Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reproduksi pada Pria

2.1.1 Organ reproduksi luar

Penis merupakan organ kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin

jantan dan betina untuk memindahkan semen ke dalam organ

reproduksi betina. Penis diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya

akan dioperasi pada saat dikhitan/sunat. Scrotum merupakan selaput

pembungkus testis yang merupakan pelindung testis serta mengatur

suhu yang sesuai bagi spermatozoa (Utami I, P. 2018).

2.1.2 Organ reproduksi dalam

Testis merupakan kelenjar kelamin yang berjumlah sepasang dan

akan menghasilkan sel-sel sperma serta hormon testosteron. Dalam

testis banyak terdapat saluran halus yang disebut tubulus seminiferus.

Epididimis merupakan saluran panjang yang berkelok yang keluar dari

testis. Berfungsi untuk menyimpan sperma sementara dan

mematangkan sperma. Vas deferens merupakan saluran panjang dan

lurus yang mengarah ke atas dan berujung di kelenjar prostat. Berfungsi

untuk mengangkut sperma menuju vesikula seminalis. Saluran ejakulasi

merupakan saluran yang pendek dana menghubungkan vesikula

seminalis dengan urethra. Urethra merupakan saluran panjang terusan

dari saluran ejakulasi dan terdapat di penis (Utami I, P. 2018).


2.2 Kelenjar pada Organ Reproduksi Pria

2.2.1 Vesikula seminalis merupakan tempat untuk menampung sperma

sehingga disebut dengan kantung semen, berjumlah sepasang.

Menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi

sperma dan bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam

dalam saluran reproduksi wanita (Utami I, P. 2018).

2.2.2 Kelenjar Prostat merupakan kelenjar yang terbesar dan menghasilkan

getah putih yang bersifat asam (Utami I, P. 2018).

2.2.3 Kelenjar Cowper’s atau Cowpery atau Bulbourethra merupakan

kelenjar yang menghasilkan getah berupa lender yang bersifat alkali.

Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam saluran urethra

(Utami I, P. 2018).

2.3 Definisi Spermatozoa

Sperma merupakan sel system reproduksi pria. Sel sperma (spermatozoid

atau spermatozoa) berasal dari bahasa Yunani kuno yang artinya benih.

Sperma merupakan sel system reproduksi utama pria yang sangat penting

peranannya pada proses pembuahan telur pada wanita, sedangkan plasma

adalah air mani yang digunakan oleh spermatozoa untuk tetap bergerak.

Spermatozoa terdiri dari, kepala yang membawa materi herediter paternal,

ekor yang mengandung sarana penggerak. (Salmah N, 2014)

2.4 Definisi Semen atau Air Mani

Pada semen terdapat plasma dan spermatozoa. Fungsi utama plasma semen

adalah sebagai medium pembawa spermatozoa dari saluran reproduksi hewan


jantan ke dalam saluran reproduksi hewan betina. Fungsi ini dapat dijalankan

dengan baik karena pada banyak spesies plasma semen mengandung bahan-

bahan penyangga dan makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa baik

yang dapat dipergunakan secara langsung (misalnya fruktosa dan sorbitol)

maupun secara tidak langsung misalnya Gliserilfosforil Colin (GPC). Semen

terdiri dari, spermatozoa yaitu sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan oleh

testes,. plasma semen yaitu campuran sekresi yang diproduksi oleh

epididimis, kelenjar vesikularis dan kelenjar prostat (Salmah N, 2014).

2.5 Spermatogenesis

2.5.1 Definisi spermatogenesis

Spermatozoa merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi reproduksi

pria. Sel tersebut mempunyai bentuk khas yaitu mempunyai kepala,

leher dan ekor. Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel

epitel germinal yang disebut spermatogonia. Spermatogonia terletak

dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang batas luar epitel tubulus.

Proses perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa disebut

spermatogenesis (Utami I, P. 2018).

2.5.2 Proses spermatogenesis

Terjadi di dalam tubulus seminiferus selama kehidupan seksual aktif.

Hal ini sebagai akibat dari rangsangan oleh hormon gonadotropin yang

dihasilkan oleh hipofisis anterior dan dimulai rata-rata pada usia 13

tahun dan berlansung sepanjang hidup (Utami I, P. 2018).


Pada tahap pertama dari spermatogenesis, spermatogonia primitif

berkumpul tepat di tepi membrane basal dari epitel germinativum,

disebut spermatogonia tipe A, membelah empat kali untuk membentuk

16 sel yang lebih berdiferensiasi, yaitu spermatogonia tipe B. Pada

tahap ini, spermatogonia bermigrasi ke arah sentral di antara sel-sel

Sertoli. Sel-sel Sertoli mempunyai membran yang sangat kuat

berlekatan satu sama lain pada bagian dasar dan bagian sisi, sehingga

dapat membentuk suatu lapisan pertahanan yang mencegah dari

peneterasi dari kapiler-kapiler yang mengelilingi tubulus. Namun

spermatogonia yang sudah dipersiapkan untuk menjadi spermatozoa

dapat menembus lapisan pertahanan tersebut. Semua tahap pengubahan

akhir dari spermatosit menjadi spermatozoa terjadi ketika spermatid

terdapat pada lapisan sel-sel sertoli. Sel-sel sertoli memelihara dan

mengatur proses spermatogenesis. Seluruh masa spermatogenesis, dari

sel germinal sampai spermatozoa terbentuk membutuhkan waktu kira-

kira 64 hari (Utami I, P. 2018).

2.6 Faktor yang Menentukan Kualitas Semen

2.6.1 Umur

Faktor yang mempengaruhi kualitas semen salah satunya adalah

umur karena perkembangan testis dan spermatogenesis dipengaruhi

oleh umur. Spermatogenesis adalah proses pembentukan spermatozoa

yang terjadi di dalam tubuli seminiferi.. Produksi semen dapat

meningkat sampai umur tujuh tahun. Pada saat pubertas, spermatozoa


masih banyak yang abnormal karena masih muda sehingga tidak

disarankan untuk menikah dini, dikhawatirkan sperma yang terbentuk

belum sempurna (Ferial E.W, dkk. 2017).

2.6.2 Genetik

Produksi spermatozoa berkorelasi positif dengan ukuran testis yang

dapat diestimasi dengan panjang, berat dan lingkar skrotum. Genetik

juga mempengaruhi ketahanan sel spermatozoa terhadap heat shock

pada saat thawing (Ferial E.W, dkk. 2017).

2.6.3 Suhu

Suhu lingkungan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat

mempengaruhi organ reproduksi. Hal ini menyebabkan fungsi

thermoregulatoris skrotum terganggu sehingga terjadi kegagalan

pembentukan spermatozoa dan penurunan produksi spermatozoa. Suhu

normal di daerah testis berkisar 3-7°C dibawah suhu tubuh (Ferial E.W,

dkk. 2017).

2.6.4 Makanan

Nutrisi sangat penting selama perkembangan sistem reproduksi.

Meningkatkan jumlah nutrisi akan mempercepat pubertas dan

pertumbuhan tubuh (Ferial E.W, dkk. 2017).

2.6.5 Jenis pengencer

Semen beku adalah semen yang diencerkan menurut prosedur

tertentu, lalu dibekukan jauh di bawah titik beku air. Proses

pengenceran semen dapat dilakukan untuk mengurangi kepadatan dan


menjaga kelangsungan hidup spermatozoa. Bahan pengencer

mengandung zat-zat makanan yang berfungsi sebagai sumber energi

dan tidak bersifat racun bagi spermatozoa, dapat melindungi

spermatozoa dari kejut dingin (cold shock), menghambat pertumbuhan

mikroba serta bersifat sebagai penyangga (Ferial E.W, dkk. 2017).

Beberapa masalah yang sering terjadi pada pengenceran semen yaitu

penurunan daya hidup dan motilitas spermatozoa, yang disebabkan oleh

adanya radikal bebas yang dapat merusak sel spermatozoa. Bahan

pengencer spermatozoa yang paling umum digunakan yaitu kuning

telur. Manfaat kuning telur terletak pada lipoprotein dan lesitin yang

terkandung didalamnya yang bekerja mempertahankan dan melindungi

integritas selubung lipoprotein dari sel spermatozoa. Kuning telur juga

mengandung glukosa yang lebih suka dipergunakan oleh sel-sel sperma

sapi untuk metabolismenya daripada fruktosa yang terdapat di dalam

semen (Ferial E.W, dkk. 2017).

2.7 Jenis Pengencer

Untuk menghasilkan semen beku yang berkualitas tinggi dibutuhkan bahan

pengencer semen yang mampu mempertahankan kualitas spermatozoa selama

proses pendinginan, pembekuan, maupun pada saat thawing. Bahan

pengencer harus mengandung sumber nutrisi, buffer, bahan anti cold shock,

antibiotik dan krioprotektan yang dapat melindungi spermatozoa selama

proses pembekuan dan thawing. Sumber nutrisi yang paling banyak

digunakan adalah karbohidrat terutama fruktosa yang paling mudah


dimetabolisasi oleh spermatozoa. Buffer berfungsi sebagai pengatur tekanan

osmotik dan juga berfungsi menetralisir asam laktat yang dihasilkan dari sisa

metabolisme spermatozoa. Buffer yang umum digunakan adalah tris

(hydroxymethyl) aminomethane yang mempunyai kemampuan sebagai

penyangga yang baik dengan toksisitas yang rendah dalam konsentrasi yang

tinggi (Ridhoila, I, dkk. 2017).

2.8 Jenis Pemeriksaan Sperma Secara Makroskopis


DAFTAR PUSTAKA

Utami I, P. 2018. Profil Kualitas Spermatozoa pada Manusia Secara

Makroskopik. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Salmah N, 2014. Motilitas, Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa

Semen Beku Sapi Bali pada Pengencer Andromed dan Tris Kuning Telur.

Makassar: Universitas Hasanuddin.

Ferial E,W. Soekandarsi, S. Utami, I, P. 2017. Deteksi Dini Suspek Infertilitas

Berdasarkan Analisis Makroskopik Spermatozoa Manusia. Makassar: Universitas

Hasanuddin.

Ridhoila I. Yusrawati. Amir A. 2017. Perbandingan Kualitas Spermatozoa pada

Analisis Semen Pria dari Pasangan Infertil Dengan Riwayat Merokok dan Tidak

Merokok. Padang: Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai