Anda di halaman 1dari 16

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pembelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami
tentang alam sekitar secara sistematis, sehingga ilmu biologi bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta konsep, penemuan pendidikan biologi
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam
sekitar beserta isinya yang terdiri dari dua macam yaitu makhluk hidup (biotik) dan
makhluk tidak hidup (abiotik).
Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik. Mereka memerlukan
senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang
terlarut, mereka disebut sporofit. Fungi memiliki berbagai macam penampilan tertgantung
pada spesiesnya (Pelczar, 1986:45).
Dalam Campbell (2012:205), Fungi adalah eukariota, dan sebagian besar adalah
eukariota multiseluler. Meskipun fungi pernah dikelompokkan ke dalam kingdom
tumbuhan, fungi adalah organisme unik yang umumnya berbeda dari eukariota lainnya
ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi struktural serta pertumbuhan dan
reproduksi.
Jamur sering dianggap sebagai organisme yang tergolong dalam tumbuhan, tetapi
adapula yang menganggap jamur sebagai golongan organisme yang terpisah dari
tumbuhan. Dengan demikian terdapat pula perbedaan dalam klasifikasinya, tetapi
perbedaan tadi terletak pada taksa yang lebih tinggi dari kelas, sedangkan taksa dari kelas
kebawah tidak terdapat perbedaan.
Zygomycota merupakan divisi jamur yang berdinding tebal yang disebut
zigospora. Zigospora merupakan hasil peleburan menyeluruh antara dua gametangium
yang sama atau berbeda. Jamur yang tergolong divisi ini hidup di darat, di atas tanah, atau
pada tumbuhan dan hewan yang telah membusuk. Pada pembahasan mengenai
Zygomicota akan dibahas secara mendetail karakteristik, struktur tubuh, pertumbuhan,
reproduksi serta peranannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita memberikan
pemahaman kepada kita mengenai divisi ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan diantaranya adalah:
1. Apa saja morfologi dan anatomi zygomicota?
2. Bagaimana metabolisme dari zygomicota?
3. Bagaimana pertumbuhan zygomicota?
4. Bagaimana reproduksi zygomicota?
5. Bagaimana sistematika zygomicota?
6. Bagaimana peranan zygomicota dalam fermentasi dan lingkungan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penyusunan
makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui morfologi dan anatomi zygomicota
2. Mengetahui metabolisme dari zygomicota
3. Mengetahui pertumbuhan zygomicota
4. Mengetahui reproduksi zygomicota
5. Mengetahui sistematika zygomicota
6. Mengetahui peranan zygomicota dalam fermentasi dan lingkungan
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Morfologi dan Anatomi Zygomycota


2.1.1 Ciri Umum Zygomycota
Ciri khas fungi Zygomycota adalah menghasilkan zigospora berdinding tebal
pada reproduksi aseksual menghasilkan sporangium yang umumnya besar berbentuk
bulat yang dibentuk pada hifa fertil khusus yang disebut sporangiofor. Zygomycota
bersifat polifatik, zygomycota memiliki dua kelas yaitu kelas Zygomycetes dan
Trichomycetes.
a. Zygomycetes
Zygomycetes merupakan fungi heterotrof yang bersifat parasite, saprofit pada
tanaman dan fungi. Menghasilkan zigospora berdinding tebal pada reproduksi
seksual dan aseksual menghasilkan sporangium. Sporangium berisi
sporangiospora dan sporangium kecil disebut sporangiola.
b. Trichomycetes
Trichomycetes bersimbion di dalam usus atau kadang-kadang disekitar anal
dari arthropoda. Jamur-jamur dalam kelas ini sebagian besar hidup di darat dan di
dalam tanah pada bagian tumbuhan dan hewan yang membusuk. Bersifat
saprofitik, atau haustorial, atau parasitik non haustorial pada hewan, tanaman, dan
fungi.
Anggota filum ini seringkali disebut sebagai cendawan tingkat rendah, karena
pada umumnya dianggap primitive dalam skala evolusi. Ciri-ciri umum yang dimiliki
jamur ini adalah:
1. Habitat didarat, tanah, tumbuhan ataupun hewan yang telah membusuk.
2. Zygomycota terdiri dari fungi heterotrof
3. Bersifat saprofit dan parasit
4. Miselium bercabang banyak dan hifa tidak bersekat sehingga terlihat seperti pipa
atau buluh.
5. Mempunyai hifa senositik, yaitu hifa yang mengandung banyak inti dan tidak
mempunyai sekat melintang jadi hifa berbentuk satu tabung halus yang
mengandung protoplas dengan banyak inti. Jamur yang mempunyai hifa senositik
dianggap jamur tingkat rendah. Jamur dalam kelas ini disebut sebagai jamur
paling tinggi dibandingkan dengan kelas Ascomycota dan Basidiomycota.
6. Beberapa spesies ada yang mempunyai rhizoid dan juga stolon. Rhizoid adalah
hifa seperti akar yang pendek dan bercabang banyak dan dapat menembus
substrat, juga hifa fertile yang membentuk sporangium diujung-ujung
sporangiofor, sedangkan stolon adalah filamen seperti akar yang menghubungkan
kumpulan sporangium.
7. Jumlah kromosom dalam thalus haploid.
8. Komponen utama dinding selnya adalah kitin atau chitosan, tidak memiliki
zoospora sehingga sporanya merupakan sel-sel yang berdinding.
9. Berkembangbiak secara aseksual menggunakan spora dalam sporangium, yaitu
sporangiospora. Spora bersel satu ini terbentuk didalam kantung yang disebut
sporangium diujung hifa khusus (sporangiosfor). Reporoduksi aseksual biasanya
dengan membentuk aplanospora (sporangiospora, konidia, sel-sel khamir,
artrospora, dan klamidospora), mendapatkan nutrien dengan cara absorpsi.
Beberapa hifa akan tumbuh dan ujungnya membentuk sporangium. Sporangium
berisi spora. Spora yang terhambur inilah yang akan tumbuh menjadi miselium
baru.
10. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan gametangiogami yang
berasal dari peleburan dua hifa, yaitu hifa betina dan hifa jantan.

Gambar 2.1 Struktur tubuh fungi Zygomycota (Sumber: Wahyuni, 2010:77)


2.1.2 Struktur Tubuh
Menurut Wahyuni (2010:76) Struktur tubuh meliputi morfologi dan anatomi,
antara lain:
a. Zygomycota memproduksi dinding sel yang mengandung zat kitin, dan tumbuh
sebagai miselia atau benang-benang yang disebut hifa.
b. Zygomycota adalah tumbuhan jamur yang terdiri dari benang-benang hifa yang
bersekat, tetapi ada pula yang tidak bersekat.
c. Struktur tubuh Zygomycota memiliki miselium yang bercabang banyak dan tidak
bersekat-sekat.
d. Hifanya bersifat sinositik dan dapat membentuk struktur dorman bersifat
sementara yang disebut zigospora. Septa hanya ditemukan pada sel-sel
bereproduksi.
e. Ada beberapa tipe hifa pada Zygomycota yaitu: stolon, hifa yang membentuk
jaringan pada permukaan substrat.
f. Hifa yang menembus substrat dan berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap
makanan sporangiofor, hifa yang tegak dipermukaan substrat dan memiliki
sporangium globuler diujungnya.
g. Jamur dalam subdivisi ini dahulunya dimasukkan bersama-sama Mastigomycota
ke dalam kelas Phycomicetes, berdasarkan ciri khas berupa hifa yang tak bersekat-
sekat (aseptat), tetapi ternyata kedua subdivisi ini menunjukkan banyak ciri yang
berlainan, seperti tempat hidup dan jumlah flagel pada zoospora sehingga perlu
ditempatkan secara terpisah.

Gambar 2.2 Bentuk Hifa pada Zygomycota (Sumber: Wahyuni, 2010:76)

2.2 Metabolisme Pada Zygomycota


Metabolisme adalah seluruh proses kimia di dalam organisme hidup untuk
memperoleh dan menggunakan energi, sehingga organisme dapat melaksanakan berbagai
fungsi hidup. Ketika sel melakukan metabolisme, nutiren akan di ubah menyebabkan
organisme tumbuh dan berkembang. Produksi energi pemecahan gula pada jamur terjadi
melalui 2 jalur utama, yaitu (Wahyuni, 2010:77):
1. Jalur EM (Embden-Meyerhof), merupakan jalur utama untuk menghasilkan
energi. Jalur EM dimulai dari gula berkarbon 6 (C6) misalnya glukosa. Glukosa
ini akan mengalami fosforilasi yang akan berubah menjadi fruktosa -1, 6- difosfat
dengan memakai energi sebesar 2 molekul ATP. Kemudian akan dipecah menjadi
dua senyawa berkarbon 3 yang akan berubah menjadi 2 molekul asam piruvat.
Proses ini menghasilkan 4 molekul ATP.
2. Jalur PP (Pentosa-Phosphat), jalur ini digunakan untuk keperluan biosintesis,
misalnya menghasilkan intermediet ribose – 5 – fosfat untuk sintesis asam
nukleat, dan eritrose – 4 – fosfat untuk sintesis asam amino aromatic.
Kedua jalur ini mempunyai produk hasil akhir yang sama yaitu gliseraldehid – 3 –
fosfat, tetapi kedua jalur ini digunakan dalam keperluan yang berbeda. Semua reaksi ini
terjadi di dalam sitoplasma.
 Metabolisme pada Zygosaccharomyces sp.
Fermetasi sukrosa oleh khamir memerlukan kerja enzim invertase (disebut
juga sakarase, sukrase, α-D-fruktofuransidase) untuk menghidrolisis sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa, selanjutnya hasil hidrolisis tersebut akan di fermentasi menjadi
etanol. Ketika maltosa telah dihidrolisis menjadi glukosa, maka proses fermentasi
dapat berlangsung.

Gambar
2.3
Proses
Metaboli
sme pada
Zygomy
cota
(Sumber:
Wahyuni
,
2010:78)
2.3 P
ertumbu
han
Zygomy
cota
D
alam
mikrobio
logi
definisi
pertumb
uhan
adalah pertambahan volume sel, karena adanya pertambahan protoplasma dan senyawa
asam nukleat yang melibatkan sintesis DNA, dan pembelahan mitosis. Bila suatu konidia
atau spora fungi ditanam diatas agar cawan petri, setelah beberapa hari baru terlihat
sesuatu pada permukaan agar yang dapat berupa tetesan kental apabila sesuatu tersebut
adalah khamir atau berupa benang-benang bila bentuk tersebut adalah suatu kapang
(Wahyuni, 2010:79).
Zycomycota termasuk dalam jamur berbentuk kapang. Tipe pertumbuhan pada
Zygomycota adalah tipe apical. Pada tipe apical ini terkonsentrasi pada ujung hifa.
Dinding sel dan plasma membrane pada ujung hifa akan mengalami pemanjangan secara
kontinu. Dari suatu konidia akan tumbuh suatu tabung yang semakin lama akan semakin
panjang mirip seuntai benang dan pada suatu waktu benang tersebut mulai bercabang.
Cabang yang timbul selalu tumbuh menjauhi hifa pertama. Miselium yang terbentuk akan
makin banyak dan membentuk suatu koloni (Wahyuni, 2010:79).
Jamur umumnya mengalami empat fase pertumbuhan, yakni:
1. Fase Lag, pada fase ini adalah fase adaptasi jamur.
2. Fase Exponential, pada fase ini adalah fase pertumbuhan jamur
3. Fase Stationary, pada fase ini adalah fase dimana pertumbuhan dan kematian jamur
seimbang
4. Fase Death, pada fase ini adalah fase kematian pada jamur

Stationary Phase

Exponential Death
Phase Phase

Lag Phase

Gambar 2.4 Fase Pertumbuhan Zygomycota

2.4 Reproduksi Zygomycota


Zygomycota merupakan salah satu pembagian dari devisi fungi berdasarkan cara
reproduksinya dimana Zygomycota menghasilkan zigospora sebagai hasil dari reproduksi
seksual. Zigospora adalah spora yang tidak berflagela.
Zygomycota terdiri atas hifa yang tak bersekat dengan memiliki banyak inti sel.
Septa hanya terdapat pada sel untuk reproduksi. Dinding sel Zygomycota mengandung
zat kitin. Zygomycota tidak memiliki tubuh buah. Beberapa dari hifa berdiri tegak dan
membentuk sporangiofor. Dari ujung sporangiofor terbentuk sporangium yang memiliki
bentuk bulat dan didalam sporangium terdapat spora aseksual. Pada sporangium yang
sudah tua akan berwarna kehitaman.
Zygomycota dapat membentuk alat reproduksi secara seksual yang berupa
zigosporangium dengan dinding tebal sehingga dapat tahan dengan kondisi kering atau
pada lingkungan yang buruk. Zigosporangium secara metabolis tidak aktif sehingga dapat
tahan pada kondisi beku dan kering. Akan tetapi, setelah kondisi lingkungan membaik,
maka sporangium yang mengandung zigospora akan berkecambah dengan menghasilkan
sporangium yang didalamnya terdapat spora seksual. Jamur Rhizopus sp. memiliki rizoid
dengan fungsi yang menyerap nutrisi dan hifa horizontal yang disebut dengan stolon.
Daur hidup atau reproduksi dari Zygomycota menjalani dua macam cara yaitu
secara aseksual dan seksual. Reproduksi yang dilakukan secara aseksual terjadi bila
kondisi lingkungan baik dan mendukung, sedangkan pada reproduksi yang dilakukan
secara seksual terjadi pada kondisi lingkungan yang kering dan tidak menguntungkan.
Reproduksi aseksual atau vegetatif Zygomycota dilakukan dengan cara
fragmentasi hifa dan pembentukan spora aseksual (sporangiospora). Hifa dewasa yang
terputus dan juga terpisah dapat tumbuh menjadi sebuah hifa jamur baru. Pada bagian hifa
tertentu yang sudah dewasa akan terbentuk sporangiofor yang ujungnya terdapat
sporangium (kotak spora). Didalam sporangium terjadi pembelahan secara mitosis dengan
menghasilkan sporangiospora yang berkromosom haploid (n).
Reproduksi seksual atau generatif Zygomycota dilakukan dengan cara konjugasi.
Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling
berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan
perpanjangan pada bagian-bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua
gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot
kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora
tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis,
menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan
membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut
sporangiofora.
Gambar 2.5 Daur Hidup Zygomycota (Sumber: Wahyuni, 2010:81)

2.5 Sistematika Zygomycota


Menurut Waluyo (2007: 246), fungi berdasarkan ada tidaknya septa dibedakan
menjadi beberapa kelas yaitu:
 Fungi yang tidak bersepta
 Kapang bersepta
Fungi yang tidak bersepta termasuk dalam subdivisi Zygomycotina, yaitu:
2.5.1 Kelas Oomycetes (spora seksual disebut oospora)
a. Ordo saprolegniales
 Spesies Saprolegnia

Gambar 2.6 Saprolegnia

b. Ordo Peronosporales
 Spesiae Pythium

Gambar 2.7 Pythium


2.5.2 Kelas Zygomycetes (spora seksual zigospora)
1. Karakteristik dari kelas Zygomycetes :
 Umumnya bersifat testial, saprofit, parasit, atau pada tumbuhan ataupun
mamalia atau predator dari organisme mikroskopik.
 Reproduksi aseksualnya dengan satu kelompok aplansphore dengan
kantong spora
 Reproduksi seksuanya dengan peleburan dari sel gamet yang sama
menghasilkan susunan zygosporangium berisi zygospora.
 Zygomycota dibagi menjadi beberapa ordo, antara lain :
a. Ordo Mucorales (spora seksual zigospora)
Anggota bangsa ini paling besar diantara bangsa lainnya yang bergabung dengan
zygomycetes. Pada umumnya murocales bersifat saprofit, hidup pada substrat
kotoran atau tumbuhan maupun hewan yang sudah mati. Beberapa jenis dari
saprofit mampu mensintesis produk-produk industri penting misal : Rhizopus
stolonifer (R. Nigricans) dikenal sebagai jamur roti dipergunakan untu produk
komersial dalam pembuatan asam fumarat, kartison. Rhizopus oryzae msmpu
memproduksi alkohol pada tape dan Rhizopus oligosporus dipergunakan dalam
pembuatan tempe.
 Mucor mucedo

Gambar 2.8 Mucor mucedo


 Rhizopus

Gambar 2.9 Mucor mucedo


 Absidia

Gambar 2. Absidia
b. Ordo Glomales
Hfa Ordo Glomales membentuk kumpulan menyusup diantara sel-sel akar untuk
membentuk struktur hifa yang membengkak pada penghujungnya.

2.6 Peranan Zygomycota dalam Fermentasi dan Lingkungan


Berikut ini adalah beberapa peranan jamur zygomycota:
a. Bersimbiosis Mutualisme dengan Akar Tanaman
Tidak semua jamur memiliki fungsi dan manfaat yang buruk bagi lingkungan
sekitarnya. Buktinya adalah Mikoriza yang memiliki fungsi dan manfaat yang baik,
terutama ketika menempel dan hidup pada akar tanaman sebagai inang atau
induknya.
Ketika tumbuh dan hidup pada inang, maka terciptalah suatu simbiosis mutualisme,
dimana jamur ini akan menyerap nutrisi dari akar tumbuhan, dan kemudian jamur
ini juga akan membantu mengoptimalkan penyerapan air dan mineral di dalam
tanah, sehingga dapat tercipta cadangan air tanah yang lebih optimal dibandingkan
tidak adanya jamur ini. Dengan optimalnya cadangan dan penyerapan air tanah,
maka daerah vegetasi tersebut tidak akan mengalami kekeringan dan kekurangan
air, yang merupakan salah satu sumber utama dari kehidupan.
b. Sebagai Bahan Pembuatan Tempe
Manfaat jamur yang paling terkenal salah satunya adalah untuk membuat tempe.
Tempe merupakan salah satu olahan kedelai yang sangat tinggi manfaatnya bagi
tubuh. Tempe dibuat dengan cara memfermentasikan kedelai dengan unsur tertentu
sehingga pada akhirnya terbentuklah tempe yang kita kenal dan sering kita
konsumsi saat ini. Salah satu unsur yang digunakan dalam produksi tempe ialah
jamur zygomicota ini. Salah satu jenis jamur ini, yaitu Rhizopus oryzae merupakan
salah satu jenis jamur yang berperan penting dalam pembentukan dan produksi dari
tempe yang kita makan sehari – hari. Manfaat tempe yang semakin terkenal di
masyarakat membuat jamur pun lebih terkenal (Dwidjoseputro, 1994:88).
Rhizopus sp., yang terdapat pada ragi tempe ini mempunyai daya untuk memecah
putih telur dan lemak. Oleh karena itu, ia berperan dalam pembuatan tempe dan
oncom putih. Jamur tempe mempunyai hifa yang berguna untuk menyerap makanan
dari kacang kedelai. Dalam waktu dua sampai tiga hari, kumpulan hifa tersebut akan
membungkus kedelai yang kemudian disebut tempe. Selain pada tempe, jamur ini
juga dapat tumbuh di tempat-tempat yang lembap.
c. Sebagai Bahan Pembuatan Tape
Tape atau yang sering kita kenal dengan istilah peyeum merupakan hasil dari olahan
singkong yang diberikan sejenis ragi untuk kemudian mengalami proses fermentasi,
sehingga dapat menghasilkan tekstur yang manis, dan lezat seperti tape yang sering
kita temui di pasar-pasar tradisional. Salah satu jenis unsur yang terdapat pada ragi
yang membantu proses fermentasi dari singkkong menjadi tape adalah jenis jamu
zygomicota, yaitu Mucor javanicus. Jenis ini merupakan jamur yang terkandung
pada ragi yang biasa digunakan untuk memfermentasikan singkong menjadi tape.
Murcor javanicus, berperan dalam pembuatan tape karena jamur ini terdapat dalam
ragi tapai. Jamur ini termasuk makhluk hidup yang mempunyai daya untuk
mengubah tepung menjadi gula.
d. Mematangkan Buah
Salah satu manfaat lain dari zygomicota ialah mampu membantu proses pematangan
dan pemasakan buah agar menjadi lebih nikmat dan lezat untuk disantap. Adalah
jamur zygomicota dengan jenis Rhizopus nigricans yang berfungsi untuk
menjalankan tugas ini. Jamur jenis ini akan menghasilkan suatu asam fumarat yang
pada dasarnya akan membantu proses pematangan pada buah-buahan, baik yang
masih berada di pohon ataupun buah-buahan yang dipetik dalam keadaan mentah
atau setengah matang, yang sering kita kenal dengan istilah mengkel.
e. Asam laktat
Zygomicota juga memiliki manfaat lain yang cukup penting, yaitu mampu
menghasilkan asam laktat. Rhizopus nodousus merupakan spesies zygomicota yang
memiliki fungsi untuk menghasilkan asam laktat (Dwidjoseputro, 1994).
f. Sebagai Pengurai Kotoran Ternak
Kotoran ternak merupakan salah satu limbah yang sangat mengganggu kehidupan
sehari-hari, karena baunya yang sangat tidak sedap. Biasanya, kotoran ternak yang
tidak diurus dan dibersihkan selama beberapa hari akan ditumbuhi sejenis jamur.
Inilah jamur zygomicota yang berjenis Mucor mucedo. Mucor mucedo tumbuh pada
kotoran ternak yang tidak dibersihkan dalam waktu beberapa hari, dan akan
membantu menguraikan kotoran ternak tersbut hingga akhirnya tidak mengganggu
kebersihan lingkungan sekitar. Mucor mucedo, berperan sebagai pengurai dari
kotoran ternak
g. Berasosiasi dengan akar tumbuhan dan hewan
Mikoriza dari ordo Endogonales berperan sebagai pelindung tumbuhan dari
serangan patogen, memperluas permukaan dan kemampuan penyerapan akar bahkan
ada beberapa spesies yang mampu menghasilkan zat pengatur pertumbuhan untuk
membantu inangnya tumbuh berkembang. Sedangkan beberapa jamur Zygomycota
yang hidup berasosiasi dengan hewan, ada yang bersifat parasit, seperti pada
beberapa jenis dari ordo Entomophthorales, termasuk Entomophthora muscae jamur
Zygomycota yang bersifat patogenik pada lalat dan berperan sebagai agen
biokontrol lalat yang sering menyebarkan penyakit (Dwidjoseputro, 1994).
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1 Ciri khas fungi Zygomycota adalah menghasilkan zigospora berdinding tebal pada
reproduksi aseksual menghasilkan sporangium yang umumnya besar berbentuk bulat
yang dibentuk pada hifa fertil khusus yang disebut sporangiofor.
2 Metabolisme pada jamur ada 2 jalur, yakni jalur EM (Embden-Meyerhof) dan jalur PP
(Pentosa-Phosphat) yang keduanya mempunyai produk hasil akhir yang sama yaitu
gliseraldehid – 3 – fosfat, tetapi kedua jalur ini digunakan dalam keperluan yang berbeda.
Metabolisme pada zygosaccharomyces sp. terjadi Fermetasi sukrosa oleh khamir
memerlukan kerja enzim invertase (disebut juga sakarase, sukrase, α-D-
fruktofuransidase) untuk menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa,
selanjutnya hasil hidrolisis tersebut akan di fermentasi menjadi etanol. Ketika maltosa
telah dihidrolisis menjadi glukosa, maka proses fermentasi dapat berlangsung.
3 Pertumbuhan dari Zygomycota adalah dari suatu konidia akan tumbuh suatu tabung yang
semakin lama akan semakin panjang mirip seuntai benang dan pada suatu waktu benang
tersebut mulai bercabang.
4 Reproduki Zygomycota adalah secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual atau
generatif Zygomycota dilakukan dengan cara konjugasi dan reproduksi aseksual atau
vegetatif Zygomycota dilakukan dengan cara fragmentasi hifa dan pembentukan spora
aseksual (sporangiospora).
5 Sitematika Zygomycota terdiri dari 2 kelas, yakni kelas Oomycetes dan kelas
Zygomycetes.
6 Peranan jamur zygomycota yakni, bersimbiosis mutualisme dengan akar tanaman,
sebagai bahan pembuatan tempe, sebagai bahan pembuatan tape, mematangkan buah,
menghasilkan asam laktat, sebagai pengurai kotoran ternak, berasosiasi dengan akar
tumbuhan dan hewan
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece, Urry, Cain, Wasserman, Minorsky, Jackson. Biologi Edisi Kedelapan Jilid
2. Translated by Damaring Tyas Wulandari. 2012. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dwidjoseputro. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Pelczar,M.J dan E.C.S Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Wahyuni, Dwi. 2010. Mikologi Dasar. Jember: Jember University Press.
Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai