Anda di halaman 1dari 9

Nama

Nim
Semester

: Luh Putu Devi Kartika


: P07134014006
: IV
ANTI STREPTOLISIN O (ASTO) SLIDE TEST

Tanggal Praktikum

: 17 Maret 2016

Tempat Praktikum

: Laboratorium Imunoserologi

I. TUJUAN
Untuk determinasi kualitatif dan semikuantitatif adanya ASTO (Anti Streptolisin O) dalam
serum secara aglutinasi latex.
II. METODE
Slide Aglutination Test
III.PRINSIP
Berdasarkan reaksi aglutinasi antara Streptolisin O sebagai antigen yang terikat pada partikel
latex polisterene dengan Anti Streptolisin O (ASTO) yang terdapat dalam serum sebagai
antibodi.
IV. DASAR TEORI
Penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes, juga dikenal sebagai kelompok A
streptococcus, yang telah dikenal sejak dahulu. Infeksi Streptococcus pyogenes menyebabkan
berbagai jenis penyakit dari mikroorganisme lainnya, mulai dari infeksi tenggorokan, infeksi
kulit, demam scarlet, demam nifas, dan necrotizing fasciitis, dengan gejala pasca infeksi demam
rematik dan glomerulonefritis akut. Selain itu pada 1980-an dan 1990-an hingga saat ini penyakit
yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus diantaranya adalah sindrom syok toksik
streptococcus dan gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik terkait dengan infeksi
streptokokus atau PANDAS. Studi epidemiologis yang telah dilakukan sangat penting dalam
menentukan penyakit-penyakit baru, dan memberikan pemahaman yang lebih tentang penularan
penyakit ini, serta control dan pencegahannya (Joseph J. Ferretti, Dennis L. Stevens, Vincent A.
Fischetti. 2016).

Penyakit demam reumatik diawali dengan infeksi bakteri streptococcus beta hemolitik
golongan A pada kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan penderita mengeluh nyeri
kerongkongan dan demam kemudian tubuh akan membentuk antibodi untuk melindungi tubuh
yang terinfeksi. Antibodi yang terbentuk adalah Antistreptolisin O, Antihialuronidase (AH),
antistreptokinase (Anti-SK), anti-desoksiribonuklease B (AND-B), dan anti nikotinamid adenine
dinukleotidase(anti-NADase). Antibodi yang dihasilkan akan mengikat kuman streptococcus dan
membentuk suatu kompleks imun dan akan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke jantung,
sendi, dan susunan saraf (PLoS Pathog. 2013).
Pemeriksaan ASTO adalah pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadar anti
Streptolisin O secara kualitatif maupun semi kuantitatif. Anti Streptolisin O merupakan antibodi
yang sering digunakan untuk indikator adanya infeksi Streptococcus. Streptolisin O (SLO)
adalah citolisin yang disekresikan oleh sebagian besar strain Streptococcus pyogenes. Pasien
yang terinfeksi S. pyogenes membentuk antibodi untuk Streptolisin O, dan respon antibodi yang
kuat untuk Streptolisin O telah terbukti berkorelasi dengan timbulnya demam rematik akut dan
glomerulonefritis post streptococcal akut. Titrasi antibodi anti Streptolisin O di serum pasien
dengan infeksi berulang dengan streptokokus grup A ini sangat penting untuk melakukan
penilaian faktor risiko. Umumnya untuk penilaian antibodi anti Streptolisin O menggunakan
Streptolisin O yang dimurnikan dari S. pyogenes. Namun, pemurnian asli Streptolisin O
memiliki beberapa kelemahan seperti memiliki hasil yang sangat rendah dan cukup bervariasi.
Penggunaan rekombinan SLO (rSLO) merupakan alternatif yang bisa memecahkan sebagian dari
masalah tersebut (Clin Diagn Lab Immunol. 2012).

V. SAMPEL
Serum : Bila tidak segera diperiksa maka serum dapat disimpan pada suhu 2-8 0C samapi 24
jam atau suhu -200C sampai 4 minggu.
VI. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1. Mikropipet
2. Yellow tip
3. Petak slide warna hitam

4.
5.
b. Bahan
1.
2.
3.
VII.

Rotator
Pengadukplastik dalam kit
Reagen latex
Kontrol serum positif
Kontrol serum negatif

CARA KERJA
a. Kualitatif (untuk kadar minimal 200 IU/ml)
1. Alat dan bahan disiapkan pada meja praktikum
2. Serum dipipet 50 l dan diteteskan pada slide
3. Serum ditambahkan 1 tetes reagen ASTO latex
4. Serum dan suspense antigen diaduk selama 5 detik dan goyangkan
selama 2 menit lalu diamati hasilnya. Bandingkan dengan control positif
dan negatif.
5. Serum dengan hasil positif pada cara kualitatif (screening test) harus
dilakukan titrasi test (semi kuantitatif test) untuk mengetahui titer ASTO
dalam sampel.

b. Semi kuantitatif
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil 4 buah tabung reaksi kecil, diberi label , , 1/8 dan 1/16
Pengenceran
Sampel
serum
Buffer

1/8

1/16

100l
100l
>diaduk,

100 l
100 l

100 l

100 l

dipindahkan

>diaduk,

100 l

dipindahkan

>diaduk,

100l

dipindahkan

diaduk,
dibuang

3. Dipipet masing-masing 50 l dari masing-masing pengenceran tersebut,


dipindahkan ke slide card hitam.
4. Ditambahkan masing masing 1 tetes reagen ASO latex pada masingmasing lingkaran di slide card hitam.
5. Serum dan reagen ASO latex diaduk selama 5 detik dan goyangkan
selama 2 menit lalu diamati hasilnya. Bandingkan dengan control positif
dan negatif.
VIII. INTERPRETASI HASIL
Kualitatif test (kadar ASTO minimal 200 IU/ml)
Jika hasil positif, maka kadar ASTO minimal 200 IU/ml
Semikuantitatif test
Kadar ASTO dalam sampel dinyatakan dari titer dikalikan dengan sensitivitas

reagen. Contoh: jika titer 1 : 4 maka kadar ASTO = 4 x 200 IU/ml = 800 IU/ml
Test negatif : bila tidak terjadi aglutinasi (homogen)
Test positif : bila terjadi aglutinasi (gumpalan) latex.

IX. HASIL PENGAMATAN


a. Pada praktikum kali ini digunakan sampel serum
Nama Pasien
: Luh Putu Devi Kartika
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 19 tahun
Sampel
: serum
Hasil kualitatif
Hasil pemeriksaan ASTO secara kualitatif adalah positif (+)
Hasil kuantitatif
Hasil pemeriksaan ASTO secara kuantitatif tidak dapat dilakukan karena berbagai
hal yang menyakut dengan teknis. Sehingga jumlah titer atau kadar ASTO yang
diperoleh adalah 200 IU/ml.
b. Gambar pemeriksaan anti streptolisin o (asto) slide test

Adanya
aglutinasi,
yang
ditandai dengan gumpalan
X. PEMBAHASAN seperti pasir
Streptokokus grup A atau Streptokokus beta hemolitik dapat menghasilkan zat-zat
ekstraseluler yang merangsang pembentukan antibodi. Antibodi yang
Antistreptolisin

O,

Antihialuronidase

(AH),

antistreptokinase

terbentuk adalah

(Anti-SK),

anti

desoksiribonuklease B (AND-B), dan anti nikotinamid adenine dinukleotidase (anti-NADase).


Adanya antibodi Streptolisin O dalam serum manusia menunjukkan bahwa di dalam tubuh
terdapat infeksi Streptokokus yang aktif sehingga Pembentukan Antibodi terangsang untuk
melindungi tubuh (PLoS Pathog. 2013).
Infeksi Streptokokus dapat menyebabkan demam rematik. Gejala klinis demam reumatik
kurang spesifik sehingga kadang sulit dibedakan dengan penyakit lainnya seperi tonsillitis,
umumnya ditandai dengan demam berkepanjangan, nyeri kerongkongan, jantung berdebar keras,
dan kadang cepat lelah, kehilangan nafsu makan, sakit kepala,batuk dan rasa lemas. Namun
beberapa minggu kemudian gejala yang lebih spesifik akan muncul terutama keluhan yang
berkaitan dengan organ-organ lainnya seperti sendi, jantung, dan saraf (PLoS Pathog. 2013).
Akibat adanya gejala dari demam rematik ini menimbulkan penyakit jantung rematik atau
Rheumatic Heart Disease, penyakit ini menyebabkan terjadinya kerusakan pada katup jantung
yang dapat berupa kebocoran atau penyempitan, terutama katup mitral. Demam rematik ini juga
dapat menyerang sendi, sendi akan mengalami pembengkakan dan menimbulkan rasa nyeri
sehingga penderita akan mengalami kesulitan dalam menggerakkan sendi. Selain itu apabila
apabila bakteri streptococcus ini menyerang saraf maka akan menimbulkan emosi yang tidak
stabil, depresi, dan agresif (Afr Health Sci. 2014).
Uji laboratorium yang dapat digunakan untuk menentukan adanya infeksi bakteri
streptococcus beta hemolitik golongan A adalah pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O). uji ini

memiliki prinsip yaitu adanya reaksi aglutinasi antara antibodi anti streptolysin O pada serum
dengan antigen streptolysin O pada reagen atau suspensi bakteri. Streptolisin O melapisi partikelpartikel tertentu, dimana partikel yang sering digunakan adalah partikel lateks. tes aglutinasi
latex ini memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi latex hanya dapat mendeteksi ASO
dengan titer lebih dari 200 IU/ml. Adanya sisa ASO yang bebas menyebabkan reaksi aglutinasi
dari streptolisin O yang melapisi partikel partikel latex karena konsentrasi ASO lebih dari 200
IU/ml. Sedangkan jika kadar ASO dalam serum penderita kurang dari 200 IU / ml , maka tidak
ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi streptolisin O pada partikel partikel
latex. (Clin Diagn Lab Immunol. 2012).
Pemeriksaan ASO latex dapat dilakukan dengan 2 secara kualitatif dan semikuantitatif. Pada
praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah menggunakan alat pelindung diri dengan baik
dan benar, kemudian alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan, serum dan reagen yang
akan digunakan harus dalam keadaan suhu ruang serta reagen ASO latex yang digunakan harus
dihomogenkan terlebih dahulu sebelum digunakan agar partikel-partikel yang ada di dalamnya
larut sempurna.
Untuk memperoleh sampel yang berupa serum maka digunakan sampel darah yang disimpan
dalam tabung vaccutainer tanpa antikoagulan. Darah dibiarkan untuk menggumpal di dalam
tabung vaccutainer dan serum dipisahkan dengan sentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit.
Untuk serum yang tidak segera diperiksa dapat disimpan pada suhu 2-8 0C sampai 24 jam atau
suhu -200C sampai 4 minggu. Serum yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu serum tidak boleh terkontaminasi,haematik dan lipemik.
Untuk pemeriksaan secara kualitatif serum sebanyak 50 l dipipet dengan mikopipet
kemudian diteteskan pada slide lalu ditambahkan 1 tetes reagen ASTO latex disebelahnya,
tujuannya agar reagen tidak terkontaminasi serum sebelum dilakukan pengadukan dan
penghomogenan, selanjutnya diaduk selama 5 detik dengan tusuk gigi agar serum dan reagen
ASO latex dapat tercampur dengan baik lalu digoyangkan selama 2 menit dan diamati reaksi
aglutinasi yang terjadi. Dari hasil praktikum terjadi reaksi aglutinasi maka Pemeriksaan ini
memiliki titer antibodi Streptolisin O sebesar 200 IU/ml.

Hasil pemeriksaan ini tidak sesuai dengan keadaan probandus yang sehat dan tidak
mengalami gejala-gejala dari penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus beta hemolitik
tersebut karena pemeriksaan ini hanya mendeteksi adanya antibodi Streptolisin O atau tidak,
adanya antibodi ini tidak selalu disertai dengan gejala klinis dari infeksi Streptococcus beta
hemolitik, namun jika probandus pernah terinfeksi bakteri streptococcus beberapa waktu lalu
tetapi sudah mengalami kesembuhan maka antibodi dalam tubuh masih tetap terdeteksi dengan
uji ini.
Dalam menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan ASTO ini harus memperhatikan beberapa
faktor seperti gambaran imunologis, faktor antigen, sensitivitas, teknik dan reagen yang
digunakan, status gizi penderita, serta status imunitas dan yang dapat mempengaruhi
pembentukan antibodi pada tubuh. Ketelitian dan keterampilan praktikan juga sangat dituntut
dalam hal ini karena dalam menentukan hasil pemeriksaan ASTO ini menggunakan mata meter
dimana praktikan harus mengamati reaksi aglutinasi yang terjadi, apabila praktikan kurang teliti
maka dapat menyebabkan kesalahan dalam menginterpretasikan hasil (Clin Diagn Lab Immunol.
2012).
Pada pemeriksaan ASTO secara kualitatif positif mengalami reaksi aglutinasi maka
pemeriksaan dilanjutkan ke semi kuantitatif. Namun pada saat praktikum pemeriksaan secara
semi kuantitatif tidak dilakukan, ini dikarenakan berbagai hal yang menyakut dengan teknis.
Pemeriksaan ini masih dinilai kurang spesifik untuk menentukan tingkat virulensi Streptococcus
karena titer dapat berubah sewaktu-waktu tergantung dari infeksi Streptokokus tersebut. namun,
pemeriksaan ini dapat dijadikan acuan dalam penanganan penyakit ini lebih dini sehingga
dengan cepat dapat dilakukan pengobatan (Clin Diagn Lab Immunol. 2012).
Walaupun hingga kini belum berhasil didapatkan suatu cara pencegahan dan pengobatan
Rheumatoid artritis yang sempurna, namun pengobatan pengobatan yang diterapkan bertujuan
untuk menghilangkan gejala inflamasi aktif baik lokal maupun sistemik, mencegah terjadinya
deformitas dan memelihara fungsi persendian agar tetap dalam keadaan baik, mencegah
terjadinya destruksi jaringan, serta mengembalikan kelainan fungsi organ dan persendian yang
terlibat agar sedapat mungkin menjadi normal kembali (Afr Health Sci. 2014).

Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan hasil menjadi positif palsu yaitu
pembacaan hasil yang dilakukan lebih dari 2 menit, periode awal dan akut rheumatoid arthritis,
demam berdarah, tonsilitis, dan beberapa infeksi streptococcus. infeksi awal pada anak-anak dari
6 bulan sampai 2 tahun dapat menyebabkan hasil negatif palsu (PLoS Pathog. 2013).

XI. SIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari hasil praktikum pemeriksaan ASTO pada serum pasien yang
bernama Made Astiti yang berusia 33 tahun dan berjenis kelamin perempuan, didapatkan titer
antibodi ASTO positif 200 IU/ml.

DAFTAR PUSTAKA

Afr Health Sci. 2014. Current practice about the evaluation of antibody to streptolysin O (ASO)
levels

by

physicians

working

in

Antananarivo,

Madagascar.(online).tersedia:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4196390/.[Diakses: 19 Maret 2016. 08:37


Wita]
Clin Diagn Lab Immunol. 2012. Construction and Expression of Recombinant Streptolysin-O
and

Preevaluation

of

Its

Use

in

Immunoassays.(online).tersedia:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1112085/.[Diakses: 19 Maret 2016. 08:38


Wita]
Joseph J. Ferretti, Dennis L. Stevens, Vincent A. Fischetti .2016.Streptococcus pyogenes Basic
Biology

to

Clinical

Manifestations.

Oklahoma

City.

(online).tersedia:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK333432/.[Diakses: 19 Maret
2016. 08:43 Wita]
PLoS Pathog. 2013. Streptolysin O and its Co-Toxin NAD-glycohydrolase Protect Group
AStreptococcus from

Xenophagic

Killing.(online).tersedia:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3675196/.[Diakses: 19 Maret 2016. 08:39


Wita]

Anda mungkin juga menyukai