Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur. Kajian
dalam mikologi antara lain meliputi taksonomi jamur, fisiologi jamur, bioteknologi jamur,
budidaya jamur. Mikologi berasal dari kata ‘ mykes’ yang berarti Myceane yaitu salah satu
kelompok mushroom dan dari kata logos yang berarti ilmu. Jadi bisa dikatakan mikologi adalah
ilmu yang mepelajari tentang jamur dan pemanfaatnya dalam kehidupan sehari-hari oleh
manusia.
Karakteristik Taksonomi jamur diantaranya : Morfologi hifa mencakup Ukuran, warna,
bentuk permukaan, morfologi. Spora/Konidia meliputi Ukuran, warna, bentuk permukaan.
Karakteristik Reproduksi meliputi Spora jantan, Spora betina. Karakteristik Fisiologi meliputi
Bentuk pertumbuhan pada medium khusus dan sifat pertumbuhan pada suhu,pH,dan kelembaban
tertentu, karakteristik selular meliputi bentuk dinding sel,komposisi dinding sel,pola pembelahan
sel,karakteristik organel sel dan karakteristik sekuen asam amino dari protein dan sekuen
nuleotida DNA. Organisme yang tergolong fungi adalah kapang, khamir, dan jamur. Kapang
merupakan golongan fungi yang multiseluler dan memilki filamen . kapang memliki beberapa
pengelompokkan. Antara jenis kapang yang satu dengan yang lain tentunnya memiliki perbedaan
ciri dan sifat .

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Morfologi jamur patogen dalam kehidupan sehari hari?
2) Bagaimana patogenesis jamur dalam kehidupan sehari hari?
3) Bagaimana gejala klinis infeksi jamur patogen?
4) Bagaimana epidemiologi jamur pathogen dalam kehidupan sehari hari?

3. Tujuan
1) Mengetahui Morfologi jamur patogen dalam kehidupan sehari hari?
2) Mengetahui patogenesis jamur dalam kehidupan sehari hari?
3) Mengetahui gejala klinis infeksi jamur patogen?
4) Mengetahui epidemiologi jamur pathogen dalam kehidupan sehari hari?

Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Jamur merupakan organisme uniseluler atau multiseluler, dengan dinding sel
mengandung kitin, eukariotik, tidak berklorofil.Jamur multiseluler tersusun atas rangkaian sel-sel
yang membentuk benang dengan atau tanpa sekat melintang, disebut hifa. Hifa dapat berfungsi
sebagai : penyerap makanan yang dilakukan oleh miselium (Kumpulan Hifa ).Dengan alat
reproduksi, misalnya sporangium dan konidium Reproduksi jamur uniseluler secara : aseksual
membentuk tunas, atau membentuk spora. Sedangkan seksual dengan membentuk spora askus /
askuspora. Reproduksi jamur multiseluler secara aseksual dengan cara fragmentasi menghasilkan
spora aseksual. Sedangkan reproduksi seksual dengan peleburan inti jantan dan betina, akhirnya
membentuk spora askus atau spora basidium.Beberapa jenis Jamur hidup secara heterotrof
dengan jalan menguraikan sampah organic ( saprofit ), ada juga yang “mengambil” senyawa
organic dari tubuh mahkluk hidup lainnya (parasit ), ataupun hidup bersama dengan organisme
lain ( simbiosis ). Dalam klasifikasi, kingdom Fungi dikelompokkan menjadi beberapa divisi
yaitu : Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota berdasarkan struktur tubuh
dan cara reproduksinya.
Infeksi jamur merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit ini dapat
dialami oleh siapa saja. Namun demikian, individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih
berisiko terserang infeksi jamur. Misalnya, penderita HIV/AIDS, pasien kemoterapi, serta pasien
pasca transplantasi organ. Jamur adalah organisme yang dapat hidup secara alami di tanah atau
tumbuhan. Bahkan jamur bisa hidup di kulit manusia. Meskipun normalnya tidak berbahaya,
namun beberapa jamur dapat mengakibatkan gangguan kesehatan serius.

B. Macam –Macam Jamur Pada Manusia


Infeksi jamur kulit adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur. Pada
tubuh manusia, jamur bisa tumbuh di area yang lembap, misalnya di lipatan kulit (contohnya
ketiak), sela-sela jari, dan organ intim. Jamur merupakan organisme yang bisa hidup di air,
tanah, udara, atau bahkan di tubuh manusia. Selain pada kulit jamur juga dapat tumbuh atau
berkembang di dalam organ tubuh manusia seperti di paru paru. Berikut morfologi,pathogenesis,
gejala klinis,dan epidemiologi dari beberapa jamur yang sering dijumpai pada manusia :

Page | 2
1. Malassezia furfur
Tinea versicolor (panu) atau pityriasis versicolor adalah penyakit infeksi kulit
yang disebabkan oleh Malassezia. Manifestasi klinis dapat berupa perubahan pigmentasi
(hiperpigmentasi, hipopigmentasi, atau eritema), disertai skuama halus dan pruritus.
Predileksi penyakit ini adalah di dada dan punggung, tetapi dapat pula mengenai lengan
atas, leher, dan wajah.

a) Morfologi

Malassezia furfur merupakan flora normal golongan jamur dan terdapat pada


mukosa dan kulit. Fungi ini berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal, dan
hifanya berbatang pendek dan bengkok. Malassezia furfur menghasilkan konidia sangat
kecil (mikrokonidia) pada hifanya, tetapi di samping itu juga menghasilkan makrokonidia
besar, multiseptat, berbentuk gelendong yang jauh lebih besar daripada mikrokonidianya.

b) Patogenesis
Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium dipengaruhi oleh
berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi enzimatis
asam lemak pada lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada melanosit
epidermis dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada
organisme (Malassezia).

Page | 3
c) Gejala Klinis
Salah satu tanda dan gejala yang paling jelas dari tinea versicolor adalah warna
tidak merata pada beberapa bagian kulit. Umumnya, tandanya muncul pada bagian lengan,
dada, leher, atau punggung. Gejalanya ditandai dengan:
 Berwarna lebih terang (lebih umum) atau lebih gelap dibandingkan kulit sekitar
 Jadi merah muda, merah, gelap, atau cokelat
 Kering, gatal, dan bersisik
 Makin kentara kalau berjemur
 Rentan menghilang di cuaca yang lebih dingin dan tidak begitu lembap

Panu yang muncul pada orang dengan kulit gelap dapat menyebabkan kehilangan
warna kulit. Kondisi ini dikenal sebagai hipopigmentasi. Bagi beberapa orang, kulit yang
terkena jamur ini dapat menggelap, bukannya terang. Kondisi ini disebut Hiperpigmentasi.
Beberapa orang yang terkena panu tidak memiliki perubahan yang berarti pada warna kulit
atau penampilannya.

d) Epidemiologi
Epidemiologi tinea versicolor lebih tinggi pada area beriklim tropis dan kelembapan yang
tinggi.
Global
Angka kejadian tinea versicolor di negara dengan iklim panas seperti Samoa
Barat memiliki angka tinggi yaitu 50%. Sedangkan pada negara beriklim dingin seperti
Swedia, angka kejadian tinea versicolor rendah dengan angka 1,1%.

2. Trichophyton rubrum
Tines corporis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum.
Trichophyton rubrum adalah jamur yang paling umum menjadi menyebabkan infeksi
jamur kronis pada kulit dan kuku manusia. Oleh sebab itu, penyakit- penyakit akibat
jamur ini seringkali menjangkiti masyarakat. Trichophyton rubrum menyerang jaringan
kulit dan menyebabkan beberapa infeksi kulit antara lain :Tinea pedis yang berlokasi
diantara jari- jari kaki, infeksi ini banyak terdapat pada orang yang kerap memakai

Page | 4
sepatu, Tinea cruris yang berlokasi di lipatan paha, Tinea barbae yang berlokasi di rambut
janggut, dan Tinea unguium yang berlokasi di kuku tangan mapun kaki.

a) Morfologi

 Hifa halus
 Membentuk banyak mikrokonidia
 Mikrokonidia kecil,berdinding
tipis, dan bentuk lonjong
 Mikrokonidia terletak pada
kondiofora pendek dan tersusun
satu persatu

b) Patogenesis
Patogenesis tinea pedis merupakan infeksi dermatofita dengan tiga penyebab
utama yaitu T. rubrum, T.interdigitale, dan Epidermophyton floccosum, dimana T.
rubrum adalah penyebab tinea pedis tersering. Dermatofita memiliki beberapa enzim
seperti keratinolitik protease dan lipase yang berperan sebagai faktor virulensi yang
mempermudah aderen (pelekatan) dan invasi pada kulit, rambut, kuku dan juga untuk
menggunakan keratin sebagai sumber nutrisi untuk bertahan hidup.
Langkah awal pada infeksi dermatofita adalah aderen atau pelekatan pada keratin
yang diikuti dengan invasi dan pertumbuhan elemen miselium. Pada tahap aderen awal,
dermatofita melakukan pelekatan dari artrokonidia (spora aseksual yang dibentuk dari
hifa terfragmentasi) terhadap permukaan jaringan terkeratinisasi. Beberapa jam setelah
pelekatan berhasil terjadi, spora mulai tumbuh dan mempersiapkan diri untuk tahapan
berikutnya yaitu invasi. Jamur dermatofita menginvasi permukaan keratin pada kulit
dengan menggunakan keratinase. Infeksi terbatas hanya pada lapisan keratin. Trauma dan
maserasi memfasilitasi penetrasi dari dermatofita ke dalam kulit. Keberhasilan invasi dari
elemen dermatofita dapat terjadi melalui sekresi dari produk digestif spesifik yang juga
berperan sebagai nutrisi untuk jamur seperti protease, lipase, dan ceramidase.

Page | 5
Dinding sel dermatofit mengandung senyawa yang disebut mannan yang dapat
menghambat respon imun pada tubuh penderita, dan mengurangi proliferasi keratinosit
sehingga akan menurunkan kecepatan pengelupasan. Setelah invasi keratin, terjadi
degradasi keratin dan pelepasan mediator proinflamasi yang menyebabkan respon
inflamasi pada berbagai tingkatan.Suhu dan faktor serum seperti beta globulin dan ferritin
memiliki efek penghambat pertumbuhan pada dermatofita, namun patofisiologi dari
faktor tersebut masih belum dapat dipahami sepenuhnya.
Sebum juga merupakan penghambat pertumbuhan dermatofita, hal ini
menjelaskan kecenderungan infeksi dermatofit pada kaki dimana tidak terdapat kelenjar
sebasea di sana. Beberapa kondisi menyebabkan individu lebih rentan terhadap infeksi
dermatofit seperti orang dengan gangguan sistem imun, orang dengan kelainan
hiperhidrosis (keringat berlebih), dan pada penderita diabetes dan dengan sirkulasi perifer
yang buruk.

c) Gejala klinis
Kutu air menimbulkan gejala berupa ruam bersisik yang terasa gatal dan terdapat
di antara sela-sela jari kaki. Gatal akan semakin terasa ketika pasien melepas sepatu dan
kaus kaki setelah beraktivitas.Kutu air juga dapat menimbulkan gejala lain, di antaranya:
 Muncul lepuhan yang terasa gatal.
 Kulit kering, menebal, mengeras, dan kasar di telapak atau sisi kaki.
 Kulit retak dan mengelupas.
Kutu air juga dapat menyebar ke kuku jari kaki. Jika hal itu terjadi, maka pasien
dapat merasakan gejala berupa perubahan warna kuku, serta penebalan dan kerusakan
kuku.

d) Epidemiologi
Epidemiologi tinea pedis cukup tinggi bila dibandingkan dengan bentuk tinea
lainnya. Tinea pedis merupakan dermatofitosis yang paling umum terjadi di seluruh
dunia. Dilaporkan bahwa sekitar 70% dari total populasi akan terinfeksi tinea pedis pada
satu waktu dalam hidupnya.

Page | 6
Global
Tinea pedis merupakan dermatofitosis yang paling umum terjadi di seluruh dunia.
Dilaporkan bahwa sekitar 70% dari total populasi akan terinfeksi tinea pedis pada satu
waktu dalam hidupnya.
Tinea pedis tidak memiliki predileksi khusus untuk ras ataupun grup etnis. Tinea
pedis lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita. Prevalensi dari tinea pedis
meningkat seiring bertambahnya umur. Kebanyakan kasus terjadi setelah menginjak masa
pubertas. Tinea pedis pada masa kanak – kanak jarang terjadi.
Indonesia
Berdasarkan data statistik dari beberapa rumah sakit pendidikan di Indonesia
seperti RSCM, RS. Dr. Hasan Sadikin, RS. Dr. Soetomo, dan RS. Dr. Sardjito,
didapatkan hasil relatif 16% untuk nilai prevalensi tinea pedis. Banyaknya kasus tinea
pedis dihubungkan dengan kebiasaan pemakaian sepatu tertutup dalam pekerjaan atau
aktivitas sehari-hari

3. Candida Albicans 
Candida albicans adalah spesies cendawan pathogen dari golongan
deuteromycota. Species cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistik yang
disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia.

a) Morfologi
Beberapa karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau
sferis dengan diameter 3-5 µm dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies Candida
Albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa. Selain
itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih
dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran, bentuk seperti topi,
dan tidak tembus cahaya. Cendawan ini memiliki kemampuan untuk menempel pada sel
inang dan melakukan kolonisasi.
Candida Albicans ini adalah golongan dari jamur dimorfik yang dapat tumbuh
sebagai Sel tunas yang kemudian akan memanjang dan berubah menjadi hifa semu. Hifa
semu ini terdiri dari banyak blastospora yang memiliki bentuk bulat atau lonjong

Page | 7
.
b) Patogenesis
Patogenesis kandidiasis oral adalah infeksi Candida sp, paling sering
adalah Candida albicans. C. albicans adalah jamur dimorfik yang merupakan flora normal
kavitas oral. Flora normal ini dapat menjadi patogen ketika terdapat faktor predisposisi,
misalnya kebersihan oral yang buruk, merokok, xerostomia, dan gangguan imunologi.
Candida sp mengeluarkan protein berupa Secreted Aspartyl Proteinases (SAPs)
yang memicu invasi ke mukosa dan peradangan. Sekresi ekstraseluler SAP memerlukan
gen protein prevakuola atau vacuolar protein sorting 4-A (VPS4A) yang merupakan kunci
dari kandidiasis. 

c) Gejala klinis
Gejala dari candidiasis dapat bervariasi dan tergantung pada area infeksi. Berikut
adalah beberapa gejala umum yang dapat terjadi:
 Area kulit. Anda mungkin memiliki bagian kulit berwarna merah atau putih yang
gatal, perih, dan meradang.
 Area genital. Pada wanita, infeksi jamur pada vagina dapat mengakibatkan gejala rasa
gatal yang ekstrem, kemerahan, serta rasa sakit pada area vagina. Cairan vagina
terlihat berwarna putih dan kental. Pada pria, gejala dapat meliputi rasa sakit, gatal,
dan perih pada ujung penis. Pria dan wanita dapat merasakan sakit saat berhubungan
seks.
 Mulut dan kerongkongan. Sering disebut thrush, dapat menghasilkan bercak-bercak
putih pada lidah dan mulut. Gusi juga dapat menjadi bengkak dengan luka berwarna

Page | 8
merah dan putih. Candida esophagitis yang mempengaruhi kerongkongan dapat
menyebabkan rasa sakit dan kesulitan saat menelan.
 Aliran darah dan organ lainnya. Dikenal sebagai candidemia, dapat mengakibatkan
demam dan menggigil.

d) Epidemiologi 
Candida albicans ditemukan di mana mana sebagai mikroorganisme yang mentap
di dalam saluran yang berhubungan dengan lingkungan luar menusia (rectum, rongga
mulut, dan vagina).Prevalensi infeksi Candida albicans pada manusia dihubungkan
dengan kekebalan tubuh yang menurun, sehingga invasi dapat terjadi. Meningkatnya
prevalensi infeksi Candida albicans dihubungkan dengan kelompok penderita dengan
gangguan sistem imunitas seperti pada penderita AIDS, penderita yang menjalani
transplantasi organ dan kemoterapi antimaligna.
Selain itu makin meningkatnya tindakan invasif, seperti penggunaan kateter
dan jarum infus sering dihubungkan dengan terjadinya invasi Candida albicans ke dalam
jaringan. Edward (1990) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 344.610 kasus
infeksi nosokomial yang ditemukan, 27.200 kasus (7,9 %) disebabkan oleh jamur dan
21.488 kasus (79%) disebabkan oleh spesies Candida. Peneliti lain (Odds dkk. 1990)
mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita AIDS, sekitar 44,8 % nya adalah penderita
kandidosis.

4. Aspergillus

Aspergillosis adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh sejenis jamur


bernama aspergillus. Penyakit yang disebabkan oleh aspergillus umumnya memengaruhi
sistem pernapasan, namun juga dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti kulit,
mata, atau sinus.Mayoritas jamur tidak berbahaya, namun beberapa jenis jamur dapat
menimbulkan penyakit serius ketika sporanya terhirup oleh penderita gangguan sistem
kekebalan tubuh, penyakit paru, atau asma.

a) Morfologi

 Memiliki konidia sebagai alat perkembang biakan

Page | 9
 Memiliki konidiofor yaitu hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat.

 Stolon adalah hifa yang membentuk jaringan pada permukaan substrat.

 Koloninya berwarna kuning, abu-abu atau coklat.

 Berbentuk rantai seperti kuas/bergerombol bulat.

 Organisme multiseluler.

 Membentuk konidia.

b) Patogenesis

Menurut Sulathia (2014) dan Annaissie, et al., (2009) ada empat jenis utama dari
aspergillosis:

a. Alergi bronchopulmonary aspergillosis (ABPA) adalah bentuk paling ringan dari


aspergillosis dan biasanya mempengaruhi orang-orang dengan asma atau fibrosis
kistik (kondisi warisan di mana paru-paru bisa terpasang dengan lendir). Kondisi ini
biasanya sebagai akibat dari reaksi tubuh terhadap aspergillus.

b. Aspergilloma adalah tempat jamur memasuki paru-paru dan kelompok bersama untuk
membentuk simpul padat jamur, yang disebut bola jamur. Aspergilloma adalah
kondisi jinak yang mungkin pada awalnya tidak menimbulkan gejala, tapi seiring,
waktu kondisi yang mendasarinya dapat memburuk dan mungkin menyebabkan:
Batuk darah (hemoptitis), Mengi, Sesak napas, Penurunan berat badan, Kelelahan.

c. Kronis necrotizing asper-gillosis (CNA) adalah penyebaran, infeksi kronis lambat


paru-paru. Hal ini biasanya hanya mempengaruhi orang-orang dengan kondisi

Page | 10
paruparu yang sudah ada, atau orangorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang lemah.

d. Aspergillosis paru invasif (IPA) adalah infeksi umum pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah karena sakit atau mengambil imunosupresan. Ini adalah
bentuk paling serius dari aspergillosis yang dimulai di paru-paru yang kemudian
menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh.

c) Gejala klinis
Terdapat 2 jenis aspergillosis. Salah satunya alleric bonchpulmonary aspergillosis,
kondisi dimana jamur menyebabkan gejala alergi pada system pernapasan tapi tidak
menginvasi dan menghancurkan jaringan.Jenis aspergillosis yang lain adalah aspergillosis
invasif, penyakit yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia. Pada kondisi ini
jamur menginvasi ke seluruh tubuh dan merusak jaringan tubuh. Ada beberapa gejala yang
dapat muncul pada penyakit aspergillosis seperti:
 Demam
 Sakit kepala
 Menggigil
 Peningkatan produksi lendir hidung dan pilek
 Batuk darah
 Sesak nafas
 Penurunan berat badan
 Sakit pada bagian dada
 Nyeri tulang dan sendi
 Kencing berdarah (Hematuria)
 Penurunan pengeluaran urine
 Meningitis
 Penglihatan berkurang sampai buta
 Radang pada jantung
Selain gejala-gejala seperti diatas, aspergillosis juga dapat menyerang tubuh
bagian lain misalnya sinus.  Jika menyerang sinus, maka gejala yang ditimbulkan bisa
berupa mimisan, demam, pilek, nyeri pada wajah, sakit kepala dan lain-lain.

Page | 11
d) Epidemiologi
Masuknya spora jamur aspergillus dalam tubuh manusia umumnya melalui
inhalasi dan masa inkubasinya tidak diketahui. Aspergillosis dapat mengenai semua ras dan
kedua jenis kelamin dengan perbandingan yang sama dan dapat mengenai semua usia.
Insiden invasi aspergillosis pada pasien immunokompromais yang beresiko tinggi yaitu :
1. Pasien neutropenia (disebabkan hematologc malignancy ataupun mendapat
kemoterapi) 7%
2. Pasien leukemia akut :5%-20%
3. Penerima transplantasi sumsum tulang belakang : 10%-20%
4. Penerima transplantasi organ (ginjal, hati, jantung ) : 5%-15%
5. Pasien AIDS : 1%-9%

Dari laporan diketahui bahwa lingkungan rumah sakit sering terkontaminasi dengan
spora Aspergillus, kontaminasi ini dapat dijumpai pada:
1. Konstruksi rumah sakit, dimana dijumpai peingkatan jumlah spora Aspergillus pada
system ventilasi
2. Daerah sekitar kateter intravena (menjadi jalan masuknya Aspergillus)
3. Penggunaan plaster
4. Penggunaan armboard
5. Penutupan kulit secara oklusif

5. Trichosporon ovoides

Piedra adalah sejenis infeksi jamur (mikosis) pada rambut. Piedra dibagi menjadi


dua, yaitu piedra hitam dan putih. Gambaran klinis keduanya dapat berkisar dari
tanpa gejala hingga rambut rontok. Piedra adalah infeksi jamur pada bagian batang rambut.
Infeksi kulit kepala oleh piedra putih jarang terjadi.

Piedra putih adalah infeksi jamur yang relatif jarang pada batang rambut. Piedra
putih dapat disebabkan oleh infeksi jamur jenis Trichosporon ovoides dan Trichosporon
inkin. Namun pada kebanyakan kasus, piedra putih disebabkan oleh  Trichosporon
ovoides. Piedra putih umumnya tidak menular. Jamur dari jenis trichosporon yang
menyebabkan piedra, banyak ditemukan di tanah. 

Page | 12
Tidak jelas bagaimana mekanisme seseorang sampai bisa terinfeksi jamur ini
tetapi, Pada kebanyakan kasus, piedra putih lebih banyak ditemukan pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh menurun seperti pada pasien-pasien HIV atau pasien kanker yang
sedang menjalani pengobatan kemoterapi.

a) Morfologi
Morfologi makroskopis
Koloni pada agar Sabouraud dextrose pada 25 ° C berwarna putih, kering, dan farinosa
dengan lipatan tidak teratur. Ukuran koloni adalah 10-13 mm setelah inkubasi 7 hari.

Morfologi mikroskopis
Pada tepung jagung setelah 72 jam inkubasi pada 25 ° C, menghasilkan hifa sejati yang
terdisartikulasi menjadi artrokonidia persegi panjang berukuran sekitar 3-5 x 4-16 μm.

b) Patogenesis
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang sudah
terkena infeksi.

c) Gejala klinis
Gejala utama piedra putih adalah adanya nodul putih pada batang rambut, seperti
nodul mutiara yang mengelilingi batang rambut. Nodul ini biasanya ditemukan pada
rambut wajah dan rambut tubuh (misalnya, pada kumis dan janggut, bulu mata, alis,
rambut ketiak dan rambut kemaluan).  Nodulnya berdiameter sekitar 1 mm atau lebih

Page | 13
besar dan cukup mudah dihilangkan.Gejala lain yang mungkin ditemukan pada seseorang
yang terinfeksi piedra putih termasuk rambut rapuh dan rusak, rambut terasa berpasir,
kepala terasa nyeri atau gatal.

d) Epidemiologi
Penyakit ini terdapat di berbagai daerah dingin di dunia, belum pernah ditemukan
di Indonesia. Kebersihan dijaga untuk mencegah penularan.

BAB III

Page | 14
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dalam kehidupan sehari hari kita sering temui berbagai jenis jamur yang ada di
lingkungan sekitar, baik itu di hewan ataupun manusia, contohnya panu,kurap,ketombe,
pada penjelasan kami kami menjelaskan tentang beberapa jenis jamur pathogen yang ada
pada tubuh manusia, baik itu dikulit, organ dalam, kuku, dan sebagainya. Pada penjelasan
pada makalah kami dijelaskan Morfologi, Patogenesis, Gejala Klinis, Epidemiologi dari
jamur- jamur pathogen tersebut, diantara nya Malassezia furfur, Trichophyton rubrum,
Candida Albicans, Aspergillus,dan Trichosporon ovoides.

Page | 15

Anda mungkin juga menyukai