Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU PARASITOLOGI LANJUT

ULTRASTRUKTUR DARI SARCOCYSTIS

Oleh:
Yonatan Dimascahyo Budianto, drh

061524253004

MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT


DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

KATA PENGANTAR
1

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.Dan harapan penulis
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya,20Desember

2016

Penulis

DAFTAR ISI
JUDUL................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..........................................................................................1


1.3 Tujuan............................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 EtiologiSarcocystis........................................................................................3
2.2 TaksonomidanMorfologiSarcocystis.............................................................4
2.3 SiklushidupSarcocystis..................................................................................5
2.4Sarcocystispadaherbivoradankarnivora..........................................................7
2.5Patogenesis, GejalaKlinis, dan Cara penanggulangan...................................9
2.6 UltrastrukturSarcocystisImplementasi.........................................................11
BAB 3 PENUTUP.............................................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................16
3.2 Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protozoa

adalah

hewan

bersel

satu

yang manifestasi sifat-sifat

umumdengan makhluk hidup dan mengandung paling sedikit satu inti yang
mudahterlihat

(Tampubolon,

denganpembelahan
berasal

daribahasa

melintang
Yunani

2004). Ciliata protozoa


dan

makan

sarkos

secara

yang

berarti

memperbanyak

diri

holozoik. Sarcocystis
otot

dan

kysta

berarti kista. Hal inimenimbulkan terbentuknya kista pada induk semangnya.


Bentuk dan ukuran kistayang tergantung dari spesies induk semangnya. Spesies
Sarcocystis

tiap induksemangnya berbeda, misalnya Sarcocystis cruzi pada

anjing, Sarcocystishirsute pada kucing,

Sarcocystis huminis

pada manusia.

Sarcocystis merupakansalah satu genus protozoa dari fillum Apicomplexa.


SarcocystosisatauSarcosporidiosismerupakannamapenyakityangterinfeksiS
arcocystis,

menyerangselototmelintang,

bersifatakutdankronis(Irwan,

Penyakitiniterjadipadawilayahtertentusaja, misalnyawilayahSumatera
Bali,

dan

Riau

1988).
Barat,
yang

umumnyabanyakpeternakansapi.Sarcocystismemilikiduainduksemang,
yakniinduksemangantaradaninduksemangdefinitiv.
domba,

babi,

Induksemangantarayaitusapi,

opossum,

sedangkaninduksemakdefinitivadapadaanjing,

biawak,danrodensia,
kucing,

burunghantu,

ular,

danmanusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakahsarcocistisitu?
2. Bagaimanakahultrastrukturdari protozoa ini?
1

1.3 Tujuan
Tujuan Umum

MemenuhisalahsatutugasmatakuliahParasitologi

Veteriner

Lanjut
TujuanKhusus

:Memberikaninformasidanmenambahwawasantentang
sarcocystisdanultrastrukturnya.

1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan informasi bagi peternak dan stakeholder yang terlibat di
duniaveteriner dalam menangani kejadian penyakit ini.
2. Kegunaan bagi pemerintah dan instansi terkait, yakni sebagai bahan
informasi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

EtiologiSarcocystis
Spesiesdari

genus

Sarcocystisadalah

protozoa

menyebabkanpenyakitSarcocystosisdantersebarsecarameluas
Protozoa

parasit
di

yang
selotot.

inimembuatkistadalamuratdaginginduksemangantara.

SpesiesSarcocystisdiperkirakanlebihdari 100 spesies. Sporokistainfektifditemukan


di

dalamtinjainduksemangsebagaisumberinfektisipadaherbivora.

Penyakitinidapatmenimbulkanpenyakitakut,

lethal

padahewanternak,

abortuspadasapi.PenelitianmengenaiSarcocystisinisangatjarangdilakukan,
karenamasihbanyakpeneliti

Indonesia

sehinggauntukmendapatkan

data

belummengetahuitentangSarcocystis,
penyebaranpenyakit

yang

ditimbulkanSarcocystisinisangatsulitditemukan. Tapiberlainandengannegara lain,


misalnya di Amerika Serikatditemukan 75-98% sapiterinfeksiSarcocystosis.
FaseinfektifSarcocystisiniberupaookistabersporulasi
yangmenghasilkanmerozoit. Kistainipertama kali ditemukanoleh Miesche
diSwitzerland padatahun 1843 di dalamototrangkadari Mus musculus
dandikenaldengan

TubulusMiescher.

memberinamaprotozoa

Lankesterpadatahun

tersebutdenganSarcocystis.

Padatahun

1882
1884,

BalbianimemberikannamakistaSarcocystisdengansebutan Sarcosporidia (Sakran


et

al.,

2013).SiklushidupSarcocystiscruzimemilikiduainduksemang,

yakniinangantaraherbivora daninangdefinitiv karnivora. Padatahun 1947


dalam

Soulsby1977,

Hypaelike

Splindlermenegaskandenganmenggambarkanstruktur

padaSarcocystisyang

terdapatpadadombadanangsa.
3

Akhirnyadidapatkankepastianadanyakemiripanatauhubunganantaraprotozoa
Sarcocystisdengan protozoaToxoplasma. Secaramorfologi, bagiandariSarcocystis
yangdapatmenginfeksiinangdefinitivdalambentuk Bradyzoit.

2.2 TaksonomidanMorfologiSarcocystis
TaksonomiSarcocystisadalahsebagaiberikut
Domain

: Eukaryota

Kingdom

: Chromalveolata

Superfilum

: Alveolata

Filum

: Apicomplexa

Kelas

: Conoidasida

Ordo

: Eucoccidiorida

Family

: Sarcocystidae

Genus

: Sarcocystis

Spesies

: Sarcocystis sp.

Morfologi Sarcocystis terlihat dalam urat daging melintang sebagai sruktur


memanjang, sumbu axis paralel dengan serat urat daging. Biasanya terlihat seperti
garis-garis putih kelabu saat pemeriksaan postmortem. Jika menggunakan
mikroskop, dapat dilihat struktur Mieschers Tube yang bebentuk silindris
dengan ujung bulat. Ukurannya beragam tergantung dari spesies dan stadium
perkembangannya, pada sapi dapat mencapai beberapa cm. Di dalam dinding kista
terdapat organisme dalam bentuk septa beruang-ruang, jika masak maka berisi
ribuan trofozoit atau spora berbentuk pisang. Trofozoit berukuran dengan panjang
10-15 mikron dan lebar 4-9 mikron yang dikenal dengan bradyzoit atau Raineys

corpuscles (Tampubolon, 2004). Inti terletak di seperempat bagian tubuh


organisme dekat ujungnya. Inti bersifat vascular dan kariosoma terletak dekat
kutub pada garis pertengahan tubuh dan terdapat kromatin yang tersebar di
sekitarnya.
Nama-nama spesies yang banyak ditemukan pada hewan ternak, seperti
Sarcocystis cruzi dan hirsute pada sapi, Sarcocystis berami pada kuda, Sarcocystis
miecheriana pada babi, Sarcocystis tenella pada domba, kambing, Sarcocystis
moulei pada kelinci, Sarcocystis cuniculi dan Sarcocystis leporum pada bebek,
dan Sarcocystis rileyi, Sarcocystis muris pada tikus.

2.3

SiklushidupSarcocystis
Siklus hidupnya dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap Sporogoni,

tahap Skizogoni, dan tahap Gametogoni. Tahap sporozoit, Sarcocystis berbentuk


seperti pisang. Tahap skizogoni merupakan tahap aseksual yang terjadi di dalam
induk semang antara (herbivora/sapi) dan tahap gametogoni merupakan tahap
seksual di dalam tubuh inang definitiv (karnivora/anjing). Sarcocystis bersifat
pathogen atau membahayakan inangnya karena adanya racun yang disebut
Sarcocystin atau Sarcosporidin. Dimana racun tersebut menyerang sistem
syaraf, jantung, kelenjar adrenal, dan dinding usus inang. Sedangkan bersifat akut
hanya sebagian kecil dari inang definitiv yang apabila jumlah sporokista
berjumlah banyak dalam tubuh inang. Sarcocystis umumnya menyerang otot
rangka yang menimbulkan Myositis dan otot jantung mengalami Hemorraghi
Petechie (Lele et al., 1986 dalam Fayer 2004). Sarcocystis sangat jarang
menginfeksi otot polos.

Inang antara Sarcocystis terdapat pada hewan ternak, seperti sapi, babi,
kambing, bebek, sedangkan definitiv berupa hewan predator atau karnivora,
seperti anjing. Fase gametogeni dan sporogoni terjadi pada inang definitiv,
sedangkan fase skizogoni terjadi pada inang antara. Pada mulanya parasit secara
langsung dipindahkan karena memakan daging yang mengandung Mieschers
tube. Kista dewasa berisi bradyzoit yang dapat menginfeksi induk semang akhir,
sedangkan kista muda yang berisi metrokista tidak bersifat infektif.
Tahun 1907 dipostulasikan bahwa hewan karnivora satu-satunya yang
berfungsi sebagai induk semang antara untuk herbivora dan bentuk dikeluarkan
melalui tinja. Secara tidak langsungnya adalah bentuk infektif yang dihasilkan 15
hari pasca infektif dalam usus dan ginjal, infeksi terjadi karena menelan tinja yang
terkontaminasi Sarcocystis. Jadi karnivora mengeluarkan stadium infektif dalam
tinja kira-kira 15 hari sesudah makan daging hewan terinfeksi dan menembus
dinding usus serta dibawa ke aliran darah, sehingga sel tubuh terutama sel otot
akan menjadi tempat manifestasi Sarcocystis. Stadium yang paling cepat terlihat 6
minggu sesudah infeksi, terdiri dari parasit bersel satu berbentuk amoeboid,
intinya melakukan pembelahan biner dan menghasilkan sporoblas atau sel berinti
bulat. Pembelahan berulang-ulang sporoblas akan menjadi trofozoid atau sel
berbentuk pisang dengan jumlah yang banyak dan terdapat kista ukuran besar.
Trofozoit berkumpul dalam kista dan jika kista pecah, maka trofozoit
tersebut akan pergi ke sirkulasi darah lalu mencapai saluran pencernaan dan
keluar bersama tinja. Apabila daging mengandung kista atau terkontaminasi
dengan tinja hewan terinfesi dimakan oleh hewan lain, maka siklus ini akan
terulang kembali.

2.4

Sarcocystispadaherbivoradankarnivora

Sarcocystis pada sapi


Ookista Sarcocystis cruzi berisi 2 sporokista dengan tiap sporokista
mengandung 4 sporozoit dan bersifat Obligat heteroxeneus terhadap induk
semang antara serta induk semang akhir. Sporokista akan bersporulasi sempurna
ketika keluar bersama tinja dengan ukuran 14-17 mikrometer (panjang) dan 9-13
mikrometer (lebar). Sporokista berbentuk ellipsoidal dengan satu buah lapisan
membran pucat yang menutupi empat sporozoit yag berbentuk sosis dan
gumpalan butir-butir kasar.
Sapi adalah hewan herbivora yang menjadi induk semang antara yang
banyak diminati parasit ini. Dimana sel otot sapi banyak mengandung nutrisi yang
disukai kista Sarcocystis. Umumnya banyak terjadi pada sapi perah dengan gejala
klinis terlihat setelah masa laktasi. Misalnya, demam (41,1 oC 42oC),
hipersalivasi, pengeluaran cairan yang banyak dari hidung (Nasal dischaege),
kerontokan bulu, mukosa pucat, limfadenopati peripheral, diare, perasaan
kedinginan, otot kejang, otot dan kepala tremor, paralysis posterior dan rambut
tidak mengkilap. Hal ini dapat diketahui dalam tindakan pemeriksaan antemortem.
Sedangkan pemeriksaan postmortem sangat terlihat pada otot-otot yang aktif saja,
misalnya otot masseter, lingual, esophagus, hati dan diafragma. Citi otot tersebut
adalah konsistensi basah, lembek, lembut, dimana dalam otot subkutan dan otot
skelet membentuk berkas gelap dan terang yang disebut dengan Tiger
Stripe/Mosaic. Biasanya pada induk semang antara terjadi kejang otot,
sedangkan induk definitiv menimbulkan diare.

Pencegahan penyakit ini harus dilakukan pemutusan siklus hidup


Sarcocystis cruzi pada sapi degan cara mencegah hewan karnivora memakan
makanan berasal dari daging yang kontaminan dan mencegah induk semang
antara dari kontaminasi tinja karnivora yang terinfeksi pada pakan ternak padang
rumput.
Sarcocystis pada anjing
Parasit ini dapat menular ke anjing karena masih banyak anjing yang
berkeliaran di lingkungan peternakan sapi, dimana ini akan meningkatkan
penyebaran penyakit Sarkosporidiosis atau Sarcocystosis. Mengingat bahwa
anjing merupakan hewan predator tempat bradyzoit tumbuh menimbulkan
kematian pada inang definitiv yakni anjing yang mengkontaminasi makanan.
Sporozoit dilepaskan dari sporokista di usus kecil akibat pengaruh dari enzim
pencernaan dan empedu. Sporozoit menembus dinding usus dan mencari jalan ke
endothel arteri, terutama pada daerah usus dan kelenjar mesenterika. Infeksi ini
terjadi sebelum Sarcocystis berkembang di sel otot. Sporozoit berpenetrasi ke
dalam organ ekstra intestinal dari induk semang dan berkembang secara aseksual
dengan dua siklus skizogenus dalam sel endothel. Skizon atau meron generasi I
yang dewasa berisi merozoit, terdapat Siantar endothel dan Tunisia elastic.
Merozoit lepas dari skizon dan masuk ke dalam aliran darah dan enjadi skizon
generasi II. Merozoit dilepaskan dari skizon generasi II dan masuk ke aliran darah
membagi dua jalur, yakni satu jalur ke sel otot dan jalur lain ke susunan syaraf.
Perkembangan kista dalam otot anjing dimulai pada akhir bulan pertama setelah
infeksi awal sebelum kista menjadi dewasa. Kista awal kadang disebut juga
sebagai metrokista dan berkembang biak dengan endodiogeni atau pembelahan

biner. Pembelahan ini akan menghasilkan bradysoit. Bentuk khas Sarcocystis


cruzi pada sapi dewasa dpaat ditemukan sekitar 11 minggu setelah infeksi
terhadap anjing. Skizon dan kista yang berisi metrokista tidak menyebabkan
infeksi. Anjing sebagai induk semang akhir terinfeksi dengan memakan kista
dewasa yang berasal dari otot dan susunan syaraf yang terinfeksi.

2.5

Patogenesis, GejalaKlinis, dan Cara penanggulangan


Sarkopridiosis bersifat akut dan kronis. Menurut Johnson et al., 1975,

menyatakan bahwa penyakit akut dapat berkembang pada sapi yang diinokulasi
secara oral dengan sporokista dari tinja anjing. Lama sakit sekitar 5-9 hari dan
diakhiri dengan kematian. Umumnya kematian dapat terjadi sekitar 26-33 hari
setelah infeksi. Penyakit ini berhubungan dengan musim atau lingkungan dan
umur hewan. Menurut Sapardi 1984, penderita umumnya berumur dewasa yakni
2-6 tahun. Musim hujan dapat meningkatkan penyebaran penyakit ini, karena
protozoa sangat suka kelembaban. Racun yang dihasilkan oleh Sarcocystis ini
dapat menimbulkan degenerasi dan reaksi radang pada perimysium otot. Diserat
daging hewan yang terinfeksi parasit ini akan menampakan garis putih yang
menandakan bahwa parasit ini telah mati. Derajat kuantitatif parasitemia ini
ditentukan oleh jumlah merozoit di dalam sirkulasi darah, lamanya parasit di
dalam tubuh inang, dan banyaknya merozoit yang berkembang biak. Sedangkan
banyaknya sporokista yang masuk ke dalam sapi yang terinfeksi mempengaruhi
kejadian penyakit. Menurut Giles et al., 1980 menyatakan bahwa >1 juta
sporokista dapat menimbulkan kematian pada sapi dewasa atau dikenal dengan

Moribun. Sedangkan 180.000-1.000.000 sporokista menimbulkan abortus pada


sapi betina bunting.
Hewan yang terinfeksi secara ringan atau sedang, tidak memperlihatkan
adanya tanda-tanda yang jelas, tetapi infeksi berat akan mengakibatkan gejala
klinis pada hewan berupa kepincangan, kelemahan, kekurusan, lumpuh, dan
kematian. Ternak menderita infeksi Sarcocystis dapat diobati dengan pemberian
Amprolium 100 mg/kg berat badan yang diberikan dalam makanan selama 30
hari. Mencegah adanya kontaminasi dari tinja terhadap makanan atau minumanan
melalui sanitasi dan manajemen yang baik. Juga dianjurkan memasak daginng
sampai matang sebelum dikonsumsi, biasanya pada suhu 60 oC selama 20 menit,
70oC selama 15 menit, atau 100oC selama 5 menit. Pencegahan infeksi Sarcocystis
dapat dilakukan dengan pembekuan daging pada suhu -4oC selama 48 jam -20 oC
selama 24 jam (Fayer, 2004). Pengendalian penyakit yang harus dilakukan adalah
memutuskan siklus hidup Sarcocystis sp. tindakan yang bisa kita lakukan adalah
mencegah ternak tidak mengkonsumsi pakan yang telah terkontaminasi tinja
karnivora atau predator lainnya. Sanitasi kandang juga harus diperhatikan dan
dukungan lingkungan sangat menonjol terhadap penyebaran parasit ini.

2.6

UltrastrukturSarcocystis

10

GambardiatasmerupakansampeldariSarcocystis cafferi, n. sp. Gambar(A,


B, C) adalahmacrocysts sampel organ. Sampel organ (A) hanya di
fiksasidenganalkohol sedangakan gambar (B, C) difiksasidenganformalin.
Sarcocysts ditutupi dengan jaringan ikat di A. Gambar(D, E) Sarcocysts diwarnai
dengan Toluidine blue, pada gambar D dan E yang diberi tanda panah adalah
dinding sarcocyst tipis (menentang panah) dengan warnaan pucat luar zona yang
mengandung metrocytes (me), dan bradyzoites (br) di bagian dalam sarcocyst
tersebut. Dinding sarcocyst tidak berbatas tegas dari sel inang (hc). Panah
menunjuk ke sebuah bradyzoite yang dipotonglongitudinal. Padagambar(F, G)
11

sarcocyst diwarnai dengan hematoxylin dan eosin. Septa (se) memisahkan


kelompok bradyzoites (br), dan metrocytes warnaan pucat (me).

Gambardiatasmerupakanpreparatsampel yang dilihatmenggunakan Screening


Electron Mikroskop. Disiniterlihatsangatjelasdindingkista (cw), metrozoites (me)
padapinggirandanbradizoites (br) padatengah yang dipisahkanoleh septa (se).

12

Gambar A diatasmerupakankumpulanbradizoites yang dilihatmenggunakan SEM.


Gambar B menunjukanukuranperbesaran yang lebihjelassehinggaterlihatconoid
(co), mikropore (mp), micronemes (mn) dan pellicle (pl)

Gambardiatasmerupakanmetrozoitespada ground substances layes (gs).


Padametrozoitesterlihatadanya nucleus (n) dan protein amylopectin (a)

13

Ultrastrucure of bradyzoites. Note conoid (co), numerous micronemes (mn), up to


6 dense granules (dg), 1 or 2 rhoptries (r), amylopectin granules (a), a convoluted
mitochondrion (mc), a nucleus (n). (A) Longitudinally cut bradyzoite with a
subterminal nucleus. (B) Bradyzoite with a convoluted mitochondrion but no
rhoptries, whereas the partially cut bradyzoite has 2 rhoptries. The nucleus
appears terminal, perhaps part of the posterior end is not visible because it is cut at
an angle. (C) Conoidal end of a bradyzoite. Note the electron dense conoid is cut
longitudinally and a ring of granules surrounds the distal part of the conoid.

14

Portions of 2 bradyzoites at the conoidal end. (A) Details of conoidal end with
annular and polar rings (arrowheads), subpellicular tubules (st), 3 ring like
structures at the conoidal end (white arrows), and micronemes (mn). (B) Details
of pellicle with outer (om) and inner (im) membrane at the micropore (mp)
junction. The im is interrupted at the micropore opening, and a rim like (rm)
structure is present at the opening. Electron dense secretory material (white
arrows) surround the micropore. Note numerous micronemes (mn).

15

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sarcocystis sp. merupakan salah satu contoh spesies yang menyerang
sapi sebagai inang antara dan anjing sebagai inang akhirnya. Racun yang
dihasilkan oleh parasit ini dapat membahayakan ternak dan mengakibatkan
kerugian ekonomi masyarakat. Infektif parasit ini bersifat akut dan kronis. Jika
akut menyebabkan hewan diare dan kronis menyebabkan kematian akibat
stimulasi otot yang berlebihan atau kejang otot. Infeksi Sarcocystis terdapat di
berbagai belahan dunia. Sarcocystis dapat dicegah dengan selalu memasak
makanan ynag berasal dari daging yang akan dikonsumsi untuk memastikan
protozoa tersebut telah mati.
3.2 Saran
Sebaiknya
dilakukanpenelitianlebihlanjuttentangspesiessarcocystisinidikarenakankemungkin
anbanyakkasustelahterjadi di Indonesia.

16

DAFTAR PUSTAKA
Fayer, Ronald. 2004. Sarcocystis spp. in Human Infections. Clin Microbiol Rev
17(4):894.
J. P. Dubey, Emily P. Lane, Erna van Wilpe, Essa Suleman, Bjorn Reininghaus, S.
K. Verma, B. M. Rosenthal, and Moses S. Mtshali. 2014. Journal of
Parasitology, American Society of Parasitologists. 100(6):817-827.
Sakran, Thabet, Al-Hroud, Amir, dan Ahmed, Assmaa. 2013. Studies of
Sarcocystis Infecting Domestic Horse. American Journal of Research
Communication 1(6):39-53.
Siregar, Muhammad I. S. 1988. Sarkospordiosis pada Sapi yang disebabkan oleh
Sarcocystis cruzi (Skripsi). Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian
Bogor.
Tampubolon. 2004. Protozoologi. Pusat Studi Ilmu Hayati. IPB.

17

Anda mungkin juga menyukai