Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur, kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat rahmat dan hidayahnya telah memberikan segala nikmatnya berupa
kesehatan, kesempatan, kekuatan, keinginan, serta kesabaran, sehingga kami dapat
menyelesaikan kegiatan praktikum Kimia Analitik dan menyusun laporan ini
dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. sehingga
banyak terdapat kekurangan bahkan kesalahan yang terdapat dalam penulisan
laporan praktikum ini dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan laporan ini.

Gorontalo, November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan
dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion
positif. Sedangkan basa secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang
bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion OH-
sebagai ion negatif.
Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting
dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti
biologi, kedokteran dan pertanian. Titrasi yang menyangkut asam dan basa
sering disebut asidimetri – alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau
pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran –ometri menggantikan –
imetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu atau proses
atau seni mengukur. Pengertian asidimetri dan alkalimetri secara umum ialah
titrasi yang menyangkut asam dan basa.
Pereaksi atau larutan yang selalu dijumpai di laboratorium dimana
pembakuannya dapat ditetapkan berdasarkan pada prinsip netralisasi asam –
basa (melalui asidi – alkalimetri) diantaranya adalah HCl, H2SO4, NaOH, KOH
dan sebagainya. Asam dan basa tersebut memiliki sifat-sifat yang
menyebabkan konsentrasi larutannya sukar bahkan tidak mungkin dipastikan
langsung dari proses hasil pembuatan atau pengencerannya. Larutan ini disebut
larutan standar sekunder yang konsentrasinya ditentukan melalui pembakuan
dengan suatu standar primer.
Asidi-alkalimetri berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh
karena itu, untuk lebih memahami konsep peniteran asidi – alkalimetri dan
mengetahui konsentrasi standar dari zat yang dianalisa maka perlu dilakukan
peniteran dengan menggunakan suatu standar primer, misalnya larutan asam
oksalat.

1
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari titrasi asidi-
alkalimetri, dalam penentuan kadar Asam Asetat dan Untuk menentukan
kadar natrium karbonat
1.3 Manfaat Praktikum
Dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi asidi alkalimetri. Dapat
menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip
titrasi asidi alkalimetri.

2
BAB II
TINJAUAN PUUSTAKA

2.1 Definisi Titrasi

Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur jumlah


yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain
yang konsentrasinya diketahui. Analisis semacam ini yang menggunakan
pengukuran volume larutan reaktan disebut analisis volumetri.Pada suatu
titrasi, salah satu larutan yang mengandung suatu reaktan dimasukkan ke
dalam buret, sebuah tabung panjang yang salah satu ujungnya mempunyai
kran dan diberi skala dalam mililiter dan sepersepuluh milliliter (Brady, 1987).

Larutan dalam buret disebut penitrasi (titran) dan selama titrasi, larutan ini
diteteskan secara perlahan melalui kran ke dalam labu Erlenmeyer yang
mengandung larutan reaktan lain. Larutan penitrasi ditambahkan sampai
seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan berubahnya warna indikator,
suatu zat yang umumnya ditambahkan ke dalam larutan dalam bejana
penerima dan yang mengalami perubahan warna ketika reaksi berakhir.
Perubahan warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi, diberi
nama demikian karena pada titik ini, penetesan larutan penitrasi dihentikan
dan volumenya dicatat (Brady, 1987).

2.2 Prinsip Titrasi

Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan dengan larutan yang


sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi
tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara.Titrasi asam
basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.

Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau


sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan
ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi)
yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini
disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama

3
dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan :

[H ] = [OH ]

Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat


perubahan warnaindikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir
titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati
titik ekuivalen.Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai
titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan,
kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan
tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi
titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut (Pramono,2012).

2.3 Asidi Alkalimetri

Analisa cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti :

aA + tT → hasil

dengan keterangan : a molekul analit A bereaksi dengan molekul pereaksi T.


Pereaksi T disebut titran ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari
sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui.
Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya
ditentukan dengan suatu proses, disebut stsndarisasi. Penambahan titran
dilanjutkan hingga sejumlah T yang kimia ekivalen dengan A telah
ditambahkan. Maka dikatakan bahwa titik ekivalen titran telah tercapai.Agar
mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan
sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya
titran berlebih dengan perubahan warna.Perubahan warna inidapat atau tidak
dapat terjadi tepat pada titik ekivalen.Titik titrasi pada saat indikator berubah
warna disebut titik akhir.

Reaksi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar untuk penentuan


titrimetrik salah satunya adalah reaksi asam-basa. Reaksi ini memiliki nama
lain sebagai asidi-alakalimetri. Terdapat banyak asam dan basa yang

4
ditentukan dengan titrimetri. Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan
dan BOH basanya, reaksinya adalah :

HA + OH →A + H O

dan

BOH + H O →B + 2H O

Titran biasanya merupakan larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium


hidroksida dan asam klorida (Underwood dan Day, 2002).

Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral.Netralisasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-


senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya
alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asm
dengan menggunakan baku basa.

Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titi ekivalen
antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam tau
basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan
tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH
larutan berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya
mencapai titik ekivalen (Sasongko, 2010).

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Titrasi Asam Basa

a. Indikator Titrasi

Zat kimia yang digunakan untuk mengetahui bila penambahan titran


berhenti/titik ekivalen titran telah tercapai (Underwood dan Day, 2002).

b. Titik Ekivalen/ Titik Akhir Teoritis

5
Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang
diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut
sebagai titik ekivalen (Khopkar, 1985).

c. Titik Akhir Titrasi

Titik akhir titrasi yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah


menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan (Brady, 1987).

d. Indikator Titrasi
Indikator asam-basa adalah zat yang berubah warnanya atu membentuk
fluorosen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator
asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH.Zat-zat indikator
dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan
warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik.Perubahan warna
disebabkan oleh resonansi ismer elektron. Berbagai indikator mempunyai
tetapan ionisasi ynag berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna
pada range pH yang berbeda.

Indikator asam-basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga


golongan:

a. indikator ftalein dan indikator sulfoftalein

b. indikator azo

c. indikator trifenilmetana (Khopkar, 1985)

2.6 Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan
fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain. Pada kasus ini, asam
lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang.Penambahan
ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan
mengubah indikator menjadi tak berwarna.Penambahan ion hidroksida
menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan
untuk menggantikannya – mengubah indikator menjadi merah muda.

6
Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah muda
dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit
untuk mendeteksinya dengan akurat!(Clark, 2007).
2.7 Uraian Bahan
1. Air Suling (DIRJEN POM 1979 : FI III 1 )
Nama Resmi : Aqua Destilata
Nama Lain : Air Suling,Aquades
Rm/Bm : H₂O / 18,02
Pemberian : Cairan Jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Didalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Asam Klorida (DIRJEN POM 1979 : 53)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM
Nama lain : asam klorida
Rumus molekul : HCl
Berat molekul : 36,46 gr/mol
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasa asam, bau
merangsang, jika diencerkan dengan 2 bagian
volume air, asap hilang.
Kelarutan : larut dalam air dan etanol (95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pereaksi golongan kation

3. Natrium Karbonat (DIRJEN POM, 1979 : 400)


Nama resmi : NATRII CARBONAS
Nama lain : natrium karbonat
Rumus molekul : Na2CO3
Berat molekul : 124,00 gr/mol
Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : reaktan dalam proses matatesis

7
4. Natrium Hidroksida (DIRJEN POM, 1979 : 412)
Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : natrium hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 40,00 gr/mol
Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan suasana
hablur, putih mudah meleleh basah, sangat alkalis
dan korosif.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pereaksi
5. Asam Oksalat (DIRJEN POM, 1979 FI III,651)
Nama lain : Asam oksalat
Rumus molekul : H₂C₂O₄
Berat molekul : 90,03 gr/mol
Pemerian : Hablur ,tidak berwarna .
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
6. Phenolphtalein (DIRJEN POM, 1979 FI Edisi III Hal 675)
Nama Resmi : PENOLPHTALEEIN
Nama Lain : Fenolftalein
Rumus Molekul : C20H14O4
Berat Molekul : 318,32 gr/mol
Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Larutan indicator

8
7. Barium Klorida (Ditjen POM, 1979, hal: 656)
Nama Resmi : BARII CLHORIDUM
Nama Lain : Barium Klorida
RM/BM : BaCl2/ 244,28
Rumus Struktur : Cl – Ba – Cl
Pemerian : Hablur ; tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
8. Asam asetat (Ditjen POM edisi III 1979 : 41)
Nama Resmi : ACIDUM ACETIUM
Nama Lain : asam asetat
RM/BM : CH3COOH / 60,05
Pemerian : cairan jernih, tak berwarna, bau busuk, rasa
asam tajam
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol (95%)
dan gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai zat tambahan
9. Metil Merah (depkes RI, 1997 Halaman 705)

Nama resmi : BENZOAT HIDROKSIDA

Nama lain : Metil Merah

Rumus kimia : C15 H15 N2 O3

Berat molekul : 305,76

Pemerian : serbuk merah gelap

Kelarutan : sukar larut dalam air dan larut dalam etanol

Kegunaan : sebagai indikator.

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya kita menyiapkan alat-alat yang
akan di gunakan pada praktikum. Alat –alat yang di gunakan antara lain statif
dan klem, buret, Erlenmeyer, labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk.
3.2 Bahan
Setelah menyiapkan alat yang akan di gunakan pada praktikum selanjutnya
kita akan menyiapkan bahan yang akan di gunakan pada praktikum antara lain
aquades, HCl pekat, Na2CO3, NaOH, BaCl2, asam Oksalat, asam asetat,
indikator pp, indikator meti merah.
3.3 Prosedur Kerja
1. Acidimetri (penetapan kadar Na2CO3)
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian bilas buret
dengan menggunakan aquadest dan kalibrasi dengan HCl. Isi buret dengan
HCl 0,1 N yang telah dibuat sebelumnya. Timbang Na2CO3 dengan
seksama kira-kira 0,1 gr. Campur baik dengan 25 ml aquadest kedalam
labu Erlenmeyer. Beri indicator metil merah beberapa tetes. Titrasi dengan
HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah
muda. Setelah itu, catat volume HCl yang digunakan.
2. Alkalimetri (penetapan kadar asam asetat)
Timbang botol timbang, masukkan kira-kira 5 ml asam cuka dan timbang
lagi. Tuang kedalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan aquades
kemudian kocok. Pipet 25 ml larutan tersebut, tambahkan 3 tetes larutan
PP. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah jingga.
Catat volume NaOH yang digunakan, diperlakuan sebanyak 2 kali. Setelah
itu hitung persen berat asam asetat dalam asam cuka.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan pada hari Selasa tanggal 23
Oktober 2017 di peroleh hasil sebagai berikut :
Percobaan Asidimetri dan Alkalimetri ialah Mengidentifikasi zat dalam
suatu sampel serta menetapkan kadarnya menggunakan prinsip reaksi asam
basa.
Tabel 1 Hasil pengamatan dariacidimetri penetapan kadar Na2CO3
No. Perlakuan Hasil

1. 0,1 gr Na2CO3 Dengan volume HCL 4,5


ditambahkan 15 ml menghasilkan perubahan warna
aquadest. Kemudian dari kuning menjadi merah muda.
ditambahkan 3 tetes
indikator metil merah
sampai terjadi perubahan.
2. 0,1 gr Na2CO3 Dengan volume HCL 4,9
ditambahkan 15 ml menghasilkan perubahan warna
aquadest. Kemudian dari kuning menjadi merah muda.
ditambahkan 3 tetes
indikator metil merah
sampai terjadi perubahan.

Tabel 2 Hasil pengamatan dari alkalimetri penetapan kadar asam asetat


No. Perlakuan Hasil

1. 25 ml asam asetat di Dengan volume NaOH 0,5


tambahkan 3 tetes menghasilkan perubahan warna
aindikator PP sampai merah jingga
terjadi perubahan warna

11
2. 25 ml asam asetat di Dengan volume NaOH 4
tambahkan 3 tetes menghasilkan perubahan warna
aindikator PP sampai merah jingga
terjadi perubahan warna

4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, praktikan bertujuan untuk dapat membuat larutan
HCl 0,1 N, dapat melakukan standarisasi larutan HCl 0,1 N, menentukan kadar
Na2CO3, dapat membuat larutan NaOH 0,1 N, dapat melakukan standarisasi
larutan NaOH 0,1 N, dan dapat menentukan kadar asam dalam asam cuka.
larutan HCl standar digunakan untuk menentukan kadar Na2CO3 . pertama-
tama ditimbang Na2CO3 agar di dapat 0,1 gram, kemudian dititrasi
menggunakan HCl standard dengan menambahkan 3 tetes indikator metil
merah sebelum dititrasi. Titrasi dihentikan pada saat terjadi perubahan warna
kuning menjadi merah muda. Perubahan warna terjadi karena adanya pengaruh
dari ion H+ yang bersifat asam dari larutan HCl. Selain penambahan indikator
yang disebabkan terjadinya perubahan warna titik akhir penambahan asam atau
basa dimana telah terjadi perubahan warna indikator dalam suatu titrasi atau
sering disebut titik akhir titrasi. Persamaan reaksi yang diperoleh pada
pengujian ini yaitu:

Na2CO3 + 2HCl → 2NaCl + CO2 + H2O

Sealanjutnya larutan NaOH standar digunakan untuk menentukan kadar


asam asetat dalam sampel asam cuka. Sampel diencerkan sebanyak 5 ml ke
dalam 100 ml aquadest. Pengenceran cuka bertujuan agar jumlah kandungan
ion asam asetat didalam larutan sedikit berkurang, dengan demikian
mempercepat pada saat titrasi. Sebelum dititrasi dengan NaOH sebanyak 0,1 N
ditetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes. Penggunaan indikator PP karena
titik ekivalen terjadi saat suasana larutan basa sebab ini adalah titrsi basa kuat
(NaOH) terhadap asam lemah (CH3COOH)Karena basa kuat hanya mengubah
sejumlah kecil kandungan ion asam asetat. Titrasi dibantu oleh larutan indikator
yaitu indikator fenolftalein yang jangkauan pH antara 8 – 9,6. Pada saat ion

12
basa kuat mengubah semua ion asam asetat yang terdapat dalam Erlenmeyer,
maka indikator akan berubah warna menjadi merah jingga karena telah terjadi
titik ekuivalen. Selain penambahan indikator yang disebabkan terjadinya
perubahan warna titik akhir eqivalen penambahan asam atau basa dimana telah
terjadi perubahan warna indikator dalam suatu titrasi atau sering disebut titik
akhir titrasi. Persamaan reaksi yang diperoleh pada pengujian ini yaitu:

NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

14
DAFTAR PUSTAKAs
Brady, James E. 1987. Kimia Univeritas Asas dan Struktur.Tangerang : Binarupa
Aksara.

Clark, Jim. 2007. IndikatorAsam-Basa.(http://www.chem-istry.org/materi kimia/


kimia fisika1/ kesetimbanaganasam-basa/ indikatorasambasa/ ). Diakses pada 01
November 2017.

Khopkar, S.M. 1985. KonsepDasar Kimia Analitik. Depok : UI Press.

Pramono. 2012. Penentuan Komposisi Magnesium Hidroksida dan Aluminium


Hidroksida dalam Obat Maag. (http://pramono.staff.mipa.uns.ac.id.) Diakses
pada tanggal 01 November 2017.

Sasongko, K. 2010. Asidi Alkalimetri.(http://katonsasongko.blogspot.com.)


Diakses pada 01 November 2017.

Underwood,A.L.dan R. A. Day Jr.2002 . Analisa Kimia Kuantiataif. Edisi


Keempat. Jakarta :Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai