Anda di halaman 1dari 15

Oleh

1. RUPERTUS U.L. NETO 1509010021


2. MARIA MARSINIANI MOI 1509010022
3. MARIA V. D. ENI PARERA 1509010035
 Japanese encephalithis (JE): Penyakit yang menyerang
susunan saraf pusat (otak) yang mengakibatkan
radang pada otak (Encephalitis)
 Disebabkan oleh virus Japanese encephalithis
 Termasuk kelompok arbovirus (arthropod born viruses)
→virus yang dapat disebarkan melalui arthropoda.
 JE dapat menyerang babi, sapi, kambing, unggas, kuda,
dan manusia.
 Zoonosis
 Penyakit JE pertama kali ditemukan di Jepang pada
tahun 1871, tetapi virus penyebabnya baru dapat
diisolasi pada tahun 1933.
 Taxonomi
 Family: Flaviviridae
 Genus: Flavivirus
 Species: Japanese encephalitis virus
 Struktur
 Genom RNA untai tunggal positif ((+) ssRNA) →11kb
 Virus ini berbentuk sferis dengan diameter 40-60 nm
 Sifat fisikokimia & Ketahanan
 Stabil → pH 7-9
 inaktivasi → pemanasan 56°C selama 30 menit
 Sangat sensitif → pelarut lemak, desinfektan,
detergen dan tripsin, iodin, fenol Iodofen, etanol
70%, glutaraldehida 2%, formaldehida 3-8%,
Sodium Hipoklorit 1%
 Tahan terhadap aktinomisin D atau guanidin
 JEV relatif labil dan tidak bertahan dengan baik di
lingkungan; Sensitif terhadap sinar ultraviolet dan
radiasi elektromagnetik
 Morbiditas & Mortalitas
 Babi →kerugian reproduksi bisa mencapai 50-
70%; Mortalitasnya tinggi (hampir 100%) pada anak
babi dan jarang terjadi pada babi dewasa
 Kuda → Morbiditas <1% - 1 %; Mortalitas 5% -15 %
 Tingkat kematian kasus berkisar antara 0,3% -60% dan
bergantung pada populasi dan usia.
 Sebaran geografis
 JEV tersebar di sebagian besar wilayah Asia dan di wilayah
Pasifik barat. mulai dari Jepang, China, Korea, Taiwan,
Philipina, Malaysia, Singapura, Vietnam, Kamboja,
Thailand, Laos, Myanmar, Banglades, Nepal, India,
Pakistan, Sri Lanka, Indonesia, Papua New Guinea, dan
Australia Utara

 Di Indonesia, virus JE pertama kali diisolasi dari nyamuk


pada tahun 1972 di daerah Bekasi. Endemisitas JE
ditemukan di hampir seluruh provinsi di Indonesia, dimana
umumnya masyarakat hidup berdekatan dengan hewan
ternak.
 Babi → sbg resevoir utama & inang amplifier (amplifier
host)
 Siklus penularan JE bisa terjadi antara sesama babi atau
unggas dan babi atau unggas ke manusia dengan perantara
vektor,
 Vektor utama JEV di sebagian besar Asia adalah Culex
tritaeniorhynchus
 Penularan JEV melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi
 Manusia dan Kuda hanya sebagai inang insidental
(incidental host) → Manusia dan kuda tidak menularkan
virus pada gigitan nyamuk
 Babi yang merupakan amplifer yang terbaik
 Bila darah babi mengandung virus, dihisap oleh nyamuk
→ maka nyamuk tersebut akan menyebarkan virus pada
manusia/hewan lainnya melalui gigitan
Endositosis oleh
JEV Memperbanyak diri Bereplikasi dengan sel
reseptor , fusi dari
pada daerah gigitan inang
membran virus dan sel
inang

Pelepasan virus JE Maturasi


partikel virus pelepasan genom virus
dalam kompleks sitoplasmik
Golgi dilanjutkan proses
transkripsi dan pre-
JE menempel dengan Menyebabkan translasi
sel inang kerusakan
membran sehingga Viremia menyebabkan
virus JE masuk ke perubahan inflamotorik
masuk kedalam dalam sel pada jantung, paru, hati,
peredaran darah, sistem retikuloendotelial
dan dan SSP dan menimbulkan
menimbulkan Pada organ virus JE penyakit subklinis.
gejala penyakit berkembang biak
sistemik kemudian dilepaskan,
Stadium Gejala
Prodormal 2-3 hari, malaise, anoreksia, demam tidak bisa
diturunkan dengan obat antipiretik
Akut 3-4 hari, demam, tremor, muntah, hilangnya
keseimbangan, dehidrasi dan kejang-kejang
Sub akut 7-10 hari, Gejala gangguan SSP berkurang, namun
seringkali pasien menghadapi masalah pneumonia
ortostatik, infeksi saluran kemih (ISK), dan dekubitus.

konvalensens 4-7 minggu,kelemahan, letargi, gangguan koordinasi,


tremor dan neurosis, hilangnya berat badan inflamasi
yaitu pada saat suhu kembali normal dan gejala
neurologik bisa menetap dan cenderung membaik

 Kuda menunjukkan tanda-tanda klinis yang meliputi pireksia, depresi, tremor


otot, dan ataksia.
 Pada babi → penyakit reproduksi →Apabila induk babi yang sedang bunting
yg terinfeksi virus JE, dapat mengakibatkan lahir mati(stillbirths), aborsi, dan
mumifikasi.
Pada pemeriksaan histologi terdapat
perubahan talamus, substansia nigra, batang
otak, serebelum dan medula spinalis,
termasuk degenerasi fokal saraf dengan
poliferasi difusi dan fokal mikroglia dan
perivascular lymphocytic cuffing

Gambar perivascular cuffing dan gliosis


 Sampel
 Otak, sumsum tulang belakang dan cairan serebrospinal,
dari hewan yang sakit atau mati yang telah
menunjukkan tanda-tanda klinis ensefalitis
 Isolasi virus pada hewan laboratorium dan kultur sel
 Sampel otak dan sumsum tulang belakang
dihomogenisasi dengan suspensi 10% dalam larutan
garam penyangga → pH 7,4 → disentrifugasi pada
1500 g selama 15 menit → cairan supernatan tsb
dikeluarkan untuk di inokulasi dengan 0,02 ml secara
intracerebral ke dalam tikus berusia 2-4 hari → Dan
melakukan pengamatan selama 14 hari
 Jika tikus menunjukkan tanda neurologis yang diikuti kematian
dalam 14 hari → maka identifikasi virus dapat dilakukan dengan
kultur sel.
 Otak tikus yang mati dan euthanise dikumpulkan dan disimpan
pada suhu -80 ° C untuk identifikasi virus lebih lanjut
 Identifikasi virus yang diisolasi pada tikus atau kultur sel dapat
dikonfirmasi secara serologis atau metode deteksi asam nukleat
seperti Uji RT-PCR

 Tes diagnostik
Dengan menggunakan tes serologis:
 Virus neutralisation (VN),
 Haemagglutination inhibition (HI),
 Complement fixation (CF),
 ELISA
 Vaksin
 Menjaga kebersihan lingkungan
 Menjaga kebersihan kandang
 Perkandangan jauh dari persawahan

Anda mungkin juga menyukai