PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI
Disusun oleh
NIM : 1171021
Kelas : 2A
SURAKARTA
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
inayah-nya, penulis dapat menyelesaikan “Laporan Resmi Praktikum Sitohistoteknologi” ini.
Laporan resmi ini dapat penulis selesaikan, berkat adanya bantuan dari berbagai pihak yang
telah mendukung penulis dalam proses penyusunan laporan ini. Oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Wimpy., M Pd Kim. , Bapak Widyasto.,Amd , dan Ibu Nadia selaku dosen
pembimbing mata kuliah Praktikum Sitohistoteknologi.
2. Keluarga dan teman-teman yang telah membantu memberi dukungan baik secara
moral maupun material.
Terima kasih atas segala kebaikan bapak/ibu dosen, keluarga, teman-teman, dan semua
pihak yang telah memberikan andil dalam penyelesaian laporan resmi ini. Dalam penyusunan
laporan resmi ini masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan, dan kelemahan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman.
Semoga laporan resmi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar...........................................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................................iii
Daftar Gambar...........................................................................................................................iv
Daftar Tabel................................................................................................................................v
Embedding...............................................................................................................................13
Blocking...................................................................................................................................15
Potong Mikros..........................................................................................................................17
Pengecatan Sitologi..................................................................................................................26
Daftar Pustaka
Lampiran
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1…………………..…………………………………………………………..…......31
Gambar 2……………………………………………………………………………..….…...31
Gambar 3……………………………………………………………………………..............32
Gambar 4…………..…………………………………………………….…………….….….32
Gambar 5…………………….…………………………………………….………….……...33
Gambar 6………………………………………………………………….………….………33
Gambar 7………………………………………………………………….………….………34
Gambar 8………………………………………………………………….………….………34
Gambar 9………………………………………………………………….………….………35
Gambar 10……………………………………………………………….…………...………35
Gambar 11……………………………………………………………….………………...…36
Gambar 12……………………………………………………………….…………………...36
Gambar 13……………………………………………………………….…………………...37
Gambar 14……………………………………………………………….…………………...37
iv
DAFTAR TABEL
Tabel……………………………………………………………………………………….....11
v
PRAKTIKUM I
Pemotongan Makros dan Fiksasi
Sampel :
No Registrasi : K1.21.U
Nama Pasien : Syifa Nur Azizah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 60 tahun
Asal Jaringan : Uterus
Banyaknya Jaringan : 1 coupe
Dokter Pengirim : dr. Arumi Sp.PA
Rumah Sakir Pengirim: RS STIKES
I. Tujuan
a. Pemotongan Makros : Untuk mendapatkan potongan jaringan yang representatif
b. Fiksasi :
1. Mencegah autolisis
2. Mencegah pembusukan jaringan
3. Memadatkan dan mengeraskan jaringan agar mudah dipotong
4. Mencegah kerusakan struktur jaringan
II. Prinsip
Jaringan diamati dan diukur kemudian dipotong dengan ukuran dan jumlah tertentu pada
bagian yang representatif dan difiksasi dalam cairan fiksatif.
*Timbangan *Pensil
*Formalin 10%
1
IV. Cara Kerja
1. Teliti kecocokan pada form permintaan dan sampel jaringan
2. Beri nomor sesuai urutan nomor pada laboratorium
3. Lakukan pengamatan makroskopis, catat
4. Lakukan pemotongan jaringan dengan ukuran 1,5cm x 1,5cm x 0,3-0,5cm
5. Beri nomor lab di dasar cassete tissue menggunakan label, masukkan potongan
jaringan dan tutup cassete tissue
6. Masukkan cassete tissue yang berisi potongan jaringan ke dalam larutan formalin 10%
7. Masukkan cassete tissue yang berisi potongan jaringan nasopharing, gaster, dan
limphonodi ke dalam larutan alkohol 70%
8. Untuk jaringan tulang dimasukkan dalam HNO3 10%
V. Hasil
Asal jaringan : Uterus
Bentuk : Segitiga (seperti buah pear)
Ukuran : Panjang 13cm, Lebar 12cm, Tebal 8cm
Warna : Cream (Krem)
Konsistensi : Agak keras
Permukaan : Rata
Banyaknya jaringan yang dicetak : 1 coupe
Larutan fiksatif : Formalin 10%
VI. Pembahasan
Histologi adalah bidang biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail
menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga
disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis. Bidang biologi ini amat berguna dalam keakuratan
diagnosis tumor dan berbagai penyakit lain yang sampelnya memerlukan pemeriksaan
histologis.
Dalam mendiagnosis tumor dari sebuah organ, organ harus dipotong seperlunya pada
bagian yang menjadi suspek tumor. Bagian yang diduga suspek tumor berwarna lebih pucat
2
dari jaringan sekitarnya. Setelah dilakukan pengambilan, untuk mempertahankan struktur
jaringan dan mencegah kerusakan perlu dilakukan proses fiksasi.
FIKSASI (Fixation)
Fiksasi merupakan langkah yang penting dalam pembuatan sediaan utuh maupun sayatan.
1. Mengawetkan jaringan.
Fiksasi bertujuan untuk mempertahankan susunan jaringan agar mendekati kondisi
seperti sewaktu hidup.
2. Mengeraskan jaringan
Fiksasi bertujuan untuk mengeraskan jaringan terutama jaringan lunak agar
memudahkan pembuatan irisan tipis.
Autolisis adalah proses perusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh ensim-ensim
proteolitik yang terdapat pada jaringan tersebut. Proses proteolitik ini akan lebih cepat
terjadi pada suhu tropik (24-36C). Proses proteolitik lebih mudah terjadi di Jakarta
dibandingkan dengan negeri-negeri dingin.
4. Pengawetan
Sel-sel dan jaringan diawetkan mendekati kondisinya seperti sewaktu hidup.
3
5. Pengerasan
Efek pengerasan akan mempermudah penangan jaringan lunak, misalnya otak
6. Pemadatan koloid
Fiksasi akan mengubah konsistensi sel yang setengah cair (Sol) menjadi lebih padat (Gel)
7. Differensiasi optik
Fiksasi akan mengubah indeks refraksi berbagai unsur sel dan jaringan sehingga unsur-
unsur yang belum diwarnai dapat dilihat dengan lebih mudah dibandingkan dengan
jaringan yang belum difiksasi.
Buffer (pH)
Suhu : rendah akan mencegah aotolysis
Daya penetrasi: Bila rendah ,maka potongan jaringan harus tipis
Rasio volume terhadap spesimen (20:1)
Osmolalitas perubahan Fiksatif: bila Hipotonis maka sel akn mengerut, sebaliknya bila
Hipertonis maka sel akn mengembang.
Dimensi spesimen
1. Tebal irisan jaringan 3-5mm sehingga cairan fiksasi dapat dengan cepat medmfiksasi
seluruh jaringan. Bila irisannya terlalu tebal maka permukaan luarnya saja yang difiksasi
dengan cukup baik, sedangkan bagian tengah jaringan sudah keburu membusuk sebelum
cairan fiksasi sempat merembes ke sana.
4
2. Volume cairan fiksasi sekurang-kurangnya harus 15-20x volume jaringan yang akan
difiksasi. Besarnya volume jaringan menentukan volume fiksasi yang diperlukan
sedangkan tebal jaringan menentukan kecepatan fiksasi. Panjang dan lebar jaringan
umumnya ditentukan oleh jenis mikrotom yang akan digunakan.
3. Jenis cairan fiksasi yang akan digunakan bergantung kepada unsur jaringan yang akan
didemonstrasikan dan kepada jenis pewarnaan yang akan digunakan. Untuk keperluan
praktis cairan fiksasi dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu
A. Micro-anatomical fixation
Fiksasi ini digunakan apabila struktur histologis jaringan hendak dipertahankan dengan
hubungan yang benar antara lapisan jaringan dan kelompok sel. Cairan fiksasi yang
tergolong kelompok ini adalah cairan formalin atau modifikasinya, cairan acetic alkohol
formalin, cairan Heidenhain Susa, cairan Zenker, cairan Bouin
B. Cytological fixatives
Fiksasi ini digunakan apabila struktur intraselular atau badan inklusi hendak
dipertahankan dan di ekspresikan. Untuk mencapai tujuan ini sering di capai dengan
mengurbankan penetrasi cairan yang merata, kemudahan pemotongan dengan mikrotom
dan hilangnya struktur sel lainnya. Fiksasi ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
fiksasi inti (nuklear) dan fiksasi sitoplasma. Cairan fiksasi yang tergolong dalam
kelompok ini adalah fiksasi inti (larutan Carnov) dan fiksasi sitoplasma (larutan Muller,
formol saline, formol calcium, Zenker formol).
C. Histochemical fixatives
Fiksasi ini digunakan apabila jaringan hendak diwarnai dengan pewarnaan histokimia
Cairan fiksasi yang digunakan tidak boleh mengubah atau sedapatnya mengubah seminim
mungkin unsur-unsur yang akan didemonstrasikan. Fiksasi histokimia yang baik harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
5
Larutan untuk Fiksasi
A. Larutan Formalin
Larutan formalin merupakan cairan fiksasi yang paling umum digunakan. Laurtan formalin
yang digunakan adalah formalin 10%.
c. Potongan jaringan dapat ditinggalkan di dalam cairan formol salin untuk jangka waktu lama
(dapat sampai 1 tahun) tanpa ada perubahan yang berarti
d. Bla diperlukan jaringan yang direndam dalam cairan fiksatif ini dapat di ambil dan
dimasukkan ke dalam cairan fiksatif lainnya bila diperlukan
Kekurangan larutan fiksatif formalin adalah
Jaringan yang difiksasi dengan cara rendam memerlukan waktu sedikitnya 24 jam baru
dapat diproses.
B. Larutan Muller
Cairan fiksasi ini merupakan fiksatif sitologi yang dapat digunakan untuk memfiksasi inti
dan sitoplasma sel. Potassium dikromat yang terdapat di dalam larutan Muller akan memfiksasi
protein tanpa mempresipitasikannya.
1. Mempunyai daya penetrasi yang cepat dan baik. Jaringan biasanya akan terfiksasi baik
dalam waktu 24 jam.
2. Memfiksasi inti dan sitoplasma sel dengan baik
6
Kekurangan dari larutan Muller adalah
1. Jaringan yang difiksasi dengan larutan Muller harus segera dilakukan proses dehidrasi
setelah 24 jam. Bila jaringan direndam terlalu lama (>24 jam) dapat menyebabkan
kerapuhan pada jaringan sehingga tidak mungkin untuk dipotong dengan mikrotom secara
baik.
2. Tidak dapat dipakai untuk pewarnaan dengan metoda histokimia
3. Harus dicuci dulu dengan air kran mengalir sebelum dilakukan dilakukan proses dehidrasi,
karena dehidrasi langsung dengan menggunakan alkohol dapat menghasilkan oksida yang
tak dapat larut dan tak dapat disingkirkan dari jaringan.
C. Larutan Bouin
Kelebihan dari larutan Bouin adalah
1. Mempunyai daya penetrasi yang cepat dan merata, tetapi dapat menyebabkan terjadinya
sedikit pengerutan.
2. Memberikan warna cemerlang bila diwarnai dengan metoda trichrome.
3. Sangat baik untuk memperlihatkan inti sel seperti pada sel benih di testis dan ovum.
Kekurangan dari larutan Bouin adalah
1. Jaringan yang difiksasi dengan larutan Bouin harus segera dilakukan proses dehidrasi
setelah 24 jam. Bila jaringan direndam terlalu lama (>24 jam) dapat menyebabkan
kerapuhan pada jaringan sehingga tidak mungkin untuk dipotong dengan mikrotom secara
baik.
2. Warna kuning pada jaringan akibat kelebihan pikrat. Untuk menghilangkan warna kuning,
jaringan harus dicelup dalam alkohol atau dengan mencucinya dalam air kran semalam.
Oleh karena terbentuk beberapa ikatan pikrat yang larut dalam air, jaringan harus segera
dipindahkan ke dalam alkohol
1. Daya fiksasinya cepat dan kuat, tetapi kecepatan penetrasinya berkurang setelah meresap
sejauh beberapa milimeter pertama
2. Fiksatif ini sangat baik untuk fiksasi sumsum tulang dan limpa serta organ lain yang banyak
mengandung darah seperti jantung dan otot
7
3. Warna sitoplasma jaringan yang difiksasi dengan larutan fiksatif ini akan lebih cemerlang.
Kekurangan dari larutan fiksatif Zenker adalah
Pemaparan jaringan di dalam larutan fiksatif ini yang melebihi waktu yang ditentukan akan
mengakibatkan jaringan menjadi rapuh (keras), overfixed dibagian perifer dan underfixed
ditengahnya.
H. Larutan Carnoy
Larutan ini merupakan larutan fiksatif inti yang mempunyai daya penetrasi yang cepat.
Di samping itu larutan fiksatif ini juga akan mengawetkan substansia Nissl dan glikogen.
8
PRAKTIKUM II
Sampel :
No Registrasi : K1.21.U
Nama Pasien : Syifa Nur Azizah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 60 tahun
Asal Jaringan : Uterus
Banyaknya Jaringan : 1 coupe
Dokter Pengirim : dr. Arumi Sp.PA
Rumah Sakir Pengirim: RS STIKES
I. Tujuan
a. Dehidrasi : Mengeluarkan air dari dalam jaringan sehingga waktu embedding
parafin dapat menyusup sempurna ke dalam jaringan
b. Kliring : Menggantikan larutan alkohol / aceton dengan larutan yang dapat
melarutkan lilin / parafin yang akan dimasukkan ke dalam jaringan
II. Prinsip
a. Dehidrasi : Air dan cairan fiksatif dikeluarkan dari dalam jaringan menggunakan
larutan alkohol / aceton
b. Kliring : Alkohol / aceton di dalam jaringan digantikan oleh larutan xylol /
benzol pertamax
9
IV. Cara Kerja
a. Dehidrasi
1. Cassete Tissue yang berisi jaringan dipindahkan dari cairan fiksatif kemudian
dimasukkan ke dalam tabung I dilanjutkan ke tabung 2 yang berisi alkohol 95%
masing-masing selama 20 menit.
2. Setelah dari alkohol 95%, pindahkan Cassete Tissue ke dalam 3 tabung yang
berisi alkohol absolut yang berurutan selama masing-masing 20 menit, 40 menit
dan 60 menit
b. Kliring
Pindahkan Cassete Tissue dari tabung alkohol 95% ke dalam 3 tabung xilol yang
berurutan, masing-masing 30 menit, 30 menit dan 60 menit.
V. Harga Normal
Jaringan dengan konsistensi lebih keras dan berwarna lebih pucat daripada sebelumnya,
dicetak 1 coupe terdehidrasi dan terkliring sempurna.
VI. Hasil
Didapatkan jaringan dengan konsistensi lebih keras dan berwarna lebih pucat daripada
sebelumnya.
VII. Pembahasan
DEHIDRASI (DEHYDRATION)
Tujuan Dehidrasi adalah untuk menarik air yang terdapat dalam jaringan setelah fiksasi.
Dehidrasi juga memiliki fungsi mencuci (washing) dan bias membuat jaringan menjadi kokoh
dan menjadi keras dan rapuh. Reagen yang dapat digunakan untuk dehidrasi adalah Etanol,
Etanol, Aseton, Metanol, Isoprofil alkohol, Butanol, Glikol dan Alkohol terdenaturasi.
Dehidrasi dilakukan secara bertahap (dengan konsentrasi yang meningkat) yang terbaik
adalah dengan alcohol 50% dan meningkat menjadi Alkohol 60%,70%,dan 80%. Pada saat
jaringan berada dalam alcohol 80% dehidrasi dapt dihentikan dalm waktu yang lama hingga
jaringan siap untuk diproses selanjutnya. Jika agen dehidrasi tidak dalam kondisi yang
meningkat konsentrasinya maka akan merusak komponen sel dan menyebabkan jaringan
10
mengkerut. Waktu yang dibutuhkan dalam setiap persentasi alcohol tergantung pada lamanya
waktu keseluruhan proses yang dijalankan.
2 Jam 8 Jam
hidrofilik (suka air), memiliki kutub yang kuat berinteraksi dengan molekul air dengan
cara mengikat hydrogen.
PENJERNIHAN (CLEARING)
Pembeningan adalah suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan dan
menggantinya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan parafin. Jaringan tidak dapat
langsung dimasukkan ke dalam parafin karena alkohol dan parafin tidak bisa saling melarutkan.
11
Proses mengeluarkan alkohol dari jaringan ini sangat krusial karena bila di dalam jaringan
masih tertinggal sedikit alkohol maka parafin tidak bisa masuk kedalam jaringan sehingga
jaringan menjadi “ matang diluar, mentah di dalam” dan akan menyebabkan jaringan menjadi
sulit untuk dipotong dengan mikrotom.
Bahan atau reagen pembening yang paling sering dipakai adalah sebagai berikut
1. Chloroform
Chloroform merupakan clearing agent yang paling sering dipakai, karena sifatnya yang
“toleran” artinya jaringan tidak menjadi keras dan rapuh. Sifat ini tak dipunyai oleh benzene
dan xylene. Jaringan biasanya dibeningkan dalam waktu semalam. Kekurangan chloroform
adalah titik akhirnya yaitu saat jaringan telah menjadi bening dan transparan yang tak dapat
terlihat dengan jelas oleh mata. Untuk mengatasi hal ini jaringan sebaiknya direndam dalam
chloroform untuk jangka waktu yang lebih panjang dari yang sebenarnya, sehingga seluruh
alkohol diyakini telah keluar dari jaringan dan jaringan telah sempurna diresapi oleh
chloroform. Kekurangan lainnya adalah chloroform harganya ebih mahal dari xylene dan
benzene tetapi lebih murah dari cedarWoodoil.
5. Methyl benzoat
Methyl benzoat merupakan clearing agent yang mempunyai dayapenetrasi lebih cepat dari
benzyl benzoat. Kekurangan dari zat clearing ini adalah mudah menjadi rapuh/keras sehingga
menyulitkan pengirisan dengan mikrotom.
12
PRAKTIKUM III
Embedding
Sampel :
No Registrasi : K1.21.U
Nama Pasien : Syifa Nur Azizah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 60 tahun
Asal Jaringan : Uterus
Banyaknya Jaringan : 1 coupe
Dokter Pengirim : dr. Arumi Sp.PA
Rumah Sakir Pengirim: RS STIKES
I. Tujuan
Parafin dapat menyusup sempurna ke dalam sel dan celah sel pada jaringan
II. Prinsip
Jaringan direndam dalam parafin cair pada suhu dan waktu tertentu sehingga parafin dapat
menyusup sempurna ke dalam jaringan
13
V. Hasil
Didapatkan blok parafin dengan konsistensi keras dan tidak rapuh
VI. Pembahasan .
1. Parafin cairan panas yang mempunyai temperatur lebur (Melting temperature) kira-kira 56-
59 C
2. Parafin histotek khusus (Tissue mat) dengan suhu 56C
3. Paraplast yaitu campuran parafin murni dengan beberapa polimer plastik.
Keuntungan memakai parafin dengan titik lebur rendah adalah jaringan tidak mudah menjadi
rapuh/garing. Parafin dengan titik lebur rendah biasanya dipakai untuk jaringan embrional
Keuntungan memakai paraplast adalah sifat parafinnya lebih elastis sehingga tidak mudah
sobek ketika dipotong dengan mikrotom dan dapat dipotong lebih mudah.
14
PRAKTIKUM IV
Blocking
Sampel :
No Registrasi : K1.21.U
Nama Pasien : Syifa Nur Azizah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 60 tahun
Asal Jaringan : Uterus
Banyaknya Jaringan : 1 coupe
Dokter Pengirim : dr. Arumi Sp.PA
Rumah Sakir Pengirim: RS STIKES
I. Tujuan
Agar jaringan dapat dipegang pada pengait mikrotom sehingga mempermudah dalam
pemotongan mikros
II. Prinsip
Jaringan yang telah diembedding ditanam dalam blok parafin, dicetak dengan
menggunakan alat tertentu pada suhu tertentu
15
2. Tata dan tekan jaringan di atas logam persegi
3. Sambungkan 2 logam L disekeliling jaringan sehingga membentuk cetakan blok
kubus
4. Tambahkan parafin cair
5. Setelah agak dingin, tempelkan kode nomor pada permukaann atas blok
6. Lepaskan cetakan logam L jika blok telah dingin dan mengeras
7. Masukkan blok ke dalam air es
V. Hasil
Blok parafin dengan konsistensi keras dan tidak rapuh
VI. Pembahasan
Pengecoran (Blocking) adalah proses pembuatan blok preparat agar dapat dipotong dengan
mikrotom. Untuk membuat blok preparat dapat digunakan 2 macam cara
2. Cara baru yaitu dengan menggunakan cetakan dari plastik dan piringan logam
Dengan cara ini histoplate dari plastik diletakkan di atas piringan logam (seperti cetakan
membuat es batu). Tuangkan sedikit cairan parafin ke dalam cetakan tersebut. Secepatnya
masukkan jaringan dengan menggunakan pinset yang telah dipanaskan (agar parafin tak beku)
dan diatur posisinya di dalam cetakan. Parafin cair kemudian dituangkan kembali hingga
menutupi seluruh cetakan tersebut. Selama tindakan ini cetakan (histoplate dari plastik) dan
piringan logam harus diletakkan diatas hot plate.
16
PRAKTIKUM V
Potong Mikros
Sampel :
No Registrasi : K1.21.U
Nama Pasien : Syifa Nur Azizah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 60 tahun
Asal Jaringan : Uterus
Banyaknya Jaringan : 1 coupe
Dokter Pengirim : dr. Arumi Sp.PA
Rumah Sakir Pengirim: RS STIKES
I. Tujuan
Untuk mendapatkan potongan jaringan yang tipis serta representatif
II. Prinsip
Jaringan yang telah tertanam dalam blok parafin diatur kesesuaiannya pada mikrotom
kemudian dipotong dengan ketebalan 3-5 mikrometer dengan hasil potongan pita
parafin jaringan yang representatif.
17
4. Siapkan obyekglass yang sudah diberi identitas dengan abrassive bore dan diberi
lem
5. Buka kunci mikrotom, atur ketebalan 15-30 mikrometer kemudian ratakan
permukaan blok hingga terlihat gambaran jaringan yang utuh
6. Kunci mikrotom, lakukan pemotongan jaringan dengan ketebalan 3-5 mikrometer
dengan memutar tuas mikrotom secara cepat dan teratur hingga didapat hasil
potongan berupa pita parafin jaringan yang representatif terhadap blok
7. Renggangkan pita parafin kemudian pindahkan pita parafin ke floatingbath
8. Renggangkan lagi pita parafin dalam floatingbath dengan menggunakan spatel jika
terdapat lipatan
9. Tangkap pita parafin dengan obyekglass yang telah diolesi lem
10. Keringkan dalam inkubator pada suhu 600c - 650c.
V. Hasil
Pita parafin jaringan yang tipis (3-5 mikrometer) dan menggambarkan dari blok yang
dipotong.
VI. Pembahasan
3. Persiapan Waterbath atau wadah berisi air hangat dengan temperatur 37-400C
4. Persiapan sengkelit atau kuas
18
Blok parafin yang berisi jaringan sebelum disayat dibentuk terlebih dahulu (trimming).
Bentuk blok parafin disesuaikan dengan bentuk serta ukuran pita yang diinginkan karena
bentuk penampang pada blok parafin yang akn disayat merupakan bentuk pita yang diperoleh.
- Rocking Mikrotome
- Rotary microtome
- Freezing microtome
- Ultra Microtome
1. Metode Parafin
Metode parafin adalah metode umum (generasi purpose) yang paling baik untuk
menyayat jaringan yang telah difiksasi.metode ini sangat cocok untuk diadopsi untuk
produksi secara besar-besaran di laboratorium pendidikan ,sangat bagus untuk
membuatkan sayatan serial atau untuk pengamatan dan rekontruksi struktur mikroskops.
Namun metode ini masih tergolong lambat untuk keperluan pekerjaan pada laboratorium
Patologi di tempat mana pada umumnya hanya dibutuhkan beberapa sayatan saja.
2. Metode Celloidin
19
3. Metode Kombinasi Celoidin –Parafin
Kombinasi ini dengan menghimpun seluruh kelebihan yang dimiliki oleh masing-
masing metode.
PENEMPELAN (AFFIXING)
Setelah blok disayat,kini pita sayatan siap ditempelkan pada permukaan slide .untuk
sifat konvensional agar pita sayatan dapat menempel dengan erat dibutuhkan albumin (putih
telur) yang berfungsi sebagai lem yang melekatkan pita pada permukann slide.
Cara lain menempel sayatan,terutama jika ingin menempelkan sayatan pada banyak
slide sekaligus,adalah dengan mengembangkan sayatan terlebih dahulu dalam bejana gelas
bersih dengan permukaan data yang telah berisi air yang telah dihangatkan terlebih dahulu
(pada temperatur sedikit di atas titik lebur parafin).
Penempelan Sayatan beku : Sayatan yang berada dalam bejana berisi air diambangkan pada
permukaan slide yang telah dilapiis sebelumnya dengan albumen dengan cara memasukkan
salah satu ujung slide ke dalam air dalam bejana tersebut.
Penempelan sayatan Celloidin : Karena sayatan Celloidin biasanya diwarnai sebelum
mereka ditempelkan pada permukaan slide,maka sayatan ini tidak membutuhkan tahap
penempelan seperti dimaksud dalam bagian ini .
Penempelan sayatan Parafin-Celloidin: Sayatan hasil kombinasi metode ini ditempelkan
dengan cara yang mirip dengan metode parafin yang sudah dubahas sebelumnya. Slide
dilapisi terlebih dahulu dengan albumen, lalu ke atasnya ditetesi air sampai penuh lalu
sayatan dipindahkan ke atas air di permukaan slide tersebut. Slide kemudian dihangatkan
secara perlahan-lahan sampai parafin mengembang, kemudian dikeringkan untuk
selanjutnya siap untuk diwarnai .
20
PRAKTIKUM VI
Sampel :
No Registrasi : K1.21.U
Nama Pasien : Syifa Nur Azizah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 60 tahun
Asal Jaringan : Uterus
Banyaknya Jaringan : 1 coupe
Dokter Pengirim : dr. Arumi Sp.PA
Rumah Sakir Pengirim: RS STIKES
I. Tujuan
Untuk menyajikan preparat histologi yang representatif dengan pengecatan
Hematoksilin Eosin
II. Prinsip
Kromatin di dalam inti akan mengikat cat yang bersifat basa (hematoxiline) dan protein
sitoplasma akan mengikat cat yang bersifat asam (eosin) sehingga sel akan berwarna
merah muda dengan inti berwarna biru keunguan.
21
3. Cuci dengan air mengalir sampai alkohol hilang
4. Celupkan dalam cat hematoxiline selama 7-10 menit
5. Cuci dengan air mengalir sampai tidak luntur
6. Celupkan dalam HCl 2x celup untuk dekolorisasi
7. Cuci kembali dengan air mengalir
8. Rendam air sebentar sampai warna air menjadi biru
9. Celupkan dalam cat eosin 3-5 menit
10. Cuci dengan air mengalir
11. Cuci dengan alkohol I
12. Cuci dengan alkohol II
13. Cuci dengan air mengalir
14. Press dengan kertas saring hingga kering, lap dengan kapas/tissue
15. Masukkan ke dalam xylol
16. Press dengan kertas saring hingga kering, lap dengan kapas/tissue
17. Lakukan mounting
18. Beri label
V. Hasil
Sel berwarna merah muda dengan inti berwarna biru keunguan.
VI. Pembahasan
Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan yang telah dipotong sehingga
unsur jaringan menjadi kontras dan dapat dikenali / diamati dengan mikroskop. Proses
timbulnya warna terkait dengan terjadinya ikatan antara molekul tertentu yang terdapat pada
daerah dan struktur jaringan yang tertentu. Sinar dengan panjang gelombang tertentu yang
terdapat dalam sinar yang berasal dari cahaya matahari atau lampu mikroskop yang dipaparkan
pada sajian yang telah diwarnai akan diabsorpsi (diserap) atau diteruskan. Zat warna yan
terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu sehingga
jaringan tersebut akan tampak berwarna.
22
Sebelum melakukan pewarnaan serangkaian persiapan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
Pelarut yang umum dipakai dalam proses pewarnaan adalah air dengan derajat keasaman
yang netral (pH 7). Disamping itu juga dapat digunakan cairan pelarut lainnya seperti
etilalkohol (etanol) dengan derajat konsentrasi yang bervariasi. Bila tidak ada keterangan
dalam proses pelarutan yang menggunakan alkohol berarti konsnetrasi alkohol yang digunakan
adalah alkohol absolut dengan konsentrasi 99.9%.
Pengecatan Hematoksilin-Eosin
Pengecatan (pewarna) yang sering digunakan secara rutin adalah pewarnaan yang dapat
digunakan untuk memulas inti dan sitoplasma serta jaringan penyambungnya yaitu pengecatan
hematoksilin-eosin (HE). Pada pengecatan HE digunakan 2 macam zat warna yaitu
hematoksilin yang berfungsi untuk memulas nti sel dan memberikan warna biru (basofilik)
serta eosin yang merupakan counterstaining hematoksilin, digunakan untuk mengecat
sitoplasma sel dan jaringan penyambung dan memberikan warna merah muda dengan nuansa
yang berbeda.
Hematoksilin merupakan zat warna alami yang pertama kali dipakai tahun 1863.
Hematoksilin akan mengikat inti sel secara lemah, kecuali bila ditambahkan senyawaan lainnya
23
seperti alumunium, besi, krom dan tembaga. Senyawaan hematoksilin yang dipakai adalah
bentuk oksidasinya yaitu hematein. Proses oksidasi senyawaan hematoksilin ini dikenal
sebagai Ripening dan dapat dipercepat prosesnya dengan menambahkan senyawaan yang
bertindak sebagai oksidator seperti merkuri oksida, hidrogen peroksida, potassium
permanganat dan sodium iodat.
Selama proses oksidasi berlangsung kemampuan hematoksilin utuk mewarnai inti sel akan
terus berlangsung dan akan berkurang bila proses oksidasi telah selesai. Untuk memperpanjang
proses ini larutan hematoksilin dapat disimpan dalam wadah tertutup dan disimpan dalam
ruangan gelap. Dalam kondisi terpapar oleh cahaya sebaiknya larutan diganti sekurangnya
seminggu sekali. Jenis hematoksilin yangsering dipakai adalah mayer, delafied, Erlich, Bullard
dan Bohmer, sedangkan counterstaining yang dipakai adalah eosin, safranin, dan phloxine.
1. Hematoksilin Erlich
Hematoksilin Erlich adalah hematoksilin yang paling tahan lama, mudah berdifferensiasi
dan warnanya relatif tahan lama. Hematoksilin ini baru bisa digunakan setelah 1-2 bulan
dibuat.
2. Hematoksilin Delafield
Larutan zat warna ini tahan bertahun-tahun dalam penyimpanan, bisa digunakan 3 hari
setlah pembuatan,
3. Hematoksilin Mayer
Larutan hematoksilin Mayer merupakan larutan yang dapat disimpan dalam waktu lama
(berbulan-bulan),
4. Hematoksilin Harris
Larutan pewarna yang dapat dipakai segera setelah selesai dibuat
Larutan Counterstaining
Beberapa pulasan yang dipakai sebagai counterstaining larutan hematoksilin adalah eosin,
safranin dan phloxine.
1. Larutan Eosin
Larutan eosin yang digunakan terdiri atas larutan stok (Stock solution) dan larutan kerja
(working solution).
24
2. Larutan Phloxine
Laurtan phloxine terdiri atas larutan stock eosin, stock phloxine, working solution dan
larutan Safran.
Pengecatan rutin yang banyak dipakai adalah pengecatan hematoksilin-eosin. Pengecatan ini
banyak dipakai dengan beberapa pertimbangan
25
PRAKTIKUM VII
Pengecatan Sitologi
Sampel :
No Registrasi : 1902200004
Nama Pasien : Diyah Nur Afifah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 54 tahun
Asal Jaringan : Papsmear
Banyaknya Jaringan : 1 coupe
Dokter Pengirim : dr. Rusnita Sp.PA
Rumah Sakit Pengirim: Prodia
I. Tujuan
Untuk menyajikan preparat sitologi yang representatif dengan pengecatan Papanicolou
II. Prinsip
Kromatin dalam sel inti akan mengikat cat yang bersifat basa (hematoksilin) dan protein
sitoplasma akan mengikat cat yang bersifat asam (Orange G) dan nukleolus dalam inti
akan mengikat cat asam (EA50) sehingga sel akan berwarna merah muda dengan inti
dan nukleolus berwarna biru keunguan.
26
IV. Cara Kerja
1. Sampel dicampur dengan alkohol 70% dengan perbandingan 1 : 1 kemudian
dicentrifuge 3000 rpm selama 10 menit
2. Buang cairan bagian atas, endapan diteteskan 1 tetes diatas objekglass
3. Tutup objekglass dengan dengan objekglass lain, ratakan, putar dan tarik objekglass
sehingga terbentuk seperti apusan
4. Inkubasi selama 20 menit sampai kering
5. Alkohol absolut selama 2 menit
6. Hematoksilin selama 5 menit
7. Cuci dengan air mengalir sampai tidak luntur
8. Celupkan alkohol 5x celup
9. Orange G selama 3-5 menit, cuci dengan air mengalir
10. Celupkan alkohol 5x celup
11. EA50 selama 3-5 menit, cuci dengan air mengalir
12. Celupkan alkohol 5x celup
13. Press dengan kertas saring, lap dengan kapas
14. Masukkan xylol
15. Press dengan kertas saring
16. Lap dengan kapas kemudian lakukan mounting
17. Diagnosa preparat oleh dokter spesialis
V. Hasil
(Terdapat dalam lampiran)
VI. Kesimpulan :-
VII. Pembahasan
27
wanita yang tinggal di daerah berkembang cukup rentan terkena penyakit ini ketimbang
yang hidup di negara barat. Bukan karena faktor alam atau ketertinggalan di sektor ekonomi.
Melainkan soal kesadaran massal untuk mendeteksi secara dini keberadaan kanker serviks yang
masih minim. skrining kanker serviks efektif mencegah timbulnya kanker serviks.
Tujuan utama skrining adalah untuk menemukan lesi pra-kanker, jika didapati lesi
tersebut maka dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya kanker leher
rahim. Beberapa jenis skrining untuk mendeteksi lesi pra-kanker serviks antara lain pap smear,
IVA, dan gynescopy. Pap smear dan IVA merupakan 2 pemeriksaan skrining yang cukup
banyak digunakan. Pap Smear merupakan metode skrining yang paling lazim dilakukan, yakni
sebuah tes mikroskopik untuk melihat suatu sel yang diambil dari leher rahim seorang wanita.
Tes yang dilakukan sedari dini akan membantu pasien yang sekiranya mengalami
gangguan di organ reproduksinya tersebut. Jika terdeteksi ada gejala pra-kanker, biasanya akan
segera diberikan pengobatan sehingga cepat membunuh sel kanker yang ada. Jika tidak,
seseorang biasanya diberi vaksinasi kanker serviks guna pencegahan.
Selain pap smear, tes IVA juga dapat digunakan untuk mendeteksi dini kanker rahim.
Namun, tes ini lebih banyak dipakai oleh petugas kesehatan didaerah pinggiran yang memliki
keterbatasan alat tes seperti pap smear. Dengan deteksi dini yang baik, maka dapat dilakukan
pencegahan kanker serviks (pencegahan sekunder). Salah satunya, dengan pengobatan lesi pra-
kanker sebelum berkembang menjadi kanker invasif.
1. Pencegahan primer.
Hal pertama yang harus dimiliki setiap wanita adalah peningkatan pengetahuan
untuk mengurangi kebiasaan seksual yang beresiko tinggi. Misalnya, tidak berganti-
ganti pasangan seksual. Selain itu, usahakan juga untuk mengurangi paparan virus HPV
dan penyakit menular seksual lainnya. Jangan lupa juga untuk melakukan vaksin HPV.
Sebaiknya, vaksin diberikan pada usia 9-26 tahun atau ketika belum aktif secara
seksual.
2. Pencegahan Sekunder.
Pengobatan lesi pra-kanker sebelum berkembang menjadi kanker invasive.
Karena itu, penderita yang berhasil mendeteksi sejak dini dapat melakukan berbagai
28
langkah untuk mencegah agar tidak tumbuh menjadi kanker serviks. Pap smear, IVA
atau gynescopy adalah jenis tes yang dapat mendeteksi lesi pra-kanker leher rahim. Pap
smear misalnya, sebaiknya dilakukan setidak-tidaknya 3tahun setelah berhubungan
seksual, dan dianjurkan dilakukan satu tahun sekali.
3. Pencegahan Kanker Serviks Dengan Merawat Organ Kewanitaan
Beberapa langkah yang sekiranya dapat membantu antara lain tidak
diperbolehkannya menggunakan pembersih kewanitaan, kecuali ketika sedang
menstruasi. Penggunaan pembersih atau sabun itu dikhawatirkan dapat membunuh
kuman baik yang ada di organ kewanitaan. Sehingga, proteksi dari kuman baik tersebut
berkurang dan kuman jahat yang kemudian berkembang. Selain itu, wanita juga tidak
diperbolehkan terlalu sering memakai pantyliners (pembalut tipis untuk keseharian).
Hal itu dapat membuat area kewanitaan menjadi lembab dan memudahkan timbulnya
jamur. Terakhir, wanita juga tidak dianjurkan berendam di air hangat.
29
Daftar Pustaka
Khristian, Erick ; Inderiyati, Dewi. 2017. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medis
(TLM)
Zhang, Ling ; Kong, Hui ; Chin, Chien T ; Liu, Shaoxiong ; Fan, Xinmin ; Wang,
Tianfu ; Chen, Siping. 2014. “Automation-Assisted Cervical Cancer Screening
in Manual Liquid-Based Cytology With Hematoxylin and Eosin Staining”.
Original Article International Society for Advancement of Cytometry
30
Lampiran Gambar
31
Gambar 3. Proses fiksasi jaringan
32
Gambar 5. Jaringan yang dilah di embeding
33
Gambar 7 . Jaringan yang telah di blocking
Gambar 8 . Mikrotom
34
Gambar 9. Floathingbath
35
Gambar 11 . Hasil pengamatan jaringan uterus yang telah diproses dan dicat HE
36
Gambar 13. Preparat Papsmear seletah dilakukan pengecatan
sitoplasma
Inti sel
Gambar 14. Hasil pengamatan Papsmear yang telah di cat Hematoksilin + Orange G
37
Lampiran Jurnal
Jurnal Uterus
38
39
40
41
42
43
Jurnal Pap smear
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58