DASAR TEORI :
A. Newcastle Diseas (ND)
Newcastle Disease dilaporkan pertama kali di Jawa oleh Kraneveld pada tahun 1926.
Doyle pada tahun 1927 berhasil mengisolasi virusnya pada suatu wabah yang terjadi di
Newcastle Upon Tyne Inggris. ND merupakan penyakit endemik hampir diseluruh dunia
kecuali di Benua antartika (Alexander, 2001). Wabah ND umumnya terjadi pada saat
peralihan musim yaitu pada musim panas ke musim penghujan atau sebaliknya. Perubahan
musim yang tajam sering terjadi di negara subtropis. Pada tahun 1973-1979 LPPH Bogor
mengamati kejadian ND di Indonesia, dimana pada bulan Mei-Juni yaitu pada pertengahan
musim kering tercatat paling rendah (10,6 %) kemudian naik sampai 24,2 % pada bulan
namun beberapa peternakan ayam di Australia di infeksi oleh virus ND tipe lentogenik.
Kematian akibat virus ND tipe velogenik atau tipe Asia paling tinggi, sedangkan akibat
velogenik tipe Amerika kematiannya 60-80% dan akibat serangan tipe mesogenik sekitar
Newcastle Disease menyerang unggas semua umur baik yang dipelihara maupun yang
hidup secara liar termasuk berbagai jenis burung. ND juga menyerang manusia ditandai
dengan konjungtivitas yang berlangsung satu hari dan limfadenitas tetapi segera terjadi
penyembuhan. Penularan ND dapat terjadi dari satu hewan ke hewan lain melalui kontak
dengan hewan yang sakit dan bangkai penderita. Penularan dari satu tempat ketempat lain
dapat terjadi melalui pengangkutan, pekerja kandang, debu, angin, serangga dan makanan
yang tercemar. Di Indonesia peranan ayam buras masih menonjol dalam penyebaran ND. Hal
ini disebabkan karena sistem pemeliharaan yang kurang intensif, sehingga sulit untuk di
myxovirus dan satu genus dengan virus sendai, parainfluensa-1, 2 dan 3 serta mumps. Pada
dekade terakhir ini telah berhasil diungkapakn 9 serotipe paramyxovirus dan virus ND
termasuk paramyxovirus-1 (PMV-1) (Adi et al., 2010; Kencana, 2012). Bentuk virus
bervariasi dari bulat dan oval dengan diameter 70-80 nm (nanometer) sampai bentuk filamen
dengan panjang 124-200nm. Sedangkan partikel virus yang lengkap (virion) berukuran 120
sampai 300 nm, tetapi lazimnya berukuran 180 nm. Virus ND tersusun atas asam inti ribo
beruntai tunggal (ss-RNA) dengan struktur helikal. Disebelah luar dari asam inti terdapat
lapisan yang disebut capsid. Kedua struktur ini disebut nucleocapsid dan dibungkus oleh
amplop. Amplop tersusun atas lipid, protein dan karbohidrat. Membran proteinnya terdiri dari
glikoprotein dan matriks protein yang berhubungan dengan aktivitas hemaglutinin dan
neuraminidase yang terletak pada satu peplomer. Glikoprotein memiliki ujung glikosilat
hidrofilik pada lapisan lemak Lapisan lemak dapat dirusak oleh pelarut lemak sehingga dapat
Bahan untuk isolasi virus yang baik adalah jika sampel diambil dalam keadaan segar,
diambil saat infeksi pada fase akut. Penyakit ND dan AI mempunyai gejala klinis yang sangat
mirip, yakni: kelainan sistema respirasi yang ditandai ngorok, keluar leleran hidung, batuk
(Gambar 1). Gejala lain berupa gangguan sistim pencernaan yang ditandai: diare, bulu kusam
karena dehidrasi akibat diare profus. Ada pula gejala syaraf yang disebut tremor, ataxia,
juga hampir sama. Perubahan patologi anatomi ditandai dengan perdarahan ringan sampai
berat yang dijumpai pada trakea, paru-paru, 12 usus, provektrikulus, ventrikulus, dan otak.
Perdarahan bentuk ptekie (perdarahan bintik) maupun eksimosa (perdarahan yang meluas)
Pada kasus AI perdarahan bintik juga ditemukan pada pankreas, juga pada kaki. Sampel
untuk bahan pembuatan inokulum diambil dari organ-organ yang mengalami perubahan
menciri (Gambar 2). Biasanya semakin menciri perubahan patologi anatominya maka
semakin tinggi pula titer virus hasil dipanen. Sampel organ diambil dalam keadaan segar, dan
usahakan pengambilan organ seseteril mungkin. Organ ditempatkan di dalam tabung kaca
steril selanjutnya dibuat inokulum untuk diinokulasikan pada media isolasi virus. Pada hewan
yang masih hidup, sampel pemeriksaan dapat diambil dengan menggunakan swab. Pada
unggas diambil dari swab trakea, swab kloaka. Pada mamalia juga dapat diambil dari swab
virus selanjutnya. Media yang umum digunakan untuk isolasi virus ND dan AI adalah Telur
ayam berembrio (TAB) spesific pathogen free (SPF) umur 9-11 hari dan chicken embrio
fibroblast (CEF). Alasan pemilihan telur ayam bertunas sebagai media isolasi Virus ND dan
AI , antara lain: a. Mudah diperoleh b. Relative bebas dari mikroorganisme pathogen c. Peka
terhadap infeksi virus ND dan AI d. Dapat diberikan tanda (ditulis dengan pensil: kode isolat,
asal isolat, tanggal inokulasi, jenis penyakit). Sebelum digunakan telur diperiksa (candling)
Pemeriksaan telur ayam bertunas disebut candling yang dilakukan pada ruangan gelap
untuk mengamati pergerakan embrionya. Teropong telur (candler) dihidupkan lalu telur
diperiksa di depan Candler. Diamati pergerakan embrio dan pembuluh darahnya. Telur yang
fertile ditandai dengan pergerakan aktif dan darahnya merah. Sebaliknya telur yang infertile
tidak ada pergerakan embrio dan pembuluh darahnya tampak hitam. Telur ayam bertunas
Jalur inokulasi yang umum dilakukan pada telur ayam bertunas diantaranya adalah: a.
(Chorioalantoic membrane= CAM) c. inokulasi kantong kuning telur (Yolk Sac) d. inokulasi
melaui ruang amnion (amnionic cavity) e. inokulasi melalui otak (intracerebtum) f. inokulasi
melalui pembuluh darah (intra vena). Contoh gambar jalur inokulasi dapat dilihat pada
gambar 5.
Sampel swab
Alat Bahan
Cotton swab Media transport
Eppendorf tube Antibiotik (prnicilin 2000 – 10000 IU/ml,
stretomycin 2 – 10 mg/ml)
Sentrifuge Telur
Sampel Organ
Alat Bahan
Mortal steril Organ/jaringan
Eppendorf tube PBH pH 7,2 atau NaCl fisiologis
konsentrasi 10 – 20%
Tabung steril Antibiotika (dengan dosis 1000-5000 IU
penicillin dan 1000-5000 µg/ml
streptomisin)
Sentrifuge
Inkubator
Kuteks
Label
Inkubator
Sentrifuse
CARA KERJA :
1. Sampel Swab
SKEMA
2. Sampel organ
SKEMA
Sampel berupa organ atau jaringan diambil sebanyak kira-kira 1 gram, ditempatkan
Suspensi jaringan dipindahkan ke dalam tabung steril untuk disentrifuse dengan
pada mortar steril, lalu dipotong kecil-kecil dan digerus sampai halus sambil
kecepatan 2500 rpm selama 10-15 menit, kemudian dipisahkan supernatant dari
ditambahkan PBSsupernatan
Diambil bagian pH 7,2 atau boleh juga
sebanyak NaCl
9 ml, fisiologis sampai
ditambahkan dengan konsentrasinya
antibiotika 1 ml10-20
endapan.
yang sudah diencerkan (dengan dosis 1000-5000 IU penicillin dan 1000-5000 µg/ml
Campuran tersebut selanjunya dieramkan%. pada inkubator bersuhu 37ºC selama 30
streptomisin
menit. tersebut selanjuntnya digunakan
Campuran supernatan yang berisi antibiotika
sebagai bahan untuk isolasi virus pada tahap berikutnya
SKEMA
Dilakukan inokulasi 0.2 ml inokulum/ butir telur dengan menggunakan spuit dengan
jarum berukuran
Lubang tempat suntikan 1 ml.
tadi ditutup dengan menggunakan kuteks
Diberikan label pada telur tentang isolat yang diisolasikan
Telur diinkubasikan di inkubator bersuhu 37ºC dan diamati setiap hari dengan cara
di canding
Kematian telur kurang dari 24 jam diabaikan dan dianggap telur terkontaminasi.
Telur yang mati lebih dari 24 jam atau telur dengan embrio yang sudah lemah
selanjutnya dimasukkan ke almari pendingin selama satu malam.
SKEMA
HASIL PENGAMATAN :
Gambar Keterangan
Dicari ruang udara nya
Inokulasi
Di injeksi inokulum
Dikeluarkan embrio
PEMBAHASAN :
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi dan identifikasi Isolasi dan Idendifikasi
virus Newcastle Deases menggunakan spesimen paru – paru, limpa, otak dan usus. Organ
digerus dalam PBS hingga konsentrasi 10 – 20% untuk mengeluarkan virus dari sel inang.
Penggerusan harus dilakukan hingga jaringan benar – benar hancur. Kemudian dilanjutkan
dengan sentrifugasi yang bertujuan untuk mengendapkan sisa organ gerusan. Supernatan dari
gerusan diambil karena virus berada pada supernatan yang disebabkan oleh berat jenis virus
derajat C untuk mengaktifkan kerja antibiotika. Inokulum diinokulasikan pada TAB umur 9
hari melalui ruang alantois. Inokulasi bertujuan untuk mengisolasi dan memperbanyak virus.
Mengisolasi dimaksudkan untuk memisahkan virus dari agen lainnya melalui cara inokulasi
(Misalnya : virus ND dapat diinokulasi melalui ruang alantois sehingga tidak memungkinkan
untuk virus Pox tumbuh pada daerah tersebut karena sifat virus Pox adalah epiteliotrofik).
Virus ND memiliki sifat pantrofik sehingga dilakukan inokulasi pada ruang alantois. Virus
lain yang mungkin tumbuh pada ruang alantois adalah virus IB, AI dan Parvovirus.
menumbuhkan virus pada sel hidup. Virus bersifat obligat intraseluler sehingga mutlak
membutuhkan sel hidup untuk proses replikasinya. Selain TAB perbanyakan virus dapat
dilakukan pada hewan percobaan (dalam hal ini unggas) dan biakan sel. TAB yang telah
diinokulasi diamati tiap hari dengan chandling untuk menentukan apakah TAB hidup ataukah
telah mati. Embrio dipanen pada hari ke-3 pascainokulasi dan dipanen cairan alantoisnya.
Cairan alantois yang telah dipanen digunakan untuk uji HA/HI (Mahardika et al., 2015).
KESIMPULAN :
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan dari isolasi dan identifikasi
Alexander, D.J. 2001.Newcastle disease: The Gordon Memorial Lecture. Br. Poult.Sci. 42:5-
22
Ghiamirad, M., A., Pourbakhsh, H., Keyvanfar, R., Momayez, S., Charkhkar., A. Ashtari,
2010. Isolation and characterization of Newcastle disease virus from ostriches in Iran.
A.J.M.R., 4(23): 2492-2497
Herrington CS, Coates PJ, Dupex WP. 2015. Viruses and Disease: Emerging Concepts for
Prevention, diagnosis and treatment. J Pathol 235: 149-152.
Hewajuli DA dan Dharmayanti NLPI. 2011. Patogenesitas Virus Newcastle Disease pada
Ayam. Wartazoa 21 (2) : 72 – 80.
Kencana, GAY. 2012. Penyakit Virus Unggas. Udayana University Press. Denpasar.
Knipe DM, Howley PM., editors (2001). Folds Virology. Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins
Mac Lachlan NJ, Dubovi EJ, editor, 2011. Fenner’s . Veterinary Virology. 4 th ed. London.
Academic Press.
Mahardika I.G.N.K., Astawa I.N.M., Kencana G.A.Y., Suardana I.B.K., Sari T.K. 2015.
Teknik Lab Virus. Udayana Universuty Press. Denpasar.
Muslim D.A. 2002. Memelihara Ayam Kampung Sistem Baterai. Yogyakarta: Kanisius.
Naipospos TSP . 2004. Situasi terkini penyakit unggas di tanah air . Seminar Nasional
"Perdagangan Komoditi Peternakan dan upaya penanggulangan penyebaran penyakit
unggas" . Jakarta, 18 Mei 2004 . Poultry Indonesia. pp . 1-15
OIE 2008. Manual of Diagnostic Test and Vaccines for Terrestrial Animals. Paris: Office
international des Epizooties
Tabbu, C.R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya: Penyakit Bakterial, Mikal, dan
Viral. Kanisius, Yogyakarta.