Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya cestoda habitatnya pada saluran pencernaan makanan pada manusia atau
binatang sehingga cacing pita dewasa menimbulkan kelainan intestinal, sedangkan cestoda
stadium larva dapat menyebabkan gejala ekstraintestinal.
Helminth berarti cacing, baik yang hidup secara parasie maupun yang hidup bebas.
Helminth (cacing) termasuk dalam golongan Metazoa (binatang bersel banyak) yang dilengkapi
dengan jaringan ikat dan organ-organ yang berasal dari ektoderm, endodermdan mesoderm.
Kulit cacing ata kutikula dapat keras atau kuat dan elastis, relatif lembut. Kebanyakan
resisten terhadap pencemaan. Dapat dilengkapai oleh spine (spina), Hooks (kait-kait),cutting
plate, stylet, untuk melekat, menembus dan merusak jaringan host (inang). Bentukan-bentukan
tersebot biasanya terdapat disekitar mulut. Beberapa spesies dilengkapi dengan kelenjer yang
sektesinya masuk kedalam mulut cacing dan berfungsi mencema jaringan host(inang) yang
digunakan sebagai makanannya atau dapatjuga menyebabkan cacing bermigrasi dalam jaringan
host (inang).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan cacing Diphyllobotrium latum?
2. Bagaimana ciri-ciri morfologi cacing Diphyllobotrium latum?
3. Bagaimana ciri-ciri morfologi telur cacing Diphyllobotrium latum?
4. Bagaimana siklus hidup Diphyllobotrium latum?
5. Bagaimana patogenitas infeksi Diphyllobotrium latum?
6. Bagaimana gejala klinik infeksi Diphyllobotrium latum?
7. Bagaimana epidemiologi infeksi Diphyllobotrium latum?
8. Bagaimana diagnosis laboratorium Diphyllobotrium latum?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Diphyllobotrium latum.
2. Untuk mengetahui morfologi Diphyllobotrium latum.
3. Untuk mengetahui morfologi telur cacing Diphyllobotrium latum.
4. Untuk mengetahui siklus hidup Diphyllobotrium latum.
5. Untuk mengetahui patogenitas infeksi Diphyllobotrium latum.
6. Untuk mengetahui gejala klinik infeksi Diphyllobotrium latum.
7. Untuk mengetahui epidemiologi infeksi Diphyllobotrium latum.
8. Untuk mengetahui diagnosis laboratorium Diphyllobotrium latum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Morfologi Cacing dan Telur Diphyllobotrium latum

Klasifikasi Diphyllobotrium latum


Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Spesies : Diphyllobotrium latum
Nama Penyakit : Difilobotriasis

Diphyllobotrium latum adalah Cacing pita ikan (fish tapeworm) yang berukuran
Panjang sampai 10 mm, Skolek (seperti sendok, mempunyai dua lekuk isap), Proglotid 3000-
4000, lebar lebih panjang dari panjangnya, lubang uterus di bagian tengah proglotid, Mempunyai
lubang uterus, Uterus panjang berkelok-kelok membentuk roset.

Telur Diphyllobotrium latum berukuran 70×45 mikron, mempunyai overkulum, sel-sel


telur, menetas dalam air (korasidium), Memerlukan 2 hospes perantara, Hospes perantara I :
Cyclops dan Diaptomus (golongan udang), Berisi larva PROCERCOID, Hospes Perantara II :
ikan air tawar, Berisi larva PLEROCERCOID atau SPARGANUM

3
(Gambar telur Diphyllobotrium latum)

B. Siklus Hidup Diphyllobotrium latum

Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan berkembang
dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari sampai beberapa minggu
tergantung suhu lingkungan.Coraciudium keluar melalui operkulum telur dan coracidium yang
berisilia berenang mncari hospes intermedier ke 1 dari jenis Copepod a krustacea termasuk
genus Diaptomus . Segera setelah masuk kedalam usus krustasea tersebut, coracidium
melepaskan silianya dan penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke haemocel (sistem darah)
krustasea menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea tersebut. Selama
sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah panjang sampai sekitar 500 um dan
disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam tubuh krustasea tersebut. Kapan krustasea
dimakan ikan air tawar sebagai hospes intermedier ke 2, procercoid ada dalam usus ikan dan
menembus melalui dinding intestinum masuk kedalam istem muskularis dan berparasit dengan
memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid berkembang menjadi

4
plerocercoid. Plerocercoid berkembang dari beberapa mm menjadi beberapa cm. Plerocercoid
akan terlihat pada daging ikan mentah yang berwarna putih dalam bentuk cyste. Bila daging ikan
tersebut dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan menjadi dewasa dan mulai
memproduksi telur pada 7-14 hari kemudian.

C. Patogenitas

Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi ikan
mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan gejala yang nyata. Gejala umum yang
sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea dan kelemahan. Pada kasus infeksi
yang berat dapat menyebabkan anemia megaloblastic. Gejala ini sering dilaporkan pada
penduduk di Finlandia. Di negara ini hampir seperempat dari populasi populasi terinfeksi
oleh D. latum dan sekitar 1000 orang menderita anemia perniciosa. Awalnya dikira bahwa
cacing ini menyebarkan racun penyebab anemia, tetapi setelah diteliti ternyata vitamin B 12 yang
masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing, sehingga pasien menderita defisiensi vitamin
B 12 . Seorang peneliti melaporkan bahwa pasien yang diberi singel dosis vit. B12 40% yang
dilabel dengan cobalt, ternyata disbsorbsi oleh D. latum sekitar 80-100% dari vit B 12 yang

5
diberikan. Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya anemia perniciosa (anemia yang
disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B 12 dalam usus).

D. Gejala Klinis
Gejala yang ditimbulkan tidak begitu berat, misalnya :
- Gejala saluran cerna (ex. Diare)
- Tidak nafsu makan
- Tidak enak di perut

Bila cacing sudah hidup di permukaan usus, gejala yang ditimbulkan:

- Anemia hiperkrommakrositer
- Defisiensi B12
- Sumbatan usus secara mekanis bila cacing banyak
- Obstruksi usus → cacing membentuk benang kusut

E. Epidemiologi

Parasit ditemukan di Asia Timur dan Asia Tenggara, Jepang, Cina, Afrika, Eropa,
Australia, Amerika utara-Selatan. Penyakit Jarang ditemukan di Indonesia akan tetapi di tempat
yang banyak makan ikan salem mentah atau kurang matang. Untuk mencegah terjadinya infeksi
ikan harus dimasak sempurna sebelum dihidangkan.

F. Diagnosis Laboratorium
- Menemukan telur dalam tinja
- Atau proglotid keluar bersama tinja

G. Pencegahan dan Pengobatan


Pencegahan :
1. Memasak ikan air tawar sampai benar-benar matang atau membekukannya sampai-10 ° C
selama 24 jam.
2. Mengeringkan dan mengasinkan ikan secara baik.

6
3. Dilarang membuang tinja dikolam air tawar.
4. Memberikan penyuluhan pada masyarakat.

Pengobatan :
- Obat Atabrin dalam keadaan perut kosong, disertai Na-Bikarbonas, dosis 0,5 gr
- Niclosamid (Yomesan), 4 tablet (2gr) dikunyah setelah makan hidangan ringan
- Paromomisin, 1 gram aetiap 4 jam sebanyak 4 dosis
- Prazikuantel dosis tunggal 10 mg/kg BB

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cacing pita yang kecil atau besar, sclexnya punya dua pothria, pitelaria sebagai
polikel yang tersebar pada pori uterine yang terbuka di permukaan, parasit pada ikan,
burung dan mamalia,. Kebanyakan ada pada manusia khususnya pada wanitapada
bothriocephalus latus yang mempunyai dua inang intermediet, pada copepod daikan air
tawar. Panjangnya dapat mencapai 20 kaki dan usianya lebihdari 20th dan dapat juga
menjadi penyebab symptoom seperti anemia pada laki-laki.

B. Saran
1. Dengan adanya makalah ini, sekiranya dapat bermanfaat bagi kami sebagai
penyusun,juga teman-teman mahasiswa sebagai pembaca,agar dapat mengetahui
dan memahami peranan cacing pseudophyllidea.
2. Semoga makalah ini dapat berguna sebagi bahan pelengkap atau pertimbangan
dalam menyusun karya ilmiah berikutnya agar lebih baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://triyaniuc.wordpress.com/2013/06/02/echinococus-granulosus-diphyllobothrium-latum/

https://jufrialbuchorii.wordpress.com/2013/10/27/makaha-parasitologi-cacing/

https://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2010/10/24/336/

http://laboratorium-analisys-rafsan.blogspot.com/2012/07/infeksi-cacing-pita-ikan.html

https://www.scribd.com/doc/302384342/makalah-diphyllobothrium-latum-docx

https://www.scribd.com/document/360972750/cacing-Diphyllobothrium-latum-pdf

https://triyaniuc.wordpress.com/2013/06/02/echinococus-granulosus-diphyllobothrium-latum/

Anda mungkin juga menyukai