Sampel feses anjing yang diperiksa terbukti terinfeksi cacing Toxocara canis, hal ini
dilihat dari adanya telur Toxocara canis pada sampel feses yang diperiksa. Berdasarkan hasil
tersebut maka digunakan sampel anak anjing yang positif terinfeksi Toxocara canis untuk
pengamatan telur tiap gram tinja.
Toxocara canis
Dari hasil pemeriksaan dengan mikroskop terlihat morfologi telur Toxocara canis
memiliki bentuk yang oval dan dinding telur memiliki permukaan yang tidak rata. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian dari Soedarto (2003), yang menyatakan bahwa telur Toxocara canis
memiliki morfologi berbentuk oval dengan permukaan bergerigi, berwarna cokelat muda,
berdinding tebal dan memiliki ukuran 85 x 75 m. Telur Toxocara canis dapat tahan bertahun-
tahun di feses anjing yang terinfeksi, dikarenakan berdinding tebal (Levine, 1994), sehingga telur
Toxocara canis sangat sulit untuk dibasmi dari suatu daerah yang tertular. Hasil tersebut jika
dibandingkan dengan telur Toxocara canis dari Bendryman et al., (2010) terlihat memiliki ciri
dan morfologi yang sama. Berikut adalah gambar telur cacing Toxocara canis hasil pemeriksaan
[A] [B]
Gambar. Hasil pemeriksaan telur Toxocara canis dengan pembesaran 40x [A] dibandingkan dengan telur
Toxocara canis dari literatur [C], (Bendryman et al., 2010)
Toxoca ra canis merupakan parasit internal pada anjing yang berpredileksi di dalam usus
halus anjing. Toxocarosis merupakan penyakit terpenting yang disebabkan oleh infeksi Toxocara
canis. Cacing dari kelas nematoda yang paling banyak menyebabkan kerugian pada anjing
lapisan kulit telur yang tebal, berbentuk agak bulat, berwarna coklat muda dan terdapat
bintik-bintik halus (Levine, 1994). Gambar telur cacing Toxocara canis dapat dilihat pada
Gambar 1.
Cacing betina Toxocara canis dewasa dapat menghasilkan sekitar 200.000 telur
Toxocara canis kuat dan berwarna putih, dengan sayap servikal yang panjang, sempit dan
berbentuk seperti pisau. Ekor cacing jantan Toxocara canis berbentuk seperti jari yang
sedang menunjuk (digitiform), sedangkan ekor cacing betina berbentuk bulat meruncing
(Levine, 1994). Gambar cacing dewasa Toxocara canis dapat dilihat pada Gambar 2.
Menurut Subronto (2006), penularan Toxocara canis dapat terjadi melalui intra-
uterus, trans-mamaria, infeksi langsung, infeksi induk pasca melahirkan dan infeksi
Intra-Uterus
Infeksi intra-uterus terjadi pada saat anjing betina berumur lebih dari 1-3 bulan
secara tidak sengaja menelan telur cacing Toxocara canis infektif. Telur infektif akan
berubah menjadi larva stadium ke-2 di dalam usus halus, kemudian bermigrasi ke
jaringan somatik dan akan berada di dalam jaringan somatik sebagai larva dorman yang
bersifat infektif hingga bertahun-tahun. Pada saat anjing tersebut bunting, larva akan
bermigrasi ke uterus kemudian masuk ke dalam fetus sehingga terjadi infeksi sebelum
melahirkan. Pada waktu anak anjing dilahirkan larva stadium ke-3 telah berada di dalam
paru-parunya. Larva stadium ke-3 akan berkembang menjadi larva stadium ke-4 dalam
waktu 1 minggu kemudian dalam waktu 2-3 minggu larva stadium ke-4 akan berkembang
Trans-Mamaria
Infeksi trans-mamaria terjadi apabila larva dorman yang berada di dalam jaringan
somatik anjing yang bunting bermigrasi ke ambing dan keluar melalui air susu sehingga
terjadi penularan pada anak anjing melalui air susu. Larva yang keluar bersama air susu
akan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus halus anak anjing (Subronto,
2006).
Infeksi Langsung
Infeksi langsung terjadi karena anak anjing menelan telur infektif dari Toxocara
canis. Dalam usus halus telur akan berkembang menjadi larva stadium ke-2 dan
bermigrasi ke hati, di dalam hati larva stadium ke-2 akan berkembang menjadi larva
stadium ke-3 kemudian bermigrasi ke paru-paru. Larva stadium ke-3 yang berada di
kerongkongan, lambung dan akhirnya menjadi cacing dewasa di dalam usus halus
(Subronto, 2006).
Infeksi ini terjadi karena pada waktu masa penyapihan induk anjing memakan
feses dari anaknya yang mengandung telur dan larva dari cacing Toxocara canis. Telur
dan larva cacing dari feses anak anjing akan berkembang menjadi cacing dewasa di
Infeksi ini terjadi apabila anak anjing memakan binatang pengerat seperti tikus
dan mencit yang terinfeksi larva dorman. Apabila binatang pengerat tersebut termakan
oleh anak anjing maka larva akan menjadi cacing dewasa di dalam tubuh anak anjing
Gejala Klinis
Menurut Subronto (2006), pada umumnya anak anjing yang terinfeksi Toxocara
canis akan menunjukan gejala klinis seperti lemas, ekspresi muka tampak sayu, mata
berair, dan mukosa mata maupun mulutnya tampak pucat. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya anemia pada anak anjing yang terinfeksi. Migrasi larva ke paru-paru
dalam saluran pencernaan anak anjing menyebabkan terjadinya diare, kontipasi dan
muntah.
dan dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 2-3 hari pasca infeksi. Infestasi cacing
dewasa di dalam usus menyebabkan nafsu makan anak anjing menurun dan terjadi
ganggunan pencernaan, akibatnya terjadi penurunan berat badan pada anak anjing
(Overgaauw, 1997).
Infeksi Toxocara canis membawa dampak yang buruk bagi pertumbuhan dan
kesehatan anak anjing. Migrasi larva infektif menyebabkan adanya lesi pada organ yang
dilaluinya. Migrasi larva melewati paru-paru dan hati dapat menyebabkan terjadinya
edema pada kedua organ tersebut. Adanya edema pada paru-paru mengakibatkan batuk,
dispnoea, selesma, dengan eksudat yang berbusa dan kadang mengandung darah.
muntah, dan disertai keluarnya cacing yang belum dewasa di dalam bahan yang
Dalam usus halus, cacing dewasa mengambil nutrisi di dalam sirkulasi darah
dengan cara melukai dinding usus. Banyaknya nutrisi yang diambil dalam darah
pada anjing. Berdasarkan siklus hidupnya, larva menyebabkan penyakit dengan fase
migrasi yang meninggalkan lesi pada organ dan jaringan yang dilaluinya. Banyaknya
jumlah cacing menyebabkan gangguan pada usus yang ditandai dengan sakit perut,
penyumbatan di usus, terbentuknya lubang pada usus dan peritonitis (Subronto, 2006).
Diagnosis
ataupun pengendapan. Diagnosa terhadap toxocarosis dapat juga ditunjang dengan gejala
klinis yang timbul dan lingkungan tempat hewan penderita. Diagnosa pasca kematian
anjing juga dapat digunakan untuk menegakan diagnosa apabila ditemukan cacing
Toxocara canis yang belum dewasa di dalam mukosa usus. Migrasi larva pada hati dan
2006).
derajat infestasi dari infeksi cacing. Derajat infeksi yang terjadi tergantung pada jumlah
Pengobatan secara rutin pada anjing terbukti efektif dalam mengatasi infeksi
cacingan. Obat cacing yang dipasarkan memiliki efektifitas, tidak hanya pada satu jenis
cacing saja tetapi juga untuk beberapa jenis cacing. Beberapa obat cacing yang
dipasarkan merupakan campuran dari senyawa obat cacing. Obat cacing yang diracik
merupakan obat segolongan ataupun obat yang berasal dari golongan yang berbeda
(Subronto, 2006).
Pemberian obat cacing disarankan dilakukan pada umur 2-4 minggu kemudian
diulang setiap 3-4 minggu sampai umur 2-3 bulan. Pada umur 3-6 bulan perlu dilakukan
pengobatan ulang dan selanjutnya dilakukan pengobatan secara teratur setiap 3-6 bulan
5. Ilium Pyraquantal.
Penghitungan Jumlah Telur Tiap Gram Tinja (TTGT) pada Tinja Anjing
Pada pemeriksaan TTGT diperoleh satu jenis telur cacing yaitu Toxocara canis dengan
jumlah teur dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Berdasarkan hasil perhitungan TTGT = 1.900 maka disimpulkan bahwa infeksi Toxocara canis
pada anjing merupakan Infeksi berat karena TTGT >1.000 menunjukkan derajat infeksi berat
seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. Derajat infestasi berdasarkan telur cacing tiap gram tinja
N
TTGT (Total Telur per Gram Tinja) Derajat Infestasi
O
1 1 199 Ringan
2 200 999 Sedang
3 >1.000 Berat
(Sumber : Bowman et al., 1999)