Puji dan syukur patut penulis yang juga sekaligus praktikan haturkan ke
hadirat Tuhan yang Maha Kuasa Tri Tunggal Maha Kudus, Bapa Putra dan Roh
Kudus karena sampai hari ini, penulis masih diberikan berkat dan perlindungan
berlimpah terutama atas bimbinganNya sehingga penulis telah melakukan
praktikum diagnostik laboratorium bidang bakteriologi dengan baik selama 2
minggu di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Undana, Kupang, NTT.
Syukur juga penulis haturkan hingga akhirnya tersusunlah sebuah laporan
hasil praktikum ini dengan baik sebagai salah satu syarat yang menjadi tuntutan
pihak dekanat khsusnya program studi Profesi Pendidikan Dokter Hewan (PPDH)
FKH Undana. Laporan ini telah penulis susun dengan sistematis dan sebaik
mungkin.
Dengan selesainya laporan praktikum ini, maka penulis tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan praktikum ini khususnya kepada :
1. Dr. drh Maxs U. E. Sanam, M. Sc selaku dekan sekaligus dosen pengampu
mata kuliah diagnostic laboratorik bagian bakteriologi
2. drh Putri Pandarangga, MS selaku ketua program studi Profesi Pendidikan
Dokter Hewan Undana
3. Ibu Merlin selaku laboran di laboratorium FKH Undana bidang
bakteriologi
4. Seluruh teman-teman yang berkenan saling membantu menyelesikan
praktikum bersama ini.
Demikian laporan ini dibuat agar bermanfaat bagi semua pihak.
Yoseph A. D. Hereng
1209011014
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Ketua Program studi profesi dokter hewan
Agama : Katholik
No Telepon : 082247197846
DAFTAR ISI
Halaman
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya pengujian ini adalah untuk mengetahui morfologi
serta teknik isolasi dan identifikasi bakteri Bacillus cereus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bacillus cereus dapat membentuk spora yang tahan terhadap panas serta
radiasi. (Fardiaz, 1992). Spora sangat tahan terhadap panas hingga dapat
mencapai suhu 121°C (Granum dan Baird-Parker, 2000). Apabila sel vegetatif
Bacillus cereus tidak memperoleh lingkungan yang sesuai maka Bacillus cereus
akan membentuk endospora sebagai bentuk pertahanan diri. Spora Bacillus cereus
lebih tahan terhadap panas kering dibanding panas lembab (FSANZ, 2003).
Sampel diambil dari tanah yang berada di sekitar kandang babi Fakultas
Kedokteran Hewan. Sampel sebanyak 1 gr diencerkan dengan menggunakan
aquades sebanyak 9 ml dan dihomogenkan. Sampel dipanaskan pada suhu 80°C
untuk mengeliminasi bakteri lain yang tidak tahan terhadap panas. Hasil
pemanasan sampel kemudian diambil suspensinya dan dikultur pada media blood
agar dengan menggunakan teknik gores dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24
jam. Tujuan digunakannya media blood agar adalah untuk mengetahui sifat
hemolisis dan bentuk koloni dari bakteri Bacillus cereus.
Ada 3 jenis hemolisis yaitu beta hemolisis (β), alpha hemolisis (α) dan
gamma hemolisis (γ). Beta hemolisis (β) atau biasa disebut hemolisis total,
didefinisikan sebagai lisisnya seluruh sel darah merah. Alpha hemolisis (α)
disebut juga hemolisis sebagian, yaitu penurunan hemoglobin sel darah merah
untuk methemoglobin dalam medium sekitar koloni. Hal ini menyebabkan
perubahan warna hijau atau coklat dalam medium. dan gamma hemolisis (γ)
disebut juga non hemolisis. Gamma menunjukkan kurangnya hemolisis (Imam
dan Sukamto, 1999).
Spora bakteri sangat sulit diwarnai dengan pewarna biasa, oleh karena
itu harus diwarnai dengan pewarna spesifik (Fardiaz, 1992). Bahan yang
digunakan untuk pewarnaan spora dapat memakai larutan malachite green
dan larutan safranin (Waluyo, 2010). Biakan diambil menggunakan ose
kemudian diulas pada objek glass dan dipanaskan dengan menggunakan uap
dengan suhu 120°C. Objek glass ditutup ditetesi dengan pewarna melachite
green kemudian dicuci dengan aquades kemudian ditetesi dengan safranin
dan dibilas lagi dengan aquades. Sampel diperiksa secara mikroskopik.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil hemolisis beta dari bakteri Bacillus cereus. Koloni yang terbentuk berwarna
putih dengan pinggiran tidak rata
Bacillus cereus membentuk koloni yang spesifik bila ditumbuhkan pada
agar darah (Blood Agar), pada suhu 35 – 37°C, selama ±24 - 48 jam akan
membentuk koloni yang mempunyai ukuran besar (4 - 7μm) dengan permukaan
datar dan berwarna kehijauan. Beberapa strain membentuk β-hemolitik. Pada
keadaan anaerobik, koloni berbentuk kecil dengan diameter 2 - 3 mm, dikelilingi
oleh areal bersifat β-hemolitik. Beta hemolisis (β) atau biasa disebut hemolisis
total, didefinisikan sebagai lisisnya seluruh sel darah merah (Imam dan Sukamto,
1999).
Media Nutrient Agar (NA) yang sudah diinokulasi dengan biakan bakteri
Bacillus cereus menampilkan pertumbuhan koloni berwarna putih dengan
pinggiran tidak rata.
Koloni bakteri pada media NA
hasil pengujian motilitas menunjukan bahwa Bacillus cereus bersifat motil karena
pertumbuhan bakteri menjauhi daerah tusukan (kiri) dan hasil pengujian motilitas
indole menunjukan bahwa tidak terbentuk cincin merah muda (kanan)
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa bakteri
Bacillus cereus membentuk koloni yang dapat menyebabkan hemolisis βpada
media agar darah. Pada pewarnaan gram, bakteri diketahui merupakan bakteri
gram positif berbentuk batang dengan endospora yang terletak pada bagian
pertengahan sel. Konfirmasi gram bakteri dengan pengujian KOH menunjukkan
bahwa bakteri merupakan bakteri gram posif. Berdasarkan uji katalase, bakteri
Bacillus cereus dapat melakukan penguraian H2O2. Uji sulfat indole motilitty
menunjukkan bahwa bakteri bersifat motil dan pada penambahan larutan kovack
untuk pengujian indole, biakan bakteri tidak membentuk indole.
4.2 Saran
Penulis memberi saran agar dalam segala pengerjaan memperhatikan
aspek aseptis sehingga tidak ada cemaran oleh mikroorganisme lain yang dapat
mempengaruhi hasil isolasi.
LAMPIRAN
NO GAMBAR KETERANGAN
1 Media Nutrient Agar (NA) yang sudah
diinokulasi dengan biakan bakteri Bacillus
cereus menampilkan pertumbuhan koloni
berwarna putih dengan pinggiran tidak rata
Abdulkadir, M dan S. Waliyu. 2012. Screening and Isolation of the Soil Bacteria
for Ability to Produce Antibiotics, Europ. J. Appl. Sci., 4 (5): 211-215.
Aminollah, 2016. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Pathogen Escherichia coli Dan
Salmonella Sp. Pada Kotoran Kelelawar Di Gua Pongangan Gresik Dan
Gudang Talun Bojonegoro Jawa Timur. Skripsi, Fakultas Sains Dan
Teknologi. Universitas Airlangga. Surabaya.
Blackburn, Clive de and McClure, PJ. 2002. Foodborne Pathogens : Hazards,
Risk Analysis and Control. New York:CRC Press.
Binoto, 2001. Isolasi dan uji patogenisitas Bacillius Cereus Frank. Serta daya
bunuh kombinasinya dengan Sihalotrin terhadap Crocidolomia Binotalis
Zell.(Lepidoptera:Pyralidae). Tesis Magister Pertanian. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Food Standard Australia and New Zealand (FSANZ). 2003. Application A 454:
Bacillus cereus Limits in Infant Formula Assement Report. Canberra-
Wellington.
Granum, P.E. dan Baird-Parker, T.C. 2000.Bacillus species.Dalam : Lund,B.M.,
Baird-Parker, T.C. and Gould, G.W (ed). The MicrobiologicalSafety and
Quality of Food, Volume II, hal 1029-1039. AspenPublishers, Inc.
Gaithersburg, Maryland.
Hatmanti, A. 2000. Pengenalan Bacillus sp. Oseana. 25 (1) : 31-41.
Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, jilid 1, Yrama
Widya, Bandung.
Jay MJ. 2000. Modern Food Microbiolgy. Ed. Ke-6. An Aspen Publication
Jekti RP. 1990, Cermin Dunia Kedokteran: Pusat Penelitian Penyakit Menular,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan
RI.
Jawetz, E.,L. Melnick, E. A. Adelberg. 2007. Mikrobiologi kedokteran.Salemba
Medika.Surabaya
Lay WB. 1994. Microbes analysis in laboratory. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.Indonesia.
Murrell, W.G. 1989. Bacillus cereus . In : Foodbome Microorganism of Public
Health Significance . Fourth Edition . Buckle, K.A ., J . A . Davey, M.J.
Eyles, A .D. Hocking, K .G. Newton and E .J. Stuttard (Eds.). Australian
Institute of Food Science and Technology/AIFST (NSW Branch) . Food
Microbiology Group. pp . 233-251.
Pelczar, M.J. and Chan, E.C., 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Universitas
Indonesia Press: Jakarta.
Ratna Siri Hadioetomo, 1990, Milkrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium, PT Gramadia, Jakarta.
Sjamsul Bahri. 2001. Mewaspadai cemaran mikroba pada bahan pangan, pakan,
dan produk peternakan di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 20(2):55-
64. [SNI]. Standar Nasional Indonesia. 2008. Metode Pengujian Cemaran
Mikroba Dalam Daging, Telur dan Susu serta Hasil Olahannya. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta
Supardi, Imam. dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Alumni, Bandung.
U.S Food and Drug Administration. 2001. Bacillus cereus. Bacteriological
Analytic Manual January 2001, Chapter 14. FDA, United State.
Waluyo, L., 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang.