tubuh. Penurunan konsentrasi protein total dapat terdeteksi pada penurunan

sintesa protein dari hati, kehilangan protein karena fungsi ginjal terganggu,

3
malabsorbsi atau defisinsi gizi. Peningkatan kadar protein juga terjadi pada

gangguan inflamasi kronis, sirosis hati dan dehidrasi (Soetodjo, 2007).

2.3 Fisiologi

Sintesis protein merupakan proses terbentuknya protein yang terdiri dari 2

tahap yaitu tahap transkripsi dan tahap translasi. Tahap transkripsi adalah tahap

dimana pada saat pembentukan mRNA di dalam nukleus dari DNA template

dengan dibantu oleh enzim polimerase. Tahap translasi adalah tahap dimana

mRNA keluar dari inti sel dan bertemu dengan tRNA lalu dibantu oleh Ribosom

yang terdiri dari sub unit besar dan sub unit kecil. Sekarang kita akan membahas

satu persatu proses luar biasa itu yang ada didalam setiap sel tubuh kita

(Montgomery, 2013).

2.4 Sintesis Protein

Menurut Lehninger, (2012), tahap sintesis protein yaitu :

2.4.1 Proses Transkripsi

Pada tahap ini terjadi di dalam nukleus.DNA double heliks yang terdiri

dari 2 sisi, misal yang sisi bawah adalah DNA sense (pencetak/cetakan)

sedangkan sisi atas adalah DNA non sense (bukan cetakan). Pertama,

enzim polimerase akan masuk diantara double heliks dan menempel pada

sisi DNA sense. Enzim polimerase akan mencetak/ mengkopi kode genetik

DNA seperti yang ada pada DNA non sense dengan jalan DNA sense

sebagai cetakan. Proses pencetakan ini dimulai dari start kodon pada

mRNA yaitu AUG lalu proses pengkopian ini berakhir pada stop kodon

4
yaitu UAG, UAA,atau UGA. Proses transkripsi selesai lalu mRNA keluar

dari nukleus.

2.4.2 Proses Translasi

Setelah mRNA keluar dari nukleus ke sitoplasma yang membawa kode

genetik akan menempel pada ribosom sub unit kecil. Setelah itu tRNA

yang tersebar di sitoplasma akan menghampiri mRNA dengan membawa

pasangan yang sesuai dengan kode genetik mRNA. setelah itu ribosom sub

unit besar akan menghampiri ribosom sub unit kecil sehingga tRNA berada

pada site P lalu pada site A akan ada tRNA lain yang membawa kode

genetik yang sesuai dengan mRNA sehingga berjajaran. Setelah itu asam

amino yang dibawa oleh masing-masing tRNA akan berikatan membentuk

rantai polipeptida dan begitu terus menerus tRNA di site A bergeser ke site

P dan datang lagi tRNA lain di site A asam amino berikatan lagi hingga

ujung mRNA maka selesailah proses tanslasi sehingga terbentuk asam

amino atau polipeptida.

2.5 Patofisiologi

Menurut Toha dkk, (2005), faktor yang mempengaruhi penurunan dan

peningkatan kadar protein yaitu :

2.5.1 Penurunan Kadar

1. Malnutrisi

Malnutrisi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi

medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup.

Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan

5
oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi atau kehilangan besar

nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya mencakup kelebihan gizi

(overnutrion) yang disebabkan oleh mengkonsumsi makanan yang

berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan.

2. Sirosis

Sirosis adalah suatu kondisi di mana jaringan hati yang normal

digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses

bertahap. Jaringan parut ini memengaruhi struktur normal dan

regenerasi sel-sel hati. Sel-sel hati menjadi rusak dan mati sehingga

hati secara bertahap kehilangan fungsinya.

2.5.2 Peningkatan kadar

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada

tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada

pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini

disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Dehidarasi

terjadi karena :

1. Kekurangan zat natrium;

2. Kekurangan air;

3. Kekurangan natrium dan air.

4. Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea;

Inggris = diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana penderita

mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus

dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan.

6
Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian

balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya.

2.6 Proses Terbentuknya Protein

Sintesis protein (bahasa inggris: protein synthesis) yang disebut juga

biosintesis protein adalah proses pembentukan partikel protein dalam bahasan

biologi molekuler yang didalamnya melibatkan sistesis RNA yang dipengaruhi

oleh DNA. Dalam proses sintesis protein, molekul DNA adalah sumber

pengkodean asam nukleat untuk menjadi asam amino yang menyusun protein

tetapi tidak terlibat secara langsung dalam prosesnya. Molekul DNA pada suatu

sel ditranskripsi menjadi molekul RNA. Molekul RNA inilah yang ditranslasi

menjadi asam amino sebagai penyusun protein. Dengan demikian molekul RNA

lah yang terlibat secara langsung dalam proses sintesis protein. Hubungan antara

molekul DNA, RNA, dan asam amino dalam proses pembentukan protein

dikenal dengan istilah "Dogma sentral biologi” yang dijabarkan dengan

rangkaian proses DNA membuat DNA dan RNA, RNA membuat protein, yang

dinyatakan dalam persamaan DNA>>RNA>>Protein. Seperti kebanyakan

dogma, terdapat pengecualian pada proses pembentukan protein berdasarkan

bukti-bukti yang ditemukan setelahnya, sehingga dogma ini akhirnya disebut

sebagai aturan (Montgomery, 2013).

2.7 Metabolisme Protein

Pada umumnya protein diserap dalam bentuk asam amino dan bersama-sama

dengan darah dibawa ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin. Proses

masuknya asam amino dapat di katakan tidak bersifat dinamis dan selalu di

7
perbaharui. Asam amino yang masuk tidak sebanding dengan jumlah asam amino

yang diperlukan untuk menutupi kekurangan amino yang dipakai oleh tubuh

(Soetodjo, 2007).

2.8 Metode Pemeriksaan Total Protein

Menurut Lassen (2014), analisa protein dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif. Analisa protein secara kualitatif

yaitu dengan reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi

Nitropusida dan reaksi Sakaguchi, sedangkan analisa protein secara kuantitatif

yaitu dengan metode Kjedahl, metode titrasi formol, motode Lowry, metode

spektrofotometri visible ( Biuret ) dan metode spektrofotometri UV.

2.8.1 Secara kualitatif

1. Reaksi Xantoprotein

Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam

larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat

berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah

nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini

positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan.

2. Reaksi Hopkins-Cole

Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan

dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat.

Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam

air. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat

dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah

8
larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada

batas antara kedua lapisan tersebut.

3. Reaksi Millon

Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam

asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan

menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh

pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena

terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang

berwarna.

4. Reaksi Natriumnitroprusida

Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan

warna merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi

protein yang mengandung sistein dapat memberikan hasil positif.

5. Reaksi Sakaguchi

Pereaksi yang digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada

dasarnya reaksi ini memberikan hasil positif apabila ada gugus guanidin.

Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan

warna merah.

2.8.2 Secara kuantitatif

1. Metode Kjeldahl

Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan

nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung

nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan

9
katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat.

Setelah pembebasan alkali dengan kuat, amonia yang terbentuk disuling

uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara

titrasi.

2. Metode Spektrofotometri UV

Asam amino penyusun protein diantaranya adalah triptofan, tirosin

dan fenilalanin yang mempunyai gugus aromatik. Triptofan mempunyai

absorbsi maksimum pada 280 nm, sedang untuk tirosin mempunyai

absorbsi maksimum pada 278 nm. Fenilalanin menyerap sinar kurang

kuat dan pada panjang gelombang lebih pendek. Absorpsi sinar pada

280 nm dapat digunakan untuk estimasi konsentrasi protein dalam

larutan. Supaya hasilnya lebih teliti perlu dikoreksi kemungkinan

adanya asam nukleat dengan pengukuran absorpsi pada 260 nm.

Pengukuran pada 260 nm untuk melihat kemungkinan kontaminasi oleh

asam nukleat. Rasio absorpsi 280/260 menentukan faktor koreksi yang

ada dalam suatu tabel.

3. Metode Biuret

Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian

ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya

senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam yang berada

bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu

ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet.

10
Pembentukan bahan – bahan kimia tertentu pada larutan protein

kemungkinan dapat mengakibatkan larutan protein yang semula tidak

berwarna menjadi berwarna. Reaksi pembentukan warna protein sering

dipakai untuk menunjukkan adanya protein atau protein tertentu,

walaupun beberapa diantara reaksi – reaksi tidak spesifik karena 9

beberapa zat lain dengan reagen yang sama memberikan hasil yang

sama.

Pemeriksaan protein total menggunakan metode Biuret. Prinsipnya

yaitu ion kupri akan bereaksi dengan protein dalam suasana basa

membentuk kompleks berwarna ungu. Absorbansi kompleks ini

sebanding dengan konsentrasi protein dalam sampel. Reagen Biuret

berisi Na K Tartrat, ion cupri dan larutan alkali. Reagen biuret terdiri

dari larutan NaOH dan CuSO4.

2.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan

Menurut Panil, (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan

yaitu:

2.9.1 Cahaya

Cahaya matahari dan sinar ultra violet dapat menyebabkan hemolisis

pada sampel. Sinar matahari langsung dapat menyebabkan penurunan

kadar bilirubin serum sampai 50% dalam satu Jam. Karena itu, serum

hendaknya disimpan di tempat yang gelap, dan pengukuran hendaknya

dikerjakan dalam waktu 2 hingga 3 jam setelah pengumpulan darah.

11
2.9.2 Pipetasi

Ketelitian dalam memipet sangat menentukan hasil laboratorium,

terutama pipet mikro atau semi mikro. Volume sampel atau standar sangat

mempengaruhi hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, pipet harus dibilas

terlebih dahulu dengan sampel atau standar yang akan diambil.

2.9.3 Standar

Medium larutan sampel sebaiknya sama dengan medium standar.

Untuk analisis serum, dianjurkan memakai serum kontrol yang nilainya

sudah tersedia dalam kemasan. Cara pemakaian dan penyimpanan harus

sesuai dengan petunjuk yang ada.

2.9.4 Reagen

Reagen yang telah usang atau penyimpanan yang kurang baik akan

mengurangi kepekaan reaksi kimia, terutama reagen pewarna atau enzim

yang ikut mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi.

12
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum yang berjudul “Pemeriksaan Protein Total dalam Darah”

dilaksanakan pada hari Senin, 25 Oktober 2019 bertempat di Laboratorium

Kimia Stikes Bina Mandiri Gorontalo.

3.2 Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan protein total yaitu metode biuret.

3.3 Prinsip Kerja

Pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein yang

bereaksi dengan pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah

protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa.

Semakin tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi

pula kandungan protein yang terdapat di dalam serum tersebut.

3.4 Pra Analitik

Pra analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang pengambilan,

persiapan sampel maupun alat dan bahan :

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu serum,

tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, sentrifuge, dispo, kapas alkohol,

reagen Protein total, reagen standar.

13
3.5 Analitik

Analitik adalah segala sesuatu yang menyangkut cara kerja pemeriksaan

protein total dalam darah :

3.5.2 Persiapan Serum

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge.

3. Disentrifug selama ± 10 menit pada kecepatan 3500 rpm.

4. Diambil serum darah.

5. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

3.5.2 Tahap Pemeriksaan

1. Dipipet kedalam masing – masing tabung reaksi reagen protein total

sebanyak 1000 µl yang berlabel blonko, standar, dan sampel.

2. Dipipet sebanyak 10 µl reagen standar dan dimasukkan pada tabung

reaksi berlabel standar.

3. Dipipet sebanyak 10 µl sampel dan dimasukkan pada tabung reaksi

berlabel sampel.

4. Dihomogenkan dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 370C.

5. Dibuat program untuk tes protein total dimana tes berjalan secara

automatik.

6. Kemudian blanko diperiksa terlebih dahulu dan diikuti pembacaan

standard dan sampel pada alat fotometrik.

7. Dibaca hasil yang diperoleh secara fotometrik.

14
3.6 Pasca Analitik

Pasca analitik adalah kegiatan akhir dari proses analisis suatu sampel.

Kegiatan pasca analitik meliputi pembacaan hasil.

Nilai Rujukan Pemeriksaan Protein Total :

Bayi baru lahir : 4,6-7,0 gr/dl

Anak umur 3 tahun : 6,6-8,7 gr/dl

Dewasa : 6,6-8,7 gr/dl

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang didapat dari pemeriksaan kadar total protein yaitu :

Gambar Sampel Metode Hasil Keterangan

Hasil yang

Serum Biuret Total protein didapat lebih dari

Nama : = 15 gr/dl batas normal,

Tn, I.O sedangkan nilai

normalnya yaitu

6,6-8,7 gr/dl.

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Protein Total


(Sumber : Data Primer Laboratorium STIKES Bina Mandiri Gorontalo, 2019)

4.2 Pembahasan

Protein merupakan biomolekul yang sangat penting dan berfungsi

sebagai katalisator (enzim), pengangkut dan penyimpanan, penyebab gerakan,

pendukung sistem kekebalan, pembentuk dan transmisi impuls saraf,

pengontrol pertumbuhan dan diferensiasi, pendukung kekakuan struktural,

sedangkan protein total adalah suatu plasma protein yang disintesa terutama

di sel parenkim hati, sel plasma, kelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang,

yang terdiri dari albumin dan globulin.

Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar protein total dalam

darah menggunakan metode biuret dengan prinsip pengukuran serapan

cahaya kompleks berwarna ungu dari protein yang bereaksi dengan pereaksi

biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+

16
yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi

intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan

protein yang terdapat di dalam serum tersebut. Hasil yang didapat yaitu 15

gr/dl menggunakan sampel darah pria dewasa dengan inisial Tn, I.O yang

menandakan bahwa hasil yang didapat lebih dari batas normal, sedangkan

nilai normalnya yaitu 6,6-8,7 gr/dl. Absorbsi dari larutan pada 546 nm sesuai

dengan kadar protein dalam sampel, semakin tinggi intensitas cahaya yang

diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan protein yang terdapat

di dalam serum tersebut. Total protein terdiri atas albumin (60%) dan

globulin (40%). Dimana albumin memuliki fungsi untuk mempertahankan

osmosis dari cairan vaskuler sedangkan globulin berfungsi untuk memberikan

imunisatas tubuh, bahan pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan

total protein adalah serum yang didapat dari proses centrifugasi untuk

memisahkan senyawa-senyawa pada suatu larutan berdasarkan dengan berat

molekulnya, sampel diinkubasi selama 20 menit, apabila menggunakan bahan

pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3-5%

karena pengaruh fibrinogen dalam plasma. Reagen total protein FS stabil

dapat digunakan sampai masa kadaluarsa jika disimpan pada suhu 2 – 25 °C

dan tidak terjadi kontaminasi, larutan standart stabil digunakan sampai masa

kadaluarsa jika disimpan pada suhu 2 – 8 °C, sedangkan untuk sample serum

atau plasma akan stabil digunakan selama 6 hari pada suhu 20 – 25 °C, 4

minggu pada suhu 4 – 8 °C, dan 1 tahun pada suhu -20 °C. Peningkatan atau

penurunan konsentrasi protein total dalam sirkulasi darah dipengaruhi oleh

konsentrasi albumin atau globulin atau keduanya. Konsentrasi protein total

17
dan nilai hematokrit meningkat pada kasus dehidrasi, disertai dengan

konsentrasi albumin dan globulin yang meningkat pula, sedangkan penentuan

konsentrasi protein total serum dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik

yang penting dalam biokimia klinis. Hasil yang didapat tidak langsung

mengindikasikan kadar protein total seseorang abnormal tetapi ada beberapa

factor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan yaitu pemipetan yang tidak

benar dapat memengaruhi hasil karena banyak atau sedikitnya larutan yang

dimasukkan sangat berpengaruh terhadap hasil, waktu inkubasi yang tidak

tepat juga sangat memengaruhi hasil pemeriksaan, alat yang digunakan,

termasuk spektrofotometer harus dalam keadaan baik dan terkalibrasi dengan

baik supaya hasil yang didapat merupakan hasil yang sebenarnya serta,

membawa tabung dari meja praktikum ke meja spektrofotometer pun harus

dilakukan dengan prosedur yang sesuai. Karena apabila cara membawa

tabung dengan cara digenggam oleh tangan, maka akan dipengaruhi oleh suhu

tubuh (tidak hanya oleh suhu ruang), maka hasil yang didapat pun akan

berbeda dan alat yang tidak dilakukan kalibrasi sehingga hasil yang didapat

kurang akurat karena fungsi dilakukannya kalibrasi alat yaitu untuk

mendapatkan hasil yang akurat sesuai dengan sensitifitas dan spesifitas alat

tersebut.

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan kadar total protein darah yang

terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%), bahan pemeriksaan yang

digunakan adalah serum dengan metode biuret, dengan pengukuran absorbansi

cahaya yang diserap pada alat spektrofotometer, hasil yang didapat yaitu 15

gr/dl menggunakan sampel darah pria dewasa dengan inisial Tn, I.O yang

menandakan bahwa hasil yang didapat lebih dari batas normal, sedangkan nilai

normalnya yaitu 6,6-8,7 gr/dl. Peningkatan atau penurunan konsentrasi protein

total dalam sirkulasi darah dipengaruhi oleh konsentrasi albumin atau globulin

atau keduanya. Konsentrasi protein total dan nilai hematokrit meningkat pada

kasus dehidrasi, disertai dengan konsentrasi albumin dan globulin yang

meningkat pula, sedangkan penentuan konsentrasi protein total serum dapat

digunakan sebagai alat bantu diagnostik yang penting dalam biokimia klinis.

5.2 Saran

Sebaiknya alat yang digunakan dilakukan quality control terlebih dahulu

sebelum digunakan agar tidak mempengaruhi tinggi rendahnya kadar suatu

jenis pemeriksaan yang dilakukan dikarenakan alat dalam keadaan tidak stabil

saat digunakan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Lassen, 2014. Laboratory evaluation of plasma and serum protein. Vol, 4. No, 12.
Lehninger, 2012. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Montgomery R, 2013. Biokimia Berorientasi pada Kasus-Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Soetodjo, 2007. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Yogyakarta : Amara Books.
Toha. Hamid A. 2005. Biokimia Metabolisme Molekul. Jakarta : Alfabeta.

20
LAMPIRAN

Gambar 1. Alat Gambar 2. Proses Gambar 3. Hasil Pemeriksaan


Spektrofotometer Pemeriksaan Kadar Kadar Total Protein
Total Protein

21

Anda mungkin juga menyukai