Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN

TRYPANOSOMA SP

Nama : Danu Pangestu Saputra


NIM : 20.72.022378
Mata Kuliah : Parasitologi II
Dosen : Nurhalina SKM.M.Epid

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
1) Klasifikasi
Genus Trypanosoma dapat menyebabkan penyakit Trypanosomiasis dan
genus ini mempunyai spesies yang penting dalam ilmu kedokteran yaitu :
1. Trypanosoma Gambiense
2. Trypanosoma Rhodisiense
3. Trypanosoma Cruzi

Genus Trypanosoma dalam siklus hidupnya mempunyai empat bentuk


stadium yaitu :
1. Bentuk stadium Trypanosoma
2. Bentuk stadium Kritidia
3. Bentuk stadium Leptomonas
4. Bentuk stadium Leismania

2) Morfologi
Salah satu ciri cirinya sebagai berikut :
 Merupakan parasit didalam sistem dan jaringan sirkulasi
 Terdapat pada semua vertebrata.
 Parasit pada ternak dan Manusiia
 Hidupnya didaerah tropis
 Dapat menyebabkan penyakit tidur
 Menyebabkan penyakit sura pada ternak
 Menyebabkan penyakit Chagas pada manusia
 Tidak pathogen pada burung, reptiliaa, amphibian ataupun pisces
 Ditularkan melalui tinja maupun vektor
 Memiliki bentuk seperti daun atau kadang- kadang berbentuk bulat
berisi satu inti

Bentuk stadium Trypanosomiasis


 Berukuran 14–33 x 1,5–3,5 mikron dan rata–rata 15–20 mikron. 4
 Membrane bergelombang terdapat diseluruh tubuh.
 Kinetoplas letaknya lebih ke posterior dekat axonema.
 Letak nucleus di tengah–tengah ( sentral ).
 Bentuk ini terdapat pada tuan rumah perantara maupun sebenarnya.
 Trypanosome masuk didalam tuan rumah perantara pada waktu
menghisapdarah sebagai makanannya.
 Didalam tubuh manusia trypanosome hidup ekstraseluler dalam
darah,limfe, dan cairan otak. h.Terdapat Granula spesifik.
 Tidak berwarna, bergerak aktif, berkembang biak membelah
memanjang.
 Bila diwarnai dengan giemza / wright, inti akan berwarna merah
udang dan sitoplasma berwarna biru.

Bentuk stadium Kritidia


 Berukuran 15–20 mikron dan rata–rata 15 mikron.
 Membrane bergelombang terdapat pada bagian tubuh ke anterior.
 Kinetoplas letaknya ke tengah dengan axonema.
 Letak nucleus di tengah–tengah
 Terdapat granula spesifik (seperti Trypanosoma).
 Terdapat sebagai stadium sementara pada lalat genus Glosssina sp.
UntukTripanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodesiense
sedangkan untukTrypanosoma cruzi adalah serangga genus
Triatoma.
 Berkembang biak membelah dua dan memanjang.
 Didalam kelenjar liur lalat Glossina tadi, Kritidia tersebut mengalami
metamorphose menjadi Trypanosoma yang siap untuk ditularkan

3) Siklus hidup
Ciri cirinya :
 Sering berganti ganti hospes vertebrata dan invertebrate
 Penularan melalui Vertebrata dapat secara langsung dan tidak langsung
 Penularan tidak langsung akan mengalami pertumbuhana siklik didalam
tubuh serangga penghisap darah sebelum menjadi infektif.
 Pertumbuhan siklik ada dua tahap yaitu :
 Anterior station yaitu Pada species Trypanosona gambiense
dan Trypanosoma rhodesiense yangtertelan lalat Glossina
(lalat tse – tse) mula–mula Trypanosoma tumbuh di dalam
alat pencernaan dan menjadi infektif setelah sampai di dalam
kelenjar liur lalat tersebut.Bila Glossina itu mengambil
makanan / darah bentuk parasit infektif dimasukkan bersama
dengan air liur.Pertumbuhan di dalam usus tengah dan usus
akhir, menghasilkan sejumlah bentuk – betuk lebar yang
berubah menjadi bentukpanjang dan langsing didalam
proventikulus, lalu pindah melalui oesofagus,hifofaring,dan
saluran kelenjar liur.Disini parasit berubah menjadi bentuk
Kristidia
 Pada Trypanosoma cruzi bentuk Trypanosoma yang tertelan
dan terdapatdi dalam usus tengah (midgud) dalam tubuh
vector Triatoma (Famili Reduvidae)mula –mula berubah
menjadi pendek, gemuk, lalu menjadi bentuk
Trypanosomametasiklik yang infektif didalam usus
akhir dan rectum.Bila Tryatomamengambil
makanan/darah, bentuk infektif dikeluarkan bersama
denganfeces/tinja, terjadilah penularan secara posterior
station (melalui feces)

Para trypomastigotes memasuki host manusia melalui luka dan gigitan


atau dengan menyeberangi membran mukosa. Sel inang mengandung
makromolekul seperti laminin, thrombospondin, heparan sulfat, dan
fibronektin yang menutupi petukaan sel inang. Ini makromolekul sangat
penting dalam adhesi antara parasit dan inang dan proses invasi
oleh parasit dari tuan rumah. Para trypomastigotes harus menyeberang
jaringan protein yang melapisi bagian luar sel inang untuk melakukan
kontak dan menyerang sel inang. Molekul-molekul dan protein pada
sitoskeleton sel juga mengikat ke permukaan parasit dan memulai invanasi
host, Ketika mereka memasuki sel manusia, mereka menjadi
amastigotes. Ini adalah satu lagi tahap reproduksi. Setelah reproduksi
melalui pembelahan biner sampai sejumlah besar amastigotes berada dalam
sel, pseurdocysts terbentuk dalam sel yang terinfeksi. Pará amastigotes
kemudian kembali menjadi trypomastigotes, dan Semburan sel. Para
trypomnastigote herena bersana baik menginfeksi sel lain atau
terejak oleh bug reduvid lainnya.

4) Diagnosa
Beberapa cara diagnosanya :
 Pada penderita yang sedang mengalami demam hebat dapat dilakukan
pemeriksaan darah,dibuat preparat,maka akan didapatkan Trypanosome.
 Pemeriksaan darah tetes/hapus dengan pewarnaan giemsa atau wright.
 Pemeriksaan ulkus dari bagian tubuh yang membengkak
 Pemeriksaan Cerebo Spinal(CSF Fluid dengan sidimenter dulu)
 Inokulasi pada binatang percobaan atau disuntikan ke darah
5) Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan terhadap tripanosomiasis
meliputi tindakan pengelolaan terhadap hewan ternak (hospes definitive, dan
pengelolaan agen penyakit seperti lalat yang merupakan hospes intermediet,
menghindakan kontaminasi mekanis yang tidak disengaja, pengelolaan
penggunaan tanah, dan pengendalian biologis. Pengecekan darah secara
berkala dan pemberian obat secara berkala juga dapat membantu
pencegahan penularan penyakit ini. Melenyapkan tempat perindukan secara
besar-besaran karena lalat berkembang biak di bawah semak-semak
sepanjang sungai atau di lokasi-lokasi lain yang bersemak. Pelepasan jantan-
jantan steril untuk mengendalikan dan penyemprotan tanah dengan DDT

Tryponosoma Gambianse

a) Klasifikasi
Kingdom : Protista
Phylum : Sarcomastigophora
Class : Zoomastigophora
Ordo : Kinetplastida
Family : Trypanosomatidae
genus : Trypanosoma
Species : T.gambiense

b) Morfologi
Adalah sebagai berikut :
 Morfologi T.gambiense dapat dilihat bentuknya memanjang dan
seluruh tubuhnya diliputi oleh gelombang membrane.
 T.gambiense didalam darah adalah polimorfik, dari bentuk
Trypanosoma yang khas panjang dan langsing, hingga bentuk
pendek tumpul tanpa flagella bebas, juga terdapat bentuk
degeneraso yang ganjil.
 Didalam cairan otak parasit ini dapat ditemukan dalam berbagai
ukuran, bentuk termasuk yang multiple dan yang bulat
menyerupai buah jambu.
 Mempunyai panjang antara 15 - 30 mikron dan lebamya atara 1,5
- 3,5 mikron.

c) Siklus Hidup

Organisme terus memperbanyak diri dan bentuk metasiklik (infektif)


selama 2-5 hari dalam kelenjar ludah lalat tsetse. Dengan terbentuknya
metasiklik, lalat tsetse tersebut menjadi infektif dan dapat memasukkan
bentuk ini dari kelenjar ludah ke dalam luka kulit pada saat lalat
mengisap darah lagi. Seluruh siklus perkembangan dalam lalat tsetse
membutuhkan waktu 3 minggu, Trypanosoma gambiense ditularkan oleh
Glossina palpalis dan Glossina tachinoides, baik lalat tsetse betina
maupun jantan dapat menularkan penyakit ini. Pada waktu darah
mamalia dihisap, oleh lalat tse tse yang infektif (genus Glossina) maka
akan memasukkan metacyclic trypomastigotes kedalam jaringan kulit.
Parasit-parasit akan masuk ke dalam sistem lymphatic dan ke dalam
aliran darah. Di dalam tubuh tuan rumah, mereka berubah menjadi
trypomastigotes di dalam aliran darah. dan ini akan dibawa ke sisi lain
melalui tubuh, cairan darah kaya yang lain (eg, lymph, spinal fuid), dan
berlanjutbertambah banyak dengan binary fission . Segala siklus hidup
dari African Trypanosomes telah ditampilkan pada tingkat ektra seluler.
Lalat tsetse menjadi infektif dengan trypomastigotes dalam aliran darah
ketika mengisap darah mamalia yang terinfeksi. Pada alat penghisap lalat
parasit berubah menjadi procyclic trypomastigotes, bertambah banyak
dengan binary fission, meninggalkan alat penghisap, dan berubah
menjadi epimastigotes . Air liur lalat kaya akan epimastigotes dan
pertambahan banyak berlanjut dengan binary fission . Siklus dalam
tubuh lalat berlangsung selama kurang lebih 3 minggu. Manusia
merupakan reservoir utama untuk Trypanosoma gambiense, tetapi
spesies in dapat selalu ditemukan pada binatang.

d) Epidemiologi
Biasanya memiliki habitat atau distirbusi Dinegara Tropis dan negara
Afrika barat dan juga berada dalam daerah pedalaman selain itu penyakit
ini sering dialami oleh pria,T. Gambianse insidenya sering terjadi
dikisaran 3-43% orang terjangkit penyakit ini dan rata rata pengidap
penyakit ini berada disekitaran usia 20-40 tahun.

e) Manifestasi Klinis
Yaitu sebagai berikut :
 Inkubasi atau masa tunas 2 – 3 minggu, pada periode ini tidak
didapatkan gejala – gejala klinis.
 Pada fase ini atau permulaan timbul gejala – gejala berupa :
Remitten fever, Sakit kepala,Malise, Winter bottom’s sign, yaitu
pembesaran kelenjar – kelenjar post ervical yang biasanya
disertai rasa nyeri yang hebat dan penderita sulit untuk
menggerakkan kepala.
 Pada fase lanjut Parasit – parasit masuk ke otak dan
menimbulkan gejala yang disebut karandel’s sign yang berupa
delayed sensation of pain ( penundaan perasaan susah di
usahakan ) dan hipersenthesia deep sense (
perasaan sulit sangat dalam ).
 Pada fase akhir Penderita tidur untuk tidak dapat dibangunkan
lagi.

f) Diagnosis
 Pada daerah endemis apabila didapatkan gejala – gejala yang
khas seperti tersebut di atas maka diagnosenya suspect
Trypanosoma trypanosomiasis
 Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan dengan Rasio
albumin / globulin yang terbaik,LED yang meningkat,Perubahan
cairan CSF ( Cerebro Spinal Fluid )
 Untuk diagnose pasti harus ditemukan adanya parasit adalah Dari
serum penderita,Dari cairan limfe,Dari CSF,Dari bone marrow
( sumsum tulang ) Yang kemudian dapat diperiksa secara
langsung atau tidak langsung ataupun secara inokulasi pada
hewan – hewan tertentu
g) Pencegahan
Adalah dengan cara :
 Mengenakan pakaian berlengan panjang dan tidak mencolok dan
tidak tipis agar bisa menghindari lalat tsetse yang menginggit
atau menghinggapi
 Hindari semak semak dia akan menginggit jika tempatnya
terganggu
 Gunakan lotion anti serangga

Trypanosoma Rhodisiense

a) Klasfikasi
Kingdom : animalia
Filum : arthropoda
Kelas : insecta
Ordo : diptera
Famili : glossinidae
Genus : wiedemann,
Spesies : Trypanosoma rhodesiense

b) Morfologi
penderita Trypanosomiasis rhodesiense (juga pada hewan vertebrata
yang terinfeksi) umumnya ditemukan bentuk Trypomastigot.
Trypomastigot ini memiliki bentuk mirip bulan sabit dengan ukuran
panjang 15-35 mikron dan lebar 1,5 – 3,5 mikron. Didalamnya terdapat
organella antara lain :
 Inti besar berbentuk lonjong, terletak di tengah dan berfungsi
untuk menyediakan makanan. Disebut juga Troponukleus.
 Kinetoplas, berbentuk bulat atau batang. Ukuran lebih kecil dari
inti dan terletak di depan atau di belakang inti. Kinetoplas terdiri
dari 2 bagian yaitu benda parabasal dan blefaroplas.
 Flagela merupakan cambuk halus yang keluar dari blefaroplas
dan berfungsi untuk bergerak.
 Undulating membrane (membran bergelombang), adalah selaput
yang terjadi karena flagela melingkari badan parasit, sehingga
terbentuk kurva-kurva. Terdapat 3-4 gelombang membran.
Pada stadium akhir, di dalam darah penderita, Trypomastigot memiliki
beberapa bentuk yang
berbeda, yaitu :
 Bentuk panjang dan langsing, memiliki flagela
 Bentuk pendek dan lebih gemuk, sebagian tidak berflagela
 Bentuk intermediet dengan inti terkadang ditemukan di posterior.
 bentuknya yang bervariasi, trypomastigot ini disebut
Pleomorphic trypanosoma.

c) Siklus Hidup

Lalat tsetse menjalani metamorfosis sempuma yang terdiri 4 fase :Fase


telur, larva belatung ( maggot , kepompong, dan lalat dewasa. Jika
diamati secara seksama dan kemudian dibandingkan dengan siklus hidup
lalat lain, siklus hidup dari lalat tsetse biasa dikatakan unik.
Contoh keunikan dari siklus hidup lalat tsetse adalah saat sudah
waktunya bertelur, induk lalat tsetse akan tetap menyimpan telur tersebut
di dalam tubuhnya sehingga menetas menjadi larva yang baru menetas
tersebut tetap berada di dalam tubuh induknya dan hidup dengan
mengkomsumsi senyawa mirip cairan susu yang dihasilkan oleh kelenjar
induknya. Jika larva sudah memasuki ukuran tertentu, barulah larva lalat
tsetse keluar dari tubuh induknya dan "lahir" ke dunia.

Masa hidup larva di dunia relatif singkat karena hanya dalam waktu
beberapa jam usai keluar dari tubuh induknya, larva lalat tsetse segera
mencari tempat yang terlindung untuk berubah menjadi pupa. Masa pupa
atau Kepompong berlangsung selama beberapa hari dan sesudah itu lalat
tsetse dewasa akan keluar. Di fase dewasa ini, lalat tsetse hanya hidup
dari mengisap darah mamalia dan bisa hidup hingga usia 4 bulan.

d) Epidemiologi
 ditemukan di daerah pusat dari timur dan tenggara Afrika. Insiden
dari infeksi Trypanosoma rhodesiense lebih sedikit dibanding
Trypanosoma gambiense dan fokus distribusinya lebih sempit karena
lalat tse tse, vektor dari T.rhodesiense adalah umumnya pengisap
darah binatang buruan dan dapat menularkan penyakit ini dari
manusia ke manusia atau dari hewan ke manusia.
 dan juga distribunya juga ada dieropa timur.

e) Manisfestasi Klinis
Adalah sebagai berikut :
 Periode inkubasi antara 2 – 3 minggu
 Penyakit ini ganas dan akut, dalam satu bulan
 penderita akan mati Adanya chancre pada tempat gigitan, demam
parokismal nyeri kepala serta timbulnya udemasystemic
( sistemik )
 Fase lanjut
- Kelainan neurogi setempat
- Mental retardation
- Sleeping
- Meningo enchepalitis
f) Diagnosis
Adalah dengan cara berikut:
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah:
 Mengetahui riwayat tempat tinggal dan riwayat bepergian ke daerah
endemik.
 Menemukan parasit pada pemeriksaan :
• Darah tepi dengan pewarnaan.
• Biopsi aspirasi pada „primary chancre‟
• Cairan kelenjar getah bening
 Tidak dilakukan pengujian serologi, karena deteksi mikroskopis
parasit sangatlah mudah.
g) Pencegahan
Dengan cara berikut :
 Kenakan kemeja lengan panjang dan celana medium-berat
bahannya, dalam warna netral yang menyatu dengan lingkungan
latar belakang. Lalat tsetse tertarik pada warna-warna cerah atau
gelap, dan mereka dapat menggigit melalui pakaian ringan.
 Periksa kendaraan sebelum masuk. Lalat-lalat tertarik dengan
gerakan dan debu dari kendaraan bergerak.
 Hindari semak-semak. Lalat tsetse kurang aktif selama bagian
terpanas hari, tetapi akan menggigit jika terganggu.
 Gunakan obat nyamuk. Obat nyamuk akan mencegah gigitan
serangga lainnya yang dapat menyebabkan penyakit.
 Pengobatan pencegahan untuk binatang peliharaan
Trypanosoma Cruzi

a) Klasifikasi
Phylum : Sarcosmastigophora
Sub Phylum : Mastigophora
Class : Zoomastigophora
Ordo : Kinetoplastida
Sub Ordo : Trypanosomatorina
Family : Trypanosomatidae
Genus : Trypanosoma
Spesies : T. Cruzi

b) Morfologi
Ciri ciri sebagai berikut
 Morfologi Trypanosoma dalam darah tampak sebagai flagelata
yang pipih panjang(kira-kira 15-20 mikron),
 berujung runcing dibagian posterior,
 mempunyai flagel kurang dari sepertiga panjang tubuh,
 mempunyai sitoplasma dengan granula inti di tengah yang
berwarna tua, serta terdapat kinetoplast.
 Morfologi yang seperti ini dapat membuat Trypanosoma
bergerak aktif secara berombak dan memutar disebabkan oleh
flagel kontraktilnya.
c) Siklus Hidup

Siklus hidup T. cruzi dimulai saat fase metasiklik Trypanosoma yaitu,


Trypomastigotes, yang merupakan bentuk motil dari Trypanosoma.
Trypanomastigote masuk ke dalam tubuh manusia melalui termakannya
atau terhisap feses atau urin Triatoma yang mengandung
Trypomastigote. Di dalam tubuh manusia, Trypomastigote memasuki sel
manusia dan menginfeksi intisel.Di dalamsel, berdiferensiasimenjadi
amastigote, dan bergerak menuju sitoplasma sel untuk bereplikasi secara
aseksual melalui pembelahan longitudinal, sehingga jumlah amastigote
bertambah banyak. Bentuk amastigote berubah menjadi Trypomastigote,
keluar dari sel menuju sistem peredaran darah dan sistem limfatik.

d) Epidemiologi
Adalah sebagai berikut :
 Trypanosoma cruzi terdapat di Amerika Selatan, dari Argentina
Utara, Antillen, Amerika Tengah ke Amerika Serikat Selatan. T. c.
cruzi terutama terdapat pada tikus hutan (woodrat) di negara bagian
Amerika Serikat Barat Daya (Texas, Arizona, New Mexico,
California Selatan); ia juga terdapat pada raccoon, opossum,
skunk,dan rubah abu-abu di negara bagian tenggara.
 Semua umur rentan terhadap infeksi dan biasanya perjalanan
penyakit lebih berat pada penderita usia muda. Infeksi juga dapat
terjadi dari ibu ke bayi (bawaan), terkontaminasi produk darah
(transfusi), organ transplantasi dari donor yang terinfeksi,
laboratorium kecelakaan, makanan dan minuman yang
terkontaminasi (jarang)
e) Manifestasi Klinis
Bentuk akut biasanya terjadi tanpa disadari dan mungkin hadir sebagai
pembengkakan lokal di tempat masuk. Bentuk kronis dapat berkembang
10 sampai 20tahun setelah infeksi.Penyakit ini dapat mempengaruhi
organ internal (misalnya jantung, kerongkongan, usus dan sistem saraf
perifer). orang yang terkena mungkin meninggal karena gagal jantung.

f) Diagnosa
 Diagnosis spesies Trypanosoma umumnya menggunakan
preparat ulas darah yang diwarnai dengan Giemsa. Hasil positif
dinyatakan jika ditemukan morfologi parasit pada pemeriksaan
mikroskop.
 Uji antibodi dapat menggunakan uji aglutinasi langsung, ELISA.
 Uji lanjutan untuk membedakan antar spesies Trypanosoma perlu
pemeriksaan biomolekular seperti Polymerase Chain Reaction
(PCR). Uji PCR sangat sensitif sehingga sering ditemukan hasil
false positif. Untuk mensiasati hal tersebut, diagnosis juga dapat
dilakukan dengan uji ampliikasi sinyal asam nukleus yang
spesifik terhadap masing-masing spesies Trypanosoma.

g) Pencegahan
 Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan
dan cara-cara pencegahannya.
 Lakukan penyemprotan berkala dengan insektisida dengan efek
residual terhadap rumah yang konstruksinya tidak sehat dan rumah
yang beratap rumbia untuk membunuh vektor. Vektor juga dapat
dibunuh dengan fumigan yang ditaruh dalam kontainer.
 Membangun dan memperbaiki lingkungan permukiman untuk
menghilangkan tempat perindukan vektor dan tempat berkembang
biaknya binatang reservoir.
 Gunakan kelambu, pada rumah yang ada vektornya

Anda mungkin juga menyukai