Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Histologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan

secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong

tipis, salah satu dari cabang-cabang biologi. Histologi dapat juga disebut

sebagai ilmu anatomi mikroskopis (Arman, 2007).

Histologi amat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel

dalam tubuh, baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam bentuk

histopatologi ia berguna dalam penegakan diagnosis penyakit yang melibatkan

perubahan fungsi fisiologi dan deformasi organ. Sebagai contoh, di bidang

kedokteran, kehadiran tumor memerlukan hasil pemeriksaan contoh (sampel)

jaringan. Di bidang pertanian, pemeriksaan kondisi jaringan pengangkut dapat

mendukung diagnosis serangan hawar daun tembakau (Dasumiati,2008)

Dalam mempelajari ilmu histology terdapat sediaan atau preparat,

yang dalam pembuatannya disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan jaringan

tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan seperti fiksasi, pemendaman dan

pemotongan kemudian pemulasan atau pewarnaan (Hala, 2007)

Preparat awetan jaringan hewan adalah salah satu media

pembelajaran Biologi yang sangat efektif. Dengan pembuatan preparat maka

diharapkan kita dapat mengamati dan melihat preparat dengan menggunakan

metode paraffin dengan pewarnaan tunggal (Hala, 2007)

1
Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat permanen yang

menggunakan parafin sebagai media embedding dengan tebal irisan kurang

lebih mencapai 6 - 8 mikron. Metode ini memiliki irisan yang lebih tipis

daripada menggunakan metode beku atau metode seloidin yang tebal irisannya

kurang lebih mencapai 10 mikron (Hughes, 2008).

Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan,

karena hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan

secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai

elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang

dibuat dengan metode paraffin. Pembuatan preparat dengan metode paraffin

adalah metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan preparat

permanent, baik pada tumbuhan ataupun pada hewan (Arman, 2007)

Berdasarkan teori diatas maka dilakukanlah percobaan tentang

pembuatan preparat dengan metode parafin.

1.2. Maksud percobaan

a. Agar mahasiswa mengetahui tehnik atau cara pengambilan jaringan

pada hewan coba (mencit).

b. Agar mahasiswa mengetahui jaringan yang terdapat pada hewan coba

(mencit).

c. agar mahasiswa dapat mengetahui setra mempelajari cara memproses

jaringan (tissue processing).

d. Agar mahasiswa mengetahui tehnik pembuatan preparat jaringan dan

pewarnaan pada jaringan hewan coba.

2
e. agar mahasiswa dapat mengetahui cara pengamatan preparat dan

melihat bentuk jaringan pada organ yang diamati.

1.3.Tujuan percobaan

a. Untuk mengetahui tehnik atau cara pengambilan jaringan pada hewan

coba (mencit).

b. Untuk mengetahui jaringan yang terdapat pada organ-organ hewan

coba (mencit).

c. untuk mengetahui serta mempelajari cara memproses jaringan (tissue

processing).

d. Untuk mengatahui dan mempelajari tehnik pembuatan preparat

jaringan dan pewarnaan pada jaringan hewan coba.

e. Untuk mengetahui cara pengamatan preparat dan melihat bentuk

jaringan organ yang diamati.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengambilan jaringan pada hewan coba ( mencit )

Hewan laboratorium atau hewan coba adalah hewan yang sengaja

dipelihara dan diternak untuk dicapai sebagai model guna untuk mempelajari

dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian

atau pengamatan laboratorium (Goerge, 2006).

Hewan coba terdiri dari mencit, tikus kelinci dan lain-lain.

Keuntungan memakai mencit dalam percobaan adalah mudah ditangani,

mudah dikembang biakkan mudah dipelihara, reaksi obat yang diberikan

cepat memberikan efek. Sedangkan kerugiannya, aktivitasnya tergantung jika

ada manusia dan untuk pemberian obat secara oral agak sulit dilakukan.

Keuntungan menggunakan tikus adalah tidak terlalu bersifat fotofobik, lebih

resisten terhadap infeksi sedangkan kekurangannya jika diperlakukan secara

kasar akan menjadi liar dan galak. Dan keuntungan menggunakan kelinci

adalah lebih mudah dibiakkan sedangkan kerugiannya tidak memiliki struktur

genetika yang esensial dengan manusia (Goerge, 2006).

Mencit paling banyak digunakan sebagai hewan coba karena

memiliki kesamaan secara fisiologi dengan manusia maupunhewan lainnya,

seperti hewan mamalia sehingga cocok digunakan sebagai hewan penelitian,

selain itu mudah dalam penanganan, siklus hidupnya yang pendek,

4
penggunaan hewan yang tidak sulit, dan pola reproduksi mencit yang singkat

(Albert, 2008).

Mencit adalah anggota muridae yang berukuran kecil, mencit sangat

mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat oleh manusia

(Albert, 2008).

Klasifikasi mencit menurut Albert (2008) adalah :

Kingdom : Animalia

Division : Vertebrata

Class : Mamalia

Subclass : Theria

Infraclass : Eutheria

Ordo : Rondenta

Familia : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculuss

Sebelum dilakukan pembedahan terlebih dahulu dilakukan

pembiusan. Pembiusan atau pembunuhan mencit dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu dislokasi pada tulang leher tidak dilakukan karena menyalahi kode

etik yang ditetapkan dimana hewan coba saat digunakan pada praktikum

harus nyaman dan tidak merasan kesakitan saat dislokasi makanya pada

praktikum ini tidak melakukan dislokasi pada tulang leher. Tapi dilakukan

dislokasi dengan menggunakan zat kimia. Dimana larutan kimia yang

digunakan adalah larutan eter. Larutan eter digunakan untuk anastesi atau

5
membuat hewan coba (mencit) pingsan. Setelah itu eter juga berfungsi untuk

memperlunak kulit hewan coba, menguatkan hewan coba serta menghasilkan

warna yang bagus. Cara anastesi dengan eter adalah hewan coba diletakkan

dalam satu wadah, kemudian kapas yang berisi larutan eter dimasukkan

diwadah tersebut lalu ditutup. Hewan sudah kehilangan kesadaran, hewan

dikeluarkan dan siap dibedah (Raskas, 2005).

Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau

mudah terbakar, mengiritasi saluran pernafasan dan mudah meledak. Eter

merupakan anastesik yang sangat kuat sehingga penderita dapat memasuki

setiap tingkat anesthesia. Sifat analgesic kuat sekali, dengan kadar dalam

arteri 10-15 mg sudah terjadi analgesia tetapi penderita masih sadar. Eter

pada kadar tinggi dan sedang menimbulkan relaksasi otot sentral dan

hambatan neuromuscular yang berbeda dengan hambatan oleh neustigmin.

Zat ini meningkatkan hambatan neuromuscular oleh antibiotic seperti

neomisin, streptomisin, polimisin, dan kanamisin.Eter dapat merangsang

sekresi kelenjar bronkus. Pada induksi dan waktu pemulihan eter

menimbulkan salvias. Tetapi pada stadium yang lebih dalam salvias akan

dihambat dan terjadi depresi nafas (Saifuddin, 2005).

Setelah dilakukan pembiusan dilakukan pembedahan mencit.

Pertama mencit ditaruh diatas papan. Kemudian mencit direbahkan secara

dorsal, setelah itu disayat kulitnya bagian perut dengan pisau bedah.

Kemudian pembedahan pada jaringan ikat lalu dibuka dan ditancapkan jarum

pentul pada bagian tubuh yang disayat. Dibuka ruang dada dengan memotong

6
tulang rusuk pada bagian sternum setelah dilakukan pengamatan organ- organ

dan dilakukan pengambilan jaringan pada organ-organ tersebut. Sebaiknya

organ diiris setebal 0,5 -1 cm untuk pengamatan dan pembuatan preparat

pada jaringan (Stone, 2006).

2.2. Pemprosesan Jaringan (Tissue Processing)


Jaringan adalah kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan

bentuk yang sama. Kumpulan dari jaringan akan membentuk organ, dan setiap

organ memiliki fungsi dan peran masing – masing dalam tubuh. Terdapat 4

macam jaringan pada tubuh manusia ataupun hewan yang menyusun organ

yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot dan jaringan saraf. Prosesing

jaringan adalah suatu perlakuan khusus pada jaringan untuk mencapai target

atau tujuan yang diinginkan yang sesuai deng prosedur yang berlaku. Dimana

tujuan prosesing jaringan adalah untuk histologi. (Dasumiati, 2008)

Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang stuktur jaringan

secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong

tipis. Dalam proses ini ada beberapa tahap pemprosesan jaringan antara lain,

fiksasi, dehidrasi, clerning, infitrasi dan embeding. (Dasumiati, 2008).

1. Fiksasi jaringan.

Fiksasi jaringan adalah tindakan merendam bahan

pemeriksaan (jaringan) pada suatu cairan yang berfungsi untuk

mengawetkan jaringan. Fiksasi harus dilakukan dengan menggunakan

cairan fiksasi. Cairan fiksasi yang digunakan adalah formalin 37%.

Tujuan digunakan kadar 37% agar organ yang diawetkan diperoleh

hasil yang maksimal dan proses pengawetannya merata sehingga

7
jaringannya tidak ada yang rusak. Pengawetan jaringan dilakukan

dengan selama 2 jam pada suhu ruangan(Gunarso, 1989)

Adapun tujuan dilakukannya fiksasi adalah :

a. Mencegah terjadinya proses autolisis yaitu larutan sel yang

diakibatkan oleh proses – proses yang dipengaruhi enzim dari

dalam sel itu sendiri.

b. Mecegah pembusukan yaitu proses penghancuran jaringan yang

diakibatkan oleh aktivitas bakteri dan biasanya disertai

pembentukan gas.

c. Memadat dan mengeras sehingga mudah dipotong. Untuk

jaringan yang lunak seperti jaringan otak akan sulit dipotong jika

tanpa dilakukan cairan fiksasi.

d. Memadatkan cairan koloid, mengubah konsentrasi dari bahan

cairan yang terdapat didalam jaringan menjadi konsentrasi yang

lebih padat.

e. Menjegah kerusakan struktur jaringan. Dengan proses masuknya

cairan fiksasi kedalam sel lewat membran sel yang bersifat

semipermiabel secara asmosis / penyerapan. (Gunarso, 1989)

2. Dehidrasi.

Dehidrasi adalah proses pengeluaran molekul air dari dalam

jaringan agar jaringan tersebut dapat terisis dengan paraffin sehingga

jaringan mudah diiris tipis – tipis. Larutan yang digunakan adalah

alkohol atau etanol dari konsentrasi rendah sampai pada konsentrasi

8
absolut (30%, 50%, 70%, 80%, 95% dan 99%), masing – masing

selama 30 – 90 menit dalam proses perendamannya pada suhu rungan.

Tujuan digunakan konsentrasi etanol dari yang rendah ke yang tinggi

supaya proses dehidrasi tidak terlalu cepat merusak mukosa (jaringan

lunak) dan supaya tidak menimbulkan artefack yang akan menggangu

diagnosis. (Sugiarto, 1989).

3. Clearing

Clearing adalah proses menghilangkan larutan dehidrasi

(alkohol / etanol) dari jaringan sehingga jaringan menjadi jernih atau

transparan. Clearing dilakukan dengan xylol selama 30 menit sebanyak

dua kali. Clearing dilalukan dua kali karena pada perendaman xylol

kemungkinan alkohol masih ada sehingga dilakukan clearing pada

xylol yang kedua agar alkohol benar – benat tidak ada lagi pada organ.

Dimana clearing adalah proses penjernihan jaringan. Fungsi xylol

adalah untuk menarik etanol, mempersiapkan organ untuk

pembenaman (infiltrasi) atau mesakukan paraffin. Karena xylol

menyebabkan sitoplasma kosong dan hanya terdiri dari bagian padat

saja (Sudiana, 2005).

Yang perlu diperhatikan adalah perendaman tidak boleh terlalu

lama pada xylol karena dapat memeberikan warna kehitaman pada

bagian organ atau dapat menyebabkan jaringan atau organ mengkerut.

(Kurniawan, 2010).

9
4. Infiltrasi

Proses infiltrasi yaitu mengkondisikan jaringan pada paraffin.

Dimana proses dilakukan didalam oven dengan suhu 56 - 59 ℃. Proses

pertama dilakukan perendaman organ atau jaringan dengan larutan

xylol – paraffin selama 30 menit, kemudian menggunakan

perbandingan paraffin murni I, II, dan III masing – masing selama 30

menit. Proses ini dilakukan untuk menghindari perubahan lingkungan

yang sangat mendadak terhadap jaringan (mengadaptasikan jaringan)

tersebut sehingga jaringan dapat mengerut. Selain itu proses ini juga

bertujuan untuk mecegah bertahannya sejumlah besar zat penjernih

didalam jaringan yang akan melakukan jaringan dan membuat jaringan

sukar diiris. Namun sebelum itu dilakukan pencairan paraffin dengan

bunsen. Setelah paraffin cair lalu dilakukan perendaman selama 30

menit (Lianury,2000).

5. Embedding

Embedding adalah proses penanaman jaringan kepada paraffin

membentuk blok paraffin. Belum paraffin dituang kedalam blok maka

terlebih dahulu paraffin diencerkan dengan melakukan pemanasan

mengunakan bunsen. Setelah itu dituang paraffin kedalam blok dan

diambil jaringan dari paraffin murni III lalu diataur letak jaringan yang

sesuai agar mudah dipotong. Setalah itu dibiarkan paraffin mengeras

sampai terbentuk blok – blok paraffin. Tujuan dari embedding adalah

untuk mempermudah pemotongan jaringan sehingga didapat jaringan

10
yang diinginkan atau sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hindari

terjadinya gelembung udara. Proses ini dibiarkan selama 12 jam agar

paraffin benar – benar membeku (Lianury, 2000).

2.3. Pembuatan Preparat Jaringan

Mikroteknik merupakan ilmu atau seni mempersiapkan organ-organ

jaringan, atau bagian jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah. Penelaahan

umumnya dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena struktur jaringan

secara terperinci pada dasarnya terlalu kecil sehinggah sulit untuk

membedakan dengan cara melihat dengan mata (Anandari, 2012).

Adapun proses pembuatan preparat atau sediaan pada jaringan yaitu

proses penyayatan. Proses penyayatan diawali dengan pengirisan blok

paraffin dengan scalpel, sehingga blok paraffin yang akan di iris dengan

mikrotom berbentuk segi empat. Mikrotom adalah mesin untuk mengiris

specimen biologi menjadi bagian yang sangat tipis untuk pemeriksaan

mikroskop (Ausumiati, 2008).

Untuk memperoleh hasil sayatan yang baik dibutuhkan bersyaratan

sebagai berikut (Lyas , 2010).

a. Tisu yang disiapkan dengan sempurna

b. Pisau yang tajam

c. Operator yang cuikup trampiol dan terlatih

Keuntungan dari mikrotom adalah waktu yang digunakan lebih

pendek, karena langsung disayat dengan ketipisan yang bagus atau pas

untuk preparat dan bias di potong langsung setelah proses fiksasi.

11
Sedangkan kerugiannya adalah bila temperatur kamar tinggi, objek menjadi

lunak dan sulit di potong (Alfiandri, 2013).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penyayatan adalah:

(Alfiandri, 2013).

1. Mikrotom harus seberat mungkin

2. Meja tempat mikrotom harus stabil

3. Pisau harus cocok dengan mikrotom

4. Posisi pisau harus stabil

5. Mata pisau harus tajam, bersih dan suhunya harus sama dengan blok

yang akan di sayat.

Selanjutnya afiksasi atau proses perlengketan. Dimana proses

perlengketan adalah penetapan sayatan jaringan pada kaca preparat dengan

bantuan media perekat tertentu.dari beberapa jenis formula media perekat

yang umum digunakan dalam kerja rutin adalah media perekat albumin.

Mula-mula putih telur dengan gliserin dikocok hingga rata, busa yang

terjadi di buang dan bila perlu dilakukan penyaringan. Kemudian

dibubuhkan Kristal-kristal thymol yang berfungsi sebagai pencegah

berkembangnya jamur dan bakteri serta beberapa tetes aquades sebagai

pengencernya. Setelah benar-benar melekatdikaca benda maka insan yang

berada di kaca objek dipanaskan di atas lampu spritus untuk lebih

memaksimalkan perlekatannya. Namun sebelum itu terlebih dahulu

potongan jaringan dimasukkan ke dalam waterbath 40-50oC ± 2 menit. Hal

12
ini bertujuan agar jaringan tidak terlipat, lalu ditempelkan pada kaca objek

yang telah di olesi albumin secukupnya (Waheed, 2012).

Kemudian diparafinisasi yaitu proses penghilangan paraffin dimana

larutan yang digunakan adalah xilol I dan xilol II. Hal ini bertujuan untuk

menghilangkan paraffin yang masih ada pada jaringan. Secara tidak

langsung fungsi dari xilol itu sendiri adalah untuk menghilangkan paraffin

pada jaringan. Selanjutnya preparat di masukkan ke dalam alkohol dimulai

dari alkohol yang absolut sampai 70% atau dari tinggi ke rendah. Tahap ini

bertujuan untuk mengadaptasikan jaringan ke kondisi basa menggunakan

pewarnaan dalam keadaan basa agar jaringan tidak kaget. Selanjutnya

dimasukkan ke dalam aquadest (Waheed, 2012).

Tahap selanjutnya pewarnaan (pemulasan). Agar dapat di pelajari di

bawah mikroskop, sediaan biasanya harus di pulas atau diwarnai karena

kebanyakan jaringan tidak berwarna. Oleh sebab itu, sejumlah metode

pemulasan jaringan yang telah dirancang agar berbagai unsur jaringan jelas

terlihat dan dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Kebanyakan

pewarnaan ini bersifat asam atau basa dan cenderung membentuk ikatan

elektrastatik (garam) dengan radikal yang dapat terionisasi di jaringan.

Komponen jaringan dengan muatan netto negative (anionic) lebih mudah

dipulas dengan pewarna basa yang disebut basofilik, sedangkan komponen

kehionik seperti protein dengan banyak gugus amino yang terionisasi

memiliki afinitas untuk pewarnaan asam yang disebut asidofilik (Lyas,

2010).

13
Contoh pewarna basa adalah biru foluidin, biru alcian dan biru

metilen. Hematoksilin bekerja seperti pewarna basa, artinya zat ini memulas

komponen basofilik jaringan. Komponen jaringan utama yang mengionisasi

dan bereaksi dengan pewarna basa akan mengikat zat basa karena ada asam

dalam kompasi jaringan tersebut (Anandari, 2012).

Dari semua pewarna, kombinasi hematoksilin dan eosin yang paling

banyak dipakai. Hematoksilin memulas DNA, sitoplasma yang kaya. RNA

dan matriks tulang rawan menjadi biru. Sebaiknya eosin memulas

sitoplasma dan kolagen menjadi merah mudah. Selain itu terdapat banyak

pewarnaan lainnya misalnya trikat yang berfungsi menempatkan inti dan

sitoplasma dengan jelas serta membantu membedakan komponen jaringan

ekstrasel dari pada H dan E (hematoksilin dan eosin) (Lyria, 2012).

Dasar kimia untuk prosedur pemulasan lainnya lebih sulit dari pada

interaksi elektrostatik yang mendasari basofilia dean asidofilia. DNA secara

spesifik dapat di identifikasikan dan dikuantifikasikan dalam inti sel dengan

menggunakan reaksi feulgen, pada reaksi ini, gula deoksiribosa dihidrolisis

oleh asam hidroklorat lemah, yang diikuti dengan pengolahan dengan

reagen asam periodat dan Schiff (PAS). Teknik PAS di dasarkan pada

transformasi gufgus 1,2 glikol yang terdapat dalam gula menjadi residu

aldehid, yang lalu bereaksi dengan reagen Schiff untuk menghasilkan warna

ungu (Waheed, 2012).

Polisakarida membentuk suatu kelompok yang sangat heterogen di

jaringan dan terdapat baik dalam bentuk bebas atau kombinasi dengan

14
protein dan lipid. Karena kandungan gula heksosnya, sejumlah besar

polisakarida juga dapat diperlihatkan oleh pas PAS di hati, otot lurik, dan

jaringan lain yang menimbunnya (Ausumiati, 2008).

Material basofilik atau terpulas positif dengan PAS selanjutnya

dapat di identifikasi pengolahan awal sedian jaringan melalui pencernaan

enzim dengan suatu enzim secara spesifik mencerna suatu subtrak , dan

membiarkan bagian lainnya yang berdekatan. Pada banyak prosedur struktur

tertentu seperti inti sel menjadi teriabel. Tetapi bagian sel lain sering tidak

tampak. Dalam hal ini pulasan balik biasanya adalah pewarnaan tunggal

yang diberikan pada suatu sediaan dengan metode lain untuk mempermudah

pengenalan inti atau struktur lain pada jaringan (Alfiandri, 2013).

Sruktur yang kaya akan lipid paling baik diperlihatkan dengan zat

pewarna yang larut lipid untuk menghindari langkah persiapan seperti

pengolahan dengan panas , xylene, paraffin yang dapat membuang lipid.

Sediaan beku dipulas dengan larutan alkohol yang tersatunirasim dengan

suatu wartna lifofilik seperti sudan block. Zat warna larut dalam dropet lipid

sel dan struktur lain yang kaya lipid yang menjadi terpulas hitam (Alfiandri,

2013).

Secara teori pewarnaan menggunakan eosin adalah dengan

merendam selama 5 menit kemudian di cuci dengan aquadest dan

dimasukkan ke dalam alkohol dengan menggunakan alkohol dari tingkat

rendah ke tinggi dimana proses ini sama dengan dehidrasi yaitu

menghilangkan kelebihan air pada jaringan (Alfiandri, 2013).

15
Langkah selanjutnya adalah menutup jaringan dengan cover glass

sampai tidak ada air atau gelembung udara. Karena apabila masih

mengandung air akan terjadi penghitaman pada jaringan (Anandari, 2012)

Tahap terakhir adalah lebeling yaitu memberikan keterangan

preparat dengan cara di tempel pada satu sisi gelas benda, ditulis nama

organ dan kelompoknya (Anandari, 2012).

2.4. pengamatan preparat jaringan


Pengamatan jaringan dengan mikroskop adalah suatu proses untuk

melihat, mengenal, dan membedakan jaringan dengan cara mengamati atau

memeperhatikan jaringan tersebut dengan menggunakan mikroskop.

Mikoroskop adalah alat untuk melihat yang tidak dapat dilihat dengan kasat

mata. (Adihimasja, 2013)

Untuk memperoleh hasil pengamatan yang bagus diperlukan

beberapa perlakuan awal, diantaranya :

1. Dibersihkan mikroskop terlebih dahulu agar tidaak menganggu proses

pengamatan.

2. Diperhatikan penggunaan mikroskop, agar digunakan mikroskop yang

baik atau tidak rusak lensanya sehingga gambar yang diamati terlihat

jelas.

3. Pengaturan intensitas cahaya mikroskop. Intensitas cahaya sangat

berpengaruh pada penggunaan mikroskop cahaya. Jika tidak tersedia

cahaya maka benda tidak dapat terlihat. Sebaliknya jika cahaya tersedia

atau mencukupi maka benda akan terlihat jelas.

16
4. Ketebalan preparat. Ketebalan preparat juga sangat mempengaruhi hasil

yang diperoleh. Jika preparat tebal maka bagian – bagian yang diamati

tidak terlihat jelas atau tidak bisa terlihat sama sekali (Adihimasja, 2013).

Jaringan adalah kumpulan atau gabungan dari beberapa atau banyak

sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan pada hewan

atau manusia dibagi menjadi 4 jaringan yaitu : (Bahtiar, 2014).

1. Jaringan Epitel, yaitu jaringan yang melapisi suatu organ atau suatu

permukaan bebas yang berada di atas. Epitelium berfungsi melindungi

jaringan dibawahnya terhadap kerusakan karena gesekan mekanis, radiasi

ultraviolet, dan serangan bakteri (Anandari, 2012)

2. Jaringan ikat, yaitu jaringan yang menyokong atau menyambungkan

jaringan lain. Ciri – cri khusus jaringan ikat memiliki komponen

intraseluler yang disebut matriks. Bentuk jaringan ikat tidak teratur,

sitoplasma bergranula dan inti selnya bergelembung. Ada beberapa jenis

sel jaringan ikat yaitu fibroblas, magrofag, sel tiang, sel lemak, dan

berbagai jenis sel darah putih. Jaringan ikat terbagi menjadi dua tipe yaitu

jaringan ikat longgar dan jarigan ikat padat (Anadari, 2012).

3. Jaringan otot, yaitu jaringan ini sebagian besar terdiri atas sel – sel yang

berbentuk serabut – serabut dengan panjang bervariasi dapat dikatakan

tidak mengandung matriks. Sel – sel ini tersusun dalam berkas – berkas

yang dibungkus oleh jaringan ikat. Jaringan otot berfungsi untuk

mengatur pergerakan (Anandari, 2012).

17
4. Jaringan saraf, yaitu jaringan yang terdiri atas sel sel saraf (neuron) yang

mempunyai ciri khusus, yaitu mempunyai jalur sitoplasma yang panjang.

Selain disusun oleh sel saraf (neuron) jaringan saraf juga di susun oleh

sel glia yang menyokong atau membantu sel neuron. Fungsi jaringan saraf

adalah untuk menghantarkan implus (rangsangan) dari reseptor ke efektor

(otot, rangka kelenjar) (Bahtiar, 2014).

Adapun beberapa organ yang diamati jaringan dibawah mikroskop

adalah lambung, duadenum, otak besar, ujung jari, pangkreas, paru – paru,

ginjal, jantung dan lain – lain. Dimana setiap organ tersusun atas empat

jaringan dasar yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot dan jaringan

saraf. Dimana jaringan tersusun dari sel – sel dan akam membentuk suatu

organ. Namun yang membedakan jaringan penyususun pada setiap organ

adalah bentuk dari keempat jaringan tersebut. Yang mana keempat jaringan

ini memiliki bentuk yang bervariasi dengan kegunaan yang berbeda sesuai

dengan fungsi dan struktur dari organ itu sendiri (Bahtiar, 2014).

Hal penting yang perlu di ingat selama mempelajari dan

menginterpretasi sediaan jaringan yang terpulas dibawah mikroskop adalah

bahwa sediaan mikroskop merupakan hasil akhir dari sederetan proses yang

berawal dengan pengumpulan jaringan dan berakhir dengan penempatan kaca

penutup pada kaca objek. Beberapa tahapan prosedur ini dapat mengubah

bentuk jaringan, dan menghasilkan kelainan struktur ringan yang disebut

artifak. Struktur yang terlihat secara mikroskopis dapat berbeda dengan

struktur yang dijumpai saat struktur tersebut masih hidup.

18
Salah satu distorsi tersebut adalah pengerutan yang ditimbulkan oleh

bahan fiksasi oleh etanol, dan panas yang diperlukan untuk pemendaman

paraffin. Akibat pengerutan adalah timbulnya ruang artifisial di antara sel-sel

dan unsur jaringan lain. Penyebab lain timbulnya ruang artificial adalah

hilangnya molekul, seperti lipid, glikogen atau zat dengan berat molekul

rendah, yang tidak cukup kuat ditahan dalam jaringan oleh bahan fiksasi atau

terbuang bersama cairan saat proses pengeringan atau penjernihan. Patahan

ringan pada sediaan juga terlihat sebagai ruang besar di jaringan.

(Hidayatullah, 2010).

Artifak lain dapat meliputi pengeriputan sediaan yang terkadang di

salah artikan sebagai struktur linear seperti kapiler darah, kemudian endapan

pemulas yang dapat dikacaukan dengan struktur sel seperti granula

sitoplasma (Anandari, 2012).

Sehingga bila sebuah jaringan tiga-dimensi diiris dengan sediaan

yang sangat tipis, sediaan tersebut tampaknya hanya memiliki dua dimensi;

panjang dan lebar. Ketika memeriksa suatu sediaan di bawah mikroskop,

harus selalu di ingat bahwa sesuatu dapat hilang didepan atau dibelakang

sediaan tersebut karena banyak struktur jaringan yang lebih tebal daripada

sediaan tersebut. Struktur bundar yang terlihat secara mikroskopis dapat

berupa irisan melalui struktur sferis atau silinder dan saluran dengan irisan

melintang terlihat seperti cincin, selain itu struktur dalam suatu jaringan

memiliki orientasi yang berbeda-beda, gambaran dua dimensinya akan

bervariasi, yang bergantung pada bidang irisan (Arman,. 2007).

19
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Pengambilan Jaringa Pada Hewan Coba (Mencit)

1. Alat yang digunakan:

a. Pisau bedah

b. Jarum pentul

c. Cawan petri

d. Gelas kimia

e. Gunting

2. Bahan yang digunakan:

a. Larutan eter

b. Mencit

c. Formalin

d. Aquadest

e. Aluminium foil

3. Prosedur kerja

a) Pembiusan hewan

a. Disiapkan wadah sebagai tempat pembiusan mencit

b. Dimasukkan mencit kedalam wadah yang telah disediakan

c. Dibasahi kapas dengan larutan eter

d. Dimasukkan kapas yang telah dibasahi kedalam wadah yang berisi

mencit

20
e. Ditutup dengan aluminium foilhingga hewan coba terlihat lemas

atau mati.

b) Pengambilan jaringan

a. Diambil jaringan pada organ untuk dilakukan pemeriksaan jaringan

b. Diiris organ diambil setebal 0,5 – 1 cm

c. Dicuci organ dengan menggunakan larutan phosphate-buffered

saline (PBS)

d. Dimasukkan organ kedalam larutan formalin 37%

e. Dilakukan disuhu ruang

3.2. Pemprosesan Jaringan (Tissue Processing)

1) Alat yang digunakan:

a. Cawan petri

b. Gelas kimia

c. Oven

d. Bunsen

e. Kaki tiga

f. Kasa

g. Pinset

h. Kotak logam (blok)

2) Bahan yang digunakan:

a. Formaldehid 37%

b. PBS pH 7,4

c. Alkohol / etanol 30%, 50%, 70%, 80%, 95% dan 99%

21
d. Xylol

e. Parafin

f. Parafin murni I, II, III

3) Prosedur kerja

a) Fiksasi jaringan

a. Dicuci jaringan menggunakan PBS

b. Dimasukkan jaringan kedalam larutan formalin 37% selama 2 jam

pada suhu ruang.

b) Dehidrasi

a. Dimasukkan jaringan secara berurut dari etanol 30% sampai

etanol absolut (etanol 99%) denga waktu masing – masing 5 menit

dan volume etanol yang digunakan 10 x lebih besar dari jaringan.

c) Clearing

a. Dimasukkan jaringan kedalam xylol

b. Waktu yang digunakan bergantung dari besar jaringan.

c. Apabila jaringan udah tampak jernih segera angkat

d. Jaringan yang lama terendam xylol akan mudah rapuh.

d) Infiltrasi

a. Dicairkan parafin menggunakan lampu spirtus

b. Dilakukan infitrasi didalam oven dengan suhu 56℃

c. Dimasukkan jaringan pada xylol – paraffin selama 5 menit

d. Dimasukkan jaringan masing – masing ke larutan paraffin murni I,

II, dan III selama 5 menit.

22
e) Embeding

a. Dituangkan paraffin kedalam kotak dan jangan sampai adaa

gelembung udara

b. Dimasukkan jaringan dari paaraffin III kedalam kotak berisi

paraffin.

c. Diatur letak jaringan sehingga saat dipotong sesuai denga tujuan

apakah melintang atau membujur.

d. Dibutuhkan waktu untuk terbentuk blok jaringan selama 12 jam.

3.3. Pembuatan Preparat dan Pewarnaan

1. Alat yang digunakan:

a. Silet

b. Objek gelas

c. Deg gelas

d. Pipet tetes

e. Waterbath (gelas kimia)

f. Pinset

g. Cawan petri

2. Bahan yang di gunakan:

a. Aquadest

b. Xilol

c. Alcohol (99%, 90%, 80%, 70%)

d. Eosin

23
3. Prosedur kerja:

a) Pembuatan preparat:

a. Dipotong blok jsringsn setebal 5-10 πm.

b. Dimasukkan jaringan yang telah dipotong ke dalam waterbath.

c. Ditunggu sampai jaringan mengembang di atas permukaan air.

d. Diambil jaringan dengan mengunakan objek glass.

e. Dikeringkan air yang tersisa hingga jaringan menempel pada objek

glass.

b) Defarafinisasi:

a. Dipipet xilol lalu dimasukkan ke jaringan di atas preparat selama 15

menit.

b. Dibersihkan preparat dari xilol dengan vcara diisap memakai kertas

saring.

c. Preparat dimasukkan ke dalam alcohol 99%, 90%, 80%, 70%

masing-masing selama 3-4 detik.

d. Preparat dimasukkan ke dalam aquadest.

c) Pewarnaan:

a. Preparat dimasukkan kedalam eosin selama 5 menit.

b. Preparat dicuci dengan aquadest.

c. Preparatdimasukkan ke dalam alcohol 70-90% selama 3-4 detik.

d. Dibersihkan air dengan menggunakan kertas saring.

e. Ditutup dengan cover glass.

f. Dilebel sesuai dengan nama organ yang di uji cobakan.

24
3.4. Pengamatan Preparat jaringan.

1) Alat yang digunakan:

a. mikroskop

2) Bahan yang digunakan:

a. Preparat jaringan yang diawetkan

3) Prosedur kerja:

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Dihidupkan mikroskop

c. Diletakkan preparat diatas meja mikroskop.

d. Dicari lapang pandang dengan memutar bagian makrometer pada

mikroskop dan untuk memepertajam atau memperhalus gambar

agar terlihat jelas diputar mikrometer mikroskop.

e. Diamati gambar dengan pembesaran 10X dan 40X.

25
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1. Pengambilan Jaringa Pada Hewan Coba (Mencit)

26
4.2. Pemprosesan Jaringan (Tissue Processing)

Alat dan bahan yang digunakan

Proses dehidrasi menggunakan etanol bertingkat

Proses clearning menggunakan xylol

Proses infitrasi dengan mengunakan xylol – paraffin dan paraffin murni I, II dan
III

27
proses embeding menggunakan paraffin atau pembuatan blok paraffin

4.3. Pembuatan Preparat dan Pewarnaan

Pemotongan perendaman aquadest

pengambilan jaringan dengan preparat

Proses deparafinisasi

28
Prosees pewarnaan

Proses perlabelan

4.4. Pengamatan Preparat Jaringan

Alat dan bahan yang digunakan

29
Hasil Pengamatan

Keterangan Hasil Pengamatan Bentuk Jaringan Asli

Ginjal

Hati

Jantung

Paru-paru

30
Telapak
Tangan

31
BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Pengambilan jaringan pada hewan coba ( mencit )

Dalam praktikum pengambilan jaringan pada hewan coba,

memiliki tujuan agar mahasiswa mampu mengetahui cara atau teknik

pengambilan jaringan pada hewan coba. Adapun hewan coba yang dapat

digunakan dalam praktikum pengambilan jaringan dapat berupa mencit,

tikus, dan kelinci. Akan tetapi, pada percobaan yang dilakukan hanya

digunakan hewan mencit. Alasan digunakan hewan mencit, karena mencit

merupakan hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan dalam

laboratorium farmakologi dalam berbagaibentuk percobaan. Hewan

inimudah ditangani dan bersifat penakut fotofoblik, cinderung berkumpul

sesamanya dan berbunyi, aktifitasnya dimalam hari lebih aktif, kehadiran

manusia akan mengurangi aktifitasnya (Alburt, 2008).

Dari hewan coba tersebut diambil beberapa organ yang ada dalam

tubuhnya untuk melihat struktur dan morfologi jaringannnya. Jaringan

merupakan kumpulan dari beberapa sel yang memiliki fungsi yang sama.

Jaringan-jaringan yang berbeda dapat bekerja sama dalam suatu fungsi

fisiologi yang sama untuk membentuk organ dalam tubuh.jaringan pada

hewantermasuk manusia dan orgamnisme multiselulerdibagi atas 4

kelompok diantaranya jaringan ikat, jaringan epitel, jaringan otot, dan

jaringan saraf. Jaringan pada hewan atau manusia pada prinsipnya sama

32
dengan jaringan pada tumbuhan yaitu tersusun atas sel-sel yang memiliki

bentuk, ukuran, dan fungsi yang sama. Akan tetapi, terdapat banyak

perbedaan penampakan pada jaringan hewan apalagi diamati di bawah

mikroskop yang disebabkan oleh terdapat pada perbedaan ukuran pada

struktur sel hewan dibandingkan dengan sel pada tumbuhan. Oleh sebab

itu, jaringan pada hewan lebih mudah diamati dibawah mikroskop

dibandingkan dengan jaringan pada suatu tumbuhan (Saifuddin, 2005).

Dalam praktikum pengambilan jaringan sebelumnya dilakukan

proses pembiusan pada hewan mencit menggunakan larutan eter, eter

adalah nama senyawa kimia yang memiliki gugus eter (atom oksigen yang

diikat dua substensi alkil). Senyawa eter biasanya dipakai sebagai pelarut

dan obat bius.

Pada proses pembiusan hewan digunakan larutan eter karena eter

dapat digunakan sebagai obat bius dan berdampak pada konsentrasi rendah

eter dapat menyebabkan pusing kepala, sedangkan pada konsentrasi tinggi

menyebabkan tidak sadarkan diri (Georgi, 2006).

Pada pembiusan mencit digunakan eter konsentrasi tinggi, sebab

akan dilakukan pembelahan dan pengambilan organ. Pembiusan pada

hewan coba, dapat dilakukan dengan cara yaitu terlebih dahulu

disediankan wadah untuk ruangan pembiusan. Disediakan wadah yang

berisi kapas yang sebelumnya dibasahi dengan larutan eter. Kemudian,

dimasukkan hewan coba lalu ditutup sambil diamati beberapa menit

kemudian mendit akan mati. Setelah mencit mati, maka proses selanjutnya

33
adalah proses pembelahan dan pengambilan organ tubuh mencit. Hewan

coba (mencit) akan diletakkan diatas steroform dan ditancapkan pentul

pada bagian-bagian tertentu, seperti kaki dan tangan, kemudian dilakukan

proses pembelahan dengan menghilangkan kulit bagian luas menggunakan

gunting, proses ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi

perdarahan. Setelah semua kulit mencit telah terlepas baik itu kulit luar

maupun kulit halusnya. Selanjutnya diambil beberapa organ yaitu jantung,

ginjal, paru-paru dan hati. Setelah organ diambil dari dalam tubuh hewan

dilakukan proses pengirisan organ dengan ketebalan 0,5 - 1 cm. Kemudian

irisan organ-organ tersebut dicuci menggunakan formalin untuk

menghilangkan sisa darah yang terdapat pada organ tersebut. Proses

selanjutnya adalah proses macerasi yaitu dengan menggunakan larutan

alkohol 37% kemudian dibungkus dengan kertas almunium foil disimpan

dalam suhu kamar.

Mancerasi merupakan pengambilan jaringan pada praktikum ini,

atau proses pelunakan jaringan karena terendam cairan terutama cairan

asam, sehingga jaringan pengikat melarut dan bagian jaringan dapat

dipisahkan (Sotone, 2006).

Pada proses pengambilan jaringan pada praktikum ini, dilakukan

dengan metode paraffin (irisan). Metode ini sekarang banyak digunakan

karena hampir semua macam jaaringan dapat dipotong dengan baik bila

menggunakan metode ini. Kelebihan metode ini, adalah irisan yang

34
dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metode beku atau

metode seloidin (Raskas,2005)

5.2 Pemprosesan Jaringan ( Tissue Processing)

Jaringan adalah kumpulan-kumpulan sel dengan struktur dan fungsi

yang sama. Dalam tubuh hewan terdapat empat jenis jaringan dasar yaitu:

1. Jaringan Epitel

Jaringan epitel epitel tersusun atas sel-sel epitel dan banyak

terdapat dilapisan kulit dan permukaan dalam tubuh, seperti paru-paru,

lambung, usus halus dan pembuluh darah. Oleh, karena itu berfungsi

untuk melindungi tubuh dari luka dan infeksi. Jaringan epitel tersusun

atas sel-sel yang rapat dengan sedikit ruang antar sel.

2. Jaringan Ikat

Jaringan ikat terdiri dari sel-sel yang jarang serta tersebar didalam

matriks ekstraseluler. Sel-sel tersebut memproduksi dan menyelesaikan

matriks yang biasanya berupa jaringan yang berada di dlam cairan, jeli,

atau padatan.

3. Jaringan Otot

Jaringan otot terdiri atas berkas-berkas sel panjang yang disebut

juga seat otot. Jaringan otot dibedakan menjadi otot rangka, otot jantung,

dan otot polos.

4. Jaringan Saraf

Jaringan saraf berfungsi dalam pengintegrasian stimulasi dan

mengontrol respon dari stimulus tersebut. Unit struktur dan fungsional

35
jaringan saraf adalah sel saraf yang disebut dengan nefron (Sudiana,

2005).

Cara melakukan pengawetan jaringan dapat dilakukan dengan cara

intravital atau merendam dalam larutan pengawet. Merendam dalam larutan

pengawet adalah yang paling sering digunakan dan sering dilakukan.

Metode paraffin termasuk metode irisan yang merupakan metode rutin

atau standar. Pengamatan secara miktoskopik dari suatu jaringan yang normal

sifatnya maupun yang mengindap suatu penyakit (patologis), akan lebih baik

hasilnya apabila dilakukan dari preparat jaringan yang telah dipersiapkan

secara baik. Pembuatan preparat dengan metode paraffin adalah metode yang

paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanent (Sugiharto,

1989).

Tahap pembuatan preparat dengan metode paraffin yaitu :

1. Fiksasi adalah usaha yang dapat mempertahankan elemen- elemen sel

atau jaringan agar tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami

perubahan bentuk maupun ukuran. Media yang digubakan untuk fiksasi

disebut fiksatif. Fiksatif terdiri dari unsur-unsur kimia yang dibuat dalam

bentuk larutan atau gas yang berfungsi agar jaringan tidak membusuk dan

dapat mempertahankan struktur jaringan formula FFA yang digunakan

untuk jaringan hewan adalah formalin, alcohol 70 % dan asam asetat

grasial, lama fiksatif 3 jam tanpa pencucian. Lama jaringan disimpan

dalam larutan fiksatif tergantung pada jenis jaringan, misalnya jaringan

tendon yang perlu waktu lebih lama dari jaringan intertinumi, tebal atau

36
tipisnya jaringan atau ukuran jaringan, maka tebal dan besar jaringan

difiksasi maka semakin lama waktu yang diperlukan. Jenis fiksatif, setiap

fiksatif memiliki kecepatan presentasi yang berbeda. Tujuan dilakukan

fiksasi dalam pembuatan preparat dengan menggunakan metode paraffin

adalah untuk mematikan (menghentikan proses-proses metabolisme)

jaringan dengan cyoat, sedangkan keadaan sedikit banyaknya mendekati

keadaan semula, dan untuk meningkatkan daya pewarnaan karena adanya

bahan-bahan kertas (mordant) yang merupakan komponen jaringan

fiksatif ( Sugiarto,1989)

2. Dehidrasi, tahap ini merupakan proses menarik air dari jaringan dengan

menggunakan bahan kimia tertentu. Dehidrasi bertujuan untuk

mengeluarkan air dari dalam jaringan yang telah difiksasi. Proses

dehidarasi merupakan serangkaian prose dengan cara memasukkan

sampel ke dalam larutan dehidrasi secara berseridengan mengurangi

konsentrasi air. Dehidrasi yang paling umum digunakan pada mikro

teknik dengan metode paraffin adalah alcohol. Jenis dehidrasi lain adalah

diakson, N-butyl alcohol, aniline dan bergamot 0,1. Alcohol merupakan

dehidrasi yang umum digunakan, karena relative lebih murah dan mudah

diperoleh, tetapi mampu menghasilkan hasil yang baik, bahkan untuk

jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang belakang dan embrio. Proses

dehirasi dijalankan secara perlahan-lahan menggunakan alcohol

bertingkat, di mulai dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi ( 35%,

50%, 70%, 80%, 90%, 95%, dan 99%). Lama perendaman tergantung dari

37
besar kecilnya jaringan, lebih dari 1 atau 2 jam untuk jaringan berukuran

biasa (tebal 2-4 mm). Proses dehidrasi dalam alkohol dilakuakn setingkat

demi setingkat. Tujuanya untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan

secara tiba-tiba dalam sel jaringan, sehingga perubahan struktur sel yang

terjadi sekecil mungkin dan kandungan airnya dapat keluar sedikit demi

sedikit hingga pada konsentrasi 100 % pengeluaran air maksimalnya

( Lianury, 2000)

3. Clearing ( penjernihan ), merupakan proses harus segera dilakukan setelah

dehidrasi. Bertujuan untuk menggantikan tempat alcohol sementara dalam

jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan suatu soluen atau

medium penjernihan sebelum penanaman dalam paraffin. Medium

penjernihan akan menjernihkan atau mentransfarnkan jaringan agar

kemudian dapat terwarnai dengan baik dan memperlihatkan warna sesuai

dengan warna pewarnaannya. Lama jaringan dalamm medium penjernih

tergantung ketebalan dan tingkat kepadatan jaringan, jenis reagen yang

dipakai jenis jaringan atau seperti saraf atau kelenjar infa sebaiknya

penjernihan dalam menggunakan minyak cadar atau kloroform, karena

jaringan tersebut cenderung menjadi keras bila dijernihkan dengan xylol

atau bunzen. Bahan yang dapat digunakan yaitu minyak anilin, benzene,

karbon, minyak cengkeh, dan lain-lain (Gunarso, 1989)

4. Infiltrasi adalah suatu usaha penyusupan media kedalam jaringan dengan

jalan menggantikan kedudukan dehidrasi dan bahan penjernihan. Media

penenaman yang digunakan pada infiltrasi adalah paraffin. Proses

38
infiltrasi dilakuakn didalam oven yang suhunya dapat diatur sesuai titik

leleh jenis paraffin yang digunakan. Dalam proses infiltrasi sebaiknya

jangan langsung dimasukkan kedalam paraffin murni, terlebih dahulu

jaringan dimasukkan kedalam campuran bahan penjernih dan paraffin

murni dengan perbandingan yang sama. Waktu yang dibutuhkan antara 1

menit saja, tergantung besar kecilnya jaringan. Tujuan dari semua ini

adalah untuk menghindari jaringan dari perubahan yang mendadak dapat

menimbulkan kerusakan pada jaringan itu sendiri, seperti jaringan

menjadi sangat mengkerut, dan lain-lain. Setelah dalam campuran

paraffin murni sebnayak tiga kali, masing-masing sekitar 1 menit.

Usahakan jaringan terlalu lama ditinggalkan dalam oven.

Tujuan tahap infiltrasi adalah untuk mengisi jaringan dengan

paraffin sebagai pengikat jaringan agar tetap memiliki bentuk dari struktur

yang sama seperti hidup (Kurniawan, 2010).

5. Penanaman (Embedding), merupakan proses pemasukkan atau

penenaman jaringan kedalam balok paraffin (cetakan ) sehingga

memudahkan proses penyayatan dengan bantuan mikrotom. Tujuan dari

tahap ini adalah untuk membuat blok paraffin berisi jarinagn yang akan

dibuat preparat permanent. Paraffin digunakan untuk penanaman dengan

syarat meniang sudah berisi dari bahan penjernih ( Dasumiati, 2008).

Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu tahap pertama dilakuakan

proses fiksasi yaitu jaringan dicuci menggunakan PBS atau aquades.

Kemudian dimasukkan ke dalam formalin 37% selama 2 jam. Tahap kedua

39
yaitu dehidrasi, dimana jaringan dimasukkan kedalam etanol 30% sampai

99% dengan waktu masing-masing 5 menit pada suhu ruang dan volumenya

10 kali lebih banyak dibandingkan besar jarigannya. Tahap ketiga yaitu, tahap

clearing diman jaringan dimasukkan kedalam xylol selama 3 menit. Tahap

keempat yaitu infiltrasi yaitu jaringan dimasukkan kedalam larutan xylol

ditambahkan paraffin selama 5 menit didalam oven. Tahap kelima atau yang

terkahir yaitu tahap embedding atau penanaman, diaman jaringan dimasukkan

kedalam larutan paraffin selam 1 menit.

5.3 Pembuatan Preparat dan Pewarnaan

Metode parafin adalah suatu cara pembuatan sediaan baik itu

tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan parafin. Pada metode ini

harus lebih tipis atau irisan jaringan harus lebih tipis dari metode beku atau

metode seloidin dengan metode beku tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron,

tetapi dengan metode parafin tebal irisan dengan mencapai rata-rata 6 mikron.

Irisan – irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila

menggunakan metode ini (Anandari, 2012).

Metode ini banyak digunakan karena hampir semua macam jaringan

dapat dipotong dengan baik menggunakan metode ini. Metode parafin adalah

suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan penanaman jaringan

dialam blok parafin untuk menghasilkan preparat jaringan hewan yang tipis.

Preparat parafin ini dilakukan penyelubungan karena jaringan merupakan

bahan yang lunak (Nurliani, 2007).

40
Ada tiga tahap dalam proses pembuatan preparat jaringan

menggunakan metode parafin, yaitu tahap pemotongan blok jaringan, tahap

diparavinasi,dan tahap pewarnaan jaringan.

Tahap pertama yaitu tahap pemotongan blok jaringan, pada tahap ini

jika parafin sudah mengeras dapat dilakukan pemotongan jaringan – jaringan

dengan menggunakan pisau khusus yang disebut mikrotom. Jenis mikrotom

yang digunakan adalah mikrotom putar. Mikrotom putar adalah mikrotom

yang digunakan untuk memotong sayatan parafin, selain mikrotom putar jenis-

jenis mikrotom lainya seperti mikrotom chante, mikrotom spencer, mikrotom

klinik beku, mikrotom sayatan ulas tipis, mikrotom base sledye, mikrotom

fause, dan mikrotom farguhur namun mikrotom ini digunakan berdasarkan

keperluan dalam praktikum dan jenis bentuk irisan yang diperlukan.

Alat dan bahan yang digunakan pada hahap pemotongan jaringan yaitu

silet yang berfungsi sebagai alat untuk mengiris parafin, silet ini digunakan

karena lebih mudah ditemukan dibandingkan dengan mikrotom dan harganya

jauh lebih mudah, namun jika ingin menghasilkan hasil yang lebih bagus atau

lebih tipis sebaiknya menggunakan mikrotom agar sesuai dengan prosedur

kerja, gelas kimia berfungsi sebagai sebagai wadah tempat jaringan yang

sudah diiris-iris pada gelas kimia tersebut sudah diisi dengan aquades, fungsi

dimasukkannya irisan jaringan kedalam gelas kimia yang berisi aquades agar

lebih mudah membedakan irisan jaringan yang lebih tipis untuk diambil

menggunakan objek gelas. Objek gelas pada tahap pemotongan berfungsi

sebagai alat untuk mengambil jaringan didalam gelas kimia dan sebagai

41
preparat jaringan. Larutan yang digunakan pada tahap ini yaitu aquades,

aquades berfungi sebagai pembersih atau pencuci jaringan agar lebih mudah

untuk dibedakan antara jairngan yang lebih tipis (Ausumiati, 2008).

Tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan yaitu pemotongan

jaringan yang setipis ,mungkin menggunakan silet dan memasukkan irisan

jaringan kedalam gelas kimia yang telah berisi aquades.

Tahap kedua yaitu tahap diparafinasi, pada tahap bertujuan untuk

menghilangkan parafin pada jaringan agar tidak mengganggu proses

pewarnaan. Pada tahap diparafinisasi irisan jaringan yang berada dalam wadah

yang berisi aquades kemudian dipilih salah satu irisan yang paling tipis dan

diambil menggunakan objek gelas lalu preparat jaringan direndamkan dalam

wadah yang berisi xylol selama 15 menit, kemudian preparat jaringan

dikeringkan dengan kertas saring kemudian dimasukkan lagi kewadah yang

berisi etanol 99%, 90%, 80%, 70% masing-masing selama 3-4 detik,

kemudian dicuci dengan aquades.

Tahap ketiga yaitu tahap pewarnaan, pewarnaan yang digunakan

semua berbahan air, sehingga jenis pewarnaan berbeda pada setiap jenis sel

seperti nukleus yang memiliki afinitas tinggi terhadap pewarnaan eosin

(Waheed et all, 2012). Ada beberapa jenis pewarnaan jaringan namun yang

paling umum digunakan yaitu hematoksilin dan eosin. Pewarnaaan

hematoksilin merupakan zat warna yang bersifat asam sehingga akan nampak

berwarna biru (basa fisik). Pewarnaan eosin merupakan zat warna yang

bersifat asam yang dapat memulas sitoplasma yang bersifat basa sehingga

42
akan nampak berwarna merah, selain pewarnaan hematoksilin dan eosin jenis

pewarnaan lainnya seperti giemsa, leactin blue, PAC.

Bahan yang digunakan dalam tahap ini yaitu eosin berfungsi sebagai

zat pewarna yang akan mewarnai sitoplasma sehingga berwarna merah, xylol

berfungsi untuk mempertahankan warna eosin selain larutan xylol dapat juga

digunakan alkohol, aquades berfungsi sebagai pembungkus preparat jaringan

yang akan disimpan dalam boks.

Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum pembuatan preparat

jaringan dan pewarnaan yaitu mengiris tipis-tipis parafin karena irisan yang

paling tipis yang akan diambil untuk proses selanjutnya, kemudian irisan

jaringan dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi aquades, kemudian

diambil irisan jaringan yang paling tipis menggunakan objek gelas kemudian

dimasukkan preparat jaringan kedalam cawan petri yang berisi xylol selama

15 menit, lalu dibersihkan sisa xylol menggunakan kertas saring, kemudian

prparat jaringan dimasukkan kedalam cawan petri yang berisi etanol 99%,

90%, 80%, 70%, masing – masing selama 5 detik kemudian direndam kembali

kedalam aquades, dan dikeringkan diatas kertas saring tahap terakhir yaitu

dibungkus preparat jaringan dengan alminium foil lalu disimpang dalam boks

yang telah disiapkan.

Berdasarkan hasil diatas digunakan jenis pewarnaan eosin yang

bersifat asam yang akan mewarnai organ jaringan seperti organ jantung, hati,

ginjal, paru-paru, lambung dan limpa sehingga organ jaringan atau preparat

jaringan berwarna merah

43
Kesalahan yang sering terjadi pada proses pembedahan jaringan yaitu

terlalu lama saat memasukkan preparat jaringan kedalam larutan yang

digunakan, irisan yang terlalu tebal sehingga akan lebih sulit melihat bentuk

sel pada saat diamati dibawah mikroskop dan pada saat preparat dikeringkan

dengan kertas saring sisa larutan belum benar-benar bersih ( Alyas,2010).

1.2. Pengamatan Preparat Jaringan

Jaringan adalah kumpulan sel-sel dengan kumpulan sel – sel dengan

struktur dan fungsi yang sama. Jenis jaringan yang berbeda memiliki struktur

berbeda yang sesuai dengan fungsinya. Suatu jaringan diratakan oleh suatu

matriks ekstrakuler lengket yang melapisi sel-sel itu atau mereka bersama –

sama menjadi suatu anyaman serat. Istilah jaringan (tissue) berasal dari

bahasa latin berarti “Tenun” (Anandari,2012).

Organ merupakan kumpulan berbagai jaringan (tidak selalu sama)

yang bersatu membentuk suatu material struktur dan fungsional tertentu.

Sistem organ adalah kelompok berbagai organ yang saling berinteraksi dan

bekerja sama dan membentuk sebuah fungsi yang kompleks untuk kehidupan

makhluk hidup (Anandari, 2012).

Tujuan praktikum ini untuk mengetahui bentuk jaringan organ yang

diamati dan mengetahui jenis jaringan yang diamati.

Prinsip praktikum pengamatan jaringan diambil organ jaringan yang

telah melewati beberapa tahap dengan menggunakan metode parafin dari

organ jaringan diamati dibawah mikroskop.

44
Pada organisme eukariotik, terdapat empat jaringan utama yang

menyusun yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot dan jaringan saraf.

Jaringan epitel adalah jaringan yang membatasi organ dengan

lingkungannya yang fungsinya menutupi, melapisi dan melindungi

permukaan tubuh. Ciri khas jaringan epitel adalah bentuk yang berfariasi

yaitu dari silidris, kuboid dan gepeng.

Jaringan ikat adalah jaringan yang berfungsi mempertahankan bentuk

tubuh salah satu jaringan ikat yaitu jaringan tulan. Jaringan tulang adalah

jaringan yang memiliki lapisan luar yang melapisi matriks tulang yaitu

periosteum dan endosteum didalam matriks tulang terhadap saluran havers

dan pada saluran itu terlihat 2 saluran kecilnya yaitu lakuna dan lamela.

Secara struktural, jaringan ikat dibentuk oleh tiga komponen yaitu sel serat

dan subtansi dasar (Adi,2013).

Jaringan otot adalah jairngan yang berfungsi sebagai alat gerak aktif,

yang terdiri atas otot polos, otot lurik, dan otot jantung. Otot polos merupakan

otot yang bekertja involunter (tidak sadar) memiliki bentuk gelendong dengan

inti yang berada ditengah, sedangkan otot larik merupakan otot volunter

(sadar) yang berbentuk panjang silindris dengan inti yang banyak ditepi (Adi,

2013).

Jaringan saraf berfungsi sebagai kepekaan hewan terhadap

lingkungannya. Disamping itu, sistem saraf mampu mengendalikan gerakan

otot, sekresi kelenjar, dan berperan besar pada tingkah laku naluri. Jaringan

saraf terdiri dari sel-sel saraf yaitu neuron. Setiap organ, disusun oleh jaringan

45
yang berbeda-beda pula contohnya pada saluran pencernaan terdiri dari

jaringan epitel, jaringan otot polos dan jaringan ikat jarang. Jaringan polos

sebagai penggerak organ pencernaan agar terus berkontraksi, jaringan ikat

membentuk bagian menonjol dari lamen yang berfungsi mengabsropsi, dan

jaringan epitel sebagai jaringan telurnya (Bahtiar, 2011).

Sel jaringan yang diamati pada praktikum ini yaitu hari, ginjal, paru-

paru, hati dan lambung. Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang

berbentuk mirip kacang, sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi

menyaring kototran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama

dengan air dalam bentuk urin (Waluyo, 2010).

Fungsi ginjal menyaring darah dari zat hasil metabolisme menjaga

keseimbangan air dalam tubuh, menjaga keseimbangan asam dan basa,

menghasilkan beberapa hormon dan vitamin mengatur kadar kalium dalam

darah melalui penyerapannya dibagian nefron ginjal (Waluyo, 2010).

Bagian utama ginjal adalah korteks yang merupakan bagian terluar

dari ginjal yang berfungsi sebagai termpat terjadinya filtrasi dan ultrafiksasi,

medula ginjal merupakan bagian yang berbentuk kerucut seperti piramida

satu terdiri dari 8-12 piramida. Pelvis ginjal atau rongga ginjal merupakan

bagian dari ureter yang melebar, pembuluh darah ginjal mempunyai arteri dan

vena utama seperti halnya pada organ lain, arteri berfungsi untuk membawa

darah bersih yang diberikan oksigen dan nutrisi, sedangkan vena berfungsi

untuk membawa darah kotor yang diberisikan karbon dioksida, neuron

46
merupakan struktur terpenting dari ginjal. Nefron berfungsi sebagai unit

penyaringan darah dan untuk menghasilkan urin (Waluyo, 2010).

Hati merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh, terletak dalam

rongga perut sebelah kanan tepatnya dibawah diafragma. Berdasarkan

fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi karena hati membantu

ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan

menghasilkan amonia, urea dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen

dari asam amino. Proses pemecahan senyawa oleh hati disebut proses

detoksifikasi (Waluyo, 2011).

Jantung adalah sebuah organ tubuh manusia yang berongga serta

berotot yang berperan dalam sistem peredaran darah manusia. Jantung

mengendalikan seluruh kegiatan peredaran darah dengan melibatkan

pembuluh darah sebagai salurannya. Jantung memompa darah keseluruh

tubuh melalui kontraksi bersama dengan bantuan listrik jantung dan darah ini

dipompa keseluruh tubuh (Waluyo, 2013).

Struktur jantung yaitu bentuk dan ukuran jantung yaitu kira-kira

sebesar kepalan tangan orang dewasa ataun memiliki panjang 12 cm, lebar 8

cm dan tebal 6 cm dengan berat 300 gram, kemudian pada lapisan otot

jantung memiliki tiga lapisan otot yaitu lapisan paricardium, lapisan

miokardium, lapisan endokardium, kemudian jantung memiliki empat ruang

yaitu serambi kanan (Atrium dextra), serambi kiri (Atrium sinistra), bilik

kanan (ventrikal Dextra) dan Bilik kiri (Ventrikel Sinistra), kemudian katub

47
yaitu katup jantung yaitu katup trikuspid, katub pulmonal, katub florta dan

katub mitral.

Paru – paru adalah organ pada sitem pernapasan (respinasi) dan

berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang

bernafas dengan uadara. Fungsi paru-paru adalah sebagai alat pernafasan,

sebagai alay ekstresi, pengendali pH darah sehinggan penyarin gumpalan

darah yang berbentuk didalam vena, berfungsi sebagai lapisan yang

melindungi hati dari goncangan. Bagian – bagian paru – paru bronkus,

bronkiolus, alveolus, pleura, trakea, diafragma.

Langkah awal dalam pengamatan jaringan yaitu mengambil irisan

jaringan yang setipis mungkin kemudian meletakkannya diobjek gelas dan

ditetesi emersi oil dan ditutupi dengan bak gelas kemudian diamati dibawah

mikroskop perbesaran 10x dan 40x. Fungsi objek gelas sebagai preparat

jaringan, bak gelas berfungsi sebagai penutup objek gelas dan mikroskop

berfungsi sebagai alat untuk proses pengamatan.

Larutan yang digunakan emesi. Fungsi emersi adalah untuk

memperjelas sel jaringan yang akan diamati dibawah mikroskop, kemudian

perbesaran yanng digunakan yaitu perbesaran 10x yang berfungsi untuk

melihat latar belakang pada saat pengamatan kemudian menggunakan

perbesaran 40x karena dengan perbesaran ini sel jaringan yang diamati

tampak lebih jelas.

Selain keempat preparat jaringan yang diamati, pada praktikum kali

ini juga mengamati tentang bentuk jaringan pada telapak tangan, jaringan

48
kulit pada telapak tangan berfungsi sebagai pelindung tubuh, memelihara

panas tubuh dan memelihara penguapan. Kulit juga berperan sebagai

pemelihara ekosisten tubuh, lapisan kulit dibagi menjadi 2 bagian yaitu kulit

luar dan kulit dalam.

Berdasarkan hasil pengamatan preparat jaringan yang dibuat dengan

preparat jaringan yang asli memiliki hasil yang sangat berbeda dilihat dari

bagian permukaan sel jaringan yang memiliki bentuk yang berbeda dengan

yang aslinya.

Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil preparat jaringan yang

dibuat dengan hasil prepat asli yaitu iisan jaringan yang kurang tipis sehingga

pada saat pengamatan preparat terlalu tebal, terlalu lama pada saat proses

pewarnaan sehingga sel-sel jaringan tidak terlalu jelas

49
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan dan uraian pembahasan dapat ditarik

beberapa kesimpulan :

a. Pengambilan Jaringan Pada Hewan Coba

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit untuk diambil

organnya sebagai pengamatan jaringan. Organ yang diambil adalah hati,

jantung, paru-paru, ginjal, dan limfa. Dimana organ-organ ini tersusun

atas empat jaringan yaitu jaringan epitel, ikat, otot dan saraf untuk

menjalankan fungsinya masing-masing.

b. Pemrosesan Jaringan/ Tissue Processing

Dengan melakukan percobaan prosesing jaringan praktikan dapat

mengetahui tehnik pemprosesan jaringan yang baik dan benar yang

meliputi, fiksasi, dehidrasi, clearing, infiltrasi dan embeding.

c. Pembuatan Preparat dan Pewarnaan

Pada proses pewarnaan berdasarkan hasil percobaan yang telah

dilakukan didapat preparat yang dengan jaringan yang terlalu tebal

karena kekurangan alat yang digunakan. Selain itu juga tidak memakai

pelekat sehingga prosesnya agak sulit karena jaringan tidak terlalu

menempel. Namun percobaan ini cukup mengajarkan teknik pembuatan

50
preparat meskipun alat dan bahan yang sederhana. Hasil pengamatan ini

membuktikan bahwa praktikan mampu melakukan pembuatan preparat

dan pewarnaan jaringan. Meskipun terdapat banyak kesalahan yang

terjadi.

d. Pengamatan Jaringan

Pada proses pengamatan hasil yang terdapat pada setiap organ

adalah jaringaan epitel, jaringan ikat, jaringan otot dan jaringa saraf.

Dimana untuk jaringan epitel bervariasi bentiknya setiap organ yang

diamati. Dan jaringan ikat hampir setiap organ memiliki jaringan yang

sama untuk jaringan ikat. Begitu pula untuk jaringan sarafnya. Sedangkan

jaringan otot tedapaat jaringan otot polos yang bersifat invonter dan pada

organ jantung hanya terdapat jaringan otot jantung.

6.2. Saran

a. Pengambilan Jaringan Pada Hewan Coba

Diharapkan saat praktikum berlangsung wajib menggunakan alat

pelindung diri (APD) untuk menjaga dari bahan atau alat yang dapat

mecelakan praktikan dan juga dalam melakukan praktikum sebaiknya

diperhatikan dan dilakukan dengan teliti mendapatkan hasil yang bagus

sesuai dengan prosedur yang berlaku dan menggunakan alat yang bersih

(steril) bebas kuman maupun debu – debu.

b. Pemrosesan Jaringan/ Tissue Processing

Diharapkan praktikan lebih teliti saat melakukan prosedur kerja

pemrosesan jaringan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur.

51
c. Pembuatan Preparat dan Pewarnaan Jaringan

Diharapkan praktikan memotong jaringan setipis mungkin agar

apabila diamati dibawah mikroskop jaringan tidak tebal dan juga dalam

melakukan praktikum sebaiknya diperhatikan zat warna yang digunakan.

d. Pengamatan Jaringan

Diharapkan praktikan dapat membedakan jenis-jenis jaringan yang

terdapat pada organ jantung, ginjal, hati, dan paru-paru.

52
DAFTAR PUSTAKA

Arman, S, dkk. 2007. Biologi Umum. Fakultas tarbiah dan keguruan. Makassar

Dasumiati.2008. Diktat Kuliah Mikrotehnik. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Hala, Y. 2007. Biologi umum 2. UIN Alauddin perss. Makassar

Hughes, J, M, L. 2008. Anasthesia for the geriatritik dog and chat. 61.

Isehvetermary

A. Pengambilan Jaringan pada Hewan coba

Albert, B 2008. Biologi Molekuler Sel Edisi ke-dua. Gramedia. Jakarta

Goerge, H. 2006. Biologi. Erlangga. Bandung.

Raskas, dkk. 2005. Biodervasity og Indonesia. Singapure.

Stone. R. 2006. Anatomi Fisiologi Manusia. Salinba Medika. Jakarta

Saiffudin. 2005. Anatomi tubuh hewan untuk mahasiswa kedokteran. EGM.

Yogyakarta.

B. Pemprosesan Jaringan / tissue prosesing

Dasumiati. 2008. Diklat kuliah Mikroteknik. Prodi Patologi, Fakultas Sains

dan Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Gunarso, W. 1989. Bahan Pengajaran Mikroteknik. BEPDIKBUD Institusi

Pertanian Bogor. Bogor.

Kurniawan, D. 2010. Pembuatan Sediaan Irisan Jaringan Hewan dengan

Metode Parafin. Universitas Lambung Mangkurat. Banjar Baru.

Lianury, R N. 2000. Histologi. Universitas Hasanuddin. Makassar

53
Sudiana, K. L. 2005. Teknologi Ilmu Jaringan dan Imunalistologi. CV.

Sagungsetto. Jakarta.

Sugiarto, 1989. Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati.

Bogor.

C. Pembuatan Preparat dan Pewarnaan

Anandari, lyria. 2012. Laporan Praktikum Teknik Laboratorium Membuat

Preparat Permanen Jaringan Hewan Mencit. Jakarta : Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah.

Ausumiati, 2008. Diklat Kuliah Mikroteknik. Prodi Biologi Falkustas Sain dan

Teknologi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

A Lyas, A. 2010. Praktikum Pembuatan Preparat Menggunakan Metode

Parafin. Diklat pada tanggal 1 juni 2015, Medan.

Alfiandri, F. 2013. Mikroteknik Hewan, diakses pada tanggal 1 juni 2015.

Medan.

Waheed. 2012. Histotechniques. Laboratory Techniques in Biotopathology :

Handbook for medical technologies. Prakistan : Lambert Academic

Publishing.

D. Pengamatan Preparat Jaringan

Adihimasja, syarif. 2013. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Universitas

Djuanda. Bogor.

54
Anadari. 2012. Laporan Praktikum Teknik Laboratorium Membuat Preparat

Permanen Jaringan Hewan Mencit. Jakarta. Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah.

Bahtiar. 2014. Biologi. Pembuatan Preparat Jaringan. Jakarta.

Dasumiati. 2008. Diklat Kuliah Mikroteknologi. Jakarta : UIN Syarif

Hidayatullah. Waluyo. 2010. Biologi Umum. Univ A. Martin.

55

Anda mungkin juga menyukai