Disusun oleh :
CIMAHI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Sifat dan Jenis Infeksi Famili Reoviridae
dan Togaviridae”. Makalah ini diajukan, guna memenuhi tugas mata kuliah Virologi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Kami menyadari, makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
Virus berasal dari bahasa Yunani venom yang berarti racun. Virus merupakan organisme
non-seluler, karena ia tidak memiliki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan tidak
bisa membelah diri sendiri. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat.
Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang
membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian
pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam
sel tersebut secara permanen. Berdasarkan sifat hidupnya maka virus dimasukan sebagai
parasit obligat, karena keberlangsungan hidupnya sangat tergantung pada materi genetik inang.
Secara umum virus merupakan partikel yang tersusun atas elemen genetik yang
mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam
ribonukleat (RNA). Berdasarkan morfologi tersebut, virus kemudian diklasifikasikan menjadi
2 kelompok, virus DNA dan virus RNA.
Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA. Beberapa
contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Togaviridae dan Reoviridae.
Togaviridae dan Reoviridae merupakan kelompok jenis virus yang sering menginfeksi
manusia. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh famili Togaviridae adalah Chikungunya dan
Rubella, sedangkan penyakit yang disebabkan oleh famili Reoviridae adalah Demam Tungau
Colorado dan Gastroenteritis.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk membuat makalah dengan judul
“Sifat dan Jenis Infeksi Famili Togaviridae dan Reoviridae”.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Reoviridae
2.1.1 Pengertian dan Sifat Umum Reoviridae
Reoviridae merupakan golongan virus dimana virionnya tidak berselubung.
Ukuran diameter virion 60-80 nm. Pada partikel virus ini berkulit tunggal dan tidak
memiliki kapsid dibagian luarnya. Virus dengan family Reoviridae memiliki kapsid
pada bagian dalam dengan jumlah 2 kapsid berbentuk ikosahedral. Rotavirus
mengandung 11 segmen genom, dimana orthoreovirus dan orbivirus masing-masing
memiliki sepuluh segmen dan coltivirus mempunyai 12 segmen.
2.1.2 Struktur Virus
Reovirus tidak diselimuti dan memiliki kapsid ikosahedral yang terdiri dari
kulit luar (T = 13) dan inner (T = 2) shell. Genom virus di Reoviridae mengandung
10–12 segmen yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori yang sesuai dengan
ukurannya: L (besar), M (medium) dan S (kecil). Segmen berkisar dari sekitar 0,2
hingga 3 kbp dan setiap segmen mengkodekan 1-3 protein (10-14 protein total).
Protein Reoviridae dilambangkan dengan karakter Yunani yang sesuai dengan
segmen yang diterjemahkan dari (segmen L menyandikan untuk protein λ, segmen
M menyandikan untuk μ protein dan segmen S mengkodekan protein σ).
4
(3) Orbivirus, terdiri dari beberapa serotipe (golongan demam caplak Colora dan
Kemerovo) yang bersifat lintas artropoda (arthropodaborne)
5
Rute Perjalanan
Rotavirus menempel dan menyerang epitel usus kecil. Virus ini menyebabkan
perubahan pada struktur dari mukosa usus kecil, berupa pemendekan villi dan
terdapatnya infiltrat sel-sel radang mononuklear. Respon imun dari penderita dalam
bentuk perubahan morfologi dan fungsi sel epitel dan menimbulkan diare.
Rotavirus bereplikasi dalam sitoplasma sel inang. Virion masuk ke dalam sel
host oleh mRNA endositosis dan virus ditranskripsi menggunakan RNA polimerase
virus yang sudah ada dalam virion untuk membentuk unit struktural dari protein
kapsid. Segmen mRNA dirakit menjadi kapsid dewasa dan kemudian direplikasi
untuk membentuk genom RNA beruntai ganda. Para badan inklusi terbentuk 6-7
jam setelah infeksi pada sel yang terinfeksi.
Dampak Kesehatan pada Manusia
Bila anak-anak terserang diare, maka besar kemungkinan anak-anak
kekurangan cairan dalam tubuh sehingga bisa mengalami dehidrasi. Anak-anak
yang mengalami dehidrasi, gejalanya sering kehausan, anak memuntahkan kembali
air yang diminum, mata terlihat cekung, kulit perut ketika dicubit tidak kenyal.
Sedangkan bila anak-anak berada pada kondisi dehidrasi berat, tanda-tandanya
adalah kesadaran anak menurun, kaki tangan terasa dingin disertai dengan kejang,
Namun, orangtua sangat perlu lebih waspada. Sebab, kemungkinan dehidrasi yang
terjadi pada diare ini bisa terjadi lebih cepat tanpa terdeteksi jika dibandingkan
dengan diare oleh sebab lain.
Dampak Kesehatan pada Hewan
Infeksi virus rota yang berhubungan dengan radang usus dan diare telah banyak
dilaporkan terjadi pada beberapa jenis hewan termasuk pada manusia (bayi dan
anak-anak), anak sapi, anak babi, anak biri-biri, anak kuda, kelinci, tikus, anak rusa,
antelop, dan kalkun.
Gejala Klinis
Infeksi virus rota biasanya terjadi 1 hari sebelum timbul gejala klinis, akhirnya
akan menetap pada penderita hingga 8 sampai 10 hari. Gejala klinis akan timbul
setelah 3 hari terpapar oleh virus rota yang ditandai dengan demam, sakit perut, dan
muntah-muntah selama 1 – 3 hari yang diikuti dengan diare yang berbau sangat
tidak sedap selama 5-8 hari. Biasanya gejala klinis akan berakhir antara 3 – 5 hari.
Anak-anak yang menderita diare akan cepat kehilangan cairan tubuh dan cairan
6
elektrolit. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi anak-anak usia dibawah 2
tahun. Oleh karena itu diperlukan penambahan cairan elektrolit (rehydration)
sebagai penyeimbang dalam tubuh penderita. Immunitas infeksi ulang tidak sebaik
ketika terjadi infeksi yang pertama kali oleh virus rota, akan tetapi infeksi ulang
cenderung kurang berbahaya bila dibandingkan pada saat pertama kali terinfeksi
virus.
Pada orang dewasa yang sehat, infeksi rotavirus hanya menyebabkan tanda dan
gejala ringan atau bahkan tidak ada gejala sama sekali.
Penanganan Kasus
Penanganan bagi orang yang terjangkit virus ini adalah dengan penggantian
cairan dan pemulihan keseimbangan elektrolit secara intravena atau secara oral.
Bisa dilakukan dengan memberikan cairan oralit atau cairan pengganti oralit.
Cairan pengganti oralit ini bisa berupa kuah sayur, air teh manis yang
ditambahkan garam seujung sendok. Apabila anak muntah, ditunggu lebih dahulu
5-10 menit, agar anak tenang. Setelah itu, baru diberikan cairan pengganti dari
sendok secara perlahan-lahan. Sedangkan untuk pencegahannya dapat dilakukan
adalah merawat secara terpisah anak yang terinfeksi rotavirus dengan anak yang
sehat, dan juga dilakukan vaksinasi.
2.2Togaviridae
2.2.1 Pengertian dan Sifat Umum Togaviridae
Togaviridae adalah virus yang secara umum hospesnya dari manusia, mamalia,
burung, dan nyamuk sebagai vektor. Famili Togaviridae mula-mula mencakup genus
Alphavirus, Flavivirus, dan Rubivirus. Kemudian ditemukan bahwa Flavivirus berbeda dari
Togavirus, yaitu berbeda dalam ukuran, Flavivirus yang lebih kecil (40-50 nm) dan berbeda
dalam urutan gen dan strategi replikasinya. Sejak 1984, Flavivirus diklasifikikasikan ke
dalam famili Flaviviridae.
Famili virus ini memiliki lebih dari 250 anggota virus yang berbeda, 65 di antaranya
dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Untuk melengkapi siklus biologiknya yang
kompleks, virus ini membutuhkan invertebrata penghisap darah sebagai vektor dan vertebrata
sebagai tuan rumah yang efektif (host reservoir).
Togavirus mempunyai banyak anggota virus yang termasuk dalam serangga penghisap
darah dan ditularkan kepada vertebrata oleh gigitan seranga tesebut. Atas dasar antigen yang
7
dapat ditunjukkan dengan tes-tes netralisasi, HAI dan fiksasi komplemen, togavirus
dikelompokkan menjadi 2 genus, yaitu genus Alphavirus (arbovirus grup A) dan Rubivirus.
Untuk membedakan virus-virus dalam tiap-tiap genus digunakan tes netralisasi yang paling
spesifik. Nama-nama togavirus biasanya disesuaikan dengan nama tempat di mana virus
tersebut ditemukan.
- Tipe simetri kapsid: Icosahedral virus / T = 4 yang terdiri dari 240 monomer
8
2.2.3 Genome Togaviridae
Genom RNA dari togavirus terdiri dari dua ORF (Open Reading Frames) yang
panjang, yaitu 5′- proximal ORF yang dapat mengkode nonstructural proteins dengan
ukuran 2/3 dari panjang genome dan 3′-proximal ORF yang dapat mengkode
structural proteins dengan ukuran 1/3 dari panjang genome. Genome alphavirus lebih
panjang 2kb daripada genom rubivirus.
9
H merupakan domain dari helicase, P merupakan domain dari protease dan R
merupakan domain dari replikasi dan polimerase. Sedangkan X adalah domain dari
protein yang akan mengubah RNA menjadi strand positif (+) replikase dan M adalah
domain dari methyltrnasferase.
Transmisi merupakan tahap awal dari siklus hidup virus masuk ke dalam sel
host. Transmisi virus bergantung pada aktivitas sel host. Pada beberapa situasi, ada
beberapa sel host yang dapat mentransfer virus ke organ-organ secara langsung. Pada
alphavirus, virus ditransmisikan ke dalam sel host melalui vector sedangkan pada
rubivirus ditransmisikan melalui air droplets. Transmisi dikatakan berhasil jika virus
dapat melakukan kontak dengan sel host yang tidak terinfeksi (uninfected). Setelah
tahap transmisi virus akan masuk ke dalam sel host melalui tahap attachment sampai
realising.
10
Gambar 4. Proses attachment hingga releasing Togavirus
B. Adsorpsi
Tahap selanjutnya setelah transmisi adalah tahap adsopsi, di mana virus akan
melakukan perlekatan (attachment) pada permukaan sel host. Perlekatan terjadi pada
sel host tertentu. Protein yang ada pada virus akan melekat pada reseptor permukaan
sel host. Beberapa tipe reseptor ditemukan pada permukaan membran sel bagian luar.
Reseptor akan mendeteksi senyawa kimia tertentu seperti hormon.
Mature virion (heterodimer E1-E2) akan melekat pada reseptor sel spesifik
yaitu protein Clathrin pada membran plasma yang menyebabkan sel dapat
menangkap virus dan meng-in-active-kan aktivitas fusi.
C. Penetrasi
D. Uncoating
11
Pada tahap uncoating, membran endosom diasamkan yang menyebabkan ikatan
heterodimer terpisah menjadi ikatan monomer E1. Pada tahap ini aktivitas fusi
menjadi aktif dan menyebabkan envelope dan capsid dari virus akan dirusak dan
terpisah, mengeluarkan genom virus dan nucleocapsid core ke dalam cairan
intraseluler.
E. Sintesis
Pada tahap ini, terjadi tahap transkripsi dan atau translasi. Kemudian terjadi
replikasi genom virus dan kapsomer menggunakan mRNA virus untuk mensintesis
protein virus. Setiap virus memiliki kemampuan mensintesis yang spesifik,
tergantung dari komposisi genomnya dan tipe kapsidnya. Pada genom virus terdapat
blueprint sebagai bahan pembentukan virus. Pada manusia, sel yang terinfeksi akan
memberikan sinyal protein sebagai respon imun untuk mengontrol replikasi virus.
Saat terjadi infeksi akan mengalami dua fase, yaitu early phase dan late phase.
Pada fase infeksi “early phase”, translasi dimulai dari AUG sebagai codon start dan
membentuk long polyprotein pada ribosom host yang selanjutnya polyprotein
tersebut akan terpisah menjadi protein-protein polipeptida. Protein-protein
polipeptida yang terbentuk berfungsi sebagai enzim dan protein yang dibutuhkan
untuk replikasi RNA membentuk strand RNA komplementari negatif (-) yang
menggunakan strand RNA positif sebagai templatenya.
Strand negatif (-) akan membentuk strand positif (+) mRNA (sub-genomic)
yang pendek sehingga bagian codon start akan berkurang. Karena codon start dari
mRNA berkurang, maka digunakan “second” codon START yang akan mentranslasi
poliprotein yang kemudian akan terpisah menjadi protein-protein (late proteins).
Protein-protein tersebut akan membentuk partikel virus, termasuk C-protein.
Selama strand negatif (-) membentuk strand positif (+) mRNA (sub-genomic),
secara bersamaan strand negatif (-) juga akan membentuk strand (+) genom RNA
yang sangat banyak, yang nantinya akan dibungkus dan disusun membentuk virion-
virion.
F. Assembly
Pada tahap ini terjadi penyusunan genom RNA dan capsid yang baru terbentuk
untuk penyusunan partikel-partikel virion yang baru (nucleocapsid core assembly
12
dan genomic RNA packaging). Nucleocapsid disusun di sitosol dari host, dimana
lapisan C-protein ditambahakan.
G. Releasing
Pada tahap ini virus akan melalui proses budding yang selanjutnya akan menjadi
mature virion. Mature virion akan dikeluarkan dari sel dengan cara melisiskan sel
host, yang menyebabkan sel host menjadi hancur dan mati.
Encephalitis virus
Dengue virus
Rubivirus Rubella
Dua genus dari famili Togaviridae yang paling sering menginfeksi manusia
1. Alphavirus
vertebrata. Virus ini berkembang biak pada arthropoda pengisap darah. Penyebaran
di antara manusia atau hewan terjadi dengan perantaraan serangga penghisap darah.
13
Serangga penghisap darah yang telah ditulari menjadi infektif seumur hidup. Yang
termasuk ke dalam genus Alphavirus atau Arbovirus Grup A ini antara lain yaitu
Chikungunya virus.
a. Chikungunya virus
Definisi
yang berarti “posisi tubuh meliuk atau melengkung”, mengacu pada postur
penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini,
Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki, persendian tangan dan
kaki.
Chikungunya ini merupakan penyakit endemik. Wabah penyakit ini pertama kali
Etiologi
“group A” antropho borne viruses. Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai
daerah di Indonesia. Vektor penular utamanya adalah Aedes aegypti, namun virus
ini juga dapat diisolasi dari dari nyamuk Aedes africanus, Culex fatigans dan
14
ada bukti yang menunjukkan virus Chikungunya dipindahkan oleh nyamuk betina
Morfologi
Jenis
selubung, merupakan salah satu anggota grup A dari arbovirus, yaitu alphavirus
gambaran virion yang sferis yang kasar atau berbentuk poligonal dengan diameter
Sifat - sifat
Virus ini bersifat sensitive terhadap ether dan zat pelarut lemak
mengaglutinasi eritrosit jenis burung (Aves). Telah dikenal adanya dua jenis
merupakan varian virus liar dan yang berukuran lebih kecil merupakan varian
virus jinak.
Cara penularan
orang lain. Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di
daerah endemis (berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau populasi dan
senantiasa ada). Selain manusia, primata lainnya diduga dapat menjadi sumber
penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar,
Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya
15
itu kepada orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada
satu hingga tujuh hari, biasanya berlaku dalam waktu dua hingga empat hari.
16
dikaitkan dengan persistensi respon inflamasi, seperti yang diamati pada rheumatoid
arthritis.
Transmisi Alphavirus
Vektor yang paling umum dihuni oleh beberapa Alphavirus adalah nyamuk.
Kebanyakan Alphavirus memiliki host induk unggas. Virus ini mampu menginfeksi dan
bereplikasi di dalam vektor tersebut. Virus ini biasanya ditularkan ke vektor melalui
“blood meal” dan bereplikasi dalam vektor sehingga akibat replikasi tersebut melalui
kelenjar ludahnya dapat menularkannya ke hewan kedua. Dengan demikian, virus
sebenarnya diperkuat oleh vektor. Vektor ini cenderung menunjukkan gejala-gejala
penyakit akibat infeksi.
17
Alphavirus bisa juga menginfeksi manusia. Semua Alphavirus memiliki reservoir
hewan dimana virus biasanya bereplikasi, dan kadang-kadang menyebar ke manusia
melalui vektor serangga. Alphavirus belum dilaporkan dapat ditularkan antar manusia
melalui kontak normal (yaitu fomites, entero-gastro, pernafasan, pertukaran cairan). Tetapi
dapat diperkirakan, meskipun tidak didokumentasikan, bahwa Alphavirus dapat ditularkan
melalui transfusi darah atau transplantasi organ. Setelah terpapar, terjadi masa inkubasi
sekitar 1-7 hari diikuti dengan demam, depresi, anoreksia, kelumpuhan faring,
kelumpuhan kaki, dan bahkan bisa menyebkan kematian.
Gejala
Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja
1. Demam
40o Celsius.
2. Sakit persendian
Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam
sebelum berobat. Sendi yang sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan , jari
3. Nyeri otot
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah
18
Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering
pada harike 4 - 5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan
kaki, terutama badan dan lengan. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.
5. Sakit kepala
Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara
7. Gejala lain
Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening
Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi
tidak terlalu nyata dan berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi tetapi
pada bayi dan anak kecil timbul. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada
Pada virus DBD akan ada produksi racun yang menyerang pembuluh darah dan
Diagnosis
serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi, dan IgM
19
Demam Chikungunya dikenal sebagai flu tulang (break-bone fever)
dengan gejala mirip dengan demam dengue, tetapi lebih ringan dan jarang
serum penderita untuk uji netralisasi menunjukkan adanya antibodi terhadap virus
Chikungunya.
Cara pengobatan
terhadap penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan
penyakit ini umumnya cukup baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu
akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu. Tetapi apabila kecurigaan penyakit
adalah termasuk campak atau demam berdarah dengue, maka perlu kesiapsiagaan
tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk apabila terdapat tanda-
tanda bahaya. Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi,
cukup karbohidrat dan terutama protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
serta minum air putih sebanyak mungkin untuk menghilangkan gejala demam.
Vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk menghadapi penyakit
ini, karena daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa
ngilu pada persendian cepat hilang. Belum ditemukan imunisasi yang berguna
sebagai tindakan preventif. Namun pada penderita yang telah terinfeksi timbul
yang ada saja (symptomatic therapy) seperti pemberian obat panas, obat
20
Cara pencegahan
untuk menghentikan rantai hidup dan penularannya. Cara sederhana yang sering
- Mengubur sampah
- Menaburkan larvasida
- Pengasapan
Selain itu, nyamuk juga menyenangi tempat yang gelap, lembab, dan
pengap. Pintu dan jendela rumah dibuka setiap hari mulai dari pagi hingga sore,
agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran
udara dan pencahayaan yang sehat. Insektisida yang digunakan untuk membasmi
menggantung.
21
2.2.5.2 Spesies Genus Rubivirus
Dalam kelompok Rubivirus ini hanya terdapat Rubella virus sebagai anggotanya.
A. Virus Rubella
Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari
adalah sebuah infeksi yang menyerang, terutama kulit dan kelenjar getah bening.
Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella, yang biasanya ditularkan melalui cairan
yang keluar dari hidung atau tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui
aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya.
Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak-anak, bahaya medis yang
utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan
sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Sebelum vaksin untuk melawan Rubella
tersedia pada tahun 1969, epidemi rubella terjadi setiap 6 - 9 tahun. Anak-anak
dengan usia 5 - 9 tahun menjadi korban utama dan muncul banyak kasus rubella
bawaan. Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada anak-anak dan remaja
usia dini, hanya muncul sedikit kasus rubella bawaan. Saat ini, sebagian besar infeksi
rubella terjadi pada pria-wanita dewasa usia muda dan bukan pada anak-anak.
Menurut fakta, para ahli memperkirakan bahwa 10% anak muda saat ini rentan
terhadap rubella. Hal ini memicu bahaya laten yang mungkin akan berdampak pada
anak-anak yang akan mereka miliki di masa datang.
B. Tanda-tanda dan gejala
Tanda-tanda dan gejala dimulai dengan adanya demam ringan selama 1 atau 2
hari (99 - 100 Derajat Fajrenheit atau 37,2 - 37.8 derajat celcius) dan kelenjar getah
bening yang membengkak dan perih, biasanya di bagian belakang leher atau di
belakang telinga. Pada hari kedua atau ketiga, bintik-bintik (ruam) muncul di wajah
dan menjalar ke arah bawah. Di saat bintik ini menjalar kebawah, wajah kembali
bersih dari bintik-bintik. Bintik-bintik ini biasanya menjadi tanda pertama yang
dikenali oleh para orang tua. Ruam rubella dapat terlihat seperti kebanyakan ruam
yang diakibatkan oleh virus lain. Terlihat sebagai titik merah atau merah muda, yang
dapat berbaur menyatu sehingga terbentuk tambalan berwarna yang merata. Bintik
ini dapat terasa gatal dan terjadi hingga tiga hari. Dengan berlalunya bintik-bintik ini,
22
kulit yang terkena kadangkala megelupas halus, sakit kepala, kurang nafsu makan,
conjunctivitis ringan (pembengkakan pada kelopak mata dan bola mata), hidung yang
sesak dan basah, kelenjar getah bening yang membengkak dibagian lain tubuh, rasa
Banyak orang yang terkena rubella tanpa menunjukkan adanya gejala apa-apa.
Ketika rubella terjadi pada wanita hamil, dapat terjadi sindrom rubella bawaan, yang
potensial menimbulkan kerusakan pada janin yang sedang tumbuh. Anak yang
pertumbuhan, keterlambatan mental, kesalahan bentuk jantung dan mata, tuli, dan
23
C. Patogenesis Genus Rubivirus
Penyakit yang disebabkan oleh virus rubella biasa juga disebut sebagai Measles
(German measles) yang merupakan penyakit menular (contagious). Measles adalah
penyakit yang sangat menular. Virus dapat menginfeksi dan hidup pada mucus
bagian hidung manusia. Virus dapat disebarkan melalui udara yang berasal dari
droplet saluran pernafasan orang yang terinfeksi. Kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi bisa terjadi saat orang yang terinfeksi bersin-bersin, berbicara atau
batuk kemudian droplet yang tersebar di udara akan menyebar dan menular pada
permukaan yang terinfeksi selama lebih dari dua jam. Gejala yang ditimbulkan dari
respon sistem imun akbiat infeksi virus diantaranya demam, bersin-bersin, ruam,
lemah dan mata berair.
Penyebaran virus ini berlangsung selama 5-7 hari. Sasaran dari virus ini
biasanya terjadi pada anak-anak, orang dewasa dan wanita hamil. Wanita hamil yang
terinfeksi bisa menyebabkan kematian janin atau cacat kongenital seperti Congenital
Rubella Syndrome (CRS). Lebih dari 100.000 bayi dilahirkan dengan kondisi CRS
setiap tahunnya. Tidak ada pengobatan yang spesifik, namun penyakit ini dapat
dicegah dengan pemberian vaksinasi.
24
tonsil dan faring. Dengan demikian, tonsil dan faring adalah sumber penyebaran virus
utama yang akan menyebar ke organ lain dan jaringan menuju aliran pembuluh darah.
Selanjutnya replikasi terjadi pada organ target, seperti kelenjar getah bening dan limfa
yang selanjutnya virus akan tersebar ke aliran darah sehingga di pembuluh darah
terdapat virus rubella (viremia) dalam jumlah yang banyak. Kondisi viremia akan
diikuti dengan penyebaran virus ke area kulit, jeroan, ginjal dan kandung kemih. Saat
itulah virus bisa dideteksi dengan menggunakan sampel darah dan sekresi dari saluran
pernafasan.
Gambar 10. Penetrasi dan multiplikasi pada saluran pernafasan dan kelenjar getah bening
25
D. Pencegahan Penyakit
Vaksinasi dengan mempergunakan virus hidup yang dilemahkan terhadap
seluruh penduduk suatu daerasah akan mencegah penyebaran penyakit ini. Tetapi
harus dihindarkan vaksinasi pada ibu-ibu yang hamil muda. Untuk mencegah paparan
dari virus rubella dapat menggunakan vaksin MMR.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa:
1. Reoviridae merupakan golongan virus dimana virionnya tidak berselubung. Ukuran
diameter virion 60-80 nm. Pada partikel virus ini berkulit tunggal dan tidak memiliki
kapsid dibagian luarnya. Virus dengan family Reoviridae memiliki kapsid pada bagian
dalam dengan jumlah 2 kapsid berbentuk ikosahedral. Rotavirus mengandung 11 segmen
genom, dimana orthoreovirus dan orbivirus masing-masing memiliki sepuluh segmen dan
coltivirus mempunyai 12 segmen.
2. Virus dari famili Reoviridae yang sering menginfeksi manusia adalah Reovirus dan
Rotavirus. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh kelompok virus Reoviridae adalah
Demam Tungau Colorado dan Gastroenteritis.
3. Togaviridae merupakan kelompok virus yang memiliki materi genetik berupa RNA saja.
Famili Togaviridae memiliki RNA berantai dan bersegmen tunggal dengan polaritas
positif. Replikasi RNA terjadi di sitoplasma dan dilakukan melalui pembentukan RNA
komplementer yang bertindak sebagai cetakan RNA genom. Virion dari famili Togaviridae
memiliki selubung, berbentuk nukleokapsid ikosahedral, tersusun atas 3 – 4 jenis protein
utama dan berdiameter 60 – 70 nm.
4. Dua genus dari famili Togaviridae yang paling sering menginfeksi manusia diantaranya
adalah Alphavirus dan Rubivirus. Contoh virus yang sering menginfeksi manusia dari
genus Alphavirus adalah Chikungunya virus sedangkan virus yang sering menginfeksi
manusia dari genus Rubivirus adalah Rubella virus. Penyakit chikungunya ditularkan
melalui gigitan nyamuk sebagai vektor utama, sedangkan penyakit campak atau rubella
ditularkan melalui droplet infection perinhalasi.
27
DAFTAR PUSTAKA
3. Rachmawati, Savitri. 2013. Perkembangan human papilloma virus (hpv) menuju kanker
http://veevee20112010.blogspot.co.id/2013/03/perkembangan-human-papilloma-virus-
2015].
6. Riyani, Ani. 2017. Penuntun Praktikum Virologi untuk Mahasiswa Analis Kesehatan
Program D4. Bandung: Politeknik Kesehatan Bandung
7. Case, C., Funke, B., Tortora, G. Microbiology: An Introduction. 2004. Pg.604-605
8. G.R. Carter, D.J. Wise. 2005. Togaviridae. USA; Department of Biology, Concord
University
9. http://www.news-medical.net/health/Human-Diseases-Caused-by-Viruses-
%28Indonesian%29.aspx pencegahan dan pengobatan untuk enyakit yang di timbulkan
oleh virus (diakses pada tanggal 29 April 2017)
10. https://medlab.id/virus-encephalitis-western-equine-encephalitis-eastern-equine-
encephalitis-dan-venezuelan-equine-encephalitis/ (diakses pada tanggal 29 April 2017)
11. https://web.stanford.edu/group/virus/toga/class.html (diakses pada tanggal 29 April dan 13
Mei 2017)
12. Wesley&Wheler.Margaret.1990.Mikrobiologi Dasar Edisi kelima jili 2.Jakarta :Erlangga
13. World Health Organization. (2007). "Manual for the laboratory diagnosis of measles and
rubella virus infection."
28
29