Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PARASITOLOGI

Toxocara cati

Oleh :

Hana Himatul ‘Aliyah 140210103030

PARASITOLOGI KELAS A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Toxoara sp.
1. Etiologi
Toxocara cati berpledeleksi di dalam usus halus kucing. Cacing jantan panjangnya 3
– 7 cm, spikulumnya tidak sama besar dan bersayap. Cacing betina panjangnya 4 – 12 cm.
Telur berukuran 65 – 75 mikron. Kucing jantan dan anak kucing bertindak sebagai hospes
definitif dari Toxocara cati. ( hubner et al., 2001 ). Telur infektif di keluarkan bersama feses.
Feses yang mengandung Toxocara sp jatuh di tanah dengan temperatur 10 – 35 ºC dan
kelembaban 85 % serta kondisi yang optimal maka dalam waktu paling sedikit 5 hari akan
berkembang menjadi telur infektif yang mengandung embrio ( Levine, 1994 ).
2. Epidemiologi
Infeksi T. Cati tidak terbatas untuk anak kucing, pada sebuah survei, 23 dari 27
kucing yang terinfeksi pada usia 2 minggu, dan 10 dari 27 kucing terinfeksi saat berumur 3
tahun atau lebih. Singkatnya semua umur dapat terkena. ( http: // www. Toxocara. html )
3. Morfologi
Toxocara canis berjenis kelamin jantan mempunyai ukuran panjang yang bervariasi antara
3,6 – 8,5 cm, sedangkan Toxocara canis betina mempunyai ukuran antara 5,6 – 10 cm.
Toxocara cati berjenis kelamin jantan berukuran antara 2,5 – 7,8 cm, sedangkan Toxocara
cati betina berukuran 2,5 – 14 cm, dan Toxocara vitulorum jantan berukuran ± 25 cm,
sedangkan yang betina berukuran ± 30 cm. Bentuk hewan ini menyerupai Ascaris
Lumbricoides muda. Pada Toxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti
lanset, sedangkan pada Toxocara cati berbentuk sayap yang lebih lebar, sehingga kepalanya
menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor Toxocara canis dan Toxocara cati hampir sama,
untuk yang berjenis kelamin jantan ekornya berbentuk seperti tangan dan dengan jari yang
sedang menunjuk ( digitiform ), sedangkan untuk yang berjenis kelamin betina bentuk
ekornya bulat meruncing. (http://harty-parasitologi.blogspot.com/2010-03-01archive.html).
Telurnya mirip A. lumbricoides, tetapi bentuknya bulat, telur berukuran65 – 75 mikron.
Cacing ini terdapat pada usus halus. Manusia terinfeksi secara kebetulan dangan menelan
telur infektif. Apabila telur menetas, larva dalam usus tidak bisa menjadi dewasa dan larva
mengembara pada alat – alat viseral. ( Jangkung, 2002 ).
Telur Toxocara canis Telur Toxocara cati Telur Toxocara vitulorum

Gambar 1. Telur Toxocara sp

4. Siklus hidup
Toxocara cati memiliki siklus hidup yang kompleks dan sangat
efektif.
a. Ingesti telur (infeksi langsung)
Setelah kucing memakan telurnya infektif yang mengandung larva stadium kedua,
telur menetas dan larva stadium ketiga memasuki dinding usus halus. Larva bermigrasi
melalui sistema sirkulasi dan dapat menuju ke sistema respirasi atau organ dan jaringan lain
dalam tubuh. Jika memasuki jaringan tubuh, mereka dapat mengkista (dilapisi dinding dan
inaktif). Larva tersebut dapat tetap mengkista dalam jaringan berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Ini adalah pola migrasi
yang lebih umum terlihat pada kucing dewasa. Pada kucing yang sangat muda, larva bergerak
dari sirkulasi ke sistema respirasi, dibatukkan dan memasuki saluran digesti lagi. Larva
kemudian menjadi cacing dewasa. Cacing betina dewasa bertelur, telur dikeluarkan lewat
feses. Telur tetap
ada di lingkungan dalam waktu 10 – 14 hari sampai menjadi infektif. (http://dr-
agna.livejourenal.com/3275.html).
b. Ingesti hospes paratenik
Jika kucing menelan hospes paratenik seperti tikus, cacing tanah atau kumbang yang
memiliki larva yang mengkista, migrasi mirip dengan ingesti telur berlarva. Larva
dilepaskan dari hospes paratenik saat termakan dan dicerna. Larva memasuki
sirkulasi, mengadakan migrasi ke organ, misalnya sistem respirasi. (http://dr-
agna.livejourenal.com/ 3275.html).
c. Larva melalui air susu
Selama periode perinatal, larva dormant (stadium 1) yang ada di tubuh induk dapat mulai
bermigrasi ke glandula mammae, berubah menjadi larva stadium lalu ke dalam air susu. Anak
kucing dapat terinfeksi melalui air susu. Larva yang tertelan menjadi larva stadium
ketiga dan keempat, dan selanjutnya menjadi dewasa dalam usus anak kucing. Jika larva
dikeluarkan melalui feses anak kucing sebelum larva tersebut dewasa, larva tersebut dapat
menginfeksi induk saat menjilati anaknya. Sekitar 4 minggu setelah kucing memakan telur
infektif, cacing telah dewasa dalam usus, dan telur dikeluarkan lagi. (http://dragna.
livejourenal.com/3275.html).

Gambar 2. Siklus Hidup Toxocara sp

Perbedaan mendasar antara ketiga spesies (Toxocara vitulorum, Toxocara cati, dan Toxocara
canis) selain pada hospes definitifnya, juga ada pada siklus hidupnya, dapat dilihat pada tabel
1.
Tabel 1.
Perbedaan Spesies Toxocara sp

Telur, dengan
jalan ingesti
Larva,
melalui air
susu
Larva,
melalui
plasenta
Larva, dengan
jalan ingesta
hospes paratenik
atau intermedier
Toxocara
vitulorum
XX
Toxocara
cati
XXX
Toxocara
canis
XXXX

Dari tabel 1. dapat terlihat, Toxocara canis memiliki satu cara infeksi yang tidak terjadi pada
Toxocara cati, yaitu infeksi pada anak anjing antenatal melalui plasenta (intrauteri).
(http://dragna. livejourenal.com/3275.html).
5. Patogenesis Dalam usus, cacing dewasa mengambil nutrisi dari hospes definitifnya dengan
menyebabkan kelukaan dinding usus dan mengambil nutrisi dari sirkulasi. Berdasarkan siklus
hidupnya, larva menyebabkan penyakit dengan fase migrasi yang meninggalkan lesi pada
organ dan jaringan yang dilalui. Keparahannya bergantung kepada jumlah, baik pada cacing
dewasa maupun larva. Perjalanan larva infektif T. cati melalui jaringan paru-paru dan hati
dapat menyebabkan terjadinya edema pada 10 kedua organ tersebut. Paru-paru yang
mengalami edema mengakibatkan batuk, dipsnoe, selesma, dengan eksudat yang berbusa dan
kadang mengandung darah. Perjalanan larva lewat lambung, pada yang berat menyebabkan
distensi lambung, diikuti oleh muntah, dan mungkin disertai keluarnya cacing yang belum
dewasa didalam bahan yang dimuntahkan (vomitus). (http://www.catlovers.com/index.html).
6. Zoonosis pada manusia Yang beresiko terhadap toxocariasis adalah anak-anak dan
pemilik kucing.
a. Ocular Larva Migrans (OLM)
OLM terjadi saat larva memasuki mata, menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan
ikat pada retina. Setiap tahunnya lebih dari 700 orang terinfeksi toxocara mengalami
penglihatan permanen karena OLM. Kelukaan pada mata karena migrasi larva kedalam
posterior chamber bola mata, menyebabkan granulomatous renitis, perlekatan retina,
kehilangan daya lihat, atau pada kasus berat kebutaan permanen. (http://dr-
agna.livejourenal.com/3275.html).
b. Visceral Larva Migrans (VLM)
Infeksi berat atau berulang, meskipun jarang dapat menyebabkan VLM, pembengkakan organ
tubuh atau sistem syaraf pusat. Organ yang dapat terserang antara lain hati, paru-paru, ginjal,
dan otak. Gejala VLM yang disebabkan perpindahan larva cacaing dalam tubuh antara lain:
demam, batuk, asma, atau pneumonia. (Levine, Norman D. 1994)
11 Pada banyak kasus, infeksi toxocara tidak serius, dan banyak orang, terutama orang
dewasa yang terinfeksi larva dalam jumlah sedikit, dapat tidak menimbulkan gejala. Kasus
parah yang jarang tetapi lebih dapat terjadi pada anak-anak, yang selalu bermain di tempat
kotor atau memakan tanah yang terkontaminasi kotoran kucing. Cara masuknya melalui telur
toxsocara dalam tanah yang terkontaminasi. OLM biasanya terjadi pada anak-anak umur 7 –
8 tahun, dan VLM pada anak umur 1 – 4 tahun. Alasan perbedaan umur ini belum diketahui.
(http://dragna.livejourenal.com/3275.html).
B. Perawatan Kucing
Ada beberapa faktor penting saat memelihara kucing. Fakor ini dapat mempengaruhi
kesehatan kucing, Berikut beberapa diantaranya :
1. Keadaan Lingkungan
Memelihara kucing juga harus memperhatikan hal berikut, diantaranya yaitu: kelambapan
udara, Suhu udara yang ideal biasanya sekitar 21 ºC sampai 24 ºC. Dalam membuat kandang
atau tempar kucing wajib menyediakan sirkulasi udara (ventilasi), Setidak-tidaknya 19 kali
pergamtian udara. (http://kucing.web.id/hal-hal-yang-mempengaruhikesehatan- kucing/)
2. Sanitasi kandang kucing
Kandang yang baik sehat dan bersih akan membuat kucing betah disana. Pastikan kandang
kucing maupun alat pendukungnya seperti tempat makan, tempat minum, tempat kotoran
selalu bersih dan 12 didesinfikasi secara berkala. Cara membersihkannya seperti
membersihkan pada umumnya. Sedangkan jika didesinfikasi dapat menggunakan cara yaitu
dengan cairan pemutih pakaian yang mengandung 0,17% sodium hiplorida.
(http://kucing.web.id/hal-hal-yangmempengaruhi- kesehatan-kucing/) Tidak over crowded
yaitu dimana dalam satu kandang mengalami kelebihan kucing atau dengan kata lain terlalu
banyak kucing yang berdiam disana, dengan berlebihnya kucing pada suatu tempat akan
menyebabkan mudahnya penyakit menular. Mereka akan stres dan akan menurunkan daya
tahannya, sehingga akan rentan terhadap penyakit. (http://kucing.web.id/hal-hal-yang-
mempengaruhi-kesehatan-kucing/).
3. Cara memberi makan kucing
Setidaknya ada dua macam cara/metode pemberian makan pada kucing, yaitu makanan selalu
tersedia di piring makan kucing. Jadi pada saat kucing ingin makan, makanan telah tersedia di
tempatnya, cara ini baik untuk kucing kecil (kitten) atau kucing yang masih dalam masa
pertumbuhan, dan pemberian makanan dilakukan 2 atau 3 kali sehari. Biasanya makanan
diberikan pada pagi dan sore, cara ini baik untuk kucing dewasa yang pola makannya sudah
teratur, perlu diperhatikan jumlah makanan yang diberikan, karena harus sesuai dengan
kebutuhan sehari-hari.(http://kucingkita.com/perawatan-kucing/monitoring-kesehatan
- kucing). 13
4. Gejala klinis kucing cacingan
Berdasarkan pada siklus hidup, gejala klinis yang muncul pada kucing mencakup gejala yang
muncul karena migrasi larva dan gejala klinis yang muncul karena cacing dewasa. Gejala
klinis yang muncul juga tergantung kepada seberapa berat infestasi parasit, yang bergantung
kepada jumlahnya. Gejala klinis dapat mencakup pembesaran abdomen, kegagalan
pertumbuhan, muntah dan diare. Infeksi dalam jumlah sedikit dapat menghasilkan jumlah
telur yang sedikit pula dalam feses, karena itu diagnosis akurat membutuhkan prosedur uji
pengapungan telur. (http://medicastore.com/penyakit/220/toksokariasis.html).
Hewan yang mengalami infestasi cacing yang berat dapat menunjukkan gejala kekurusan,
bulu kusam, perbesaran perut (pot-belly), juga gangguan usus yang antara lain ditandai
dengan sakit perut (kolik). Obstruksi usus baik parsial maupun total, dan dalam keadaan
ekstrim terjadi perforasi usus hingga tampak gejala peritonitis. Pada beberapa kasus bisa
menunjukkan anemia, muntah, diare atau konstipasi. Pada kasus yang sangat berat tapi jarang
terjadi, bisa terdapat obstruksi usus. Gejala batuk dapat teramati sebagai akibat adanya
migrasi melalaui sistema respirasi. Pada hewan muda, migrasi larva dapat berakibat
pneumonia. Adanya cacing yang banyak menyebabkan penurunan bahan makanan
yang diserap, hingga terjadi hipoalbuninemia, yang selanjutnya menyebabkan kekurusan
dengan busung perut (asites). Perut 14 memperlihatkan pembesaran dan tampak
menggantung. (http://medicastore.com/penyakit/220/toksokariasis.html).
5. Diagnosa
Untuk diagnosa dengan cara pemeriksaan tinja adalah yang paling umum, dapat juga diikuti
pemeriksaan patologi anatomi dan klinik. Diagnosa cacingan kadang-kadang tidak selalu
didasarkan ditemukannya telur atau larva cacing didalam pemeriksaan tinja, baik secara
visual, natif, metode apung atau pemeriksaan endapan. Riwayat cattery tempat
penderita tumbuh sering dapat digunakan sebagai pegangan dalam penentuan diagnosis
antara lain batuk, pilek, anoreksia, kadang-kadang diare, perut membesar dan menggantung,
dan bahkan konvulsi merupakan petunjuk kuat dalam menentukan diagnosa. Diagnosa
pascamati penting untuk menegakkan diagnosis. Cacing toxocara yang belum dewasa dapat
ditemukan didalam mukosa usus. Untuk hewan dewasa diagnosisnya lebih udah.
Pemeriksaan feses untuk menemukan telur Toxocara cati pada feses menggunakan prosedur
pengapungan telur. (http://dragna. livejourenal.com/3275.html). Pemeriksaan patologi
anatomi Dalam pemeriksaan pasca mati jaringan tampak anemis dan hidramis. Hati tampak
pucat, membesar dengan beberapa bagian mengalami pendarahan titik atau ecchymosae.
Paru-paru tampak pucat, jantung membesar, pucat, dengan kemungkinan terjadinya
hidropericardium. Saluran pencernaan pucat dengan beberapa tempat terjadi pendarahan titik.
Rongga perut berisi cairan transudat. 15 Cacing dewasa ditemukan dalam lumen usus.
Mukosa usus mengalami radang eosinofilik bersifat lokal. (http://dr-agna. livejourenal.
com/3275.html). Pemeriksaan patologi klinik Perubahan patologi klinik yang ditemukan
meliputi lekositosis, eosinofilia, hipoalbuminemia, kadar β- globulin yang sangat meningkat
serta adanya kenaikan serum glutamic piruvic transminase (SGPT). (http://dr-
agna.livejourenal.com/3275.html).

6. Pengobatan
Banyak obat cacing membunuh cacing dewasa, tetapi tidak berefek
terhadap larva yang bermigrasi maupun larva dalam kista. Karena itu
banyak yang menganjurkan pengulangan pemberian obat cacing 2 – 4
minggu setelah treatment terakhir. Pada saat treatment terakhir,
kebanyakan larva masih bermigrasi, dan saat treatment dilakukan kedua
kalinya diharapkan larva telah sampai di usus dan bisa terbunuh oleh obat
cacing.
Obat yang umum dipakai dan efektifitasnya, aplikasi per oral:
Kandungan Minimum umur/berat badan
Piperazine salts 6 minggu/lebih
Pyrantel pamoat/praziquantel 4 minggu/lebih atau 1,5 lbs/lebih
Milbemycin 6 minggu/lebih atau 1,5 lbs/lebih
Selamectin 8 minggu/lebih atau 2,6 – 7,5 kg
Yang direkomendasikan adalah Revolution ™ yang berisi
Selamectin 60 mg.
16
Anak kucing sangat terancam infeksi sampai umur 6 bulan, karena
itu sangat penting untuk memberikan obat cacing secara reguler. Anak
kucing ekskresi telur terjadi lebih cepat daripada anak anjing, deworming
mulai dapat dilaksanakan secara efektif mulai umur 2 – 3 minggu, diulangi
pada minggu ke 5, 7 dan 9. Pemberian obat dapat dilakukan berdasarkan
umur, yaitu: Umur 2 – 12 minggu diberikan obat setiap dua minggu sekali,
Umur 12 minggu sampai 6 bulan diberikan obat setiap bulan sekali, Umur
6 bulan dan seterusnya diberikan obat setiap tiga bulan sekali.
(http://www.profender.no/index.php)
Pada induk kucing, treatment dilakukan bersama anaknya. Kucing
dewasa ditreatment secara reguler, dilakukan monitoring agar eliminasi
parasit dapat terawasi. Untuk hewan yang dicurigai baru tertular dilakukan
pemberian obat cacing secepatnya, setelah dua minggu diikuti terapi
selanjutnya seperti diatas. Jika pemilik hewan baru mendapatkan anak
kucing baru, hendaknya bertanya soal riwayat pemberian obat cacing pada
anak kucing tersebut. (http://www.profender.no/index.php)
7. Pencegahan
Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara pemberian obat
cacing secara teratur, higienitas pakan dan lingkungan, dan kontrol
terhadap populasi hospes intermedier dan paratenik. Pemeriksaan feses
harus dilakukan segera setelah anak kucing lepas masa sapih; 4 – 8 minggu
setelah treatment berakhir; pemeriksaan reguler setahun sekali, dan
17
sebelum betina dikawinkan. Pemberian obat cacing hendaknya dilakukan
minimal 1 tahun sekali. (http://www.profender.no/index.php)
18
C. Kerangka Teori
D. Kerangka Konsep
Tanah
Kondisi tempat
berak kucing
Keberadaan
kandang
Perilaku kucing
Infeksio
Toxocara
pada kucing
Perilaku
perawatan
kucing
Infeksi Toxocara sp pada
kucing

Anda mungkin juga menyukai