Choanotaenia infundibulum
NIM : 1802101010133
Kelas : 02
BANDA ACEH
2020
BAB 1
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pembahasan
1. Gejala Klinis
Unggas/ bangsa burung yang muda sering terinfeksi. Hewan menunjukkan nafsu
makan menurun, lesu, selalu haus, kelihatan lemah dan mudah lelah, kurus dan anemia. Pada
infeksi yang berat dapat menyebabkan kematian pada hewan muda. Pada unggas betina akan
mengalami produksi telur yang menurun pada ayam petelur (layer). Choanotaenia
infundibulum menyebabkan diare, feses bercamput pigmen- pigmen darah, kadang-kadang
terjadi gangguan saraf pada sebagian atau seluruhan tetapi tidak jelas ( Kusnoto et al., 2015).
2. Patogenesis
Cacing muda melakukan penetrasi dengan ujung anterior cukup dalam pada mukosa
dan submukosa duodenum sehingga menyebabkan bentukan nodule-nodule yang dapat
dibedakan dengan nodule Tuberkulosis. Nodule cacinng ini dapat dilihat pada permukaan
peritoneal dan mengandung jaringan nekrotik dan lekosit. Selama stadium awal, cacing muda
ditemukan menggantung di dalam lumen usus halus.
3. Siklus Hidup
5. Patologi Anatomi
Infeksi cacing saluran pencernaan pada umumnya mudah didiagnosis melalui
pemeriksaan tinja hewan yng dicurigai terinfeksi. Telur cacing yang keluar bersama feses
berkembang menjadi stadium infektif kemudian termakan induk semang antara atau langsung
masuk tubuh ayam yang kemudian akan menuju ke usus untuk berkembang sampai dewasa.
Tidak demikian dengan Cestodosis yang memiliki tingkat kesulitan tersendiri untuk
didiagnosis karena cacing pita tidak mengeluarkan telur bersama tinja. Nekropsi merupakan
cara terbaik yang dilakukan untuk mendiagnosis Cestodosis.
Cacing pita dewasa memiliki panjang hingga 25 cm dan lebar 3 mm. Kepala (scolex)
kecil dan memiliki penghisap dan kait untuk dipasang ke dinding usus inang. Biasanya tidak
lebih dari 30 segmen (proglottid), yang lebih lebar dari panjang. Setiap segmen memiliki
organ reprosuksinya sendiri untuk kedua jenis kelamin (yaitu hermafrodit). Setiap segmen
juga memiliki bukaan yang sama yang disebut pori genital. Pada segmen muda semua organ
ini masih belum sempurna. Mereka berkembang secara progresif, yang meningkatkan ukuran
segmen saat sidorong kea rah ekor. Sebaliknya, seperti cacing pita lainnya, mereka tidak
memiliki saluran pencernaan, atau system pernapasan peredaran darah. Mereka tidak
memiliki saluran pencernaan, atau system pernapasan peredaran darah. Mereka tidak
membutuhkannya karena setiap segmen menyerap apa yang dibutuhkannya secara langsung
melalui tegumentnya. Telur berbentuk bulat telur, berukuran sekitar 35x45 mikrometer, dan
menganding embrio (oncosphere).
6. Histopatologis
7. Pencegahan
1. Membasmi kumbang, lalat rumah, semut, maupum belalang disekitar kandang dengan
insektisida
2. Pemeliharaan unggas sebaiknya dikandangkan
3. Memberantas siput dengan molluscida
4. Hygiene kandang
5. Pemberian pakan dan minum supaya diletakkan di tempat yang bersih.
Untuk pencegahan lainnya yaitu sering mengganti sarang unggas dan menjaganya
tetap kering dapat membantu menghindari infeksi karena memperpendek kelangsungan
hidup segmen unggas dan telur yang sedang hamil. Tindakan menghindari kontaminasi
pakan dengan semut atau kumbang disarankan. Pengendalian lalat, semut, dan rayap ssecara
kimiawi di kandang unggas dapat disarankan. Namun, untuk alasan ekonomi dan ekologi,
penggunaan insektisida di luar ruangan untuk melawan semut, kumbang atau rayap tidak
dibenarkan.
Kawanan yang beresiko dapat diobati dengan anthelmintik yang efektif melawan
cacing pita. Mereka mengandung benzimidazol spektrum luas (misalnya albendazole,
febantel, fenbendazole, mebendazole, oxfendazole, dll). Atau taenicides spesifik (misalnya,
nislosamide, praziquantel, dll). Sebagian besar bahan aktif ini tersedia sebagai aditif untuk
pakan atau air minum, atau sebagai tablet untuk pemakaian oral.
Fadilah, R. dan Polana, A. (2004). Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya.
Agromedia, Jakarta.
Fadilah, R. dan Polana, A. (2011). Mengatasi 71 Penyakit Pada Unggas. Agromedia, Jakarta
Kisnoto, Bendryman, S. S., Koesdarto, S. dan Sosiawati, S. M. (2015). Ilmu Penyakit Helmin
Kedokteran Hewan.Zifatama Publisher, Sidoarjo.
Taylor, M. A., Coop, R. L. dan Wall, R. L. (2015). Veterinary Parasitology. Wiley Blackwell,
UK.