Anda di halaman 1dari 10

”MENGIDENTIFIKASI JAMUR KUKU, RAMBUT, DAN KULIT PADA MANUSIA’’

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktikum
Dalam pembelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan
memahami tentang alam sekitar secara sistematis, sehingga ilmu biologi bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta konsep,
penemuan pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar beserta isinya yang terdiri dari dua
macam yaitu makhluk hidup (biotik) dan makhluk tidak hidup (abiotik)
(Bambang, 1998)
Sedangkan dilihat dari realita telah kita mengenal ada berbagai jenis
spesies ragi dan jamur tetapi ada hanya ada sekitar 1000 yang menyebabkan
penyakit pada manusia atau hewan (banyak yang lain menyebabkan penyakit pada
tumbuhan). Hanya dermatofita dan spesies candida yang sering ditularkan dari
satu orang ke orang lain.
Untuk lebih mudahnya, infeksi mikotik manusia dikelompokkan dalam
infeksi jamur superfisial, kutan, subkutan, dan profundan (atau sistematik).
Infeksi-infeksi jamur superfisial, kutan, atau subkutan pada kulit, rambut,
dan kuku dapat menjadi kronis dan resisten terhadap pengobatan tetapi jarang
mempengaruhi kesehatan umum si penderita. Mikosis profunda disebabkan oleh
jamur patogenik atau jamur opurunistik yang menginfeksi penderita dengan
gangguan imunologi. Mikosis profunda dapat menimbulkan gangguan sistematik
yang kadang-kadang fatal. Aktinomisetes bukan merupakan jamur tetapi bakteri
filamentosa yang bercabang. Namun, organisme ini menimbulkan penyakit yang
gambarannya menyerupai infeksi jamur.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu untuk melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan
jamur khususnya jamur kulit, kuku dan rambut.
2. Untuk mengetahui pengertian dari fungi
3. Untuk mengetahui posisi fungi dalam taksonomi
4. Untuk mengetahui cara hidup fungi
5. Untuk mengetahui habitat fungi
6. Klasifikasi fungi serta kasus yang terjadi serta pencegahannya

1
II. Dasar Teori
Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain adalah
dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan kulit) dan jamur
serupa ragi candida albican, yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur superficial
pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur lainnya dapat menembus jaringan
hidup dan menyebabkan infeksi dibagian dalam. Jamur yang berhasil masuk bisa
tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya,
histoplasmosis).
Insidensi mikosis superfisial sangat tinggi di Indonesia karena menyerang
masyarakat luas, oleh karena itu akan dibicarakan secara luas. Sebaliknya mikosis
profunda jarang terdapat. Yang termasuk ke dalam mikosis superfisial terbagi 2:
kelompok dermatofitosis dan non-dermatofitosis. Istilah dermatofitosis harus
dibedakan di sini dengan dermatomikosis. Dermatofitosis ialah penyakit pada
jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis,
rambut, dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Penyebabnya adalah
dermatofita yang mana golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin.
Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi dalam genus, yaitu
microsporum, trichophyton, dan epidermophyton. Selain sifat keratolitik masih
banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis,
antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit
Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia, oleh
karena negara kita beriklim tropis dan kelembabannya tinggi. Dermatofitosis adalah
infeksi jamur superfisial yang disebabkan genus dermatofita, yang dapat mengenai
kulit, rambut dan kuku. Manifestasi klinis bervariasi dapat menyerupai penyakit kulit
lain sehingga selalu menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan dalam
penatalaksanaannya. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan identifikasi
laboratorik. Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Pada masa kini
banyak pilihan obat untuk mengatasi dermatofitosis, baik dari golongan antifungal
konvensional atau antifungal terbaru. Pengobatan yang efektif ada kaitannya dengan
daya tahan seseorang, faktor lingkungan dan agen penyebab. Prevalensi di Indonesia,
dermatosis akibat kerja belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah atau
pemimpin perusahaan walaupun jenis dan tingkat prevalensinya cukup tinggi.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia antara lain: 30% dan
pekerja penebang kayu di Palembang dan 11,8% dan pekerja perusahaan kayu lapis
menderita dermatitis kontak utama Wijaya (1972) menemukan 23,75% dan pekerja
pengelolaan minyak di Sumatera Selatan menderita dermatitis akibat kerja, sementara
Raharjo (1982) hanya menemukan 1,82%. Sumamur (1986) memperkirakan bahwa
50-60% dari seluruh penyakit akibat kerja adalah dermatofitosis akibat kerja. Dari
data sekunder ini terlihat bahwa dermatofitosis akibat kerja memang mempunyai
prevalensi yang cukup tinggi, walaupun jenis dermatofitosisnya tidak sama. Dan

2
angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit
Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari persentase
terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga persentase tertinggi sebesar 82,6 %
(Surakarta) dari seluruh kasus dermatomikosis.3
 Mikosis Superfisialis
Mikosis superfisialis adalah penyakit infeksi mukokutaneus yang paling
banyak dijumpai, disebabkan oleh infeksi jamur dengan kedalaman infeksi 1-2
mm. Penyakit ini timbul akibat perubahan lingkungan mikro di kulit, yang
dibagi menjadi dua kelompok yaitu dermatofitosis dan nondermatofitosis
(Budimulja, 2002; Wolff, 2005; Odom dkk, 2000).
 Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk
(keratin), misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang
disebabkan golongan jamur dermatofita (Budimulja, 2002). Terdiri atas:
a. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang
disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.
b. Tinea korporis
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus
(glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea.
c. Tinea kruris
Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat
paha, genitalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut
bagian bawah.
d. Tinea pediset manum
Tinea pediset manum adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan
kaki, jari-jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital.
e. Tinea unguium
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita.
f. Tinea imbrikata
Tinea imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan
sisik yang melingkar-lingkar dan terasa gatal.
g. Tinea barbae
Tinea barbae adalah infeksi jamur golongan dermatofitosis yang mengenai
daerah jenggot, jambang dan kumis.
 Nondermatofitosis terdiri atas:
a. Pitirisisversikolor
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial pada lapisan tanduk

3
kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum
orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa
peradangan. Pitiriasis versikolor mengenai wajah, leher, badan, lengan
atas, ketiak, paha dan lipat paha.
b. Piedra
Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan
(nodus) sepanjang rambut, dan disebabkan oleh Piedra hortai (black
piedra) atau Trichosporon beigelii (white piedra).
c. .Kandidiasis
Kandidiasis adalah penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur
intermediat yang menyerang kulit, subkutan, kuku, selaput lendir dan alat-
alat dalam.
III. Alat dan Bahan :
Alat :
1. Mikroskop
2. Kapas
3. Pipet Tetes
4. Scapel
5. Petridish
6. Obyek Glass
7. Cover Glass
Bahan :
1. KOH 10%
2. KOH 20%
3. Alkohol
IV. Langkah Kerja :
1. Kulit
a. Kulit yang akan diambil sampelnya dibersihkan dengan kapas alkohol 70%
untuk menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya.
b. Bagian yang aktif dan didapati jamur di kerok dengan skalpel dengan arah
dari atas kebawah.
c. Objek glass yang telah ditetesi KOH 10% 1-2 tetes diletakkan dibawah bagian
yang dikerok (untuk melisiskan keratin).
d. Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir
terlebih dahulu. Dikerok dengan skapel sehingga memperoleh skuama yang
cukup.
e. Lalu tutup dengan cover glass.
f. Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian dibawa ke lab.
g. Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah
mikroskop perbesaran 10x – 40x.

4
2. Rambut
a. Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus atau rambut yang
warnanya tidak mengkilap lagi.
b. Objek glass tetesi dengan KOH 20%
c. Ambil sehelai rambut, potong dengan gunting
d. Letakkan di objek glass, tutup dengan cover glass
e. Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian dibawa ke lab
f. Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah
mikroskop perbesaran 10x – 40x
3. Kuku
a. Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah rusak
atau dari bahan kukunya sendiri.
b. Kuku dibersihkan dengan alkohol 70%.
c. Kemudian kuku di kerok menggunakan skapel dan taruh pada objek glass
kemudian tuangi dengan KOH 20-40% 1-2 tetes dan tutup dengan cover glass.
d. Simpan di petridisc yang telah ada kapas beralkohol untuk diperiksa di lab
e. Fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x –
40x dan dilihat dibawah mikroskop perbesaran 10x. Dan yang dicari adalah
hifa dan sporanya.

V. HASIL PENGAMATAN

No. Sampel Gambar Mikroskopis Keterangan

1. Kulit (Panu) Ditemukannya hifa tanpa


adanya spora.

5
2. Rambut Ditemukannya hifa tanpa
adanya spora.

3. Kuku Ditemukannya hifa dan


spora.

VI. PEMBAHASAN
Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain adalah
dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan kulit) dan jamur
serupa ragi candida albican, yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur superficial
pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur lainnya dapat menembus jaringan
hidup dan menyebabkan infeksi dibagian dalam. Jamur yang berhasil masuk bisa
tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya,
histoplasmosis). DERMAToFITOSIS Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur
dermatofit disebut " Dermatofitosis ". Golongan jamur ini dapat mencerna keratin
kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga
infeksi jamur ini dapat menyerang lapisanlapisan kulit mulai dari stratum korneurm
sampai dengan stratum basalis. Dermatofitosis disebabkan jamur golongan
dermatofita yang terdiri dari tiga genus yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan
Epidermofiton. Dari 41 spesies dermafito yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang

6
dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies
Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermafiton.
Dermatofitosis terlihat pada bagan dan garnbar (dibawah ini). Selain sifat
keratinofilik ini, setiap spesies dermatofita m empunyai afinitas terhadap hospes
tertentu. Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang binatang, dan kadang-kadang
menyerang manusia. Misalnya : Mirosporon canis dan Trikofiton verukosum.
Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat menimbulkan
radang yang moderat pada manusia, misalnya Mikrosporon gipsium.Umumnya
gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada mausia bersifat
akut dan sedang dan lebih mudah sembuh. Dermatofita yang antropofilik terutama
menyerang manusia, karena memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Golongan
jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi menahun dan residif ,
karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh jamur yang antropofilik
ialah: Mikrosporon audoinii Trikofiton rubrum. Jamur ini dapat secara langsung dan
secara tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut
yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak
langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau
pakaian, debu atau air.
Praktikum identifikasi jamur pada kulit manusia ini bertujuan untuk melakukan
pemeriksaan dan mengetahui ada tidaknya jamur pada sampel kerokan kuit,kuku,dan
rambut.identifikasi jamur ini diawali dengan pengambilan sampel kerokan kulit atau
dalam kuku yang diletakan diatas objek glass. Keroklah bagian yang aktif dengan
skapel dengan arah dari atas kebawah(cara memegang skapel harus miring
membentuk sudut 45 derajat ke atas).sediaan di tetesi dengan koh 10% dengan tujuan
melisiska bagian keratin kulit yang dalam sampel dan yang tersisa adalah hifa atau
spora dari jamur(fungi) saja sehingga memudahkan dalam proses pengamatan
dibawah mikroskop,kemudian tutup dengan cover glass. Setelah itu, sediaan
dipanasidi atas api kecil dan jangan sampai mendidih agar sediaan tidak terlalu kering
dan tidak merusak struktur hifa dan spora jamur yang ada pada sampel. Setelah itu
preparat diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x yang bertujuan untuk
mencari lapang pandang pengamatan. Setelah di dapatkan lapang pandang
selanjutnya dilanjutkan dengan pengamatan pembesaran 40x.

Pada praktikum yang kami kami lakukan di dapatkan dari ketiga preparat tersebut
yang pertama pada kerokan kuku terdapat hasil positif yaitu adanya hifa dan spora akan
tetapi kurang jelas itu disebabkan Karena kurang fiksasi atau menghomogenkan sampel
kerokan kuku tersebut. kemudian pada sampel kerokan kulit terdapat hasil positif akan
tetapi pada sampel kerokan kulit ini hanya adanya hifa saja tidak terdapat spora,Penyakit
jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih
sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-
kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Morfologi

7
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas,
berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak
menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak
teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat milier,lentikuler, numuler
sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai : Bentuk makuler : Berupa bercak-
bercak yang agak lebar, dengan sguama halus diatasnya dan tepi tidak meninggi. Bentuk
folikuler : Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut dan

pada sampel rambut di dapatkan hasil positif yaitu terdapatnya hifa saja sama
halnya dengan kerokan pada sampel kulit tidak terdapat spora. Jamur ini Merupakan
infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang memberikan benjolan-benjolan
di luar permukaan rambut tersebut. Ada dua macam : Piedra putih : penyebabnya Piedraia
beigeli Piedra hitam : penyebabnya Piedraia horlal PIEDRA BEIGELl Merupakan
penyebab piedra putih, terdapat pada rambut. Jamur ini dapat ditemukan ditanah,
udara,dan permukaan tubuh. Piedra Beigeli (Trikosporon beigeli) terutama terdapat
didaerah subtropis, daerah dingin, (di Indonesia belum ditemukan). Morfologi Jamur ini
mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk moniliaceae. Secara mikroskopis jamur
ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia.Biasanya penyakit ini dapat timbul
karena adanya kontak langsung dari orang yang sudah terkena infeksi. Gambaran klinis
Adanya benjolan warna tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak
memberikan gejala-gejala keluhan. Hal ini menandakan bahwa sampel pada kulit,kuku
dan rambut terinfeksi jamur atau adanya jamur.

Menjaga kebersihan tubuh adalah kunci pencegahan terinfeksi jamur pada tubuh,
hususnya seseorang yang sering aktif bergerak, senang berolahraga, atau sering
melakukan aktivitas diluar ruangan. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat mencegah agar
tidak terserang infeksi jamur yaitu :

 Jaga kebersihan kulit. Gunakan sabun pada saat mandi.


 Segera keringkan tubuh apabila basah atau berkeringat.
 Ganti pakaian dalam dan kaos kaki setiap hari.
 Jemur sepatu di udara terbuka dan jaga agar bagian dalam sepatu tidak
lembap.
 Jangan tukar pakaian handuk,baju dalam dan pakaian dengan orang lain.
 Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat pada saat olahraga.
 Hindari menggunakan celana yang terlalu ketat.

8
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa pada sampel
kerokan kulit,kerokan kuku dan rambut dinyatakan positif menggandung jamur
karena pada pemeriksaan mikroskop pembesaran 10x sampai 40x di temukan sampel
kerokan kuku hifa dan spora,kemudian pada sampel kerokan kulit dan kerokan
rambut Cuma di dapatkan hifanya saja dan tidak terdapatnya spora, akan tetapi pada
semua preparat tersebut kurang jelas gambarnya di karenakan kurangnya fiksasi dan
dihomogenkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://blogdewianisa.blogspot.com//2013/06/parasitologi-laporan-pemeriksaan-jamur.html?m=1

http://www.sarjanaku.com//2010/06/mikologi-fungi-pada-manusia-.html?m=1

https://www.scribd.com/document/294063846/Laporan-Mikologi

http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-trelia1.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai