Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI

PEMERIKSAAN DENGUE NS.1 ANTIGEN

DISUSUN OLEH

NAMA : CHINDI OLYVIA MANIHIYA

NPM : 85AK17004

KELAS : A

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA MANDIRI
GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul pratikum

“Pemeriksaan Dengue NS.1 Antigen".

Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari

mata kuliah Imunoserologi. Dalam penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan

terima kasih kepada pihak yang telah membantu atau membimbing dalam

penyusunan laporan ini.

Penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi

kemajuan ilmu pada umumnya dan kemajuan bidang pendidikan pada khususnya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, dimohonkan kritik dan saran dari pembaca.

Gorontalo, 17 Mei 2019

Penulis

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit

menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk

Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini ditandai dengan demam,

nyeri otot dan/atau nyeri sendi, yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia dan diatesis hemoragik (Prayoga M.J, 2017).

Diagnosis infeksi dengue sedini mungkin sangat penting untuk mencegah

perkembangan derajat keparahan penyakit ke dalam bentuk yang lebih serius.

Namun diagnosis penyakit dengue sulit ditegakkan pada beberapa hari awal

sakit karena gejala yang muncul tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan

penyakit infeksi lainnya sehingga dapat menyebabkan keterlambatan

diagnosis. Penegakkan diagnosis penyakit dengue selain dengan menilai

gejala klinis juga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk membantu

diagnosis (Prayoga M.J, 2017).

Diagnosis laboratorium infeksi dengue dapat ditegakkan dengan

mendeteksi virus spesifik, sekuens genom, antibodi, dan antigen virus. Virus

dengue mempunyai dua macam protein yaitu protein struktural (E, M dan C)

dan protein nonstruktural (NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, NS5).

Saat ini telah ada pemeriksaan terhadap antigen nonstruktural 1 (NS1) yang

dapat mendeteksi atau mendiagnosis infeksi virus dengue lebih awal, bahkan

pada hari pertama onset demam karena protein NS1 bersirkulasi dalam

konsentrasi tinggi dalam darah pasien selama awal fase akut.

8
NS1 adalah glikoprotein yang berlimpah diproduksi oleh virus saat tahap

awal infeksi yang ditemukan dalam sel-sel yang terinfeksi pada membran sel

dan disekresi ke dalam ruang ekstraselular.

Adanya pemeriksaan NS1 sangat bermanfaat karena dapat dilakukan terapi

suportif dan pemantauan pasien dengan segera sehingga dapat mengurangi

risiko komplikasi maupun kematian. Pemeriksaan NS1 memiliki nilai

diagnostik dengan sensitivitas yang baik pada fase akut penyakit yaitu sebesar

73,53% dengan spesifisitas 100%, hasil tersebut lebih baik dibandingkan

dengan nilai diagnostik hitung trombosit, leukosit dan antibodi IgM anti

dengue

Berdasarkan penjelasan diatas maka dilakukan pemeriksaan rapid test NS1

(Non Struktural 1) dengan metode imunokromatografi, kelebihan dan

kekurangannya, serta factor yang mempengaruhi pemeriksaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemeriksaan demam berdarah dengan rapid test NS1

menggunakan metode imunokromatografi?

2. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan demam berdarah ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pemeriksaan demam berdarah dengan rapid test NS1

menggunakan metode imunokromatografi.

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pemeriksaan demam berdarah.

9
1.4 Manfaat

Agar mahasiswa terampil dalam melakukan pemeriksaan demam berdarah

berdasarkan metode yang digunakan.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Demam Berdarah

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus. Demam berdarah DBD dulu disebut penyakit

“break-bone” karena kadang menyebabkan nyeri sendi dan otot di mana

tulang terasa retak (Tahono, 2010.).

Demam berdarah ringan menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri otot

dan sendi. Demam berdarah yang parah, atau juga dikenal sebagai dengue

hemorrhagic fever, dapat menyebabkan perdarahan serius, penurunan tekanan

darah yang tiba-tiba (shock), dan kematian (Tahono, 2010).

2.2 Morfologi Aedes aegypti

Menurut Aryati, 2004. Morfologi Aedes aegypti yaitu :

2.2.1 Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih Hidup di dalam

dan di sekitar rumah

2.2.2 Menggigit atau menghisap darah pada siang hari

2.2.3 Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar

2.2.4 Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar

rumah bukan di

2.2.5 Got/comberan di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga,

tempat minum burung, dan lain-lain.

11
2.3 Epidemiologi

Virus dengue tersebar di seluruh dunia di daerah tropis. Sebagian besar di

daerah subtropis dan tropis di dunia tempat vektor Aedes berada merupakan

daerah endemik. Wabah dengue sering terjadi pada masyarakat perkotaan

dimana tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi. Transmisi demam berdarah

biasanya terjadi saat musim hujan ketika suhu dan kelembaban kondusif bagi

perkembangbiakan vector. Kasus dengue di Indonesia pertama kali

dilaporkan di Surabaya pada tahun 1968. Sejak tahun 1968 sampai tahun

2009 telah terjadi peningkatan persebaran jumlah provinsi dan

kabupaten/kota yang menjadi wilayah endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2

kabupaten/kota, menjadi 32 (97%) provinsi dan 382 (77%) kabupaten/kota

pada tahun 2009. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD, pada

tahun 1968 hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 (Driyah,

dkk. 2015).

2.4 Vektor Virus Dengue

Virus dengue ditularkan ke tubuh host melalui gigitan nyamuk. Vektor

utama DBD adalah Aedes aegypti sedangkan Aedes albopictus sebagai vektor

potensialnya. Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil 11 dibandingkan

ukuran nyamuk rumah. Morfologinya cukup khas yaitu memiliki gambaran

lira putih pada punggungnya. Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding

tempat perindukannya 1-2 cm di atas permukaan air. Pertumbuhan dari telur

hingga menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari. Tempat

perindukan utama Aedes aegypti adalah tempat-tempat berisi air bersih yang

12
letaknya berdekatan letaknya dengan rumah penduduk biasanya kurang dari

500 meter. Tempat perindukan dapat berupa tempayan, bak mandi, kaleng,

kelopak daun tanaman dan tempat yang berisi air lainnya (Geneva, 2005).

Nyamuk betina mengisap darah manusia pada siang hari. Pengisapan darah

dilakukan dari pagi hari sampai petang dengan dua puncak waktu yaitu

setelah matahari terbit (pukul 8.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam

(pukul 15.00-17.00). Aedes aegypti beristirahat di tempat berupa semak-

semak, rerumputan, atau dapat juga di benda-benda yang tergantung dalam

rumah, seperti pakaian. Nyamuk ini dapat hidup selama sepuluh hari di alam

bebas. Aedes aegypti mampu terbang sejauh jarak 2 kilometer, walaupun

umumnya jarak terbangnya cukup pendek yaitu kurang dari 40 meter

(Geneva, 2005).

2.5 Penyebab Demam Berdarah

Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang

disebabkan oleh virus Dengue. Seperti sifat virus lainnya, Dengue

membutuhkan sel inang (induk) untuk dapat hidup. Di lingkungan luar, virus

ini akan segera mati (Sudarmo SP, 2004).

Virus Dengue termasuk ke dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae.

Terdapat 4 tipe virus ini, yakni: DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Keempat serotipe tersebut dapat ditemui di daerah hujan tropis seperti

Indonesia (Sudarmo SP, 2004).

Di antara keempat serotipe tersebut, serotipe DEN-3 merupakan serotipe

dominan dan penyebab demam berdarah dengan derajat yang paling berat,

13
diikuti selanjutnya oleh DEN-2. Itulah yeng menyebabkan terdapat pasien

demam berdarah dengan gejala yang sangat cepat dan berat, tetapi terdapat

juga pasien demam berdarah yang tampak segar bugar. Malah beberapa orang

tidak sadar bahwa dirinya pernah terinfeksi virus Dengue (Sudarmo SP,

2004).

Virus ini ditularkan ke manusia melalui perantara nyamuk Aedes

aegypti atau Aedes albopictus. Virus masuk ke dalam aliran darah melalui

luka akibat gigitan nyamuk. Infeksi virus Dengue tidak dapat menular antar

manusia, melalui udara bebas, ataupun melalui pertukaran cairan (Sudarmo

SP, 2004).

2.6 Mekanisme Virus Dengue Menginfeksi Tubuh

Apabila nyamuk menggigit orang, air liur nyamuk tersebut masuk ke kulit

orang tersebut. Jika nyamuk tersebut mengandung virus dengue, virus

terbawa dalam air liurnya. Sehingga apabila nyamuk tersebut menggigit

orang, virusnya masuk ke dalam kulit orang tersebut bersama air liur nyamuk.

Virus dengue setelah masuk dalam tubuh manusia, berkembang biak dalam

sel retikulo endotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang

berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral

maupun selular, antara lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti

komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah immunoglobulin

(IgM) dan immunoglobulin G (IgG), pada infeksi dengue primer antibodi

mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi

meningkat. Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah

14
sekitar demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan

ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan

kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus

dibedakan antara infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi

IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder

antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini

infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM

setelah hari sakit kelima, diagnosis.7 Pemeriksaan laboratorium penunjang

yang sering dilakukan adalah uji untuk mengenali antibodi virus dengue, IgM

untuk infeksi dengue primer dan IgG untuk infeksi dengue sekunder.

Pemeriksaan serologis antibodi IgM maupun IgG akan mempertajam

diagnosis DBD (Driyah S, dkk. 2015).

2.7 Gejala Klinis

Menurut Hardjoeno, 2010. Gejala Klinis dari demam berdarah yaitu:

2.7.1 Gejala demam berdarah klasik

Gejala dari demam berdarah klasik biasanya diawali dengan demam

selama 4 hingga 7 hari setelah digigit oleh nyamuk yang terinfeksi,

serta:

a. Demam tinggi, hingga 40 derajat C

b. Sakit kepala parah

c. Nyeri pada retro-orbital (bagian belakang mata)

d. Nyeri otot dan sendi parah

e. Mual dan muntah

15
f. Ruam

g. Ruam mungkin muncul di seluruh tubuh 3 sampai 4 hari setelah

demam, kemudian berkurang setelah 1 hingga 2 hari, dan mengalami

ruam kedua beberapa hari kemudian.

2.7.2 Gejala dengue hemorrhagic fever

a. Gejala dari dengue hemorrhagic fever meliputi semua gejala dari

demam berdarah klasik, ditambah:

b. Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening

c. Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit, menyebabkan

memar berwarna keunguan

d. Jenis penyakit dengue ini dapat menyebabkan kematian.

2.7.3 Gejala dengue shock syndrome

a. Gejala dari dengue shock syndrome, jenis penyakit dengue yang

paling parah, meliputi semua gejala demam berdarah klasik dan

dengue hemorrhagic fever, ditambah:

b. Kebocoran di luar pembuluh darah

c. Perdarahan parah

d. Shock (tekanan darah sangat rendah).

2.8 Pengobatan Penyakit Demam Berdarah

Menurut Hardjoeno, 2010. Pengobatan Penyakit Demam Berdarah yaitu:

2.8.1 Banyak beristirahat.

16
2.8.2 Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi (terutama untuk

mengganti cairan tubuh yang terbuang akibat gejala demam tinggi dan

muntah-muntah).

2.8.3 Mengonsumsi parasetamol dan acetaminophen untuk meredakan

demam dan nyeri.

2.8.4 Berhenti menjalani aktivitas untuk sementara waktu sampai tubuh

benar-benar pulih.

2.9 Pencegahan Virus Demam Berdarah

Menurut Geneva, 2005. Pencegahan virus demam berdarah yaitu :

2.9.1 Membersihkan bak mandi dan menaburkan serbuk abate agar jentik-

jentik nyamuk mati.

2.9.2 Menutup, membalik, atau jika perlu menyingkirkan media-media kecil

penampung air lainnya yang ada di rumah.

2.9.3 Memasang kawat antinyamuk di seluruh ventilasi rumah.

2.9.4 Memasang kelambu di ranjang tidur.

2.9.5 Memakai losion antinyamuk, terutama yang mengandung N-

diethylmetatoluamide (DEET) yang terbukti efektif. Namun jangan

gunakan produk ini pada bayi yang masih berusia di bawah dua tahun.

2.9.6 Mengenakan pakaian yang longgar yang bisa melindungi Anda dari

gigitan nyamuk.

2.9.7 Melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan

2.9.8 Mengadakan fogging untuk mensterilkan lingkungan dari nyamuk dan

jentik-jentiknya

17
2.10 Pemeriksaan Antigen NS1

Penggunaan pemeriksaan antigen NS1 dalam penegakkan diagnosis

dengue telah disarankan terutama pada fase awal sejak timbul demam.

Antigen NS1 dengue sangat penting dalam diagnosis infeksi dengue.

Antigen NS1 dapat dideteksi pada fase awal penyakit sebelum antibodi

terbentuk. Antigen NS1 dapat dideteksi sejak hari pertama sejak onset

demam sampai hari ke-9. Pada fase tersebut sensitivitas pemeriksaan NS1

lebih baik dibandingkan pemeriksaan antibodi IgM (Hendarwanto, 2010).

Diagnosis laboratorium infeksi dengue dapat ditegakkan dengan

mendeteksi virus spesifik, sekuens genom, antibodi, dan antigen virus. NS1

diproduksi oleh semua flavivirus dan berperan penting dalam proses

replikasi dan kelangsungan hidup virus. NS1 berperan sebagai imunogen

penting dalam infeksi dengue dan berperan dalam perlindungan terhadap

penyakit terutama pada infeksi sekunder dimana ditemukan antibodi anti-

CSF pada serum pasien Respon antibodi tersebut berkontribusi dalam

patogenesis infeksi dengue. Antigen NS1 juga berperan dalam terjadinya

trombositopenia pada infeksi dengue. Anti-nonstruktural protein-1 (NS1)

menginduksi lisisnya trombosit yang dimediasi oleh sistem komplemen

sehingga menyebabkan penurunan jumlah trombosit di sirkulasi. Selain itu,

terdapat reaksi autoantibodi dengan target awal NS1 yang menyerang

trombosit dan fibrinogen (Hendarwanto, 2010).

18
2.11 Rapid Test NS1

Rapid test NS1 adalah suatu tes in vitro dengan teknik pengujian

Immunochromatographic. Setiap tes berisikan satu strip membran, yang

telah dilapisi dengan anti-dengue NS1 antigen. Anti-dengue NS1 antigen-

colloid gold conjugate dan serum sampel bergerak sepanjang membran

menuju daerah garis tes (T) dan membentuk suatu garis yang dapat dilihat

sebagai suatu bentuk kompleks antibodi-antigen-antibody gold particle.

Dengue Dx NS1 Antigen Rapid Test memiliki dua garis hasil, garis T (garis

tes) dan C (garis kontrol). Kedua garis ini tidak akan terlihat sebelum

sampel ditambahkan. Garis C digunakan sebagai kontrol prosedur. Garis ini

selalu muncul jika prosedur tes dilakukan dengan benar dan reagen dalam

kondisi baik (Prayoga M.J, 2017).

2.12 Perbedaan Serum dan Plasma

Menurut Noer, 2007. Perbedaan serum dan plasma yaitu :

2.12.1 Bentuk

a. Serum : Merupakan bagian dalam darah yang tidak mengandung zat

pembekuan darah namun terdapat protein.

b. Plasma : Merupakan bagian dalam darah yang cair namun

cenderung menggumpal karena mengandung nutrisi,

hormone dan zat pembeku darah.

2.12.2 Komposisi

a. Serum : Mengandung zat protein, hormone, glukosa, elektrolit,

antibody, antigen dan partikel tertentu. Zat yang ada

19
didalam serum hampir sama dengan plasma darah hanya

saja tanpa ada faktor pembekuan darah. Sebagai perumpaan

mudahnya adalah plasma yang tidak mengandung faktor

pembeku darah disebut dengan serum.

b. Plasma : Zat yang ada di dalam plasma tidak jauh berbeda dengan

zat yang ada di dalam serum darah. Hanya saja plasma

mengandung zat yang berfungsi sebagai zat pembeku

darah.

2.12.3 Volume :

a. Serum : Serum darah memiliki volume yang lebih kurang dari

plasma darah.

b. Plasma : Plasma darah memiliki berat 55% dari keseluruhan

volume darah. Plasma darah terdiri dari 93% air dan 7%

terdiri dari sel darah lainnya. Plasma darah ini memiliki

kerapatan 1.025 kg per meter kubik.

2.12.4 Prosedur isolasi


a. Serum : Untuk mengekstrak serum dari keseluruhan darah, sampel

darah yang diambil bisa dibekukan. Kemudian cairan

tersebut akan dapat dipisahkan menggunakan stik

aplikator khusus. Cara selanjutnya adalah dengan

memisahkan serum dengan bagian yang menggumpal.

b. Plasma : Untuk mengekstrak plasma darah dilakukan dengan cara

memutar sampel darah dengan menggunakan mesin

pemisah. Hal tersebut akan membuat sel darah mengendap

20
di bagian bawah karena massanya lebih berat dan plasma

darah akan yang berupa cairan bening akan berada di atas

darah.

2.12.5 Penggunaan medis

a. Serum : Serum darah digunakan berbagai keperluan diagnosa yang

kemudian berguna sebagai penentu kadar hCG, kolestrol,

gula, protein dan zat lainnya yang ada di dalam darah.

b. Plasma : Plasma darah sering digunakan dalam bidang medis untuk

menjadi tranfusi kepada para penderita hemophilia atau

penyakit yang membuat pembekuan darah lainnya, shock

atau luka bakar, imunodefesiensi dan lainnya.

2.12.6. Pemisahan serum dan plasma

a. Serum : Serum darah perlu dipisahkan karena bisa lebih efektif

digunakan dalam penelitian. Hal ini disebabkan karena

serum darah memiliki zat antigen lebih banyak dari pada

plasma atau sel darah lainnya. sedangkan plasma darah

memiliki zat antikoagulan yang bisa membuat reaksi

kimia rusak dalam darah sehingga tidak efektif digunakan

dalam proses penelitian.

b. Plasma : Plasma darah dipisahkan dengan tujuan yaitu bisa

membuat usia lebih panjang, jika plasma darah dipisahkan

dan disimpan dengan baik bisa bertahan hingga satu tahun

21
lamanya. Plasma dapat terbentuk lagi 2 hingga 3 hari

setelah mengalami pengangkutan.

2.13 Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Demam Berdarah

2.13.1 Serum yang dicelupkan pada strip harus 100µl jika kurang dari itu

dikhawatirkan serum tidak dapat sampai pada bantalan garis control

sehingga tidak terbentuk garis pada line control.

2.13.2 Serum yang lisis, berlemak, ikterik (kuning pekat),

2.13.3 Waktu pembacaan yang lebih atau kurang dari 15 menit sehingga

dapat menyebabkan positif atau negative palsu (Sacher, 2012).

22
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum yang berjudul “Rapid Test Dengue NS.1 Antigen” dilaksanakan

pada tanggal 08 April 2019 di Laboratorium Farmakologi Stikes Bina Mandiri

Gorontalo.

3.2 Metode

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan DBD yaitu metode

Immunokromatography

3.3 Prinsip Kerja

Setiap test berisikan satu strip, yang telah dilapisi dengan Anti- dengue

NSI antigen capture pada daerah garis test. Anti- dengue NSI antigen-colloid

gold conjugate dan serum plasma ataupun whole blood sampel bergerak

sepanjang membran menuju daerah garis test dan membentuk satu garis yang

dapat dilihat sebagai suatu bentuk kompleks antibody.

3.4 Pra Analitik

1. Konfirmasi jenis pemeriksaan.

a. Nama pasien lengkap

b. Jenis kelamin, Usia

c. Alamat, No telp, No Hp

d. Tanggal / Jam pengambilan

e. Jenis tes

f. Nama pengambil bahan

23
g. No MR

h. Ruang

2. Persiapan pasien.

Pasien dalam keadaan tenang, rileks dan kooperatif dan motivasi: keram

sedikit, proses cepat dan diberi penjelasan perlu atau tidak untuk puasa.

3. Strategi Komunikasi

a. Mengucapkan salam

b. Melakukan pendekatan secara professional

c. Melakukan wawancara utk konfirmasi data pasien secara singkat dan

lengkap

d. Memberi penjelasan tentang tujuan dan proses pengambilan bahan

pemeriksaan

e. Memberi penyuluhan kesehatan

f. Mengucapkan terimakasih.

4. Persiapan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu tabung

tutup merah, rapid test NS1, centrifuge, holder, disposible, tourniquet,

buffer malaria, kapas alkohol dan kering.

3.5 Analitik

Adapun prosedur kerja yang digunakan sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Mengambil darah vena dengan menggunakan holder dan disposable

kemudian dimasukkan darahnya pada tabung tutup merah.

3. Masukkan kedalam centrifuge dan diputar selama 15 menit.

24
4. Keluarkan dari dalam centrifuge.

5. Teteskan sebanyak 10 mikron serum dan tambahkan 3 tetes buffer malaria

pada rapid dan ditunggu selama 10 menit.

6. Baca hasilnya setelah 10 menit.

3.6 Pasca Analitik

Reaktif : Terdapat garis merah pada line control dan tes

Non- Reaktif : Terdapat garis merah pada line control

Invalid : Terdapat garis merah pada line test

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang didapat untuk pemeriksaan Demam berdarah yaitu :

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan Demam berdarah

Sampel Perlakuan Hasil Keterangan

Serum Rapid Test Non Reaktif : Reaktif :

darah NS1 Line control = 1 Line control = Terbentuk 1 garis

garis Line test = Terbentuk 1 garis

Line test = Tidak Non Reaktif :

terbentuk garis Line control = Terbentuk 1 garis

Line test = Tidak terbentuk garis

Invalid :

Line control = Tidak terbentuk

garis

Line test = Tidak terbentuk garis

atau timbul 1 garis

4.2 Pembahasan

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus. Demam berdarah DBD dulu disebut penyakit

“break-bone” karena kadang menyebabkan nyeri sendi dan otot di mana

tulang terasa retak .

26
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan terhadap virus dengue

penyebab penyakit demam berdarah menggunakan rapid test NS1 dengan

metode immunochromatography dan didapatkan hasil non reaktif yang

ditandai dengan timbul satu garis pada control line dan pada test line tidak

timbul garis merah. Penggunaan pemeriksaan antigen NS1 sangat penting

dalam penegakkan diagnose fase awal sejak timbul demam. Antigen NS1

dengue sangat penting dalam diagnosis infeksi dengue. Antigen NS1 dapat

dideteksi pada fase awal penyakit sebelum antibodi terbentuk. Antigen NS1

dapat dideteksi sejak hari pertama demam sampai hari ke-9. Pada fase

tersebut sensitivitas pemeriksaan NS1 lebih baik dibandingkan pemeriksaan

antibodi IgM. Pemeriksaan menggunakan rapid test NS1 hasilnya dibaca

setelah 15 menit hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa serum benar-

benar telah melewati garis control pada bantalan rapid sehingga hasil yang

diperoleh benar-benar valid karena hasil yang baik yaitu jika timbul garis

merah pada line control. Pemeriksaan demam berdarah menggunakan serum

1µl dengan buffer 3 tetes, penggunaan buffer pada pemeriksaan dilakukan

agar serum dapat sampai pada titik akhir bantalan yang ditandai dengan

timbulnya garis merah pada control line serta untuk mencegah adanya reaksi

lain yang timbul selain reaksi antara antibody dan antigen NS1 dengue.

Penggunaan serum dalam pemeriksaan dilakukan karena memiliki zat antigen

dan antibodi lebih banyak dari pada plasma atau sel darah lainnya dan tidak

memiliki kandungan fibrinogen sehingga tidak mudah mengalami

pembekuan. Sedangkan plasma darah memiliki kandungan fibrinogen

27
sehingga darah cepat mengalami pembekuan yang bisa membuat reaksi kimia

rusak dalam darah sehingga tidak efektif digunakan untuk pemeriksaan.

Serum yang baik untuk pemeriksaan yaitu tidak lisis (rusaknya sel darah

merah), tidak ikterik (kuning pekat dikarenakan bilirubin yang tinggi), tidak

ipemik (berlemak). Penularan virus dengue berasal dari air liur nyamuk Aedes

aegypti masuk ke kulit manusia. Virus masuk ke dalam aliran darah melalui

luka akibat gigitan nyamuk. Infeksi virus Dengue tidak dapat menular antar

manusia, melalui udara bebas, ataupun melalui pertukaran cairan.

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang

diagnosis DBD adalah pemeriksaan darah lengkap, urine, serologi dan isolasi

virus, yang signifikan dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, selain itu

untuk mendiagnosis DBD secara definitif dengan isolasi virus, identifikasi

virus dan serologis. Factor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan yaitu

serum yang ditetesi pada strip harus 1µl dan buffer 3 tetes jika kurang dari itu

dikhawatirkan larutan tidak dapat sampai pada bantalan garis control

sehingga tidak terbentuk garis pada line control, serum yang lisis, berlemak,

ikterik (kuning pekat), serta waktu pembacaan yang lebih atau kurang dari 15

menit sehingga dapat menyebabkan positif atau negative palsu.

28
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pemeriksaan demam berdarah menggunakan rapid test NS1 sangat penting

dalam penegakkan diagnose fase awal sejak timbul demam. Antigen NS1

dengue sangat penting dalam diagnosis infeksi dengue. Hasil yang didapat

yaitu hanya muncul garis merah pada control line dan tidak muncul garis

pada test line yang menandakan serum tidak reaktif terhadap antigen virus

dengue. Factor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan yaitu serum yang

ditetesi pada strip harus 1µl dan buffer 3 tetes jika kurang dari itu

dikhawatirkan larutan tidak dapat sampai pada bantalan garis control

sehingga tidak terbentuk garis pada line control, serum yang lisis, berlemak,

ikterik (kuning pekat), serta waktu pembacaan yang lebih atau kurang dari 15

menit sehingga dapat menyebabkan positif atau negative palsu.

5.2 Saran

Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya menggunakan alat test yang masih

layak digunakan agar kesalahan saat interpretasi hasil dapat dicegah.

29
DAFTAR PUSTAKA
Aryati, 2004. Diagnosis Laboratorium DBD Terkini. Medical Journal Kesehatan.

Driyah. Novriani H. 2015. Gambaran Klinis dan Serologi (IgM dan IgG) di Tiga
Daerah Endemik Pontianak Medan, dan Jakarta. Diakses pada tanggal 8
April 2019.

Geneva, 2005. Situation of Dengue / Dengue Haemorrhagic Fever in WHO The


South-East Asia Region.

Hardjoeno, 2010. Intepretasi klinik IgM dan IgG Virus Dengue. Surakarta: Nusa
Medika.

Hendarwanto, 2010. Dengue, Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Noer, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati Edisi Pertama. Editor: H. Ali
Sulaiman. Jakarta: Jayabadi.

Prayoga M.J, 2017. Hubungan Hasil Pemeriksaan Antigen Non Struktural 1 (Ns1)
Terhadap Gejala, Tanda Klinis dan Jumlah Trombosit Pada Pasien Suspek
Infeksi Dengue. Lampung: Universitas Lampung.

Sudarmo SP, 2004. Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI.

Tahono, 2010. Manifestasi Infeksi Virus Dengue dari Aspek Laboratorik.


Surakarta: Nusa Medika.

30
LAMPIRAN

Gambar 1. Pelabelan Gambar 2. Sampel


sampel. setelah dicentrifuge.

Gambar 3. Hasil
pemeriksaan DBD

31

Anda mungkin juga menyukai