Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Togaviridae
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Virologi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Disusun oleh :

Nanda Pramitalya Joffana P17334114414

Nurul Sarifah P17334114417

Yanty Damayanti P17334114438

Rahmah Wati Dwi Cahyani P17334114439

D-IV ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KOTA BANDUNG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Togaviridae. Makalah ini diajukan, guna
memenuhi tugas mata kuliah Virologi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Kami menyadari, makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Cimahi, Mei 2017

Penyusun

[Togaviridae] Page 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

2.1 Pengertian dan Sifat Umum Togaviridae.....................................................................5

2.2 Struktur Togaviridae....................................................................................................5

2.3 Genome Togaviridae....................................................................................................6

2.4 Siklus Hidup Togaviridae............................................................................................7

2.5 Famili Togaviridae.....................................................................................................10

2.5.1 Spesies Genus Alphavirus..................................................................................10

2.5.2 Patogenesis Genus Alphavirus...........................................................................14

2.5.3 Spesies Genus Rubivirus....................................................................................16

2.5.4 Patogenesis Genus Rubivirus.............................................................................17

2.6 Pencegahan Penyakit.................................................................................................19

2.7 Isolasi, Identifikasi dan Diagnosis Laboratorium Togaviridae..................................19

BAB III PENUTUP.................................................................................................................27

3.1 Kesimpulan................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................28

[Togaviridae] Page 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya
menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau
RNA yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid,
glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag
atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan
organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, salah satunya togaviridae dimana virus yang hospesnya
dari manusia, mamalia, burung, dan nyamuk sebagai vektor.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dan Sifat Umum Togaviridae?

2. Bagaimana Struktur dan Genom Togaviridae

3. Bagaimana Siklus Hidup, Transmisi dan Patogenesis Togaviradae?

4. Apa saja Genus Togaviridae?

5. Bagaimana Manifetasi Klinis Togaviridae?

6. Bagaimana Diagonosis Laboratorium dan Pencegahan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetehui Pengertian dan Sifat Umum Togaviridae

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Struktur dan Genom Togaviridae

[Togaviridae] Page 3
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Siklus Hidup, Transmisi dan Patogenesis Togaviradae

4. Untuk Mengetahui Genus Togaviridae

5. Untuk Mengetahui Manifetasi Klinis Togaviridae

6. Untuk Mengetahui Diagonosis Laboratorium dan Pencegahan

[Togaviridae] Page 4
BAB II

PEMBAHASAN

Famili Togaviridae mula-mula mencakup genus Alphavirus, Flavivirus, dan Rubivirus.


Kemudian ditemukan bahwa Flavivirus berbeda dari Togavirus, yaitu berbeda dalam ukuran,
Flavivirus yang lebih kecil (40-50 nm) dan berbeda dalam urutan gen dan strategi
replikasinya. Sejak 1984, Flavivirus diklasifikikasikan ke dalam famili Flaviviridae.

2.1 Pengertian dan Sifat Umum Togaviridae


Togaviridae adalah virus yang secara umum hospesnya dari manusia, mamalia, burung,
dan nyamuk sebagai vektor. Famili virus ini memiliki lebih dari 250 anggota virus yang
berbeda, 65 di antaranya dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Untuk melengkapi
siklus biologiknya yang kompleks, virus ini membutuhkan invertebrata penghisap darah
sebagai vektor dan vertebrata sebagai tuan rumah yang efektif (host reservoir).

Togavirus mempunyai banyak anggota virus yang termasuk dalam serangga penghisap
darah dan ditularkan kepada vertebrata oleh gigitan seranga tesebut. Atas dasar antigen yang
dapat ditunjukkan dengan tes-tes netralisasi, HAI dan fiksasi komplemen, togavirus
dikelompokkan menjadi 2 genus, yaitu genus Alphavirus (arbovirus grup A) dan Rubivirus.
Untuk membedakan virus-virus dalam tiap-tiap genus digunakan tes netralisasi yang paling
spesifik. Nama-nama togavirus biasanya disesuaikan dengan nama tempat di mana virus
tersebut ditemukan.

2.2 Struktur Togaviridae

Gambar 1. Struktur famili Togaviridae

[Togaviridae] Page 5
- Bentuk: Circular (bundar) atau oval

- Ukuran: 65-70 nm dalam diameter

- Tipe simetri kapsid: Icosahedral virus / T = 4 yang terdiri dari 240 monomer

- Envelope: berisi 80 tonjolan (spike) trimer, masing-masing spike adalah


heterodimer

- Memiliki tonjolan (spike) glikoprotein pada selubung

- Asam Nukleat: RNA virus, positive-sense ,single-stranded RNA (+ssRNA)

2.3 Genome Togaviridae


Genom RNA dari togavirus terdiri dari dua ORF (Open Reading Frames) yang panjang,
yaitu 5- proximal ORF yang dapat mengkode nonstructural proteins dengan ukuran 2/3 dari
panjang genome dan 3-proximal ORF yang dapat mengkode structural proteins dengan
ukuran 1/3 dari panjang genome. Genome alphavirus lebih panjang 2kb daripada genom
rubivirus.

Gambar 2. Genome famili Togaviridae

[Togaviridae] Page 6
Protein disintesis oleh molekul RNA togavirus secara langsung. Togavirus memiliki dua
poliprotein yang ditranslasikan, yang terdiri dari nonstructural polyprotein melalui fase
early phase dan structural polyprotein melalui fase late phase.

Pada alphavirus, N-terminal (P1234) yang merupakan nonstructural polyprotein akan


mentranslasi protein replikase Nsp1-4 dan C-terminal (C-p62-6K-E1) yang merupakan
structural polyprotein akan mentranslasi kapsid (C) dan protein-protein envelope (E1-3 and
6K). Sedangkan pada rubivirus, N-terminal (P220) akan mentranslasi nonstructural
polyprotein P150 dan P90 sebagai protein replikase dan C-terminal (C-Pe2-6K-E1) yang
merupakan structural polyprotein akan mentranslasi kapsid (C) dan protein-protein envelope
(E1 and E2), sama halnya seperti alphavirus.

H merupakan domain dari helicase, P merupakan domain dari protease dan R merupakan
domain dari replikasi dan polimerase. Sedangkan X adalah domain dari protein yang akan
mengubah RNA menjadi strand positif (+) replikase dan M adalah domain dari
methyltrnasferase.

Gambar 3. Struktur protein famili Togaviridae

2.4 Siklus Hidup Togaviridae


A. Transmisi

Transmisi merupakan tahap awal dari siklus hidup virus masuk ke dalam sel host.
Transmisi virus bergantung pada aktivitas sel host. Pada beberapa situasi, ada beberapa
sel host yang dapat mentransfer virus ke organ-organ secara langsung. Pada alphavirus,
virus ditransmisikan ke dalam sel host melalui vector sedangkan pada rubivirus

[Togaviridae] Page 7
ditransmisikan melalui air droplets. Transmisi dikatakan berhasil jika virus dapat
melakukan kontak dengan sel host yang tidak terinfeksi (uninfected). Setelah tahap
transmisi virus akan masuk ke dalam sel host melalui tahap attachment sampai realising.

Gambar 4. Proses attachment hingga releasing Togavirus

B. Adsorpsi

Tahap selanjutnya setelah transmisi adalah tahap adsopsi, di mana virus akan
melakukan perlekatan (attachment) pada permukaan sel host. Perlekatan terjadi pada sel
host tertentu. Protein yang ada pada virus akan melekat pada reseptor permukaan sel
host. Beberapa tipe reseptor ditemukan pada permukaan membran sel bagian luar.
Reseptor akan mendeteksi senyawa kimia tertentu seperti hormon.

Mature virion (heterodimer E1-E2) akan melekat pada reseptor sel spesifik yaitu
protein Clathrin pada membran plasma yang menyebabkan sel dapat menangkap virus
dan meng-in-active-kan aktivitas fusi.

[Togaviridae] Page 8
C. Penetrasi

Setelah adsorpsi/attachment, selanjutnya virus akan menginfeksi sel host melalui


tahap penetrasi. Pada tahap ini terjadi aktivitas endositosis reseptor-mediated dari
partikel virus yang menyebabkan virus masuk ke dalam sel dan ditangkap oleh suatu
bubble sel membran sebagai penangkap sekaligus penutup virus.

D. Uncoating

Pada tahap uncoating, membran endosom diasamkan yang menyebabkan ikatan


heterodimer terpisah menjadi ikatan monomer E1. Pada tahap ini aktivitas fusi menjadi
aktif dan menyebabkan envelope dan capsid dari virus akan dirusak dan terpisah,
mengeluarkan genom virus dan nucleocapsid core ke dalam cairan intraseluler.

E. Sintesis

Pada tahap ini, terjadi tahap transkripsi dan atau translasi. Kemudian terjadi replikasi
genom virus dan kapsomer menggunakan mRNA virus untuk mensintesis protein virus.
Setiap virus memiliki kemampuan mensintesis yang spesifik, tergantung dari komposisi
genomnya dan tipe kapsidnya. Pada genom virus terdapat blueprint sebagai bahan
pembentukan virus. Pada manusia, sel yang terinfeksi akan memberikan sinyal protein
sebagai respon imun untuk mengontrol replikasi virus.

Saat terjadi infeksi akan mengalami dua fase, yaitu early phase dan late phase. Pada
fase infeksi early phase, translasi dimulai dari AUG sebagai codon start dan
membentuk long polyprotein pada ribosom host yang selanjutnya polyprotein tersebut
akan terpisah menjadi protein-protein polipeptida. Protein-protein polipeptida yang
terbentuk berfungsi sebagai enzim dan protein yang dibutuhkan untuk replikasi RNA
membentuk strand RNA komplementari negatif (-) yang menggunakan strand RNA
positif sebagai templatenya.

Strand negatif (-) akan membentuk strand positif (+) mRNA (sub-genomic) yang
pendek sehingga bagian codon start akan berkurang. Karena codon start dari mRNA
berkurang, maka digunakan second codon START yang akan mentranslasi poliprotein
yang kemudian akan terpisah menjadi protein-protein (late proteins). Protein-protein
tersebut akan membentuk partikel virus, termasuk C-protein.

[Togaviridae] Page 9
Selama strand negatif (-) membentuk strand positif (+) mRNA (sub-genomic), secara
bersamaan strand negatif (-) juga akan membentuk strand (+) genom RNA yang sangat
banyak, yang nantinya akan dibungkus dan disusun membentuk virion-virion.

F. Assembly

Pada tahap ini terjadi penyusunan genom RNA dan capsid yang baru terbentuk untuk
penyusunan partikel-partikel virion yang baru (nucleocapsid core assembly dan genomic
RNA packaging). Nucleocapsid disusun di sitosol dari host, dimana lapisan C-protein
ditambahakan.

Kemudian, protein-protein spike dihasilkan dari Retikulum Endoplasma yang kasar


dan badan Golgi dari sel host hasil dari proses maturasi. Selanjutnya, protein spike
tersebut akan ditransfer ke membran permukaan sel host yang nantinya akan digunakan
sebagai envelope saat pembentukan virion dan proses budding.

G. Releasing

Pada tahap ini virus akan melalui proses budding yang selanjutnya akan menjadi
mature virion. Mature virion akan dikeluarkan dari sel dengan cara melisiskan sel host,
yang menyebabkan sel host menjadi hancur dan mati.

2.5 Famili Togaviridae


Famili Togaviridae dikelompokan menjadi dua genus, yaitu genus Alphavirus dan
Rubivirus.

2.5.1 Spesies Genus Alphavirus


Dalam kelompok Alphavirus ini termasuk Equine encephalitis virus, Sindbis virus, Semliki
forest virus, Chikungunya virus, Onyongnyong virus, Middleburg virus dan spesies lainnya.

A. Equine Encephalitis Virus

Virus encephalitis adalah virus yang termasuk dalam genus Alphavirus (A Arbovirus)
dan famili Togaviridae. Virus Encephalitis terdiri dari 3 golongan yang digolongkan
berdasarkan distribusinya, antara lain Western Equine Encephalitis (WEE), Eastern
Equine Encephalitis (EEE), dan Venezuelan Equine Encephalitis (VEE). Waktu inkubasi
virus ini adalah 4-10 hari.

Western Equine Encephalitis (WEE)

[Togaviridae] Page 10
Virus encephalitis golongan ini penyebarannya terdapat di Amerika Serikat bagian
barat dan selatan, Kanada, Mississippi di USA dan Meksiko. Sebenarnya virus ini
menginfeksi pada kuda yang menimbulkan angka kematian yang tinggi, tetapi manusia
juga dapat terinfeksi virus ini mulai penyakit ringan sampai berat. WEE lebih ringan
daripada EEE. Kematian pada kuda adalah 20 - 30%, pada manusia sekitar 10%.

Vektor dari virus encephalitis ini adalah Culex tarsalis, Aedes spp, nyamuk dan kutu
Dermacentor andersoni. Sedangkan reservoir hostnya adalah burung liar.

Genom virus WEE sangat erat kaitannya dengan virus EEE. Beberapa subtipe telah
diidentifikasi termasuk Sindbis, Fort Morgan, dan Aura, yang bukan merupakan
penyebab utama dari equine ensefalitis. Dikatakan bahwa virus WEE muncul sebagai
rekombinan antara virus Sindbis dan virus EEE.

Gejala klinis dari penyakit Western Equine Encephalitis (WEE) pada manusia dapat
berupa demam tinggi, dengan sakit kepala yang hebat dan muntah-muntah. Cara
mendiagnosa penyakit ini dapat dilakukan dengan cara isolasi dan sero-diagnostik. Cara
isolasi dilakukan dengan cara menyuntikkan bahan pemeriksaan secara intra cerebral
pada bayi tikus, bahan pemeriksaannya berupa darah dalam stadium dini penyakitnya
atau dari otak hewan percobaan yang diambil 24 jam setelah hewan percobaan mati. Cara
sero-diagnostik dilakukan dengan melihat titer zat anti, paling baik adalah titer zat anti
ikatan komplemen.

Eastern Equine Encephalitis (EEE)

Eastern Equine Encephalitis (EEE) disebabkan oleh dua varian antigenik, yaitu
Amerika Utara dan Amerika Selatan. Varian Amerika Utara terjadi di Karibia, negara
bagian timur Mississippi, Texas dan Kanada. Varian Amerika Selatan terjadi di Amerika
Tengah dan Selatan. Varian Amerika Selatan kurang patogen dibandingkan dengan varian
Amerika Utara.

Berbeda dengan Western Equine Encephalitis (WEE), penyakit ini dapat


menyebabkan kematian yang tinggi pada kuda maupun manusia terutama pada anak-
anak. Diperkirakan bahwa ~ 10% kuda yang terinfeksi mengalami penyakit klinis.
Kematian pada kuda bisa mencapai 90%, pada manusia 30 - 50%. Selain pada kuda dan

[Togaviridae] Page 11
manusia, virus ini dapat menginfeksi pada burung merpati, burung pegar dan burung
puyuh.

Gejala klinis dari Eastern Equine Encephalitis (EEE) berupa demam tinggi, muntah-
muntah, kejang dan koma dan dalam waktu 2 hari penderita bisa meninggal, bila anak-
anak terkena penyakit ini sembuh dari penyakitnya biasanya terdapat gejala sisa yang
berupa kelumpuhan, sering kejang, dan kemunduran intelegensia.

Vektor penyakit ini adalah nyamuk dari genus Culex, Anopheles, Aedes, Mansonia,
dan genus lalat penghisap darah yaitu Culicoides. Di Amerika Utara, EEE umumnya
ditularkan oleh Culiseta melanura dan spesies nyamuk lainnya di beberapa daerah.
Reservoir hostnya yaitu burung liar dan hewan pengerat kecil.

Cara diagnosa penyakit ini sama dengan diagnosa Western Equine Encephalitis
(WEE), yaitu dengan cara isolasi dan sero-diagnostik.

Venezuelan Equine Encephalitis (VEE)

Jenis virus ini ditemukan di Amerika Serikat bagian selatan, di daerah Benua Amerika
Selatan, Amerika Tengah dan Meksiko. Enam antigen yang berhubungan dengan subtipe
virus VEE telah diidentifikasi dan diberi nama. Subtipe yang paling penting adalah
subtipe 1 yang berisi lima serotipe yang merupakan penyebab utama VEE. Selain subtipe
1 memiliki distribusi yang sama dan bersifat enzootik dengan siklus hewan
pengerat,burung-nyamuk. Mereka bukan penyebab VEE.

Virus ini menyebabkan penyakit pada kuda dan manusia. Tingkat kematian pada kuda
dapat mendekati 80%, pada manusia yang menderita penyakit ringan, angka kematian
sekitar 1%.

Gejala yang terjadi pada manusia bisa ringan, yaitu hanya berupa demam, panas
dingin, sakit kepala, rasa nyeri pada otot dan tulang, setelah 3 hari sembuh sendiri.
Namun kadang-kadang bisa menyebabkan encephalitis yang berat berupa kerang-kejang
yang hebat sampai penderita meninggal.

Cara penularan Venezuelan Equine Encephalitis (VEE) dengan cara perantaraan


vektor infektif atau kontak langsung dan secara droplet infection per inhalasi terutama
pada pegawai laboratorium. Vektor penyakit ini adalah nyamuk dari genus Culex, Aedes,

[Togaviridae] Page 12
genus lalat mansoni dan serangga hematofagi. Host reservoir adalah burung dan hewan
pengerat hutan kecil.

Cara diagnosa penyakit ini dilakukan dengan cara isolasi dan sero-diagnostik. Cara
isolasi dikerjakan dari bahan pemeriksaan berupa air cucian tenggorok atau hapus
tenggorok atau dari darah dalam stadium dini penyakitnya, bahan tadi disuntikkan secara
intra cerebral pada bayi tikus. Cara sero-diagnostik dengan melihat kenaikan titer zat anti
ikatan komplemen.

B. Semliki forest, Sindbis, Chikungunya Virus

Semliki forest virus Sindbis virus Chikungunya Virus

Gambar 5. Struktur jenis Alphavirus

Virus Sindbis dan Semliki forest virus menimbulkan demam pada manusia. Virus
Sindbis ditularkan oleh Culex univittatus dan Culex bitaeniorhynchus sedangkan Semliki
forest virus ditularkan oleh Aedes aegypti. Virus chikungunya yang dapat menimbulkan
gejala-gejala mirip demam dengue yang kadang-kadang disertai dengan ruam
makulopapular, arthralgia, dan demam berdarah dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes
africanus, Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Culex fatiganus.

Waktu inkubasi dari virus Sindbis kurang dari 7 hari. Host reservoirnya adalah
burung. Banyak ditemukan di Eropa Utara, Afrika, Asia dan Australia. Pada semliki
virus, waktu inkubasi virus ini tidak diketahui. Host reservoirnya adalah burung dan
banyak ditemukan di Afrika. Sedangkan pada chikungunya virus, waktu inkubasi virus
ini 3-7 hari. Host resevorinya hanya manusia dan tidak memiliki reservoir animal.
Banyak ditemukan di Afrika, India dan Asia Tenggara.

[Togaviridae] Page 13
C. Onyongnyong Virus

Onyongnyong virus tersebar di Afrika dan menimbulkan gejala klinik mirip infeksi
chikungunya, dapat ditularkan oleh Aedes gambiae dan Anopheles funestus. Waktu
inkubasi dari virus ini adalah lebih dari 8 hari. Host reservoirnya adalah binatang
menyusui tingkat utama (premiter).

2.5.2 Patogenesis Genus Alphavirus

Gambar 6. Proses patogenesis Alphavirus

Alphavirus dapat menyebabkan arthritis atau myositis. Setelah diinokulasi melalui gigitan
nyamuk yang terinfeksi pada kulit, Alphavirus akan menyebar kedalam tubuh host melalui
aliran darah. Hati, limpa, otot, dan kelenjar getah bening adalah situs replikasi utama, yang
memungkinkan penyebaran virus secara efisien. Sel Langerhans memudahkan penularan
virus ke kelenjar getah bening. Program interferon (IFN) akan diaktifkan lebih awal, namun
Alphavirus dapat mengembangkan beberapa mekanisme untuk menghambat respons antiviral
ini. Pada fase akut, melibatkan replikasi virus yang diikuti oleh adanya respons inflamasi
ditandai dengan infiltrasi limfosit, sel NK, neutrofil, dan makrofag (komponen utama)
terhadap jaringan target. Peningkatan kadar sitokin proinflamasi dan kemokin di tempat
infeksi dan dalam plasma berkaitan dengan myositis dan artralgia atau artritis. Juga, sekresi
metalloproteinase (MMP) pada jaringan sendi dapat menyebabkan kerusakan sendi.

[Togaviridae] Page 14
Persistensi gejala berhubungan dengan persistensi virus atau produknya dalam sel target
dengan terakumulasinya mediator inflamasi seperti IL-6 dan GM-CSF. Namun apakah proses
autoimun dikaitkan dengan persistensi respon inflamasi, seperti yang diamati pada
rheumatoid arthritis.

Gambar 7. Organ yang diserang oleh Alphavirus

Transmisi Alphavirus

Gambar 8. Proses transmisi Alphavirus

Vektor yang paling umum dihuni oleh beberapa Alphavirus adalah nyamuk.
Kebanyakan Alphavirus memiliki host induk unggas. Virus ini mampu menginfeksi dan
bereplikasi di dalam vektor tersebut. Virus ini biasanya ditularkan ke vektor melalui
blood meal dan bereplikasi dalam vektor sehingga akibat replikasi tersebut melalui

[Togaviridae] Page 15
kelenjar ludahnya dapat menularkannya ke hewan kedua. Dengan demikian, virus
sebenarnya diperkuat oleh vektor. Vektor ini cenderung menunjukkan gejala-gejala
penyakit akibat infeksi.

Alphavirus bisa juga menginfeksi manusia. Semua Alphavirus memiliki reservoir


hewan dimana virus biasanya bereplikasi, dan kadang-kadang menyebar ke manusia
melalui vektor serangga. Alphavirus belum dilaporkan dapat ditularkan antar manusia
melalui kontak normal (yaitu fomites, entero-gastro, pernafasan, pertukaran cairan).
Tetapi dapat diperkirakan, meskipun tidak didokumentasikan, bahwa Alphavirus dapat
ditularkan melalui transfusi darah atau transplantasi organ. Setelah terpapar, terjadi masa
inkubasi sekitar 1-7 hari diikuti dengan demam, depresi, anoreksia, kelumpuhan faring,
kelumpuhan kaki, dan bahkan bisa menyebkan kematian.

Vektor nyamuk berperan dalam menularkan Alphavirus, dimana infeksi Alphavirus


sering terjadi saat awal musim panas dan musim gugur ketika populasi nyamuk tinggi.

2.5.3 Spesies Genus Rubivirus


Dalam kelompok Rubivirus ini hanya terdapat Rubella virus sebagai anggotanya.

A. Virus Rubella

Virus rubella mengandung hemaglutinin yang bekerja terhadap sel darah merah anak
ayam umur sehari, angsa dewasa dari burung merpati. Virus yang labil ini dapat
dipertahankan daya infeksinya dengan virus rubella dan ia tidak mempunyai hubungan
hubungan antigenik dengan virus lainnya.

Virus rubella secara alami hanya menimbulkan penyakit pada manusia sebagai host
reservoirnya, tetapi inokulasi pada kera dan ferret (berang-berang) menimbulkan infeksi
subklinik. Sedangkan pada kelinci yang hamil dapat menimbulkan abnormalitas pada
janin berupa katarak dan pneumonitis. Virus ini dapat dibiakkan pada berbagai macam
tipe sel hewan meskipun tidak selalu menimbulkan efek sitopatik. Sejumlah continous
cell lines yang digunakan untuk membiakkan virus rubella dan menghasilkan efek
sitopatik yang jelas antara lain adalah RK-13 (rabbit kindney), SIRC (rabbit cornea),
BhK-21 (baby hamster kindney), dan Vero (green monkey kidney). Distribusi virus ini
terdapat di seluruh dunia.

[Togaviridae] Page 16
2.5.4 Patogenesis Genus Rubivirus
Penyakit yang disebabkan oleh virus rubella biasa juga disebut sebagai Measles (German
measles) yang merupakan penyakit menular (contagious). Measles adalah penyakit yang
sangat menular. Virus dapat menginfeksi dan hidup pada mucus bagian hidung manusia.
Virus dapat disebarkan melalui udara yang berasal dari droplet saluran pernafasan orang yang
terinfeksi. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi bisa terjadi saat orang yang
terinfeksi bersin-bersin, berbicara atau batuk kemudian droplet yang tersebar di udara akan
menyebar dan menular pada permukaan yang terinfeksi selama lebih dari dua jam. Gejala
yang ditimbulkan dari respon sistem imun akbiat infeksi virus diantaranya demam, bersin-
bersin, ruam, lemah dan mata berair.

Penyebaran virus ini berlangsung selama 5-7 hari. Sasaran dari virus ini biasanya terjadi
pada anak-anak, orang dewasa dan wanita hamil. Wanita hamil yang terinfeksi bisa
menyebabkan kematian janin atau cacat kongenital seperti Congenital Rubella Syndrome
(CRS). Lebih dari 100.000 bayi dilahirkan dengan kondisi CRS setiap tahunnya. Tidak ada
pengobatan yang spesifik, namun penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi.

Gambar 9. Masuknya Rubella ke dalam tubuh

Penetrasi dan organ target Rubella virus

Virus akan masuk melalui saluran pernafasan, kemudian menyebar menuju kelenjar getah
bening, selama gejala penyakit terjadi pembesaran multinucleated pada kelenjar getang
bening dan sel retikuloendotelial (WarthinFinkeldy cells). Syncytia yang merupakan hasil
dari aktivitas fusi akan teridentifikasi pada area submucosal tonsil dan faring. Dengan
demikian, tonsil dan faring adalah sumber penyebaran virus utama yang akan menyebar ke
organ lain dan jaringan menuju aliran pembuluh darah. Selanjutnya replikasi terjadi pada

[Togaviridae] Page 17
organ target, seperti kelenjar getah bening dan limfa yang selanjutnya virus akan tersebar ke
aliran darah sehingga di pembuluh darah terdapat virus rubella (viremia) dalam jumlah yang
banyak. Kondisi viremia akan diikuti dengan penyebaran virus ke area kulit, jeroan, ginjal
dan kandung kemih. Saat itulah virus bisa dideteksi dengan menggunakan sampel darah dan
sekresi dari saluran pernafasan.

Gambar 10. Penetrasi dan multiplikasi pada saluran pernafasan dan kelenjar getah bening

2.6 Pencegahan Penyakit


Vaksinasi dengan mempergunakan virus hidup yang dilemahkan terhadap seluruh
penduduk suatu daerasah akan mencegah penyebaran penyakit ini. Tetapi harus dihindarkan
vaksinasi pada ibu-ibu yang hamil muda. Untuk mencegah paparan dari virus rubella dapat
menggunakan vaksin MMR.

[Togaviridae] Page 18
Pada wanita hamil, dilakukan pemeriksaan antibodi rubella menggunakan sampel darah.
Sebagian besar wanita hamil mendapatkan hasil tes positive antibodi, ini berarti wanita hamil
tersebut memiliki sistem imun yang baik. Sedangkan jika hasil tes negative palsu, maka
wanita hamil tersebut beresiko terinfeksi virus rubella. Setelah bayi lahir, segera dapatkan
imunisasi untuk melindungi paparan sebagai perlindungan kehamilan mendatang.

2.7 Isolasi, Identifikasi dan Diagnosis Laboratorium Togaviridae


A. Isolasi dan Identifikasi Virus

Identifikasi Alphavirus dilakukan dengan cara menyuntikan virus ke hewan percobaan


yaitu bayi tikus secara intracerebral. 24 jam setelah penyuntikan, bayi tikus akan mati. Hal
tersebut menunjukkan bahwa didalam tubuh bayi tikus terdapat Alphavirus.

Identifikasi Rubivirus sampel berasal dari nasofaring dan konjungtifa swab, sampel darah,
sekresi pernafasan, koleksi urin yang berasal dari pasien saat mengalami gejala demam,
karena pada periode tersebut merupakan waktu yang tepat untuk mendapatkan sumber virus.
Monyet dan sel/jaringan ginjal manusia atau sel lympho- blastoid (B95- a) merupakan media
yang optimal untuk isolasi virus.

B. Hemaglutinasi

Uji Hemaglutination (HA) digunakan untuk mengukur kuantitas titer virus. Virus yang
dilakukan uji HA hanya virus yang dapat mengaglutinasi sel darah merah baik virus yang
masih hidup ataupun yang sudah diinaktifasi (mati).

Eritrosit Virus Hemaglutinasi

Prinsip uji hemaglutinasi (HA) : terjadinya ikatan antara virus dengan sel darah merah
yang ditandai dengan adanya aglutinasi (butiran seperti pasir). Proses hemaglutinasi ini
terjadi akibat adanya aktivitas hemaglutinin yang terdapat pada envelope virus tersebut.
Aktivitas hemaglutinasi berlangsung maksimal selama satu jam karena dipengaruhi oleh kerja

[Togaviridae] Page 19
enzim neuraminidase yang merusak ikatan pada reseptor eritrosit dengan hemaglutinin dari
virus.

Titer virus dapat diketahui dengan melihat adanya aglutinasi didasar lubang microplate
(seperti butiran pasir berwarna merah). Pengenceran tertinggi terjadi pada lubang akhir yang
masih memberikan aglutinasi, misal terjadinya aglutinasi sampai lubang ke 8, maka titer virus
tersebut adalah log 28 atau 256 HAU. Untuk hemaglutinasi yang memberikan hasil negatif,
dapat diamati apabila microplate dimiringkan 45o sel darah merah akan turun seperti tetesan
air mata.

Gambar 11. Cara kerja metode Hemaglutinasi

Cara kerja uji hemaglutinasi (HA)

1. Siapkan microplate, isi masing-masing lubang sumur dari microplate dengan


larutan PBS sebanyak 25 L

2. Dengan menggunakan mikropipet, tambahkan 25 L sampel virus pada sumur no.1


yang sudah terisi 25 L PBS

3. Dengan menggunakan mikropipet, kocok sumur no.1 sampai homogen, ambil 25


L dan masukkan ke sumur no.2 kemudian kocok. Lakukan langkah ini sampai
dengan sumur no.11. Pada sumur no.11 setelah pengocokan, larutan dibuang 25
L. Sumur no.12 sebagai kontrol RBC.

4. Tambahkan 25 L PBS kedalam semua sumur

[Togaviridae] Page 20
5. Tambahkan RBC 1% kedalam tiap sumur sampai dengan kontrol RBC (sumur
no.12), kemudian kocok memakai mixer atau dengan menggoyang-goyangkan
microplate dengan tangan

6. Biarkan di suhu ruang selama 45 menit

7. Baca hasilnya dengan mengamati pengenceran tertinggi yang memperlihatkan


aglutinasi sempurna, titer ini dipresentasi sebagai 1 HA unit (HAU).

HA Positif HA Negatif

Gambar 12. Contoh pengenceran dan diamati adanya hemaglutinasi (HA) atau tidak, titer HA menunjukkan
pengenceran tertinggi dari virus yang masih mengalutinasi eritrosit

C. Hemaglutinasi Inhibisi

Uji Hemaglutination Inhibition (HI) merupakan metode uji serologi untuk mengetahui titer
antibodi yang terkandung dalam sampel serum akibat adanya paparan virus.

Eritrosit Antibodi Virus Hemaglutinasi Inhibisi

Prinsip uji hemaglutinasi inhibisi (HI) : menghambat terjadinya aglutinasi sel darah merah
oleh virus akibat terikatnya virus tersebut dengan antibodi spesifik. Pengamatan nilai titer

[Togaviridae] Page 21
antibodi dari sampel serum berdasarkan hasil pengenceran tertinggi yang masih sanggup
menghambat aglutinasi sel darah merah oleh antigen virus.

Cara kerja uji hemaglutinasi inhibisi (HI)

1. Siapkan microplate, isi lubang sumur dari no.1 hingga no.12 dengan larutan PBS
sebanyak 25 L

2. Tambahkan 25 L serum uji pada sumur no.1 yang sudah terisi 25 L PBS

3. Dengan menggunakan mikropipet, kocok sumur no.1 sampai homogen, ambil 25


L dan masukkan ke sumur no.2 kemudian kocok. Lakukan langkah ini sampai
dengan sumur no.11. Pada sumur no.11 setelah pengocokan, larutan dibuang 25
L. Sumur no.12 sebagai kontrol RBC.

4. Masukkan 25 L 4HAU antigen ke semua sumur kecuali sumur no.12. Kocok dan
simpan disuhu ruang selama 30 menit

5. Tambahkan 25 L RBC 1% ke semua sumur

6. Kocok dengan menggunakan rotator dan biarkan disuhu ruang selama 45 menit.
Baca titer antibodi dengan cara memiringkan plate dengan kemiringan 45o

7. Sebagai kontrol negatif dan positif, lakukan pengujian terhadap standar positif
serum dan standar negatif serum

Gambar 13. Hasil uji HI positif (A) dan HI negatif (B)

D. Metode ELISA

[Togaviridae] Page 22
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik biokimia yang
terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau
antigen dalam suatu sampel.

Deteksi Antigen Virus

Gambar 14. Cara kerja deteksi antigen virus metode ELISA

Pada ELISA sandwich, pertama microtiter diisi dengan larutan yang mengandung antibodi
penangkap, sehingga antibodi penangkap tersebut dapat menempel pada bagian dinding
lubang microtiter. Selanjutnya microtiter dibilas untuk membuang antibodi penangkap yang
tidak menempel pada dinding lubang microtiter. Kemudian larutan sampel yang mengandung
antigen Togavirus dimasukkan ke dalam lubang-lubang microtiter, sehingga terjadi interaksi
antara antibodi penangkap dengan antigen Togavirus. Selanjutnya, microtiter kembali dibilas
untuk membuang antigen yang tidak berinteraksi dengan antibodi penangkap. Lalu, ke dalam
lubang microtiter dimasukkan larutan yang berisi antibodi detektor, sehingga pada lubang
microtiter tersebut terjadi interaksi antara antigen Togavirus dengan antibodi detektor.
Selanjutnya microtiter dibilas lagi untuk membuang antibodi detektor yang tidak berinteraksi.
Kemudian pada tahap akhir ELISA sandwich, ditambahkan substrat yang dapat bereaksi
dengan enzim signal, lalu enzim yang tertaut pada antibodi detektor yang telah berinteraksi
dengan antigen virus akan bereaksi dengan substrat dan menimbulkan signal yang dapat
dideteksi.

Deteksi antibodi IgM

[Togaviridae] Page 23
Gambar 15. Prinsip deteksi antibodi IgM metode ELISA

Untuk pengobatan togavirus dimana belum ada pengobatan yang spesifik biasanya
pencegahannya dengan cara memutuskan rantai transmisi pada saat replikasi dan biasanya
pencegahan diberikan vaksinasi. Proses deteksinya adalah sebagai berikut:

1. Anti IgM dilapisi pada permukaan mikrowell. Jika di dalam serum


pasien terdapat Ab IgM yang spesifik terhadap Togavirus, Ab ini akan berikatan
dengan anti IgM disebut dengan Capture. Bahan lain yang tidak terikat akan
tercuci.

2. Tambahkan reagen yang berisi antigen Togavirus kemudian tambahkan konjugat ,


ikatan ini akan membentuk kompleks antigen-antibodi. Enzim yang berlebihan
kemudian dicuci.

3. Intensitas warna yang terjadi sebanding dengan jumlah IgM dalam sampel.
Kemudian hasilnya dibaca pada ELISA reader.

E. Tes Reverse Transcriptase PCR

Diagram 1. Diagram sistematik RT-PCR

Reverse Transcription PCR (RT-PCR) adalah salah satu dari banyak varian teknik PCR. Teknik
ini biasanya digunakan dalam bidang biologi molekuler untuk mendeteksi tingkat ekspresi
RNA. Dalam RT-PCR, untai RNA pertama-tama di transkrip balik menjadi DNA komplemen
(complementary DNA, atau cDNA) menggunakan enzim reverse transcriptase, dan cDNA
yang dihasilkan akan digandakan seperti halnya PCR pada umumnya.

[Togaviridae] Page 24
Diagram 2. Diagram proses RT-PCR

RT-PCR meliputi tiga tahap utama. Tahap pertama adalah reverse transcription
(RT) atau transkripsi balik dimana RNA ditranskrip balik menjadi cDNA menggunakan
enzim reverse transcriptase dan primer. Tahap ini sangat penting dalam kaitannya dengan
performa PCR untuk amplifikasi cDNA dengan bantuan DNA polymerase sebab DNA
polymerase hanya dapat bekerja pada templet yang berupa DNA. Tahapan RT (Reverse
Transcripsion) dapat dilakukan dalam tabung yang sama dengan PCR (one-step PCR) atau
pada tabung yang terpisah (two-step PCR) menggunakan suhu berkisar 40C sampai 50C,
tergantung pada karakteristik reverse transcriptase yang digunakan.

Tahap berikutnya adalah denaturasi dsDNA at 95C, pada tahap ini dua untai DNA akan
terpisah dan primer dapat mengikat pada untai tersebut jika temperaturnya diturunkan
kemudian yang selanjutnya akan dimulai rantai reaksi baru. Kemudian suhu diturunkan
hingga mencapai suhu anealing yang bervariasi tergantung primer yang digunakan,
konsentrasi, probe dan konsentrasinya jika digunakan, dan juga konsentrasi kation.

Tahap akhir adalah Amplifikasi PCR yang merupakan proses dimana dilakukannya
perpanjangan DNA menggunakan Primer yang memerlukan Taq DNA polymerase yang
termostabil, biasanya pada suhu 72C, yang merupakan suhu optimal untuk aktivitas enzim
polymerase. Lamanya masa inkubasi tiap temperatur, perubahan suhu dan jumlah siklus
dikontrol secara terprogram menggunakan programmable thermal cycler. Analaisa produk

[Togaviridae] Page 25
PCR tergantung pada kebutuhann PCR. Jika menggunakan PCR konvensional, maka produk
PCR dapat dideteksi dengan elektroforesis gel agarose dan ethidium bromide (atau dye
nukleotida lainnya).

Hasil RT-PCR untuk mendeteksi Togavirus yang terdapat dalam sampel dilakukan dengan
teknik elektroforesis gel agarose. Hasil positif virus diperlihatkan dengan adanya pita DNA
spesifik dengan ukuran yang bermacam-macam (bp) berdasarkan spesies virus, yaitu :
- Rubivirus sekitar 939 bp
- Chikungunya virus sekitar 1,797 bp

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri.

Togaviridae adalah virus yang hospesnya dari Manusia, mamalia, burung, dan nyamuk
sebagai vektor. Keluarga virus ini memiliki lebih dari 250 anggota virus yang berbeda, 65 di
antaranya dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Untuk melengkapi siklus biologiknya
yang kompleks, virus ini membutuhkan invertebrata penghisap darah sebagai vektor dan
vertebrata sebagai tuan rumah yang efektif (hospes reservoir).

Genus togaviridea terdiri dari beberapa genus yaitu alpavirus dan rubivirus. Replikasi dari
Togaviruses adalah salah satu faktor pembeda utama dari spesies virus lainnya. Replikasi dari
alphavirus terjadi biasanya virus RNA: dalam sitoplasma. Setelah endositosis reseptor-
mediated dari partikel virus, vesikel diangkut ke lisosom, dimana pH rendah mengkatalisis
Uncoating dari genom, menandai awal dari fase translasi.

[Togaviridae] Page 26
DAFTAR PUSTAKA

Riyani, Ani. 2017. Penuntun Praktikum Virologi untuk Mahasiswa Analis Kesehatan Program
D4. Bandung: Politeknik Kesehatan Bandung

Case, C., Funke, B., Tortora, G. Microbiology: An Introduction. 2004. Pg.604-605

G.R. Carter, D.J. Wise. 2005. Togaviridae. USA; Department of Biology, Concord University

http://www.news-medical.net/health/Human-Diseases-Caused-by-Viruses-%28Indonesian
%29.aspx pencegahan dan pengobatan untuk enyakit yang di timbulkan oleh virus
(diakses pada tanggal 29 April 2017)

https://medlab.id/virus-encephalitis-western-equine-encephalitis-eastern-equine-encephalitis-
dan-venezuelan-equine-encephalitis/ (diakses pada tanggal 29 April 2017)

https://web.stanford.edu/group/virus/toga/class.html (diakses pada tanggal 29 April dan 13


Mei 2017)

Wesley&Wheler.Margaret.1990.Mikrobiologi Dasar Edisi kelima jili 2.Jakarta :Erlangga

World Health Organization. (2007). "Manual for the laboratory diagnosis of measles and
rubella virus infection."

[Togaviridae] Page 27
[Togaviridae] Page 28

Anda mungkin juga menyukai