Anda di halaman 1dari 21

IDENTIFIKASI DAN ISOLASI JAMUR DAN VIRUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Praktikum Mikribiologi dan Parasit

Kelompok :
Rofiqoh Ratna C. 64114130
Isnaningsih 6411413033
Yuli Yana 6411413038
Fennyta Fika Fiyansa 6411413054
Hana Nafisah 6411413063

Rombel 01 Epidemiologi dan Biostatistik

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016
IDENTIFIKASI JAMUR
A. Pengertian Jamur
Jamur atau cendawan adalah organisme yang mampu mengubah makhluk hidup
dan benda mati menjadi sesuatu yang menguntungkan atau merugikan. Jamur memiliki
potensi bahaya bagi kesehatan manusia atau hewan. Organisme yang dapat mengahsilkan
berbagai yang disebut sebagai mikotoksin, tergantung jenis jamur. Jamur dapat
menyebabkan alergidan infeksi juga menyebabkan tingkat dekomposisi bahan makanan
(Handjanietal ., 2006).
Sebagian besar eukariotik ini tumbuh sebagai filamen tubuhan yang di sebut
sbagaihifa. Jalinan massa hifa di sebut misellium. Hifa adalah senositik, artinya tidak
tergolong menjadi sel & sel tersendiri. Fungi tidak mempunyai klorofil dan karena itu
heterofikn (kimball,-192). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang
tersedianya nutrien, air, ph, oksigen, potensial reduksi, adanya zat-zat penghambat dan
adanya jasad renik lain (Waluyo, 1995).

Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik, mereka memerlukan


senyawa organik untuk nutrisinya bila mereka hidup dari benda organik mati yang
terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan
yang kompleks, menguraikan dari zat-zat kimia yang lebih sederhana yang kemudian
dikembalikan ke dalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya (Pelczar dan
Chan, 2008).

B. Morfologi Jamur
Jamur benang atau biasa di sebut jamur merupakan organisme anggota kingdom
fungi. Pertumbuhan jamur di permukaan bahan makanan mudah di kenali karena sering
kali membentuk koloni berserabut seperti kapas. Tubuh jamur berupa benang yang
disebut hifa, sekumpulan hifa di sebut misellium. Miesllium dapat mengandung pigmen
dengan warna-warna merah, ungu, kuning, coklat, abu&abu, dan sebagainya. Jamur
benang pada umum nya bersifat aerob obligat, pH pertumbuhan berkisar 2-9 , suhu
pertumbuhan berkisar 10 – 35 OC, wateractivity 0,85 atau di bawahnya ( Handjanietal.,
2006).
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai ciri khusus berupa benang
tunggal atau bercabang-cabang yang disebut dengan hifa. Kumpulan hifa akan
membentuk miselium. Fungi merupakan organisme eukariotik yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: (1) mempunyai spora, (2) memproduksi spora, (3) tidak mempunyai
klorofil sehingga tidak berfotosintesis, (4) dapat berkembangbiak seksual dan aseksual,
(5) tubuh filamen dan dinding sel mengandung kitin, glukosa dan manan (Waluyo, 2011).

Tubuh jamur dapat berupa sel-sel yang lepas satu sama lain dapat berupa
beberapa sel yang bergandengan, dapat berupa benang. Satu helai benang
disebut hifa. Hifa dapat tumbuh dengan bercabang-cabang sehingga merupakan jaring-
jaring disebut miselium. Hifa menegak berisi spora. Dining sel terdiri dari selulosa dan
juga kitin (Dwidjoseputro, 1978).

C. Klasifikasi Jamur

Ada beberapa klasifikasi jamur yaitu derosinycenter (jamur lendir seluler),


Myxomycetes (Jamur lendir sejati), Phycomycetes (Jamur tingkat rendah) dan Eumycetes
(Jamur tingkat tinggi!), Eumycetes terdiri dari 3 basis yaitu Ascomycetes,
Basidiomycetes, dan Deuteromycetes (Fungi imperfecti) (Sumiarsih, 2003).

Menurut Kurniawati (2010), berdasarkan karakteristiknya , klasifikasi jamur dapat


dibedakan menjadi tiga kelas utama yaitu :

1. Derosinycenter
2. Myxomychopyta
3. Eumychopyta
a. Kelas Phycomycetes (golongan jamur tingkat rendah).
b. Kelas Ascomycetes (golongan jamur tingkat tinggi).
c. Kelas Basidiomycetes (termasuk jamur tingkat tinggi).
d. KelasDeuteromycetes (teremasuk golongan fungi imperfechi), yakni golongan
jamur (cendawan) yang memiliki fase pembiakan seksual yang belum di ketahui
dengan jelas kira-kira 30.000 spesies fungi yang telah diidentifikasi secara
tradisional, mereka dibagi menjadi empat kelompok taksonomi, terutama
berdasarkan macam. Spora yang di hasilkan , kelompok itu ialah phycomycetes ,
ascomycetes, basidiomycetes, dan fungi imperfecti (Kimbal l, 1992).

D. Macam-macam Metode Penanaman Jamur


1. M e t o d e h e i n r i c l i s d e n g a n m e m a k a i o b j e c t g l a s s , t i s u u e b a s a h
y a n g d i masukan dalam cawan dan di sterilkan. 7alu meneteskan suspensi spora
jamur dalam media cair pada media co/erglass yang tidak di beri lilin. Inkubasi
pada suhu kamar selama 3x24 jam.
2. Metode slideculture (microculture). Teknik ini bertujuan untuk mengamati sel
kapang dengan menumbuhkan spora pada objectglass yang di tetesi media dengan
preparat ulas seperti yang telah diuraikan di depan. Namun sering kali misellium
atau susunan spora menjadi pecah atau terputus sebagian penampakan di
mikroskop dapat membingungkan. Dengan teknik ini, spora dan misellium
tumbuh langsung pada slide sehingga dapat mengatasi masalah tersebut.
3. Metode riddel, setelah penyeterilansaboruaddextrose agar steril di potong bentuk
kubus dan diletakan di objek glass dan diinkubasi selama 3x24 jam taruh di preparat
dan di amati (UNSOED, 2008)
Menurut Buckle (1985), metode perhitungan sel-sel hidup dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Prosedur penumbuhan dalam agar.
2. Prosedur penyaringan dengan membran.
3. Teknik mpn (mostprobablenumber)
Metode perhitungan koloni menurut Schelgel (1994), adalah:
1. Metode langsung : metode dimana massa agar di tentukan setelah sel-selnya diendapkan dengan
sentrifus.
2. Metode tidak langsung : metode yang di dasari penentuan intensif kekeruhan suspensial dan
dapat di gunakan untuk menetapkan massa.
E. Pembuatan PDA
Bahan :
1. Agar-Agar
2. Gula
3. Kentang
4. Streptomycine
5. Alummuniumfoil
6. Aquadest
7. Spirtus
Alat :
1. Erlenmeyer
2. Beackerglass
3. Hot plate
4. Kompor
5. Panci/Dandang
6. Ayakan
7. Batang pengaduk
8. Pisau

Cara Kerja :
1. Ditimbang 250gr dextrose dan 20gr agar.
2. Dikupas dan dicuci kentang, lalu dicuci dan dipotong seperti dadu kecil.
3. Direbus potongan kentang denga menggunakan Aquadest secukupnya hingga
mendidih.
4. Saring sari kentang dengan menggunakan kain dan masukkan dalam gelas
beacker.
5. Campurkan sari kentang dengan agar sambildiaduk sehingga agar tidak
menggumpal.
6. Cairan larutan PDA dalam beackerglass dalam rendaman air mendidih selama
kurang lebih 15 menit atau hingga mendidih sambil diaduk terus.
7. Tutup/sumbatlah mulut erlenmeyer dengan kapas hingga padat dan rapat.
8. Bungkus rapat multerlenmeyer dengan alummuniumfoil dan clipwarp.
9. Beri label pada erlenmeyer dengan spidol.
F. Contoh Identifikasi Jamur
Metodologi Identifikasi Jamur :
Alat :
1. Jarum Loop
2. Coverglass
3. Objek glass cekung
4. Mikroskop
5. Bunsen
6. Cawan Petri
7. Nampan
8. Tabung reaksi
9. Rak tabung reaksi
10. Pipet tetes
Bahan :
1. Na Fis
2. Koran
3. Tali
4. Alkohol 70%
5. Spirtus
6. Aquadest
7. Air
8. tissue
Prosedur kerja :
Pada praktikum mikrobiologi identifikasi Jamur, langkah pertama yang di
lakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Alat-alatnya antara lain jarum loop untuk
menginokulasi sampel dari media padat ke cair atau sebalik nya, coverglass untuk
menutup objek di objek glass, objek glaas cekung untuk tempat diletakan objek,
mikroskop untuk mengamati mikroorganisme dan pergerakan halus yang tidak terlihat
oleh mata telanjang, bunsen untuk pengkondisianaseptis, cawan petri tempat melakukan
penanaman jamur, sprayer tempat alkohol. Sedangkan bahan-bahan yang di gunakan
ialah Nafis sebagai media pembiakan bakteri jamur, koran untuk membungkus cawan
petri, tali untuk mengikat cawan petri yang telah di bungkus koran, alkohol 70% sebagai
pengkondisianaseptis dan mensterilkan tangan saat melakukan pembiakan jamur,
aquadest sebagai pelarut.
Langkah selanjutnya adalah diambil cawan petri yang berisi jamur dalam PDA
dari dalam incase. Kemudian dipanaskan jarum loopdiatasbunsen untuk
pengkondisianaseptis lalu di dinginkan dengan menggoreskan jarum loop di
media yang tidak ada jamurnya. Setelah itu diambil jamur yang berhifa, proses ini di
lakukan didekatbunsen untuk pengkondisianaseptis. Jamur di goreskan pada coverglass,
lalu di tetesi NaFis karena NaFis merupakan larutan isotonik. Setelah itu coverglass
ditutup dengan objek glass cekung dan di balik agar hifatidak rusak sehingga dapat
diamati. Lalu diamati preparat dibawah mikroskop dan di gambar hasilnya.
ISOLASI JAMUR
A. Prinsip Isolasi Jamur
Pada prinsipnya isolasi jmur adalah memisahkan satu jenis jamur dari biakan
campuran menjadi biakan murni. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya pada
media padat, karena dalam media padat sel-sel jamur akan membentuk suatu koloni sel
yang tetap pada tempatnya.
Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang
terpisah, maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu
koloni yang terpisah, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya. Bila digunakan
media cair, sel-sel jamur susah dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak
tetap tinggal ditempatnya. Akan tetapi apabila sel-sel tersebut dipisahkan dengan cara
pengenceran, kemudian ditumbuhkan pada media padat dan dibiarkan membentuk
koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau
cawan petri yang terpisah.
B. Metode Menanam Biakan
Ada beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan di dalam
medium diantaranya adalah:
A. Metode Cawan Gores
Metode ini memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu, namun
untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang
biasanya diperoleh dari pegalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik
kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua
macam kesalahan yang umum dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan
medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme
menjadi kurang larut dan cenderung untuk menggunakan inokolum terlalu banyak
sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digores.
B. Metode Cawan Tuang
Cara lain untuk memperoleh biakan koloni murni dari populasi campuran
mikroorganisme ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang
telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-
sel mikroba di dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka
pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu
diantara cawan-cawan tersebut mengandung koloni-koloni terpisah di atas permukaan
maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak
memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi (Gandjar, 2006).
C. Teknik Isolasi Jamur
 Isolasi Pada Cawan Agar
Prinsip metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme
sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari mikroorganisme lain.
Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal
dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada cawan agar,
yaitu: metode gores kuadran dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadran
bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya
mikroorganisme dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Metode agar tuang
berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang
dicairkan dan didinginkan 50oC, yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu
dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang
terpisah di atas permukaan/di dalam cawan.
 Isolasi Sel Tunggal
Metode ini dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar
yang tidak dapat diisolasi dengan metode cawan atau medium cair. Sel
mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian
sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun
mikromanipulator yang dilakukan secara aseptis.
D. Jenis Medium
 PDA (Potato Dextrosa agar) untuk medium padat
 PDB untuk medium cair
Syarat media yang baik adalah:
- Mengandung bahan makanan yang sesuai bagi jasad renik
- Mengandung oksigen tersedia yang dibutuhkan
- Mengandung kelembaban tertentu
- Ph media harus sesuai
- Suhu media harus cocok
- Media harus steril
- Media harus terlindung dari kontaminasi
- Media biakan merupakan suatu zat yang digunakan untuk menumbuhkan jasadrenik
di laboraturium.

E. Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Isolasi Jamur


 Sifat setiap jenis jamur yang akan diisolasi
 Tempat hidup atau asal mikroba tersebut
 Medium pertumbuhan yang sesuai
 Cara menginokulasi dan cara menginkubasi
 Cara menguji bahwa jamur yang diisolasi telah berupa kultur murni dansesuai
dengan yang dimaksud
 Cara memelihara agar jamur yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.
F. Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Isolasi Jamur
1. Suhu
Suatu mikroorganisme tidak akan mampu bertahan pada suhu yang tinggi,
karena pada suhu yang terlalu tinggi protein dalam selnya akan mudah untuk
terdenaturasi.
2. Kelembapan relatif
Dalam suatu kondisi lembap, terdapat mikroorganisme yang akan mudah
hidup. Akan tetapi, kelembapan harus disesuaikan dengan karakteristik
mikroorganisme yang akan ditumbuhkan.
3. Cahaya
Dalam suatu intensitas cahaya tertentu mikroorganisme tidak dapat tumbuh
karena, Pada intensitas cahaya yang lebih tinggi, mikroorganisme tidak akan mampu
mempertahankan diri dari sinar ultra violet
4. Radiasi
Seperti yang kita ketahui, jika makhluk hidup terkena radiasi, maka radiasi
tersebut akan berdampak pada struktur sel suatu makhluk hidup sehingga akan
mengalami kelainan. Hal tersebut juga berdampak pada bakteri atau mikroorganisme
lainnya.
5. pH
Setiap mikroorganisme mempunyai pH yang spesifik, sehingga dalam
pertumbuhannya harus disesuaikan dengan pH yang dibutuhkannya.
G. Praktikum Isolasi Jamur
 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Autoclap
laminar air flow
lampu bunsen
cawan petri
jarum N.
 Bahan
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah :
Medium PDA
Kapas
Aluminium foil
Alcohol
Isolat jamur
 Cara Kerja
Pertama-tama menyalakan laminar air flow dan lampu bunsen kemudian
menyemprot tangan dengan alkohol, ini dimaksudkan agar tangan kita steril dari
mikroba lain. Buka cling wrap yang melekat di cawan bermedia PDA dan isolat
jamur, ambil jarum N untuk mengambil bagian isolat jamur dan membakarnya sampai
merah kemudian didinginkan. Setelah itu ambil sebagian isolat jamur yang masih ada
dan dipindahkan ke cawan bermedia PDA, letakkan ditengah cawan, kemudian
bungkus dengan cling wrap, setelah itu, menempelkan nama yang di tulis pada kertas
label dan bungkus isolat dengan cling wrap. Isolasi pun selesai dan cawan yang berisi
isolat kemudian di simpan dan tunggu beberapa hari sampai jamur dalam cawan
tumbuh dan berkembangbiak.
 Praktikum Isolasi Jamur Dengan Sampel Roti Berjamur
- Alat
Jarum Ose
Tabung Reaksi
Lampu Bunsen
Korek Api
- Bahan
Sampel Roti berjamur
Media PDA
Alkohol
- Cara Kerja
Sampel roti berjamur, dan media PDA disiapkan. Isolasi dilakukan dengan
cara aseptis, tangan disterilkan dengan alkohol terlebih dahulu, kemudian meja yang
digunakan untuk praktikum juga dibersihkan dengan alkohol. Lalu jarum ose
dipijarkan sampai bewarna merah pada seluruh bagiannya agar steril. Lalu tabung
reaksi berisi media steril yang berupa agar miring dipegang dengan tangan kiri, tutup
tabung dibuka (tutup tabung tetap dipegang, jangan diletakkan diatas meja karena
akan menyebabkan kontaminasi pada tutup tabung). Setelah itu mulut tabung
dipanaskan sebentar di atas api. Kemudian sampel roti busuk diambil sedikit dengan
menggunakan jarum ose. Lalu digoreskan secara zig-zag pada permukaan agar
miring. Mulut dan tutup tabung kemudian dipanaskan lagi lalu ditutup. Jarum ose
juga dipanaskan sampai berpijar seluruhnya baru kemudian dimasukkan dalam
tabung reaksi yang berisi alkohol. Kemudian diinkubasi selama 3 hari, diamati
perubahan yang terjadi, digambar, dan diberi keterangan meliputi bentuk
pertumbuhan, bentuk tumbuh dari atas, bentuk tumbuh dari pinggir, serta bentuk
penonjolan.

Daftar Pustaka
http://dokumen.tips/documents/laporan-resmi-isolasi.html
http://id.scribd.com/doc/64902238/Laporan-Pembuatan-Media
IDENTIFIKASI VIRUS

A. Pemurnian
Pemurnian partikel partikel virus untuk melakukan pemurnian, bahan awal bias
anya berupa media biakan jaringan bervolume besar. Cairan tubuh atau sel yang
terinfeksi. Langkah pertama biasanya meliputi pemekatan partikel-partikel virus
melalui presipitasi dengan ammonium sulfat, etanol, atau polietilenglikol, atau dengan
ultra filtrasi. Setelah pemekatan, virus kemudian dipisahkan dari materi inang melalui
pemusingan diferensial, sentrifugasi gradient densitas, kromaktorapikolom, dan elektro
foresis.
Pemurnian awal akan menghilangkan sebagian besar materi yang bukan berasal
dari virus. Langkah pertama ini mencakup pemusingan. Sedangkan langkah pemurnian
akhir hamper selalu memakai sentrifugasi gradient densitas. Virus icosa hedral lebih
mudah dimurnikan dari pada virus berselubung. Kriteria minimal untuk pemurnian
adalah penampilan yang homogeny dalam gambaran mikroskop electron dan gagalnya
prosedur pemurnian tambahan untuk membuang “pencemar” tanpa menurunkan
kemampuan infeksi.
B. Identifikasi suatu partikel sebagai virus
Partikel harus memenuhi kriteria berikut sebelum diidentifikasi sebagai partikel virus:
1. Partikel tersebut hanya dapat diperoleh dari sel atau jaringan yang terinfeksi.
2. Partikel-partikel yang diperoleh dari berbagai sumber bersifat sama atau identic, tanpa
mempedulikan spesies sel tempat tumbuh virus.
3. Tingkat aktivitas infeksi dari sediaan berbanding lurus dengan jumlah partikel yang
ada
4. Tingkat kerusakan fisik partikel yang disebabkan oleh sarana kimia atau fisika sesuai
dengan hilangnya aktivitas virus.
5. Sifat-sifat tertentu dari partikel dan kemampuan infeksinya harus terbukti sama.
6. Spectrum absorbsi dari partikel fisika murni dalam kisaran ultra ungu harus
bertepatan denagn spectrum inakifasi virus.
7. Antiserum yang disiapkan terhadap virus infektif harus bereaksi dengan partikel yang
dimaksud, dan sebaliknya.
8. Partikel-partikel tersebut harus dapat menginduksi penyakit yang khas secara invivo.
9. Masuknya partikel dalam biakan jaringan harus menghasilkan turunan dengan sifat-
sifat biologi dan serologi virus.
C. Mikroskopi dan Pewarnaan Virus
Penyakit virus dimana dilakukan pemeriksaan mikroskopik langsung terhadap
penanaman atau apusan telah terbukti bermanfaat, termasuk pada infeksi rabies, infeksi
herpes simpleks, infeksi varisela-zoster, infeksi virus sinsitial pernapasan, dan influenza
A, serta merupakan metode pilihan untuk mendeteksi banyak virus ini. Pewarnaan
antigen virus dengan imunofluoresensi dalam suatua pusan otak dan impresi kornea dari
hewan penderita rabies dan dari manusia merupakan metode pilihan untuk diagnosis
rutin infeksi rabies.
Prosedur dilakukan sebagai berikut :Dua apusan impresi pada gelas objek dibuat
dengan menggunakan otak yang dicurigai. Gelas objek difiksasi dalam aseton pada suhu
-20°C. Satuapusan (kontrol) dituang dengan globulin anti rabies berlabel-fluoresen yang
dicampur dengan otak tikus yang mengandung virus rabies. Apusan lain (uji) dituang
dengan globulin anti rabies berlabel fluoresein yang sama, dicampur dengan otaktikus
normal. Gelas objek diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit dalam ruang yang
lembab, kemudian dibilas selama 10 menit dalam saline dapar, dikeringkan di udara,
dipasang dan diperiksa. Apusan uji positif memberikan fluoresensi yang terang,
sementara apusan kontrol tidak memberikan fluoresensi karena antibodi yang diberi label
secara spesifik telah diikat oleh antigen rabies yang ditambahkan dalam otak tikus.
D. Uji Serologis
Uji serologis merupakan sebuah metode yang digunakan untuk melihat gambaran
titer antibodi di dalam tubuh ayam. Pengaplikasian uji serologis ini kurang lebih ada 4
tujuan, satu diantaranya ialah untuk memantau hasil vaksinasi. Dalam perkembangannya,
peternak mulai menyadari perlunya melakukan ujis erologis terlebih lagi dengan semakin
banyaknya jenis penyakit atau padatnya jadwal vaksinasi. Melalui uji serologis,
pelaksanaan vaksinasi ulang pun menjadi lebih tepat. Selain itu, hasil uji serologis juga
dapat digunakan sebagai peneguhan diagnosa suatu penyakit. Titer antibodi dari penyakit
viral seperti Newcastle diseases (ND), avian influenza (AI), infectious bursal disease
(IBD/gumboro), infectious bronchitis (IB) dan egg drops syndrome (EDS) maupun
penyakit bakterial yaitu korisa, salmonella dan chronic respiratory disease (CRD) dapat
diketahui melalui uji serologis.
E. Metode UjiSerologi
HI test dan ELISA merupakan metode uji serologi yang telah familiar bagi
peternak. Kedua metode uji tersebut seringkali menjadi pilihan bagi peternak. Bahkan
ada beberapa peternak yang telah menjadikan seperangkat alat HI test sebagai sebuah
investasi untuk mendukung usaha peternakannya. Beberapa metode uji serologi yang
diaplikasikan antara lain :
a) Haemagglutination Inhibition (HI) test
Secara bahasa haemagglutination inhibition dapat diartikan sebagai hambatan
haemaglutinasi. Sedangkan haemaglutinasi merupakan penggumpalan dari sel darah
merah. Kemampuan mengaglutinasi tidak dimiliki oleh semua virus atau bakteri yang
menyerang ayam tetapi hanya beberapa virus dan bakteri yang memiliki zat
haemaglutinin, diantaranya paramyxovirus (ND), poxvirus (Pox), adenovirus (EDS),
orthomyxovirus (AI), bakteri Mycoplasma sp., Haemophilus paragallinarum maupun
Salmonella pullorum. Zathaemaglutinin yang terdapat dalam tubuh virus atau bakteri
tersebut bersifat anti genik yang dapat merangsang terbentuknya antibodi spesifik.
Antibodi yang terbentuk tersebut memiliki kemampuan mengambat terjadinya aglutinasi
darah yang disebabkan oleh haemaglutinin dari virus atau bakteri.
HI test menggunakan reaksi hambatan haemaglutinasi tersebut untuk membantu
menentukan diagnosa penyakit secara laboratorium dan mengetahui status
kekebalantubuh (titer antibodi, red). Prinsip kerja dari HI test ialah mereaksikan antigen
dan serum dengan pengenceran tertentu sehingga dapat diketahui sampai pengenceran
berapa antibodi yang terkan dung dalam serum dapat menghambat terjadinya aglutinasi
eritrosit. HI test merupakan metode uji serologis yang mudah dilakukan dan hasilnya
dapat diketahui dengan cepat.
b) Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
ELISA sebagai salah satu metode uji serologis mempunyai satu kelebihan yaitu
mampu mendeteksi beberapa jenis antibodi dari 1 sampel serum (tergantungdari kit
ELISA yang digunakan). ELISA juga memiliki tingkat spesifikasi (yaitu kemampuan
mendeteksi ayam yang tidak terinfeksi atau ayam yang tidakterinfeksi dinyatakan
negatif) yang tinggi. Peralatan yang digunakan dalam uji serologis melalui ELISA salah
satunya ialah micro reader.
Metode uji ini banyak digunakan untuk mendeteksi infeksi virus (IB atau IBD)
maupun bakteri, seperti Salmonella sp. Dan Pasteurellamultocida. ELISA juga
merupakan metode uji serologis yang cepat untuk menguji sampel dalam jumlah besar.
Namun peralatannya, seperti reader, washer dan komputer relatif mahal.
c) Agar Gel Precipitation (AGP)
Metode uji serologis ini termasuk metode yang sederhana untuk mendeteksi
antibodi terhadap berbagai virus berdasarkan reaksipositif (+) ataunegatif (-). Namun
AGP akan mendeteksi semua strain virus tanpa memperhatikan serotipenya. Meski
relatif belum dikenal oleh peternak, metode ini sering kali digunakan untuk mendeteksi
antibodi dari virus IB dan fowl adenovirus (FAV) atau inclusion body hepatitis.
d) Rapid Plate Aglutination (RPA)
RPA merupakan metode uji serologis yang sesuai dan mudah digunakan untuk
mendeteksi antobodi yang dihasilkan saat ada infeksi atau vaksinasi bakteri Mycoplasma
sp. dan Salmonella sp. Metode uji ini juga relatif fleksibel karena dapat dilakukan di
laboratorium maupun langsung saat berada di kandang. Cara metode uji ini juga sangat
mudah, hanya dengan mencampur satu tetes serum dengan satu tetes antigen kemudian
dikocok selama 2 menit. Jika terja diaglutinasi (penggumpalan) maka reaksi dinyatakan
positif dan sebaliknya jika tidak terja diaglutinasi hasil uji serologis dinyatakan negatif.
Oleh karena itu, metode uji serologis ini hanya menunjukkan ada tidaknya titer antibodi,
namun tidak bsia menentukan tinggi rendahnya (nilai) dari antibodi yang terdapat dalam
tubuh ayam.
e) Serum Neutralisation (SN) test
Serum neutralisation (SN) test merupakan metode uji serologis yang paling mahal
diantara ke-4 metode uji sebelumnya. Metode uji ini membutuhkan peralatan yang
mahal. Selain itu, dalam metode ini diperlukan telur spesific pathogenic free (SPF) untuk
persiapan kultur jaringan atau kultur organ. Metode uji ini paling tepat digunakan untuk
mendeteksi antibo diterhadap serotipe yang berbeda dari virus yang diuji. Titer antibodi
yang dapatdiuji dengan SN test antara lain IB dan FAV.
ISOLASI VIRUS

Isolasi virus adalah mengambil virus yang terdapat di alam dan


menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Material otopsi yang dapat digunakan
untuk mengisolasi adalah Sistem syaraf: otak &sumsum tulang belakang, Jantung,
Pantropik: ginjal, hati, limfa, Feses: rectal swab, Darah, Cairan tubuh: cerebrospinal,
perironeum, Urin.
Menumbuhkan virus dalam rangka mengisolasi virus dapat dilakukan dengan cara:
1. In Ovo, yaitu menumbuhkan pada media telur berembrio (telur yang sudah dibuahi)
2. In Vivo, yaitu menumbuhkan ada hewan percobaan sebagai model
3. In Vitro, yaitu menumbuhkan virus didalam gelas atau tabung menggunakan media
biakan jaringan atau biakan cell.
Material penyakit yang mengandung virus harus ditempatkan dalam tabung
tertutup kedap udara bila didinginkan dengan CO2 padat (es kering) untuk menghindari
perusakan virus oleh gas CO2. sejumlah virus dapat diinaktifkan oleh proses pembekuan
pencairan (freezing-thawing). Sebagian besar virus dapat diinaktifkan pada suhu 56 ˚ c
selama 30 menit atau 100 ˚ c selama beberapa detik karena terjadi proses denaturasi
virus. Pengawetan virus dapat dilakukan dalam keadaan beku, atau freeze drying, dapat
disimpan bertahun-tahun pada ampul gelas hampa udara dalam nitrogen cair -196 ˚c
Virus harus ditumbuhkan dalam sel hidup. Mereka tidak dapat tumbuh dalam
media kultur atau pada piring agar saja, mereka pasti sel-sel hidup untuk mendukung
replikasi virus. Dalam metode plak: Virus, bakteri, dan agar dicampur, berlapis dan
diinkubasi. Setelah replikasi virus lyses bakteri, membentuk plak, atau zona yang
jelas. Setiap plak diasumsikan berasal dari partikel virus tunggal.

Gambar 1. Contoh metode invitro


Metode penyuntikan telur berembrio atau in ovo memunyai 5 bagian sel yang
dapat disuntikkan, yaitu:
1. Sel epitel khorion yang berada pada membran khorion
2. Sel epitel alantois yang merupakan sel penyusun pada membran khorioalantaois
3. Sel spitel amnion yang melapisi ruang amnion
4. Sel pada kantong kuning telur( yolk sac) dan sel endotel pada pembuluh darah
5. Sel dari embrionya itu sendiri yang umumnya adalah sel fibroblast

Gambar 2. Metode in ovo

Virus yang tumbuh pada telur berembrio biasanya ditandai dengan kematian
embrio,embrio menjadi kerdil,perdarahan di bawah kulit,pertumbuhan abnormal otot dan
bulu serta organ visceral seperti hati dan limfanya membengkak,warnanya pucat dan
kehijauna,ada nekrotik,fokal di hati dan jantung dan endapan asam urat di ginjal,selaput
corio alantois (CAM)menebal karena edemaa dan terdapat bintik putih (pock)atau plak.
Berbagai metode dapat dipakai untuk identifikasi dan klkasifikasi virus yaitu
berdasarkan:
1. tipe asam inti (DNA atau RNA)
2. diameter virion
3. bentuk nukleokapsid (kubus atau helical)
4. sifat kimiawi virus,kepekaan terhadap pelarut lemak yaitu lipoprotein
5. sifat fisika (thermo stabilitas)yaitu kepekaan virus terhadap pemanasan pada suhu 56
C,proses cair beku,ultra sonikasi
6. sifat biologis yaitu kemampuan mengaaglutinasi darah ,merah unggas dan
mamalia,elusi dan patogenitas (2 : 3-6)
Tujuan : Mengisolasi virus yang dicurigai dalam telur berembrio
Alat : Alat peneropong posisi embrio, Pencil, Spuit steril 1 ml, Bor telur,
Selotip/kutek/lilin, Inkubator
Reagen : Desinfektan ( Alkohol 70% atau yodium)
Bahan : Telur berembrio
Prosedur kerja :
A. Penyuntikan telur berembrio
Metode Penyuntikan Intra alantois
Prosedur kerja :
1. intra Selaput alantois

• Digunakan embrio umur 8-11 hari.


• Dekat dengan rongga udara di desinfektan dan dilubangi dengan bor telur.
• Menggunakan tuberculin syring dengan jarum berukuran 25 gauge (16 mm),inokulum
sebanyak 0,1 – 0,2 ml pertelur.disuntik dengan hati-hati langsung ke dalam selaput
alantois. Jarum tidak boleh digerak-gerakkan ke samping untuk menghindari sobeknya
selaput korio alantois dan matinya alantois.
• Lubang bekas suntikan ditutup dengan kutek atau lilin dan telur diinkubasi di dalam
inkubator suhu 37C selama 3 – 7 hari
• Telur diperiksa setiap hari untuk melihat apakah ada embrio yang mati.jika ada embrio
yang mati atau embrio yang masih hidup setelah periode inkubasi dikeluarkan dari
inkubator dan didinginkan dalam kulkas selama 1 jam
• Telur didesinfeksi,kulit telur dipotong di atas batas rongga udara kemudian cairan
alanto amnionik dipanen menggunakan pipet pasteur dan ditampung dalam botol atau
beaker steril.
• Embrio dikeluarkan dan diletakkan di dalam petri disk
• Perubahan diamati seperti perdarahan di bawah kulit,udema,dan kerdil
2. intra Korio-alantois

• Digunakan embrio umur 10 - 11 hari.


• Kulit telur dekat rongga udara dan sebelah samping didesinfeksi
• Kulit telur dibor,pengeboranharus hati-hati jangan sampai menembus selaput korio
alantois atau mengenai pembuluh darah
• Telur ditempatkan dengan poisisi horisontal,kemudian dibuat rongga udara tiruan
disamping dengan cara menyedot udara melaui lubang rongga udara
• Setelah lubang udara berpindah ke samping,lubang udara semula pada rongga udara
ditutup dengan kutek atau lilin
• Inokulum sebanyak 0,1-0,2 ml,dimasukkan vertikal masuk di atas selaput korio
alantois.lubang ditutup dengan kutek atau lilin
• Telur diinkubasi 37C selama 5607 hari dan diperiksa setiap hari untuk melihat apakah
ada embrio yang mati.jika ada embrio yang mati atau embrio yang masih hidup setelah
periode inkubasi dikeluarkan dari inkubator dan didinginkan dalam kulkas selama 1 jam
• Telur didesinfeksi,kulit telur dipotong dekat rongga udara kemudian cairan alanto
amnionik dipanen menggunakan pipet pasteur dan ditampung dalam botol atau beaker
steril.
• Embrio dikeluarkan dan diletakkan di dalam petri disk
• Selaput korio alantois diambil dan diperiksa perubahan seperti udema,penebalan dan
bintik atau bercak putih (pock atau plak)
• Selaput korio alantois ini ditampung dengan cairan alanto amnionik tadi
3. intra kuning telur

• Digunakan telur berembrio umur 6-8 hari


• Telur diletakkan posisi tegak,kulit telur di atas rongga udara didesinfektan kemudian
dibor
• Menggunakan spuit 1 ml dan jarum 25 mm, telur diinokulum dengan suntikan tegak
lurus masuk ke selaput kuning telur.disedot sedikit untuk memastikan jarum telah masuk
kuning telur
• Lubang telur ditutup dengan kutek atau lilin dan diinkubasi 37C selama 3-10 hari atau
sampai embrio menetas
• Telur diperiksa setiap hari.jika ada embrio yang mati atau masih hidup selama periode
inkubasi maka segera dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam kulkas
4. intra amnionik

• Digunakan embrio telur umur 10-11 hari.


• Posisi telut ditentukan dan diberi tanda dengan pencil
• Kulit telur di atas rongga udara didesinfeksi kemudian kulit telur dibor
• Menggunakan spuit 1 ml dengan jarum 22 gauge sebanyak 0,1-0,2 ml inokulum
disuntikan langsung menembus selaput amnionik. Jika jarum tepat masuk selaput
tersebut maka akan ada gerakan embrio menyentuh ujung jarum
• Lubang telur ditutup dengan kutek atau lilin dan diinkubasi 37C selama 2-4 hari
• Telur diperiksa setiap hari.jika ada embrio yang mati atau masih hidup selama periode
inkubasi maka segera dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam kulkas 1 jam
5. intra venous
• Digunakan telur berembrio umur 10-12 hari
• tentukan posisi pembuluh darah di bawah batas rongga udara
• kulit telur didesinfektan kemudian kulit telur dibor bentuk segitiga tepatdi lokasi
pembuluh darah. Hati-hati jangan sampai menembus selaput korio alantois
• supaya pembuluh darah jelas terlihat,kulit telur diusap dengan aseton sedikit.
• Menggunakan spuit 1 ml dan jarum 16 mm (25 gauge) inokulum dimasukkan melalui
pembuluh darah dengan arah ke rongga udara
• kulit telur ditutup kembali dengan potongan kulit telur semula kemudian ditutup
dengan selotip dan diinkubasi 37C selama 7 hari
• Telur diperiksa setiap hari.jika ada embrio yang mati atau masih hidup selama periode
inkubasi maka segera dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam kulkas
Cara memanen specimen dari telur terinfeksi adalah: Kulit telur didesinfeksi,
Kulit telur dipotong tepat di atas batas rongga udara, Cairan alantois,amnionik, selaput
korio alantois, selaput kuning telur dan embrio di panen, Perubahan pada selaput korio
alantois diamati penebalan,bercak-bercak putih,perdarahan di bawah kulit embrio dan
kekerdilan.
Keberhasilan isolasi dan propagasi virus pada telur dipengaruhi oleh: rute
inokulasi, umur embrio pada telur, temperatur/suhu inkubasi, lamanya waktu inkubasi
setelah inokulasi, volume dan pengenceran inokulum yang digunakan, status kekebalan
flok dari induk tempat telur berasal. Dalam membiakkan virus menggunakan telur,
sebaiknya digunakan telur yang berasal dari breeding flock yang bebas atogen tertentu
(SPF/Spesifik Pathogen Free).
Contoh isolasi metode in ovo pada virus avian influenza adalah dengan
menggunakan telur SPF (Spesifik Pathogen Free), Telur ayam bertunas umur 11 hari
diperiksa (diteropong) embrionya dengan lampu candling dan diberi tanda tempat
penyuntikan, Tempat penyuntikan dipilih sejauh mungkin dari embrio dan pembuluh
darah. Daerah disekitar tempat penyuntikan didesinfeksi dengan alkohol 70% dan atau
dengan larutan yodium 10%, Tempat penyuntikan pada rongga udara dilubangi dengan
jarum penusuk, Inokulum disuntikan sebanyak 0,2 ml per telur melalui lubang yang telah
dibuat kedalam kantong alantoik (Allantoic Cavity). Lubang tempat penyuntikan ditutup
dengan lilin atau malam (wax) atau parafin. telur kemudian disimpan dalam inkubator
bersuhu 37° C , diamati selama 4 hari. Telur- telur yang mati setelah diinokulasi dibuka
kemudian cairan alantoiknya diambil untuk diuji dengan Uji HA. Telur-telur yang tidak
mati selama 4 hari dari inokulasi, dibunuh dengan cara memasukan pada suhu 4° C
selama semalam, Kemudian dibuka dan cairan alantoiknya diambil dan ditampung
kedalam botol/tabung yang seteril secara aseptis untuk diuji Rapid dengan menggunakan
set butir darah merah (BDM) ayam 10%. Bila dalam uji rapid test diamati adanya
penggumpalan butir darah merah (BDM), maka hal itu merupakan petunjuk bahwa
dalam telur tersebut terjadi pertumbuhan virus, Ini berarti virus yang mempunyai daya
hemaglutinasi dapat diisolasi. Selanjutnya terhadap isolat ini dilakukan identifikasi.
Contoh isolasi metode in vivo pada virus dengue adalah, Spesimen yang bisa
digunakan diantaranya serum fase akut,plasma dari pasien, autopsi jaringan dari kausal
fatal (hati, nimfa, nodus limfa, dan timus), serta pengumpulan nyamuk dilingkungan
sekitar. Jaringan darah dan nyamuk yang terinfeksi harus dititrasi atau disonikasikan
sebelum inokulasi. Metode isolasi virus dengue: Inokulasi nyamuk. Konfirmasi infeksi
virus denguenya adalah terdapat antigen dalam hancuran kepala yang ditunjukkan
melalui imunofluoresens. Inokulasi sel serangga atau kultur mamalia. Konfirmasi infeksi
virus dengue adalah keberadaan antigen dalam sel yang ditunjukkan melalui
immunofluorence dan efek sitopatik dan pembentukan plak pada sel mamalia

Anda mungkin juga menyukai