Anda di halaman 1dari 7

Judul Praktikum : Isolasi dan Identifikasi Jamur

Tanggal Praktikum : 4 April 2018

Tujuan Praktikum : 1. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam

menguasai teknik isolasi dan identifikasi jamur.

2. Mendapatkan isolat jamur dari berbagai sumber

Alat dan Bahan :

Adapun alat-alat yang digunakan diantaranya


adalah tabung reaksi, cawan petri, ose, lampu
bunsen, object dan cover glass dan mikroskop.
Sedangkan Bahan-bahan yang digunakan adalah
Media SDA, larutan garam fisiologis, antibiotik
chloramphenicol, dan bahan jamur dari tempe,
cabai, roti, lengkuas, dan bawang putih.

A. Data Pengamatan

Adapun data pengamatan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

No Jenis Warna Kepadatan Bentuk Tepi Elevasi Gambar


Jamur Miselium Koloni
1. Tempe Putih Padat Rhizoid Filame Convex
ntous

2. Cabai Putih - Circular Entire Flat


kuning
3. Roti Hijau - Curled Lobate Umbon
kekuni- ate
ngan

4. Lengku Putih - Myceloi Filame Flat


as d ntous

5. Bawan Hitam - Circular Serrate Flat


g Putih

B. Pembahasan

Cara Kerja

a) Siapkan media tmbuh SDA (Sabouraud Dextrose Agar). Lalu tambahkan


larutan antibiotik chloramphenicol. Setelah itu tuangkan ke dalam cawan
petri.
b) Ambil bahan sumber jamur (tempe, cabai, roti, lengkuas, dan bawang
putih), lalu masukkan dalam larutan garam fisiologis, kemudian
homogenkan menggunakan vortex mixer.
c) Inokulasikan suspensi bahan pada media SDA menggunakan metode spread
plate.
d) Inkubasikan pada suhu ruang selama 3-5 hari.
e) Jamur-jamur yang telah tumbuh dalam kultur campuran dipisahkan lagi
hingga mendapatkan isolat murni.
f) Lakukan pengamatan morfologi koloni meliputi, warna, kepadatan
miselium, bentuk koloni, tepi, dan elevasi.
Fungsi larutan fisiologis

Larutan pengencer/ larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk


mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk
memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu
antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10,
1:100, 1:1000, dan seterusnya. Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan
mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya.
Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan kepadatan bakteri yang
ditanam . Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau
memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan
sehingga volume larutan menjadi berubah (Nurohaianah et al, 2007).

Fungsi penambahan antibiotik pada media

Penambahan antibiotik pada media dilakukan setelah proses sterilisasi oleh karena
itu, penuangan antibiotik harus dilakukan dengan cara aseptis atau dekat dengan
api spiritus agar tidak ada kontaminan yang masuk. Antibiotik yang biasa
digunakan adalah kloramfenikol namun penggunaan antibiotik dapat
menggunakan antibiotik apa saja karena fungsi antibiotik pada media ini adalah
untuk mencegah bakteri tumbuh pada media karena media SDA berfungsi untuk
menumbuhkan jamur. Apabila bakteri tumbuh pada media akan mengganggu
pengamatan pada media ( Anggraeny, 2009).

Jamur tempe

Pada praktikum, didapatkan jamur tempe dengan warna putih dan memiliki
miselium yang padat.
Jamur tempe ( Rhizopus oryzae) termasuk ke dalam genus Rhizopus dan Famili
Mucoraceae. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop dapat
dilihat bahwa misellium dari jamur tempe ini tidak bersekat. Misellium yang tidak
bersekat merupakan cirri utama dari family Mucoraceae. Jamur tempe ini terdiri
dari beberapa bagian utama yaitu misellium atau yang sering disebut stolon jamur,
sporongiophore, sporangium dan spora yang menjadi orga perkembang
biakannya. Jamur yang berperanan dalam proses fermentasi tersebut
adalah Rhizopus oligosporus. R. oligosporus mempunyai koloni abu-abu
kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam
kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari
1000 mm dan diameter 10-18 mm. Sporangia globosa yang pada saat masak
berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 mm. (Kasmidjo,1990)

Jamur Cabai

Pada praktikum dengan sampel cabai yang berjamur menunjukkan hasil positif.
Koloni jamur tersebut memiliki warna putih kekuningan.
jamur yang menyebabkan pembusukan buah pada cabai adalah Colletotrichum
capsici, sedangkan gejala layu disebabkan oleh Fusarium oxysporum, Fusarium
sp. Yang merupakan penghasil mikotoksin. (Wiratama 2013)

Jamur Roti

Pada sampel roti yang digunakan dalam praktikum, ditemukan jamur roti yang
mempunyai warna kuning kehijauan.
Menurut Koswara (2009), salah satu jenis jamur yang sering ditemukan dalam roti
adalah Aspergillus sp. Warna koloni dari jamur tersebut adalah putih, kuning,
coklat kekuningan, coklat atau hitam, dan hijau. Warna koloni secara keseluruhan
merupakan warna dari konidianya. Sebagian jamur bersifat parasit, artinya
merugikan inang tempat tumbuhnya, sedangkan jenis lain hidup pada bahan
organik yang sudah mati.Kebanyakan jamur cenderung fleksibel tentang pilihan
makanan mereka. Jamur dapat memakan berbagai molekul organik, sehingga
fleksibilitas ini memungkinkannya tumbuh hampir dimana saja.Jika roti lembab
disimpan di tempat yang hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak
jamur tumbuh diatasnya. Spora yang berkecambah pada permukaan roti akan
membentuk massa yang bercabang, berwarna perak dengan hifa tidak bersekat.
Dalam beberapa hari, miselium akan menutupi permukaan roti dari rhizoidnya
menembus kedalam roti.(Hadiotomo,1993)

Jamur Lengkuas

Pada praktikum dengan sampel lengkuas, didapatkan jamur dengan koloni


berwarna putih.
Berdasarkan teori, jamur yang ditemukan pada lengkuas tergolong jamur endofit.
Jamur endofit adalah salah satu sumber bahan baku obat yang memproduksi
senyawa bioaktif potensial dalam menghasilkan efek antibiotik, antikanker,
antioksidan. Jamur endofit dapat ditemukan pada tanaman Lengkuas, Alpinia
galanga L.

Jamur Bawang Putih

Pada bawang putih yang dijajakandi pasar tradisional ditemukan jamur


Geotrichum sp, Aspergillus niger dan Botiutis sp sedangkan diswalayan hanya
ditemukan jamur Aspergillus niger. Hal ini dimungkinkan penjualan bawang putih
di swalayan lebih cepat laku sehingga tidak tertimbun lama. Sedangkan di pasar
tradisional, bawang putih sempat tertimbunlama sehingga ditumbuhi jamur
Bortritis sp (Samson, 1984).
C. Kesimpulan

Adapun kesimpulan praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Pertumbuhan jamur dipengaruhi oleh suhu, media
2. Berdasarkan hasil pengamatan jamur dari tempe adalah berwarna
putih, padat bentuk koloninya rhizoid bertepi filamentous elevasi flat
3. Berdasarkan hasil pengamatan jamur dari Cabai adalah berwarna
putih, bentuk koloninya circular bertepi entire elevasi umbonate
4. Berdasarkan hasil pengamatan jamur dari Roti adalah berwarna putih,
padat bentuk koloninya curled bertepi lobate elevasi flat
5. Berdasarkan hasil pengamatan jamur dari Lengkuas adalah berwarna
putih, padat bentuk koloninya myceloid bertepi filamentous elevasi flat
6. Berdasarkan hasil pengamatan jamur dari Bawang Putih adalah
berwarna Hitam, bentuk koloninya circular bertepi Serrate elevasi flat
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeny,.2009. Standar Operasional Ruang Media.


Online. http://www.scribd.com/doc/24950388/Standar-Operasional-Ruang-
Media-Mikrobiologi. Diakses pada 23 April 2018.

Kasmidjo, R.B. 1990. Tempe : Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta


Pemanfaatannya. PAU Pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta.

Koswara S. 2009. Teknologi Pengolahan Roti. Unimus. Semarang.

Nurohaianah et al, 2007. Media . UI Press. Jakarta.

Samson, R.A., E.s Hoekstraand C.A. Van Oorschot Borne.1984. Introduction to


ford Central Bureu Voor Scimme.

Wiratama, I.D.M., I.P. Sudiarta, I. M. Sukewijaya, K. Sumiartha, M.S. Utama.


2013. Kajian Beberapa Galur dan Varietas Cabai terhadap serangan Antraknosa di
Desa Abang Songan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. E-Jurnal
Agroteknologi Tropika. 2 (2): 71-81.

Anda mungkin juga menyukai