Essay
Disusun Oleh :
16/403157/PKU/15975
Lalat adalah anggota ordo diptera terbesar ke empat dari kelas hexapoda atau insecta
yang mempunyai jumlah genus dan spesies tersebar yaitu mencakup 60 – 70 % dari seluruh
arthropoda yang cukup penting dalam bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat serta
dalam bidang veteriner. Kerumunan lalat dapat mengganggu orang pada saat bekerja maupun
beristirahat. Peranan lalat dalam kesehatan masyarakat maupun hewan telah banyak
diketahui, sehubungan dengan perilaku hidupnya yang suka ditempat-tempat yang kotor yaitu
pada tumpukan sampah, makanan dan pada tinja., dari situlah lalat membawa berbagai
organism penyebab penyakit.
Berbagai penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus, bakteri, protozoa dan
telur cacing yang menempel pada tubuh lalat dan ini tergantung dari spesiesnya. Lalat Musca
domestica dapat membawa telur cacing (Oxyrus vermicularis, Trichuris trichura, Hookworm
dan Ascaris lumbricoides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan
Balantidium coli), Virus polio, Treponema pertenue (Penyebab frambusia) dan
Mycobacterium tuberculosis. Lalat Musca domestica dapat bertindak sebagai vektor penyalit
typus, disentri, kolera dan penyakit kulit. Lalat Fania dewasa dapat menularkan berbagai
jenis penyakit Myasis (Gastric, Intestinal, Genitaurinary). Lalat Stomaxys merupakan vektor
penyakit surra (disebabkan oleh Trypanosoma evansi), antrax, tetanus, yellow fever,
traumatic myasis dan enteric pseudomonasis (jarang). Lalat hijau (paenicia dan chyrosomya)
Begitupula dengan lalat Chrysops bertindak sebagai vektor dari cacing Loa loa yang
menimbulkan penyakit Loasis dan sebagai vektornya Chrysops dimidita dan Chrysops
silacea. Vektor dari Pasteurella tularensis yang menimbulkan penyakit Tularemia dan
vektornya adalah Chrysops discalis. Sebagai vektor dari penyakit Surra dan Anthrax
vektornya adalah Tabanus striatus. Kebiasaan mengisap darah mereka juga meningkatkan
kekhawatiran tentang penularan kemungkinan agen penyakit. Ditemukannya bukti pula
bahwa lalat rusa di AS barat terlibat dalam transmisi bakteri yang menyebabkan tularemia.
PEMBAHASAN
Ada sekitar 4.300 spesies lalat kuda dan lalat rusa di dunia, sekitar 335 di antaranya
ada di benua AS. Dari jumlah tersebut, lebih dari 160 spesies lalat kuda, dan lebih dari 110
spesies lalat rusa. Diperkirakan bahwa setidaknya 45 spesies lalat kuda dan 30 spesies lalat
rusa ada di Indiana.
Serupa dengan semua lalat, lalat kuda dan lalat rusa berkembang melalui proses
"metamorfosis lengkap." Ini berarti tahap telur, larva, pupa, dan dewasa.
Telur: Ada 100-1000 telur diletakkan pada lapisan permukaan vertikal di dedaunan,
batu, tongkat dan vegetasi air. vegetasi air lebih disukai. Sekresi mengkilap atau berkapur,
yang membantu dalam perlindungan air, sering meliputi telur. Telur disimpan langsung di
atas air dan tanah basah yang menguntungkan untuk pengembangan larva. Betina tidak akan
deposit massa telur pada vegetasi yang terlalu padat. Telur awalnya berwarna putih krem tapi
segera menjadi gelap ke abu-abu dan kehitaman. Telur berbentuk silinder dan ukuran 1-2,5
mm. Telur menetas dalam lima sampai tujuh hari, tergantung pada kondisi cuaca, dan larva
jatuh ke tanah yang lembab dan berair.
Larva: Larva lancip dan biasanya berwarna keputihan, tetapi juga bisa menjadi
kecoklatan atau hijau tergantung pada spesies. Pita hitam yang ditemukan di setiap segmen
tubuh. Larva bernafas melalui siphon trakea yang terletak di ujung posterior. Larva memiliki
kepala kecil dan 11-12 segmen tambahan. Larva melewati 6-9 stadium. Waktu yang
dihabiskan tahap larva dapat berlangsung beberapa bulan sampai satu tahun. Larva Chrysops
makan pada bahan organik dalam tanah. Larva bergerak ke atas 2,5-5,0 cm dari tanah, ketika
siap untuk menjadi kepompong. Dalam waktu dua hari setelah pindah ke permukaan tahap
kepompong tercapai.
Pupa: pupa berwarna cokelat, anterior bulat, meruncing pada bagian posterior, dan
memiliki kaki dan sayap yang melekat pada tubuh. Ada deretan duri yang mengelilingi setiap
segmen perut. Sebuah kepompong "aster" yang terdiri dari enam proyeksi menunjuk terletak
di puncak perut. Tahapan kepompong umumnya berlangsung dari dua hingga tiga minggu.
Adult female deer fly, Chrysops pikei Whitney. Photograph by Sturgis McKeever, Georgia Southern University;
www.insectimages.org.
Chrysops relictus
Taksnomoni
Kingdom : Animalia
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Tabanidae
Genus : Chrysops
Species : Chrysops relictus
Chrysops relictus memiliki semua tibiae kemerahan kuning, jelas terlihat pada gambar
pertama di bawah ini. Ini membedakannya dari Chrysops caecutiens yang memiliki tibiae
hitam tengah.
Yang jantan (gambar kedua di atas) juga memiliki sepasang divergen lobus pada
tergite kedua, meskipun tidak sekuat yang seperti pada perempuan. Sayap luar band median
gelap memiliki sebuah band yang jelas sempit atau band dari bintik-bintik putih (lihat gambar
di atas) dan kemudian difus gelap dekat margin sayap. Sisi tergite 2 yang mencolok
kemerahan kuning dan pertengahan tibiae sepenuhnya kemerahan-kuning. Ini membedakan
Chrysops relictus jantan dan Chrysops caecutiens jantan, yang memiliki sisi tergite 2 hanya
sempit kuning di sisi dan pertengahan tibiae hitam.
Taksonomi
Kerajaan : Animalia
Filum : Nemathelmynthes
Kelas : Nematoda
Order : Spirurida
Famili : Onchocercidae
Genus : Loa
Spesies : Loa loa
Diagnosa Klinis
Cacing dewasa yang mengembara dalam jaringan subkutan dan microfilaria yang
beredar dalam darah seringkalli tidak menimbulkan gejala. Cacing dewasa dapat ditemukan
di seluruh tubuh dan seringkali menimbulkan gangguan di konjungtiva mata dan hidung
dengan menimbulkan iritasi pada mata, mata, sembab, sakit, pelupuk mata menjadi bengkak,
sehingga menganggu penglihatan. Secara psikis pasien menderita. Pada saat-saat tertentu
penderita menjadi hipersensitif terhadaop zat sekresi yang dikeluarkan oleh cacing dewasa
dan menyebabkan reaksi radang bersifat temporer. Pembengkakan jaringan yang tidak sakit
dapat menjadi sebesat telur ayam. Lebih sering terdapat di tangan atau lengan dan sekitarnya.
Timbulnya secara sepontan dan menghilang setelah beberapa hari atau seminggu sebagai
manifestasi supersensitive hospes terhadap parasit.
Mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10
hari di dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dan siap ditularkan
kepada hospes lainnya. Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam waktu 1
sampai 4 minggu mulai berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilarianya.
1. Vektor Loa loa menghisap darah manusai dan memaparkan mikrofilaria ke dalam tubuh
host dan berpenetrasi ke dalam kulit manusia melalui bekas gigitan
2. Larva berkembang menjadi cacing dewasa di dalam kelenjar subkutan. Mikrofilaria dapat
ditemukan di cairan sum-sum tulang, urine, dan sputum.
3. Mikrofilaria masuk ke dalam tubuh vektor melalui gigitan lalat pada manusia yang
terinfeksi. Mikrofilaria melepaskan selubungnya, dan berpenetrasi menuju usus lalat dan
bermigrasi ke otot dada lalat.
4. Mikrofilaria berkembanbg menjagi larva stage 1. Lalu mikrofilaria berkembang menjadi
larva stage 3. Infektif larva (stage 3) bermigrasi ke kelenjar ludah lalat.
Diagnosis
Blood sample examination, menggunakan sediaan apusan untuk menemukan
mikrofilaria Diagnosis dibuat dengan menemukan microfilaria dalam darah yang diambil
pada waktu siang hari atau menemukan cacing dewasa dari kongjungtiva mata atau dalam
jaringan subkutan. Sediaan menggunakan pewarna giemsa atau hematoxyclin dan eosin.
Untuk meningkatkan sensitivitas dapat dilakukan sentrifugasi sampel dalam larutan formalin
2% (cara Knott’s) atau filtrasi menggunakan membran nucleopore. Calabar Swellings,
Immunoassay, untuk mendeteksi antigen; LIPS (luciferase immunoprecipitation assay),
Pengobatan
1. Dietilcarbamazin (DEC)
Dietilkarbamasin merupakan obat utama untuk pengobatan loaiasis. Dosisnya adalah
2 mg/kgBB/hari, diberikan 3 kali sehari sesudah makan selama 14 hari. DEC membunuh
microfilaria dan cacing dewasa. Pada pemberian DEC harus diperhatikan efek sampingnya,
yaitu sakit kepala, nyeri otot, mual, muntah, diare. Mekanisme kerja obat ini menurunkan
aktivitas otot yang mengakibatkan paralysis & menganngu pertahanan microfilaria sehingga
mudah dihancurkan.
Disamping sebagai terapi, obat ini bersifat profilaksis terhadap infeksi parasit. Cacing
dewasa di dalam mata harus dikeluarkan dengan pembedahan yang dilakukan oleh seorang
ahli.
2. Ivermectin
Mekanisme kerja obat ini mengganggu sistem saraf dan fungsi otot dengan berikatan
dengan glutamat-gated saluran klorida sehingga tidak terjadi pengaturan flux ion yang
berujung pada paralysis. Efek Samping; demam, nyeri, edema, ocular inflamation. Dosis :
150 µg/kg as a single dose.
3. Albendazole
Mekanisme kerja obat ini menghambat polimerasi dari tubulin dalam mikrotubula
sehingga mencegah pembelahan seluler. Menghambat enzim fumarat reduktase sehingga
mengganggu absorbsi glukosa yang merupakan sumber energi. Dosis: 200 mg, 2dd, selama
14 hari. Efek Samping; nyeri epigastric, diare, sakit kepala, demam.
Keputusan tentang pengobatan loiasis bisa sulit dan sering membutuhkan saran dari
seorang ahli dalam penyakit infeksi atau obat-obatan tropis. Meskipun operasi pengangkatan
cacing dewasa bergerak di bawah kulit atau di mata bisa dilakukan untuk mengurangi
10 | B r a c h y c e r a - R i s k a A m a l i a O k y a n a
kecemasan, loiasis tidak disembuhkan dengan pembedahan saja. Ada dua obat yang dapat
digunakan untuk mengobati infeksi dan mengelola gejala. Pengobatan pilihan adalah
diethylcarbamazine (DEC), yang membunuh mikrofilaria dan dewasa cacing. Albendazole
kadang-kadang digunakan pada pasien yang tidak sembuh dengan beberapa perawatan. Hal
ini diduga membunuh cacing dewasa. orang-orang tertentu dengan infeksi berat beresiko
radang otak ketika diobati. Hal ini dapat menyebabkan koma atau kadang-kadang kematian.
Orang dengan infeksi berat perlu dirawat oleh spesialis yang berpengalaman. Kadang-
kadang, kondisi medis lainnya perlu ditangani terlebih dahulu untuk membuatnya lebih aman
untuk digunakan. Kadang-kadang pengobatan tidak dianjurkan.
Distribusi Geografis
Pada tahun 2009, loiasis dinyatakan endemik pada 11 negara, seluruhnya merupakan
bagian dari afrika barat dan afrika tengah. Diduga 12 – 13 juta orang terinfeksi loa loa. Angka
kejadian tertinggi terdapat pada;
1. Kamerun
2. Kongo
3. Afrika tengah
4. Nigeria
5. Gabon
6. Guinea tengah
Endemisitas terkait dengan habitat dari vektor loiasis, yaitu Chrysops silicea and C.
Dimidiata. Loiasis pernah dilaporkan terjadi di USA, namun terjadi pada travellers yang baru
kembali dari daerah endemik.
11 | B r a c h y c e r a - R i s k a A m a l i a O k y a n a
KESIMPULAN DAN SARAN
Tidak ada program pengendalian hayati yang efektif untuk mengendalikan tabanids.
Karena ada pula serangga yang menguntungkan. Menghindari daerah di mana lalat penyebar
loiasis ditemukan, seperti berlumpur, daerah teduh di sepanjang sungai atau sekitar api kayu.
Memakai baju lengan panjang dan celana panjang selama siang hari. Jika sedang berada di
daerah dengan loiasis untuk jangka waktu yang panjang, konsumsi obat diethylcarbamazine
Tidak ada vaksin yang melindungi Anda dari loiasis. Jika Anda akan berada di daerah dengan
loiasis untuk jangka waktu yang panjang, diethylcarbamazine (DEC) -300mg diambil
seminggu sekali-bisa suatu mengurangi risiko infeksi. Menghindari daerah di mana deerflies
(Chrisops relictus) ditemukan, seperti berlumpur, daerah berbayang di sepanjang sungai atau
sekitar api kayu, juga dapat mengurangi risiko infeksi. Anda dapat mengurangi risiko gigitan
dengan menggunakan obat nyamuk serangga yang mengandung DEET (N, N-Diethyl-meta-
toluamide) dan mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang selama hari, yaitu ketika
deerflies menggigit. Mengobati pakaian Anda dengan permethrin juga dapat membantu.
12 | B r a c h y c e r a - R i s k a A m a l i a O k y a n a
DAFTAR PUSTAKA
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1992. An Introduction to the Study of
Foster CA, Renuad GD, Hays KL. 1973. Some effects of the environment on
2: 1048-1050.
French FE, Hagan DL. 1995. Two-tier box trap catches Chrysops
Jakarta.
Garcia LS. 2001. Diagnostic Medical Parasitology. 4th ed. Washington DC:
ASM Press.
James, MT. and Harwood, RF. 1996. Herm’s Medical Entomology. 6th Ed.The
Logothetis C, Schwardt HH. 1948. Biological studies on the horse flies of New
13 | B r a c h y c e r a - R i s k a A m a l i a O k y a n a
Oldroyd, H. 1939. Brachycera. In: F.W. Edwards et al. British blood-sucking
Sungkar, S., Inge S, Ismid, I.S dan Sjarifudin, P.K. 2009. Buku Ajar
Pechuman LL. 1973. Horse flies and deer flies of Virginia (Diptera:
14 | B r a c h y c e r a - R i s k a A m a l i a O k y a n a