Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KOASISTENSI DIAGNOSTIK KLINIK BAKTERIOLOGI

19 September 2017 s/d 29 September 2017

Nama : Yoseph A. D. Hereng


NIM : 1209011014

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut penulis yang juga sekaligus praktikan haturkan ke
hadirat Tuhan yang Maha Kuasa Tri Tunggal Maha Kudus, Bapa Putra dan Roh
Kudus karena sampai hari ini, penulis masih diberikan berkat dan perlindungan
berlimpah terutama atas bimbinganNya sehingga penulis telah melakukan
praktikum diagnostik laboratorium bidang bakteriologi dengan baik selama 2
minggu di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Undana, Kupang, NTT.
Syukur juga penulis haturkan hingga akhirnya tersusunlah sebuah laporan
hasil praktikum ini dengan baik sebagai salah satu syarat yang menjadi tuntutan
pihak dekanat khsusnya program studi Profesi Pendidikan Dokter Hewan (PPDH)
FKH Undana. Laporan ini telah penulis susun dengan sistematis dan sebaik
mungkin.
Dengan selesainya laporan praktikum ini, maka penulis tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan praktikum ini khususnya kepada :
1. Dr. drh Maxs U. E. Sanam, M. Sc selaku dekan sekaligus dosen pengampu
mata kuliah diagnostic laboratorik bagian bakteriologi
2. drh Putri Pandarangga, MS selaku ketua program studi Profesi Pendidikan
Dokter Hewan Undana
3. Ibu Merlin selaku laboran di laboratorium FKH Undana bidang
bakteriologi
4. Seluruh teman-teman yang berkenan saling membantu menyelesikan
praktikum bersama ini.
Demikian laporan ini dibuat agar bermanfaat bagi semua pihak.

Kupang, 27 September 2017


 

Yoseph A. D. Hereng
1209011014
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KOASISTENSI DIAGNOSTIK KLINIK BAKTERIOLOGI

NAMA : Yoseph A. D. Hereng


NIM : 1209011014

Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Ketua Program studi profesi dokter hewan

Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc drh. Putri Pandarangga, MS


NIP. 196503081990031013 NIP. 19830810201012 2 003
BIODATA

Nama Lengkap : Yoseph A. D. Hereng

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Kupang, 14 Agustus 1994

Alamat Asal : Jl. Palam 13. Naikolan, Kupang.

Alamat Sekarang : Jl. Palam 13. Naikolan, Kupang.

Agama : Katholik

No Telepon : 082247197846
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1


KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. 3
BIODATA........................................................................................................ 4
DAFTAR ISI ................................................................................................... 5
BAB. I. PENDAHULUAN .............................................................................. 6
1.1...............................................................................................Latar Belakang
..........................................................................................................6
1.2.............................................................................................Tujuan Penelitian
..........................................................................................................7
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
2.1. Bakteri Bacillus cereus .................................................................... 8
2.2. Pembuatan Media............................................................................. 8
2.3. Isolasi Bakteri Terduga Bacillus cereus........................................... 9
2.4. Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri. ............................................ 9
2.4.1. Pewarnaan Gram................................................................... 10
2.4.2. Pengujian KOH..................................................................... 10
2.4.3. Pemurnian Koloni dengan Media Nutrient Agar.................. 11
2.4.4. Uji Katalase........................................................................... 11
2.4.5. Uji Motilitas dengan Menggunakan Sulfur Indole Motilitty. 11
2.4.4. Pewarnaan Spora................................................................... 12
BAB. III. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 13
3.1. Koloni Bakteri pada Media Agar Darah.......................................... 13
3.2. Pewarnaan Gram.............................................................................. 13
3.3. Pengujian dengan KOH.................................................................... 14
3.4. Pemurnian Koloni dengan Media Nutrient Agar.............................. 15
3.5. Uji Katalase...................................................................................... 16
3.6. Uji Motilitas dengan Menggunakan Sulfur Indole Motilitty............. 16
3.5. Pewarnaan Spora.............................................................................. 17

BAB. IV. PENUTUP ....................................................................................... 18


4.1. Kesimpulan ...................................................................................... 18
4.2. Saran ................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19
LAMPIRAN..................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri memiliki manfaat, namun ada pula yang merugikan seperti
menimbulkan penyakit ataupun kerusakan akibat kontaminasi. Bakteri terdapat di
mana-mana, seperti pada tanah, debu, udara, air, makanan ataupun permukaan
jaringan tubuh (Hadioetomo, 1990).
Salah satu bakteri yang bersifat merugikan adalah bakteri Bacillus cereus.
Bakteri Bacillus cereus memiliki hubungan yang dekat dengan Bacillus anthracis
dan tidak diragukan lagi bahwa spesies Bacillus umumnya merupakan bakteri
patogen bagi manusia dan juga hewan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa
Bacillus cereus dapat menjadi patogen oportunis, dan pada umumnya merupakan
organisme kontaminan (Logan, 1998). Bacillus cereus merupakan bakteri patogen
yang terdapat pada makanan dan memiliki toksisitas yang tinggi (Jekti, 1990).
Bakteri patogen ialah organisme yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
penyakit (Pelczar & Chan, 2007). Makanan yang terkontaminasi Bacillus cereus
dengan jumlah rendah dapat menyebabkan keracunan (Murrel, 1989). Bacillus
cereus terdapat di lingkungan terutama tanah dan air sehingga menyebabkan
bakteri ini dapat dengan mudah mencemari makanan (Soejoedono, 2002).

Konsumsi makanan yang terkontaminasi oleh bakteri patogen akan


menyebabkan foodborne disease (Siamsul, 2001). Ciri-ciri bakteri patogen yaitu,
dapat memasuki sel inang, bermetabolisme dan berkembang biak dalam jaringan
inang, mampu untuk meracuni, dan mampu untuk menghindar dari sistem
kekebalan inang. Berdasarkan penyebabnya foodborne disease dibagi menjadi dua
macam, yaitu food infection dan food intoxication. Food infection dapat terjadi
karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme,
sedangkan food intoxication disebabkan oleh termakannya toksin dari
mikroorganisme yang tumbuh dalam jumlah tertentu pada makanan (BPOM RI,
2008).

Bacillus cereus adalah organisme mesofilik yaitu organisme yang dapat


tumbuh pada suhu optimal 30°C-35°C (Blacburn dan McClure, 2002). Namun,
Bacillus cereus dapat membentuk spora yang tahan terhadap panas serta radiasi.
Bacillus cereus tergolong ke dalam famili bacillaceae dan merupakan bakteri
gram positif (Fardiaz, 1992). Spora sangat tahan terhadap panas hingga dapat
mencapai suhu 121°C (Granum dan Baird-Parker, 2000). Pendeteksian bakteri
patogen dalam pangan pada umumnya dilakukan dengan metode konvensional
yang berbasiskan pada reaksi biokimia. Metode konvensional memerlukan
serangkaian uji, yaitu uji morfologi dan uji biokimia (USFDA, 2001).

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya pengujian ini adalah untuk mengetahui morfologi
serta teknik isolasi dan identifikasi bakteri Bacillus cereus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri Bacillus cereus


Bacillus cereus terdapat di lingkungan terutama tanah dan air sehingga
menyebabkan bakteri ini dapat dengan mudah mencemari makanan (Soejoedono,
2002). Bacillus cereus adalah organisme mesofilik yaitu organisme yang dapat
tumbuh pada suhu optimal 30°C-35°C. Bacillus cereus merupakan bakteri Gram
positif berbentuk batang besar (>0,9 μm) dengan ukuran panjang sel 3-5 mikron
dan lebarnya 1 mikron (Blacburn dan McClure, 2002). Bacillus cereus tergolong
ke dalam famili bacillaceae dan merupakan bakteri gram positif.

Bacillus cereus dapat membentuk spora yang tahan terhadap panas serta
radiasi. (Fardiaz, 1992). Spora sangat tahan terhadap panas hingga dapat
mencapai suhu 121°C (Granum dan Baird-Parker, 2000). Apabila sel vegetatif
Bacillus cereus tidak memperoleh lingkungan yang sesuai maka Bacillus cereus
akan membentuk endospora sebagai bentuk pertahanan diri. Spora Bacillus cereus
lebih tahan terhadap panas kering dibanding panas lembab (FSANZ, 2003).

2.2 Pembuatan Media


Sebelum dilakukan pengujian sampel untuk menemukan bakteri Bacillus
cereus maka diperlukan beberapa media yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu
yaitu media blood agar dan media Nutrient agar (NA). Pembuatan media blood
agar dilakukan dengan preparasi 40 g/1000 ml sehingga untuk membuat 4 cawan
blood agar (20 ml/cawan) dibutuhkan 38,4 ml aquades dan 1,6 g blood agar.
Aquades dan blood agar dihomogenkan dan dicampur darah domba sebanyak 2
ml.

Pembuatan media berikutnya adalah media Nutrient Agar dengan preparasi


20 g/1000 ml dan dibuat seperti blood agar tanpa penambahan darah domba.
Media kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi dengan posisi miring
sehingga terbentuk media NA miring. Selanjutnya dilakukan perlakuan lanjutan
pada sampel yang akan diuji.

2.3 Isolasi Bakteri Terduga Bacillus cereus


Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di media biakkan sehingga tumbuh
biakkan murni. Proses pengambilan dan penanaman bakteri harus dilakukan
secara aseptis yaitu mencegah terjadinya kontaminasi dari mikroorganisme lain
(Pelczar & Chan, 2007). Habitat utama Bacillus cereus adalah lingkungan dan
saluran pencernaan. Terutama tanah dan air yang menyebabkan bakteri ini
mempunyai peluang yang besar untuk mencemari bahan makanan asal hewan
maupun tanaman (Soejoedono, 2002).

Sampel diambil dari tanah yang berada di sekitar kandang babi Fakultas
Kedokteran Hewan. Sampel sebanyak 1 gr diencerkan dengan menggunakan
aquades sebanyak 9 ml dan dihomogenkan. Sampel dipanaskan pada suhu 80°C
untuk mengeliminasi bakteri lain yang tidak tahan terhadap panas. Hasil
pemanasan sampel kemudian diambil suspensinya dan dikultur pada media blood
agar dengan menggunakan teknik gores dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24
jam. Tujuan digunakannya media blood agar adalah untuk mengetahui sifat
hemolisis dan bentuk koloni dari bakteri Bacillus cereus.

Ada 3 jenis hemolisis yaitu beta hemolisis (β), alpha hemolisis (α) dan
gamma hemolisis (γ). Beta hemolisis (β) atau biasa disebut hemolisis total,
didefinisikan sebagai lisisnya seluruh sel darah merah. Alpha hemolisis (α)
disebut juga hemolisis sebagian, yaitu penurunan hemoglobin sel darah merah
untuk methemoglobin dalam medium sekitar koloni. Hal ini menyebabkan
perubahan warna hijau atau coklat dalam medium. dan gamma hemolisis (γ)
disebut juga non hemolisis. Gamma menunjukkan kurangnya hemolisis (Imam
dan Sukamto, 1999).

2.4 Identifikasi dan Karakterisasi Bakteri


Identifikasi bakteri dilakukan dengan cara pengamatan sifat morfologi
koloni (Aminollah, 2016). Untuk melihat morfologi bakteri dengan jelas maka
dapat dilakukan pewarnaan bakteri atau pengecatan. Ada tiga pewarnaan yaitu
pewarnaan sederhana untuk melihat bentuk seluler dan struktur dasar, pewarnaan
diferensial untuk melihat bakteri gram positif dan negatif, dan pewarnaan khusus
untuk melihat bagian spesifik seperti pewarnaan untuk melihat endospora.
Identifikasi bakteri dapat juga dilihat dari reaksi biokimia bakteri tersebut. Sifat
metabolisme bakteri dalam uji biokimia dilihat dari interaksi metabolit yang
dihasilkan dengan reagen kimia tertentu. Selain itu dilihat pula kemampuan
bakteri dalam menggunakan suatu senyawa tertentu sebagai sumber karbon
ataupun sebagai sumber energy (Waluyo, 2004).

2.4.1 Pewarnaan Gram

Untuk melihat morfologi bakteri dengan jelas maka dapat dilakukan


pewarnaan gram. Selain itu, pewarnaan gram juga dapat mengelompokan
bakteri menjadi gram positif atau gram negatif. Bakteri gram positif
mempertahankan zat pewarna kristal violet sehingga sel berwarna ungu,
sedangkan bakteri gram negatif kehilangan kristal violet ketika diteteskan
dengan alkohol dan ketika diberi larutan safranin, sel akan menyerap zat
pewarna ini sehingga sel tampak bewarna merah. Perbedaan warna sel ini
dapat disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi permukaan (Pelczar
dan Chan 1986).
Kaca objek dibersihkan dengan alkohol kemudian ditetesi dengan
aquades steril dan dikeringkan pada nyala api bunsen. Isolat bakteri diambil
dengan jarum ose secara aseptis dan dioleskan pada gelas objek. Koloni
diteteskan dengan pewarna kristal violet selama 3 menit. Kemudian dibilas
dengan aquades. Selanjutnya, diteteskan dengan lugol lalu didiamkan selama
1 menit, dibilas dengan alkohol lalu bilas dengan aquades, kemudian
diteteskan dengan pewarna safranin lalu didiamkan selama 1 menit.
Selanjutnya, dibilas dengan aquades, dikeringkan dan diamati dibawah
mikroskop.
2.4.2 Pengujian KOH
Pengujian KOH dilakukan untuk mengetahui jenis gram dari bakteri
yang diisolasi dengan melihat komponen pembentuk dinding dari bakteri.
(Purwohadisantoso et al., 2009).

2.4.3 Pemurnian Koloni dengan Media Nutrient Agar


Koloni terduga yang sesuai dengan kriteria dari bakteri Bacillus cereus
pada media agar darah diambil dan dikultur pada media nutrient agar untuk
mendapatkan koloni bakteri yang spesifik. Permukaan koloni B. cereus yang
tumbuh pada media NA tampak mengkilap dan dapat memantulkan cahaya
(Binoto, 2001).

2.4.4 Uji Katalase


Biakan bakteri diambil secara aseptis menggunakan jarum ose. Biakan
dioles pada kaca objek, lalu diteteskan H2O2. Kemudian diamati ada atau
tidaknya gelembung. Jika terjadi gelembung menunjukan positif terbentuk
katalase (Abdul kadir dan Waliyu, 2012). Uji katalase membuktikan adanya
enzim katalase dari isolat yang berfungsi dalam penguraian H2O2 (Jay,
2000).

Uji katalase koloni bakteri diambil dari media NA secara aseptis


menggunakan jarum ose. Biakan dioles pada kaca objek. Lalu diteteskan
H2O2. Kemudian diamati ada atau tidaknya gelembung. Jika terjadi
gelembung menunjukkan positif terbentuk katalase.

2.4.5 Uji Motilitas dengan Menggunakan Sulfur Indol Motility (SIM)


Bakteri Bacillus cereus mempunyai alat gerak berupa flagella yang
jumlahnya lebih dari dua dan mengelilingi seluruh permukaan sel bakteri
(peritrichous) (Granum dan Baird-Parker, 2000). Medium SIM ditusuk
dengan jarum ose yang telah dicelupkan kedalam kultur isolat Bacillus cereus
kemudian diinkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 37°C, kemudian diamati
tipe pertumbuhan yang terjadi sepanjang garis tusukan. Mikroba yang motil
akan tumbuh secara difusi menjauhi garis tusukan tersebut (Abdul kadir dan
Waliyu, 2012).
Pengujian motilitas juga dapat dilakukan dengan uji indol yang dapat
diketahui dengan menambahkan larutan kovaks. Hasil uji indole dinyatakan
negatif apabila tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada
permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan
sebagai sumber karbon (Lay, 1994).

2.3.6 Pewarnaan Spora

Spora bakteri umumnya disebut endospora, karena spora dibentuk di


dalam sel. Bentuk spora bermacam-macam, bulat atau bulat memanjang,
bergantung pada spesiesnya. Ukuran endospora lebih kecil atau lebih besar
daripada diameter sel induknya. Kebanyakan bakteri pembentuk spora adalah
penghuni tanah, tetapi spora bakteri dapat tersebar dimana saja (Waluyo,
2007).
Adanya letak serta ukuran endospora sangat bermanfaat di dalam
pencirian dan identifikasi bakteri (Pelczar & Chan, 2008). Bakteri penghasil
endospora dibagi menjadi dua kelompok, yaitu termasuk Marga Bacillus jika
merupakan gram positif, dan termasuk marga Clostridium jika merupakan
gram negatif (Hatmanti, 2000).

Dinding spora bersifat impermeabel, tetapi zat-zat warna dapat diserap


kedalamnya dengan jalan memanaskan preparat. Sifat impermeabel ini
mencegah dekolorisasi spora oleh alkohol bila diperlakukan dalam waktu
yang sama seperti pada dekolorisasi sel-sel vegetatif (Irianto, 2006). Lapisan
luar spora merupakan penahan yang baik terhadap bahan kimia, sehingga
spora sukar untuk diwarnai. Spora bakteri dapat diwarnai dengan dipanaskan.
Pemanasan menyebabkan lapisan luar spora mengembang, sehingga zat
warna dapat masuk (Lay, 1994).

Spora bakteri sangat sulit diwarnai dengan pewarna biasa, oleh karena
itu harus diwarnai dengan pewarna spesifik (Fardiaz, 1992). Bahan yang
digunakan untuk pewarnaan spora dapat memakai larutan malachite green
dan larutan safranin (Waluyo, 2010). Biakan diambil menggunakan ose
kemudian diulas pada objek glass dan dipanaskan dengan menggunakan uap
dengan suhu 120°C. Objek glass ditutup ditetesi dengan pewarna melachite
green kemudian dicuci dengan aquades kemudian ditetesi dengan safranin
dan dibilas lagi dengan aquades. Sampel diperiksa secara mikroskopik.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Koloni Bakteri pada Media Agar Darah


Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada media agar darah, diperoleh
hasil koloni bakteri berwarna putih dengan bentuk koloni yang tidak beraturandan
membentuk hemolisis β.

hasil hemolisis beta dari bakteri Bacillus cereus. Koloni yang terbentuk berwarna
putih dengan pinggiran tidak rata
Bacillus cereus membentuk koloni yang spesifik bila ditumbuhkan pada
agar darah (Blood Agar), pada suhu 35 – 37°C, selama ±24 - 48 jam akan
membentuk koloni yang mempunyai ukuran besar (4 - 7μm) dengan permukaan
datar dan berwarna kehijauan. Beberapa strain membentuk β-hemolitik. Pada
keadaan anaerobik, koloni berbentuk kecil dengan diameter 2 - 3 mm, dikelilingi
oleh areal bersifat β-hemolitik. Beta hemolisis (β) atau biasa disebut hemolisis
total, didefinisikan sebagai lisisnya seluruh sel darah merah (Imam dan Sukamto,
1999).

3.2 Pewarnaan Gram


Pengamatan mikroskopik pada hasil pewarnaan gram menunjukkan bahwa
bakteri yang dikultur pada blood agar merupakan bakteri gram postitif berbentuk
batang dengan spora yang terdapat pada bagian tengah.
Bacillus cereus merupakan bakteri Gram positif berbentuk batang besar.
Bakteri ini membentuk spora yang terletak pada bagian pertengahan sel (Blacburn
dan McClure, 2002).

Hasil pewarnaan gram menunjukkan bahwa bakteri berbentuk batang dan


berwarna ungu

Bakteri gram positif mempertahankan zat pewarna kristal violet sehingga


sel berwarna ungu, sedangkan bakteri gram negatif kehilangan kristal violet ketika
diteteskan dengan alkohol dan ketika diberi larutan safranin, sel akan menyerap
zat pewarna ini sehingga sel tampak bewarna merah. Perbedaan warna sel ini
dapat disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi permukaan (Pelczar dan
Chan 1986).

3.3 Pengujian dengan KOH


Berdasarkan pengujian KOH yang dilakukan, tidak terdapat pembentukan
lendir pada kaca objek. Hasil ini menunjukkan bahwa bakteri yang diduga sebagai
bakteri Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif.
hasil uji konfirmasi menggunakan KOH diketahui bahwa tidak terbentuk
lendir

Bakteri Gram negatif ditandai dengan adanya pembentukan lendir pada


kaca objek setelah dicampurkan dengan KOH 3%. Hal ini dikarenakan kelompok
bakteri Gram negatif memiliki komponen peptidoglikan yang tipis, sehingga
memudahkan sel Gram negatif pecah (Waluyo, 2005). Menurut Lehninger (1982),
ikatan peptida dapat dihidrolisis dengan pemberian asam kuat atau basa kuat
untuk menghasilkan komponen asam amino dalam bentuk bebas.

Bakteri Gram positif terdapat 40 lembar lapisan peptidoglikan yang


merupakan 50% dari keseluruhan material dinding sel. Pada bakteri Gram negatif
hanya terdapat satu atau dua lembar peptidoglikan meliputi 5 - 10% dari
keseluruhan material dinding sel (Jawetz et al., 2010). Pecahnya sel melepaskan
materi genetik (DNA) yang merupakan substansi yang ada di dalam sel bakteri.
Molekul DNA yang sangat panjang memberikan hasil seperti lendir saat diangkat
dengan jarum inokulum (Campbell et al., 2002).

3.4 Pemurnian Koloni dengan Media Nutrient Agar

Media Nutrient Agar (NA) yang sudah diinokulasi dengan biakan bakteri
Bacillus cereus menampilkan pertumbuhan koloni berwarna putih dengan
pinggiran tidak rata.
Koloni bakteri pada media NA

Permukaan koloni B. cereus yang tumbuh pada media NA tampak


mengkilap dan dapat memantulkan cahaya (Binoto, 2001). Koloni yang terbentuk
pada media nutrient agar selanjutnya akan digunakan dalam uji konfirmasi.

3.5 Uji Katalase

Berdasarkan pengujian katalase yang dilakukan, terjadi pembentukkan


gelembung setelah koloni bakteri yang diambil ditetesi dengan H202.

Hasil pengujian katalase menunjukkan terjadinya gelembung

Reaksi positif terbentuk katalase ditunjukkan dengan terjadinya


gelembung (Abdul kadir dan Waliyu, 2012). Uji katalase membuktikan adanya
enzim katalase dari isolat yang berfungsi dalam penguraian H2O2 (Jay, 2000)
3.6 Uji Motilitas dengan Menggunakan Sulfur Indole Motilitty
Berdasarkan uji motilitas yang dilakukan, media SIM yang digunakan
menunjukkan perubahan warna menjadi keruh dan terjadi pertumbuhan koloni
bakteri yang menjauhi garis tusukan.Bakteri Bacillus cereus mempunyai alat
gerak berupa flagella yang jumlahnya lebih dari dua dan mengelilingi seluruh
permukaan sel bakteri (peritrichous) (Granum dan Baird-Parker, 2000).

Berdasarkan pengujian indole yang dilakukan, tidak terbentuk lapisan


cincin berwarna merah muda pada permukaan biakan.. Hasil uji indol yang
diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda
pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan
sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan
kovaks (Lay, 1994).

hasil pengujian motilitas menunjukan bahwa Bacillus cereus bersifat motil karena
pertumbuhan bakteri menjauhi daerah tusukan (kiri) dan hasil pengujian motilitas
indole menunjukan bahwa tidak terbentuk cincin merah muda (kanan)

3.7 Pewarnaan Spora


Hasil pemeriksaan mikroskop pada hasil pewarnaan spora menunjukkan
bahwa bakteri yang diduga Bacillus cereus memiliki spora berwarna hijau dan
beerbentuk elips yang terdapat di tengah sel.
Gambaran mikroskopik pewarnaan spora

Adanya letak serta ukuran endospora sangat bermanfaat di dalam pencirian


dan identifikasi bakteri (Pelczar & Chan, 2008). Bakteri ini menghasilkan spora
yang berbentuk elips dan terletak di tengah - tengah sel. Spora hanya terbentuk
bila terdapat oksigen dilingkungan sekitar (aerob fakultatif). (Blackburn dan
McClure, 2002). Bakteri penghasil endospora dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
termasuk Marga Bacillus jika merupakan gram positif, dan termasuk marga
Clostridium jika merupakan gram negatif (Hatmanti, 2000).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa bakteri
Bacillus cereus membentuk koloni yang dapat menyebabkan hemolisis βpada
media agar darah. Pada pewarnaan gram, bakteri diketahui merupakan bakteri
gram positif berbentuk batang dengan endospora yang terletak pada bagian
pertengahan sel. Konfirmasi gram bakteri dengan pengujian KOH menunjukkan
bahwa bakteri merupakan bakteri gram posif. Berdasarkan uji katalase, bakteri
Bacillus cereus dapat melakukan penguraian H2O2. Uji sulfat indole motilitty
menunjukkan bahwa bakteri bersifat motil dan pada penambahan larutan kovack
untuk pengujian indole, biakan bakteri tidak membentuk indole.

4.2 Saran
Penulis memberi saran agar dalam segala pengerjaan memperhatikan
aspek aseptis sehingga tidak ada cemaran oleh mikroorganisme lain yang dapat
mempengaruhi hasil isolasi.

LAMPIRAN

NO GAMBAR KETERANGAN
1 Media Nutrient Agar (NA) yang sudah
diinokulasi dengan biakan bakteri Bacillus
cereus menampilkan pertumbuhan koloni
berwarna putih dengan pinggiran tidak rata

2 Proses pengambilan darah domba untuk


pembuatan media blood agar. Pengambilan
darah dilakukan pada vena jugularis
menggunakan spoit 5 cc dan ditampung pada
tabung EDTA
3 Proses sterilisasi bahan media padaa autoclave
dengan suhu 121oC selama 15 menit

4 Media blood agar dibuat dengan menumpahkan


media (darah domba dan blood agar) pada cawan
petri secara aseptis yaitu dilakukan di belakang
cahaya nyala spiritus bunsen

5 Proses pewarnaan gram yang melibatkan


pewarna Kristal violet, aquades, lugol, alcohol,
dan safranin.

6 KOH 10% yang diencerkan menjadi 3% untuk


pengujian konfirmasi jenis gram isolate bakteri

7 H2O2 digunakan dalam pengujian katalase


DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir, M dan S. Waliyu. 2012. Screening and Isolation of the Soil Bacteria
for Ability to Produce Antibiotics, Europ. J. Appl. Sci., 4 (5): 211-215.
Aminollah, 2016. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Pathogen Escherichia coli Dan
Salmonella Sp. Pada Kotoran Kelelawar Di Gua Pongangan Gresik Dan
Gudang Talun Bojonegoro Jawa Timur. Skripsi, Fakultas Sains Dan
Teknologi. Universitas Airlangga. Surabaya.
Blackburn, Clive de and McClure, PJ. 2002. Foodborne Pathogens : Hazards,
Risk Analysis and Control. New York:CRC Press.
Binoto, 2001. Isolasi dan uji patogenisitas Bacillius Cereus Frank. Serta daya
bunuh kombinasinya dengan Sihalotrin terhadap Crocidolomia Binotalis
Zell.(Lepidoptera:Pyralidae). Tesis Magister Pertanian. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Food Standard Australia and New Zealand (FSANZ). 2003. Application A 454:
Bacillus cereus Limits in Infant Formula Assement Report. Canberra-
Wellington.
Granum, P.E. dan Baird-Parker, T.C. 2000.Bacillus species.Dalam : Lund,B.M.,
Baird-Parker, T.C. and Gould, G.W (ed). The MicrobiologicalSafety and
Quality of Food, Volume II, hal 1029-1039. AspenPublishers, Inc.
Gaithersburg, Maryland.
Hatmanti, A. 2000. Pengenalan Bacillus sp. Oseana. 25 (1) : 31-41.
Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, jilid 1, Yrama
Widya, Bandung.
Jay MJ. 2000. Modern Food Microbiolgy. Ed. Ke-6. An Aspen Publication
Jekti RP. 1990, Cermin Dunia Kedokteran: Pusat Penelitian Penyakit Menular,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan
RI.
Jawetz, E.,L. Melnick, E. A. Adelberg. 2007. Mikrobiologi kedokteran.Salemba
Medika.Surabaya
Lay WB. 1994. Microbes analysis in laboratory. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.Indonesia.
Murrell, W.G. 1989. Bacillus cereus . In : Foodbome Microorganism of Public
Health Significance . Fourth Edition . Buckle, K.A ., J . A . Davey, M.J.
Eyles, A .D. Hocking, K .G. Newton and E .J. Stuttard (Eds.). Australian
Institute of Food Science and Technology/AIFST (NSW Branch) . Food
Microbiology Group. pp . 233-251.
Pelczar, M.J. and Chan, E.C., 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Universitas
Indonesia Press: Jakarta.
Ratna Siri Hadioetomo, 1990, Milkrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium, PT Gramadia, Jakarta.
Sjamsul Bahri. 2001. Mewaspadai cemaran mikroba pada bahan pangan, pakan,
dan produk peternakan di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 20(2):55-
64. [SNI]. Standar Nasional Indonesia. 2008. Metode Pengujian Cemaran
Mikroba Dalam Daging, Telur dan Susu serta Hasil Olahannya. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta
Supardi, Imam. dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Alumni, Bandung.
U.S Food and Drug Administration. 2001. Bacillus cereus. Bacteriological
Analytic Manual January 2001, Chapter 14. FDA, United State.
Waluyo, L., 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang.

Anda mungkin juga menyukai