Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

MIKOLOGI

OLEH :
KELOMPOK 2 (A1)
1. Andi Fhatima Khairunnisa PO713203191007
2. Andi Salsabilah Putri Iqsyah PO713203191008
3. Anugra Batara Mulya PO713203191009
4. Aprian Syafrullah Sam PO713203191010
5. Besse Nurfadillah PO713203191011

PRODI DIPLOMA III


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula
penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan Laporan Lengkap ini yang berjudul “Laporan Lengkap Praktikum


Mikologi” ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikologi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kritik dan saran dari
pembaca untuk laporan ini sangat diharapkan, supaya laporan ini nantinya menjadi laporan
yang lebih baik lagi. Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 30 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

LAPORAN-LAPORAN MIKOLOGI

Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Kerokan Kulit..........................................4


Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Kerokan Kuku..........................................9
Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Tempe......................................................12
Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Kerokan Kuku Secara Kultur..................18
Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Kerokan Kulit Secara Kultur...................22
Laporan Praktikum I

Judul Praktikum : Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Kerokan Kulit

Hari / Tanggal : Rabu, 09 Juni 2021

Nama Dosen :

1. Widarti, S.Si.Apt.,M.M.Kes

2. Syahidah Djasang, S.Si., M.Kes

A. Tujuan Praktikum

Untuk menentukan adanya Hifa atau Spora pada pemeriksaan Sampel Kerokan Kulit.

B. Prinsip Pemeriksaan
1. Larutan KOH 10% akan melisiskan kulit sehingga bila mengandungLarutan KOH
10% akan melisiskan kulit sehingga bila mengandung jamur dibawah mikroskop
akan terlihat hifa dan atau spora. jamur dibawah mikroskop akan terlihat hifa dan
atau spora.
2. Pengamatan preparat awetan (preparat kering) dilakukan pada perbesaran 10x
lensa objektif untuk mencari lapang pandang dan perbesaran 40x lensa objektif

C. Dasar Teori
Jamur adalah sekelompok organisme yang digabungkan dalam toksin Kngdom
Fungi berdasarkan system Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri khas yaitu
bersifat heterotroph yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin pada dinding
selnya. Jamur dapat bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi dari oraganisme
lain yang mati, bersifat parasit dengan mendapatkan / nutrisi dengan menghisap dari
organisme hidup, atau dengan bersimbosis dengan cara mutualisme bersama satu
oraganisme. Produksi kitin, sejenis polisakarida adalah synapomorphy (sifat yang
serupa) antara fungi, choanoflagellata, dan hewan. Adapun jamur dibagi menjadi
empat devisi yaitu : Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota
(jamur imperfektil).
Jamur atau fungi adalah organisme heterotrofik yang memerlukan senyawa
organic untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut,
mereka disebut saprofit. Saprofit mengancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang
kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana yang
kemudian dikembalikan kedalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya.
Ciri-ciri jamur organisme yang termasuk dalam kelompok jamur, anggotanya
mempunyai ciri-ciri umum yaitu uniseluler atau bersel satu atau multiseluler (benang-
benang halus), eukariotik (mempunyai membrane inti), tidak mempunyai klorofil
sehingga bersifat heterotroph, yaitu secara saprofit, parasite dan simbiosis, dinding
selnya tersusun atas sel kitin, cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen
dan protein, pencernannya berlangsung secara ekstraselluler. Jamur multiseluler
secara aseksual dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi), zoospore,
endospore, dan konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan
inti betina sehingga dihasilkan spora. (Ita,2013).

D. Alat dan Bahan


 Alat : Objek glass
Lampu Spritus
Cover glass
Mikroskpo
Cawan petri
Pinset
Ose

 Bahan : Sampel Kerokan kulit


Larutan KOH 10%
Kapas alcohol 70%
Tissue

E. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Setelah itu, KOH 10% diteteskan pada objek glass.
3. Kemudian diujung ose dibasahi dengan larutan KOH 10%, lalu ditempelkan pada
kerokan kulit, sehingga tersebut menempel pada ujung ose.
4. Kerokan kulit diletakan paada tetesan larutan KOH 10%, kemudian ditutup dengan
penutup.
5. Kemudian dilewatkan beberapa kali diatas nyala lampu spritus. Dan dibiarkan
selama 10 menit. 6. Setelah itu diperiksa dibawah mikroskop dengan kondersor
rendah, mula – mula objektif pembesaran objektif 10 X untuk mencari lapang
padang bagian kulit yang akan diperiksa, kemudian pembesaran objektif 40 X
untuk mencari adanya Hifa dan Spora.

F. Interpretasi Hasil

Gambar Keterangan

Terlihat adanya sel – sel lemak dan


beberapa sel seperti Spora dan Hifa
pada jamur namun tidak terlihat
adanya mikosis.

G. Pembahasan
Fungi (jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak
dengan tidak memiliki klorofil. Jamur dapat menimbulkan berbagai macam penyakit,
baik penyakit dalam maupun penyakit luar. Penyakit-penyakit tersebut dapat diketahui
jenisnya dengan cara melakukan diagnosis laboratorium. Cara untuk menegakkan
diagnosis dari infeksi jamur dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah
dengan pembuatan sediaan langsung. Pembuatan sediaan langsung dapat dilakukan
dengan menggunakan sampel kulit, kuku, dan rambut. Pada praktikum kali ini
dilakukan pembuatan sediaan langsung dari kerokan kulit. Tujuan dari pemeriksaan
pembuatan sediaan langsung kali ini adalah untuk mengetahui jenis jamur yang
menginfeksi kulit dari pasien. Bagian kulit yang akan dijadikan sampel harus
dipastikan telah mengalami tanda-tanda terinfeksi oleh jamur.
Cara pengambilan sampel ini, yaitu pertama-tama bagian kuilit yang akan
dikerok harus didesinfeksi terlebih dahulu menggunakan kapas alcohol 70%. Hal ini
berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menenmpel pada bagian kulit
tersebut sehingga mempermudah dalam pengamatan hifa maupun spora jamur
nantinya. Bagian kulit yang akan dikerok sebaiknya bagian pinggir lesi yang aktif dan
tertutup dengan sisik. Hal ini dikarenakan pada bagian tersebut lebih mudah untuk
dikerok sehingga sampel kerokan kulit yang diinginkan dapat segera diperoleh.
Kerokan kulit yang didapatkan dari pasien kemudian diletakkan pada cawan petri dan
dapat segera diperiksa. Dalam praktikum kali ini, sampel yang digunakan yaitu
kerokan kulit dari pasien yang bernama Batara.
Dalam pembuatan preparat langsung kali ini, dapat digunakan larutan KOH
10% ini diteteskan pada objek glass kemudian diambil sampel kerokan kulit yang
didapatkan tadi dan diletakkan pada tetesan larutan KOH 10% tersebut. Kemudian
sampel ditutup dengan cover glass. Objeck glass kemudian difiksasi di atas nyala
lampu spiritus dan kemudian dibiarkan selama kurang lebih 10 menit. Larutan KOH
10% ini berfungsi untuk melisiskan bagian keratin kulit yang ada dalam sampel dan
yang tersisa adalah hifa atau spora jamur (fungi) saja sehingga memudahkan dalam
proses pengamatan di bawah mikroskop.
Setelah preparat dibiarkan selama 10 menit maka selanjutnya diamati di
bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 kali. Hal ini bertujuan untuk
mencari lapang pandang, setelah didapatkan lapang pandangnya, selanjutnya
dilanjutkan dengan pengamatan pembesaran objektif 40x. Pada pembesaran 40x
objektif ditemukan hasil positif pada sampel tersebut.
Pada sampel kerokan kulit pasien hasil positif dimana terlihat adanya se-sel
lemak dan beberapa sel seperti spora jamur namun tidak terlihat adanya mikosis. Pada
sampel kerokan kulit didapatkan hasil positif berupa adanya beberapa sel spora yang
penyebarannya tidak rata.
H. Kesimpulan

Pada hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pada sampel kerokan kulit
didapat hasil positif dimana terlihat adanya sel – sel lemak dan beberapa sel seperti
Spora dan Hifa pada jamur namun tidak terlihat adanya mikosis.

I. DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/405047096/hasil-danpembahasan-KOH-docx
diakses padatanggal 30 Juni 2021
https://id.scribd.com/document/368577359/Praktikum-5
diakses pada tanggal 30 Juni 2021
Laporan Praktikum II

Judul Praktikum : Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Kerokan Kuku

Hari / Tanggal : Rabu, 09 Juni 2021

Nama Dosen :

1. Widarti, S.Si.Apt.,M.M.Kes

2. Syahidah Djasang, S.Si., M.Kes

A. Tujuan Praktikum

Untuk menentukan adanya Hifa atau Spora pada pemeriksaan Sampel Kerokan Kuku.

B. Prinsip Pemeriksaan
1. Larutan KOH 40% akan melisiskan kulit sehingga bila mengandungLarutan
KOH 40% akan melisiskan kulit sehingga bila mengandung jamur dibawah
mikroskop akan terlihat hifa dan atau spora. jamur dibawah mikroskop akan
terlihat hifa dan atau spora.
2. Pengamatan preparat awetan (preparat kering) dilakukan pada perbesaran 10x
lensa objektif untuk mencari lapang pandang dan perbesaran 40x lensa objektif.

C. Dasar Teori

Jamur adalah sekelompok organisme yang digabungkan dalam toksin


Kingdom Fungi berdasarkan system Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri khas
yaitu bersifat heterotroph yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin pada dinding
selnya. Jamur dapat bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi dari oraganisme
lain yang mati, bersifat parasit dengan mendapatkan / nutrisi dengan menghisap dari
organisme hidup, atau dengan bersimbosis dengan cara mutualisme bersama satu
oraganisme.

Produksi kitin, sejenis polisakarida adalah synapomorphy (sifat yang serupa)


antara fungi, choanoflagellata, dan hewan. Adapun jamur dibagi menjadi empat devisi
yaitu : Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota (jamur
imperfektil).

Pada umumnya jamur bersel banyak, tetapi ada pula yang bersel satu.
Berdasarkan sifat ini pula, maka ukuran jamur sangat bervariasi dari sangat kecil /
mikroskopik sampai berukuran cukup besar / makroskopik.

Jamur atau fungi adalah organisme heterotrofik yang memerlukan senyawa


organic untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut,
mereka disebut saprofit. Saprofit mengancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang
kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana yang
kemudian dikembalikan kedalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya.

D. Alat dan Bahan


 Alat : Objek glass
Lampu Spritus
Cover glass
Mikroskpo
Cawan petri
Pinset
Ose

 Bahan : Sampel Kerokan kulit


Larutan KOH 40%
Kapas alcohol 70%
Tissue

E. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Dipilih kuku yang terindikasi jamur dengan ciri memiliki perubahan warna coklat
– hitam dan tidak rata.
3. Kemudian kuku pada daerah bernoda (Coklat – hitam) dikerik menggunakan
scaipel.
4. Setalah itu kuku dikerik, hasil kerikan diletakkan diatas objek glass.
5. Lalu diteteskan 1 – 2 tetes KOH 40%, karena lapisan kitin pada kuku lebih tebal
dibandingkan kulit dan rambut.
6. Setelah itu hasil kerikan diatas objek glass diteteskan 1 – 2 tetes KOH 40%,
kemudian ditutup dengan cover glass.
7. Lalu diamati dibawah mikroskpo dengan perbesaran 10 X lensa objektif , untuk mencari
lapang pandang dan perbesaran 40 X lensa objektif untuk pengamatan.

F. Interpretasi Hasil

Gambar Keterangan

Terlihat adanya sel-sel lemak dan


hifa, namun tidak terlihat adanya
mikosis pada sampel kerokan kuku
yang diperiksa.

G. Pembahasan

Fungi (jamur) merupakan organisme eukariotik yang bersel tunggal atau


banyak dengan tidak memiliki klorofil. Fungi dapat menyebabkan macam-macam
penyakit. Penyakit-penyakit tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan
pemeriksaan laboratorium.

Salah satu pemeriksaan laboratorium yang di gunakangunakan yaitu


pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 40%. Pada pratikum kali ini dilakukan
pembuatan sediaan langsung dari kerokan kulit tangan.

Tujuan dari pemeriksaan pembuatan sediaan langsung kali ini adalah untuk
mengetahui apakah kulit terinfeksi oleh jamur atau tidak. Pada pemeriksaan yang
dilakukan didapatkan hasil negatif. Hasil negatif disebabkan karena sampel yang
digunakan merupakan kulit yang tidak terinfeksi atau kulit yang normal.
Oleh sebab itu, sampel tidak terlihat tanda-tanda yang menunjukkan adanya
infeksi jamur. Adapun tanda-tanda jika terinfeksi jamur adalah bila ditemukan adanya
hifa dan atau spora.atau spora. Hasil negatif palsu pada pemeriksaan mikroskopis
langsung dengan KOH dilaporkan sebesar 5-15% dimana pemeriksaan ini sangat
tergantung pada keahlian pengamat.

H. Kesimpulan

Pada hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pada sampel kerokan kulit
didapat hasil positif dimana terlihat adanya sel – sel lemak dan beberapa sel seperti
hifa jamur namun tidak terlihat adanya mikosis.

J. DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/332388315/MIKOLOGI- KEROKAN. diakses pada
tanggal 30 Juni 2021
Laporan Praktikum III
Judul Praktikum : Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Kerokan Kuku Secara Kultur
Hari / Tanggal : Rabu, 09 Juni 2021
Nama Dosen :
1. Widarti, S.Si.Apt.,M.M.Kes
2. Syahidah Djasang, S.Si., M.Kes

A. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan adanya Hifa atau Spora pada pemeriksaan Sampel Kerokan Kuku
secara kultur.

B. Prinsip Pemeriksaan
1. Penanaman sampel kerokan kuku pada media SDA kemudian diinkubasi
selama 7 hari.
2. Koloni jamur yang tumbuh pada media SDA diambil dengan ose dan
dipindahkan atau digoreskan pada permukaan media SDA miring lalu
diinkubasi selama 7 hari.
3. Jamur yang diinokulasikan pada media SDA diamati makroskopis-nya,
kemudian mengamati secara mikroskopik dengan cara dibuat sediaan pada
objek glass yang telah berisi larutan LCB. Kemudian sediaan dapat diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 10x dan
dilanjutkan dengan perbesaran lensa objektif 40x.

C. Dasar Teori

Jamur adalah sekelompok organisme yang digabungkan dalam toksin


Kingdom Fungi berdasarkan system Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri khas
yaitu bersifat heterotroph yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin pada dinding
selnya. Jamur dapat bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi dari oraganisme
lain yang mati, bersifat parasit dengan mendapatkan / nutrisi dengan menghisap dari
organisme hidup, atau dengan bersimbosis dengan cara mutualisme bersama satu
oraganisme.

Kuku adalah lapisan keratin yang keras dan sedikit cembung jika dilihat
secara melintang maupun membujur. Lapisan ini menancap pada jaringan lunak yang
dipisahkan oleh periungual grooves (proksimal, distal dan lateral) dan batang matriks
kuku terletak pada bagian proksimal kuku. Kuku juga merupakan lempeng tanduk
yang melindungi ujung-ujung jari tangan dan kaki. Batang matriks kuku dan
lempengan kuku sebagian tertutupi oleh lipatan kuku proksimal (lipatan kulit). Selain
itu, pada bagian ini terdapat half moon atau lunula, bagian yang terlihat seperti bulan
sabit pada kuku. Lunula terlihat pada kuku ibu jari tangan dan kaki pada orang
dewasa serta menghubungkan lipatan kuku dengan matriks bagian bawah dimana
pertumbuhan kuku bermulai
Sepanjang evolusi kehidupan manusia, fungsi kuku adalah untuk sensitifitas,
menggaruk serta pertahanan dan untuk fungsi tangan optimal. Tanpa kuku, keupayaan
untuk memegang sesuatu dapat berkurang karena tidak ada tekanan kuku terhadap
jari.
Kutikula juga merupakan bagian dari kuku dan merupakan lapisan tanduk
transparan yang melekat pada permukaan kuku serta bertugas sebagai penutup antara
lapisan kuku dan lipatan kuku proksimal. Lapisan kuku halus pada bagian permukaan
atas dan berkerut pada bagian permukaan bawah. Dasar kuku mengandung lapisan-
lapisan dermis dan epidermis serta terdapat rabung memanjang di bawahnya. Kelenjar
keringat dan folikel yang terdapat di lapisan ini banyak mengandung fibril sitoplasma
yang akan hilang pada tahap akhir sel menjadi homogen lalu menjadi zat tanduk serta
menyatu dengan lempeng kuku. Selain itu, kandungan melanosit dalam matriks kuku
menyebabkan lempeng kuku mungkin berpigmen pada ras hitam. Sel-sel yang
terdapat dalam lapisan stratum korneum meluas hingga ke permukaan lempeng kuku
sebagai kutikula atau epikondrium.

D. Alat dan bahan


 Alat
1. Cawan petri
2. Scalpel
3. Objek glass
4. Cover glass
5. Ose / lidi
6. Lampu spiritus
7. Mikroskop
 Bahan
1. Alcohol 70%
2. Lactofenol
3. Media sabaroud agar
E. Prosedur kerja

 teknik pembuatan biakan / kultur dari sampel kerokan kuku

1. Sampel kerokan kuku di ambil secukupnya dengan menggunakan ose


atau pinset yang dilakukan secara aseptis yaitu dengan bantuan lampu
spiritus

2. sampel diletakkan di tengah-tengah media sabaroud agar yang telah


disiapkan sampel lalu homogenkan.

3. media SDA ditutup kembali dan dibungkus dengan kertas buram dan
diinkubasi pada suhu ruang, selama kurang lebih 7 hari lalu amati
pertumbuhan koloni pada media pilihan setiap hari selama kurang
lebih 7 hari atau pada hari ke 7.

 pembuatan sediaan langsung dari kultur jamur kerokan kuku

1. menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. objek glass dan cover glass didesinfeksi menggunakan alkohol 70%


kemudian objek glass yang telah didefinisikan di biarkan hingga kering

3. setelah itu tetesi larutan LBC (lactofenol cotton blue) sebanyak 1


sampai 2 tetes

4. lalu koloni jamur diambil pada biakan murni dengan jarum ose dan
diaduk perlahan pada objek gelas

5. kemudian menutup dengan cover glass dan diamkan selama 20 menit

6. sediaan diamati dengan mikroskop dengan pembesaran objektif 10


kali dan 40 kali kalah hasil pengamatan dilaporkan
F. Interpretasi hasil
 Hasil pengamatan makroskopik

 Warna permukaan : abu-abu


 Reverse side : kuning
 Tekstur : beludru (velvety)
 Eksudat :-
 Hasil pengamatan mikroskopik

G. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, sampel ditanam pada media sabaroud agar (SDA)
dengan cara sampel diambil dengan pinset dan di letakkan di tengah-tengah cawan
petri, kemudian ditananm dengan menuang media sbaroud agar (SDA). Lalu di
homogenkan. Media yang telah ditanami sampel kemudian diinkubasi dalam suhu
ruang selama 7 hari, kemudian diamati secara makroskopisis dan mikroskopis. Jamur
yang telah tumbuh pada media sabaroud agar tersebut merupakan kultur primer.
Pada media sabaroud agar, setelah diinkubasi dan dilakukan pengamatan
selama 7 hari terdapat pertumbuhan jamur. Hasil pada secara makroskopis
didapatkan koloni tampak depan dengan warna abu – abu selain itu koloni ini juga
memiliki bentuk rugase dan tekstur, velvety, tanpa titik eksudat.
H. Kesimpulan

Pada hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pada sampel kerokan kuku
secara kultur didapat hasil positif dimana terlihat adanya sel – sel lemak dan beberapa
sel seperti hifa jamur namun tidak terlihat adanya mikosis.

I. DAFTAR PUSTAKA
Novitasari,Ita.2013 dihttp://www.slideshare.net/ita_novietha_sari/bab-1-3. Diakses 30
Juni 2021

Tim Mikologi. 2012. Diktat Petunjuk dan Laporan Praktikum Mikologi. Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta
Laporan Praktikum IV

Judul Praktikum : Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Tempe


Hari / Tanggal : Rabu, 09 Juni 2021
Nama Dosen :
1. Widarti, S.Si.Apt.,M.M.Kes
2. Syahidah Djasang, S.Si., M.Kes

A. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan adanya Hifa atau Spora pada pemeriksaan Sampel Tempe.

B. Prinsip Pemeriksaan
1. Aquadest digunakan untuk memperjelas bentuk jamur dan membedakan
antara hifa dan spora dengan kotoran maupun tempe sehingga apabila tempe
terdapat jamur akan terlihat jelas hifa atau sporanya dibawah mikroskop.
2. Pengamatan preparat awetan (preparat kering) dilakukan pada perbesaran
10x lensa objektif untuk mencari lapang pandang dan perbesaran 40x lensa
objektif.

J. Dasar Teori
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia
dan mampu tumbuh di mana saja. Manusia tidak pernah terlepas dari interaksi
terhadap jamur dalam kehidupan sehari-hari baik di udara, tanah, air, pakaian bahkan
tubuh manusia sendiri sebagai kondisi homeostatis. Meskipun banyak jenis jamur
yang bermanfaat bagi manusia, namun jamur pada spesies tertentu mampu menjadi
parasit bagi manusia dan menyebabkan penyakit pada manusia melalui makanan yang
di konsumsi sehari-hari atau tidak sengaja mengkonsumsi jamur beracun secara
langsung. Jamur yang mampu mengakibatkan penyakit pada manusia, umumnya
hidup di tanah atau zat organik yang mengandung humus, tinja hewan (unggas,
kelelawar) pada kondisi yang seperti ini, jamur mampu bertahan sebagai saproba
tanpa melalui siklus sebagai parasit manusia
Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat
Indonesia dan mulai digemari pula oleh berbagai kelompok masyarakat Barat. Tempe
dapat dibuat dari berbagai bahan. Tetapi yang biasa dikenal sebagai tempe oleh
masyarakat pada umumnya ialah tempe yang dibuat dari kedelai. Tempe mempunyai
ciri-ciri putih, tekstur kompak. Pada dasarnya cara pembuatan tempe meliputi tahapan
sortasi dan pembersihan biji, hidrasi atau fermentasi asam, penghilangan kulit,
perebusan, penirisan, pendinginan, inokulasi dengan ragi tempe, pengemasan,
inkubasi dan pengundukan hasil. Tahapan proses yang melibatkan jamur dalam
pembuatan tempe adalah saat inokulasi atau fermentasi. Jamur tempe merupakan
sdalah satu anggota famili Mucoraceae yang memiliki karakteristik utama yaitu
miselliumnya tidak besekat.
Kualitas tempe amat dipengaruhi oleh kualitas starter yang digunakan untuk
inokulasinya. Inokulum tempe disebut juga sebagai starter tempe, dan banyak pula
yang menyebutkan dengan nama ragi tempe. Starter tempe adalah bahan yang
mengandung biakan jamur tempe, digunakan sebagai agensia pengubah kedelai rebus
menjadi tempe akibat tumbuhnya jamur tempe pada kedelai dan melakukan kegiatan
fermentasi yang menyebabkan kedelai berubah sifat/karakteristiknya menjadi tempe.
Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang disebabkan
oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Jamur yang berperanan dalam proses
fermentasi tersebut adalah R. oligosporus. R. oligosporus Saito mempunyai koloni
abuabu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam
kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari
1000 m dan diameter 10-18 m. Sporangia globosa yang pada saat masak berwarna
hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 m.

K. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Objek glass
2. Cover glass
3. Mikroskop
4. Lidi / tusuk gigi
Bahan :
1. Sampel jamur tempe
2. Lactofenol blue
L. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Meneteskan larutan lactofenol blue di atas objek gelas.
3. Mengambil sedikit sampel jamur tempe menggunakan tusuk gigi atau lidi.
4. Menghomogenkan menggunakan lidi, lalu menutup menggunakan cover glass.
5. Mengamati dibawah mikroskpo dengan perbesaran 10X lensa objektif, untuk
mencari lapang pandang dan perbesaran 40X lensa objektif untuk pengamatan.

M. Interpretasi Hasil
Gambar Keterangan

Terlihat misellium nya tidak bersekat 

N. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan langsung dari kerokan
kulit tangan Tujuan dari pemeriksaan pembuatan sediaan langsung kali ini adalah
untuk mengetahui jenis jamur yang terdapat pada tempe.. Cara pengambilan sampel
ini, yaitu pertama-tama bagian yang berwarna putih pada tempe yang memiliki tektur
halus. Setelah preparat dibiarkan selama 10 menit maka selanjutnya diamati di bawah
mikroskop dengan pembesaran objektif 10 kali. Hal ini bertujuan untuk mencari
lapang pandang, setelah didapatkan lapang pandangnya, selanjutnya dilanjutkan
dengan pengamatan pembesaran objektif 40x. Pada pembesaran 40x objektif
ditemukan hasil positif pada sampel.
Jamur tempe yang memiliki nama latin Rhizopus oryzae merupakan mikro
organism semi saprofit dan organism anaerob. Jamur tempe memiliki ciri utama
yaitu  misellium nya tidak bersekat yang juga merupakan ciri utama dari family
Mucoraceae. Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam
pembuatantempe. Jamur ini aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin
danmampu menghasilkan asam laktat. Rhizopus oryzae mempunyai
kemampuanmengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu
jamur ini juga mampu menghasilkan protease. Menurut Sorenson danHesseltine
(1986), Rhizopus oryzae tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6.Pada penelitian, semakin
lama waktu fermentasi, pH tempe semakinmeningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur
semakin menurun karena pHtinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara
umum jamur jugamembutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air untuk
jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air, jumlah
nutrien dalam bahan juga dibutuhkan oleh jamur.

O. Kesimpulan
Pada hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa pada sampel jamur tempe
didapatkan hasil positif karena ditemukan jamur jenis aspergillus Rhizopus oryzae
karena terlihat miselliunya tidak bersekat.

P. DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/205994753/Praktikum-Jamur-Tempe diakses pada
tanggal 30 Juni 2021
https://www.scribd.com/document/339048523/Laporan-Praktikum-Tempe diakses
pada tanggal 12 Juni 2021

Laporan Praktikum V
Judul Praktikum : Pemeriksaan Jamur Pada Sampel Kerokan Kulit

Hari / Tanggal : Rabu, 09 Juni 2021

Nama Dosen : 1. Widarti, S.Si.Apt.,M.M.Kes

2. Syahidah Djasang, S.Si., M.Kes

A. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui cara pemeriksaan sampel kerokan kulit pada media sabroud
dextrose agar.
B. Prinsip Pemeriksaan
1. Larutan alfa naftol akan melisiskan kulit sehingga bila mengandungLarutan
alfa naftol akan melisiskan kulit sehingga bila mengandung jamur dibawah
mikroskop akan terlihat hifa dan atau spora. jamur dibawah mikroskop akan
terlihat hifa dan atau spora.
2. Pengamatan preparat awetan (preparat kering) dilakukan pada perbesaran 10x
lensa objektif untuk mencari lapang pandang dan perbesaran 40x lensa
objektif
C. Dasar Teori
Jamur adalah sekelompok organisme yang digabungkan dalam toksin
Kingdom Fungi berdasarkan system Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri khas
yaitu bersifat heterotroph yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin pada dinding
selnya. Jamur dapat bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi dari oraganisme
lain yang mati, bersifat parasit dengan mendapatkan / nutrisi dengan menghisap dari
organisme hidup, atau dengan bersimbosis dengan cara mutualisme bersama satu
oraganisme. Produksi kitin, sejenis polisakarida adalah synapomorphy (sifat yang
serupa) antara fungi, choanoflagellata, dan hewan. Adapun jamur dibagi menjadi
empat devisi yaitu : Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota
(jamur imperfektil).
Jamur atau fungi adalah organisme heterotrofik yang memerlukan senyawa
organic untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut,
mereka disebut saprofit. Saprofit mengancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang
kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana yang
kemudian dikembalikan kedalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya.
Ciri-ciri jamur organisme yang termasuk dalam kelompok jamur, anggotanya
mempunyai ciri-ciri umum yaitu uniseluler atau bersel satu atau multiseluler (benang-
benang halus), eukariotik (mempunyai membrane inti), tidak mempunyai klorofil
sehingga bersifat heterotroph, yaitu secara saprofit, parasite dan simbiosis, dinding
selnya tersusun atas sel kitin, cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen
dan protein, pencernannya berlangsung secara ekstraselluler. Jamur multiseluler
secara aseksual dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi), zoospore,
endospore, dan konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan
inti betina sehingga dihasilkan spora. (Ita,2013).
D. Alat dan Bahan
 Alat : - Tabung reaksi - Kawat kasa
- Pipet tetes - Kapas
- Deck glass - Cawan petri
- Kaki tiga - Kertas
- Objek glass - Timbangan
- Mikroskop - Scapel
- Lampu spiritus
- Ose bulat
- Labu Erlenmeyer
 Bahan : - Sabroud dextrose agar
- Larutan Alfa-naftol
- Aquadest
- Kerokan kulit
E. Cara Kerja
a. Cara membuat Media Saboroud Agar
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Menimbang Saboroud agar sebanyak 16,25 gram dan melarutkannya
menggunakan 250 ml aquadest (cara melarutkannya yaitu
memasukkan saboroud dextrose agar ke dalam Erlenmeyer dan
menambahkan aquadest lalu memanaskannya diatas kawat kasa
menggunakan lampu spiritus)
b. Cara membuat kultur dari sampel kulit
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Memasukkan sampel kerokan kulit ke dalam cawan petri lalu
menambahkan saboroud agar yang telah dipanaskan tadi
3) Menghomogenkannya, dan mendiamkan hingga membeku
4) Membungkus menggunakan kertas dan menginkubasi pada suhu 35°C
selama 6-7 hari
5) Mengamati koloni yang tumbuh
c. Pengamatan yang dilakukan pada koloni yang tumbuh pada kultur
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Mengambil koloni yang ada pada kultur menggunakan scapel dan
menaruhnya diatas objek glass dan menambahkan larutan alfa-naftol
lalu menutupnya dengan deck glass
3) Mengamati dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10x dan
40x
d. Penanaman koloni yang tumbuh dari kultur ke dalam tabung reaksi yang berisi
saboroud agar
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Memasukkan saboroud agar yang telah dipanaskan ke dalam tabung
reaksi
3) Menutup bagian atas tabung menggunakan kapas dan membiarkannya
hingga membeku (Posisinya dimiringkan)
4) Setelah membeku, menanam koloni yang tumbuh dari kultur ke dalam
tabung reaksi yang berisi sabaroud agar dengan menggunakan ose
bulat (1 koloni ditanam pada 1 tabung reaksi)
5) Membungkus tabung reaksi dengan kertas dan menginkubasi pada
suhu 35°C selama 6-7 hari
6) Mengamati koloni yang tumbuh pada tabung reaksi
e. Pengamatan Koloni yang telah ditanam pada tabung reaksi yang berisi
saboroud agar
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Mengambil koloni dari tabung reaksi yang berisi saboroud agar
menggunakan ose bulat lalu meletakkannya diatas objek glass
3) Menambahkan larutan alfa-naftol
4) Menutup menggunakan deck glass
5) Mengamati jamur yang tumbuh menggunakan mikroskop dengan
pembesaran objektif 10x dan 40x.

F. Interpretasi Hasil

Koloni yang tumbuh pada cawan petri Keterangan


yang berisikan saboroud agar dan kultur
kulit

Terdapat 4 Jenis koloni yang tumbuh


pada cawan petri yang berisikan
saboroud agar dan kultur kulit.

Koloni yang tumbuh pada tabung reaksi Keterangan


yang berisikan saboroud agar dan koloni
yang dipindahkan dari cawan petri

Terdapat 4 jenis koloni yang tumbuh


pada tabung reaksi yang berisikan
saboroud agar dan koloni dari cawan
petri
Tabung 1

Terdapat 1 jenis koloni yang tumbuh Ditemukan Hifa dan jamur Aspergillus sp
pada tabung 1 pada kultur tabung 1

Tabung 2

Terdapat 1 jenis koloni yang tumbuh Ditemukan Hifa dan Spora pada kultur
pada tabung 2 tabung 2
Tabung 3

Terdapat 1 jenis koloni yang tumbuh Ditemukan Hifa, spora, dam jamur
pada tabung 3 Aspergillus sp pada kultur tabung 3

Tabung 4

Terdapat 1 jenis koloni yang tumbuh Ditemukan Hifa dan spora yang tidak
pada tabung 4 beraturan pada kultur tabung 4

G. Pembahasan
Fungi (jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak
dengan tidak memiliki klorofil. Jamur dapat menimbulkan berbagai macam penyakit,
baik penyakit dalam maupun penyakit luar. Penyakit-penyakit tersebut dapat
diketahui jenisnya dengan cara melakukan diagnosis laboratorium. Cara untuk
menegakkan diagnosis dari infeksi jamur dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya adalah dengan pembuatan sediaan langsung. Pembuatan sediaan langsung
dapat dilakukan dengan menggunakan sampel kulit, kuku, dan rambut. Pada
praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan langsung dari kerokan kulit. Tujuan
dari pemeriksaan pembuatan sediaan langsung kali ini adalah untuk mengetahui jenis
jamur yang menginfeksi kulit dari pasien. Bagian kulit yang akan dijadikan sampel
harus dipastikan telah mengalami tanda-tanda terinfeksi oleh jamur.
Cara pengambilan sampel ini, yaitu pertama-tama bagian kuilit yang akan
dikerok harus didesinfeksi terlebih dahulu menggunakan kapas alcohol 70%. Hal ini
berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menenmpel pada bagian kulit
tersebut sehingga mempermudah dalam pengamatan hifa maupun spora jamur
nantinya. Bagian kulit yang akan dikerok sebaiknya bagian pinggir lesi yang aktif dan
tertutup dengan sisik. Hal ini dikarenakan pada bagian tersebut lebih mudah untuk
dikerok sehingga sampel kerokan kulit yang diinginkan dapat segera diperoleh.
Kerokan kulit yang didapatkan dari pasien kemudian diletakkan pada cawan petri dan
dapat segera diperiksa. Dalam praktikum kali ini, sampel yang digunakan yaitu
kerokan kulit dari pasien yang bernama Batara.
Dalam pembuatan preparat langsung kali ini, dapat digunakan larutan alfa-
naftol ini diteteskan pada objek glass kemudian diambil sampel kerokan kulit yang
didapatkan tadi dan diletakkan pada tetesan larutan alfa-naftol tersebut. Kemudian
sampel ditutup dengan cover glass. Objeck glass kemudian difiksasi di atas nyala
lampu spiritus dan kemudian dibiarkan selama kurang lebih 10 menit. Larutan alfa-
naftol ini berfungsi untuk melisiskan bagian keratin kulit yang ada dalam sampel dan
yang tersisa adalah hifa atau spora jamur (fungi) saja sehingga memudahkan dalam
proses pengamatan di bawah mikroskop.
Setelah preparat dibiarkan selama 10 menit maka selanjutnya diamati di
bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 kali. Hal ini bertujuan untuk
mencari lapang pandang, setelah didapatkan lapang pandangnya, selanjutnya
dilanjutkan dengan pengamatan pembesaran objektif 40x. Pada pembesaran 40x
objektif ditemukan hasil positif pada sampel tersebut.

H. Kesimpulan
Pada sampel kerokan kulit pasien hasil positif dimana terlihat adanya
beberapa sel seperti hifa, spora, dan jamur aspergillus sp namun tidak terlihat adanya
mikosis.

I. Daftar Pustaka
Elmer,W.K.Glen, D.R. and Sara, E.W, 1978. Practical Laboratory Mycology. United
States of Amerika
Ganjar, Indrawati, Wellyzar, Sjamsuridzal dan Arianti Oetari, 2006. Mikologi Dasar
dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta

Anda mungkin juga menyukai