Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA & PROTISTA

PEWARNAAN BAKTERI

DOSEN PENGAMPU :

1. Dra. Harlis, M.Si.


2. Raissa Mataniari, S.Pd, M.Ed
3. Fitri Astriawati, S.Pd., M.Pd.

KELOMPOK 3

A1C420022 Sonia Erawati Bab I


A1C420060 Indry Putri Patricia Bab II
A1C420063 Putri Rezeki Pardosi Bab IV
A1C420065 Sephia Maharani Bab III
A1C420068 Cholida Hafni Nasution Bab V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri merupakan suatu organisme prokariotik yaitu selnya tidak
memiliki membrane inti sejati dan komponen keturunannya terdapat
didalam molekul DNA tunggal atau kromosom yang letaknya bebasa
didalam sitoplasma (Wardani, K. A., Sakati, S. N., Sulami, N., Syahrir, M., &
Kanan, M., 2022, hal. 53) Bakteri yang hidup di alam ini sangat banyak dan
beragam baik itu jenis maupun jumlahnya, hal ini dikarenakan bakteri
merupakan salah satu mikroorganisme yang mamiliki kemampuan adaptasi
hidup di habitat (kosmopolitan). Bakteri yang diambil dari suatu sampel yang
ada di lingkungan tertentu biasanya ditemukan dalam koloni yang masih
tercampur dengan koloni dari jenis bakteri lain, sangat jarang dijumpai yang
dijumpai sebagai koloni murni atau koloni tunggal maka dilakukan isolasi
untuk memperoleh biakan murni bakteri.
Bakteri termasuk kedalam golongan mikroorganisme, yang memiliki
ciri morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas. Bakteri yang
disuspensikan dalam suatu media terlihat hampir tidak berwarna dan kontras
dengan air. Bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit untuk dilihat dan
diamati karakter dan morfologinya. Proses melihat dan mengidentifikasi
mikroba menggunakan cahaya sangatlah sulit, hal ini dikarenakan sel
mikrobia tidak mengadsorbsi dan tidak membiaskan cahaya. Selain itu,
pengamatan bakteri dalam keadaan hidup juga sangat sulit karakteristik dari
bakteri itu tidak bewarna, transparan dan memiliki ukuran yang sangat kecil.
Maka untuk memudahkan identifikasi dilakukan metode pengecatan
atau pewarnaan sel bakteri sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah
diamati at warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras
mikrobia dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna
memungkinkan dilakukan pengamatan struktur dari sel mikrobia seperti
spora, flagella dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan granula fosfat
(Wardani, D & Purwaningsih, D, 2019, hal. 248). Pewarnaan juga berfungsi
untuk mengetahui sifat fisiologinya melalui reaksi dinding sel bakteri pada
serangkaian pewarnaan. Teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah

2
satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Teknik
pewarnaan sel bakteri dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati, sehingga teknik
pewarnaan sel bakteri merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Berdasarkan uraian diatas,maka perlu
dilakukan praktikum pewarnaan bakteri,dimana praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui bentuk morfologi dari mikroba dan mengidentifikasi bakteri
berdasrkan pewarnaan gram.

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui bentuk morfologi dari mikroba dan mengidentifikasi
bakteri berdasarkan pewarnaan gram.

3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bakteri

Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang tidak bisa dilihat
oleh mata langsung. Bakteri merupakan organisme yang jumlahnya paling
banyak dibandingkan maklhluk hidup lain dan tersebar luas didunia. Bakteri
memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat, laut, udara dan tempat-
tempat ekstrem. Bakteri memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan makhluk lain
antara lain (Rini & Rohmah, 2020: 23).

 Organisme uniseluler (bersel satu).


 Prokariot (tidak mempunyai membran inti sel ).
 Tidak mempunyai klorofil.
 Tubuh berukuran antara 0,12 mikron sampai ratusan mikron.
 Mempunyai bentuk tubuh yang beraneka seperti basil (batang), kokus
(bulat), spirilum (spiral), kokobasil (bulat dan batang), dan vibrio (tanda
baca koma).
 Memiliki dinding sel. Pada dinding sel bakteri tersusun atas
mukopolisakarida dan peptidoglikan. Peptodoglikan terdiri dari polimer
besar yang tersusun atas N-asetil glukosamin dan N-asetil muramat yang
saling berikatan kovalen.
 Hidup dengan bebas atau parasit.
 Hidup di lingkungan yang ekstrim seperti mata air panas, kawah atau
gambut karena dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan.
 Hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan karena dinding selnya
mengandung peptidoglikan.
 Pada dinding sel bakteri tersusun atas mukopolisakarida dan
peptidoglikan. Peptodoglikan terdiri dari polimer besar yang tersusun atas
N-asetil glukosamin dan N-asetil muramat yang saling berikatan kovalen.
 Bakteri mamiliki endospora yaitu kapsul yang muncul jika kondisi yang
tidak menguntungkan sebagai perisai terhadap panas dan gangguan alam.

4
 Bakteri ada yang bergerak dengan flagella dan ada juga yang bergerak
dengan berguling (tanpa flagella).

Berdasarkan strukurnya bakteri terbagi menjadi dua yaitu struktur dasar


dan struktur tambahan. Struktur dasar meliputi dinding sel, membrane plasma,
sitoplasma, ribosom, granula, DNA. Struktur tambahan meliputi kapsul,
flagellum, pili, fimbria, klorosom, vakuola, endospore. Pada kandungan dari
dinding sel, bakteri dapat digolongkan menjadi dua yaitu bakteri Gram positif
dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif dinding selnya tersusun atas
PG (petidoglikan) sehingga dinding selnya kaku. Pada bagian luar PG
(petidoglikan) terdapat senyawa yang disebut asam teikhoat. Bakteri Gram
negatif mengandung PG (petidoglikan) dalam jumlah yang jauh lebih sedikit,
akan tetapi di bagian luar PG terdapat membran luar yang tersusun atas
lipoprotein dan fosfolipid serta mengandung lipopolisakarida. Karena
perbedaan komposisi dinding sel ini, bakteri Gram positif dan negatif
memiliki ketahanan yang berbeda. Bakteri Gram positif lebih rentan terhadap
antibiotika penisilin karena antibiotika ini dapat merusak PG. Sebaliknya
karena jumlah PG yang lebih banyak, bakteri Gram positif biasanya lebih
tahan terhadap kerusakan mekanis (Rini & Rohmah, 2020: 23).

No Gram Positif Gram Negatif


1. Komponen terbesar adalah Lapisan luar: lipopolisakarida dan
peptidoglikan (meliputi 30-70% lipoprotein
berat kering dinding sel bakteri)
2. Pada beberapa bakteri terdapat Tidak ada asam teikoat
asam teikoat
3. Peptidoglikan mengalami lisis Lisozim melunakkan dinding sel,
oleh lisozim
4. Dinding sel tebal 25-30 nm Dinding sel tipis 10-15 nm
5. Menyerap pewarna dasar (kristal Tidak begitu menyerap pewarna
violet) sehingga bewarna ungu dasar, namun dengan pewarnaan
saat diwarna. safranin (merah).

5
2.2 Pewarnaan Gram

Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris


untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni
gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding
sel mereka. Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram
sehingga latar belakangnya yang akan bewarna sedangkan sel bakterinya
tidak akan bewarna. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna
metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram
negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna ditambahkan
setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi
berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk
mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur
dinding sel mereka (Vidika Apriyanthi, Laksmita & Widayanti, 2022: 26).

Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan yang sangat umum dalam


bidang bakteriologi. Cara dalam pewarnaan gram ini dengan
menggunakan ose diambil satu sengkelit koloni tersebut, dibuat lapisan
tipis pada permukaaan kaca objek yang bersih. Setelah kering, fiksasi
dengan cara menyentuhkan permukaan sebelah bawah kaca objek tiga kali
berturut-turut pada permukaan api bunsen. Diberi larutan warna gentian
violet, diamkan selama 3-5 menit lalu dicuci dengan air. Kemudian diberi
larutan lugol dan dibiarkan selama 3-5 menit lalu dicuci dengan air.
Preparat didekolorisasi dengan alkohol 96% sampai semua zat warna
tampak luntur lalu cuci dengan air. Diberi warna kontras safrani lalu dicuci
dengan air. Bakeri yang setelah diwarnai dengan pewarna dasar warnanya
tidak terhapus oleh alkohol akan berwarna violet karena terwarnai oleh
kristal violet, dan tidak lagi menyerap pewarna kontras. Kelompok bakteri
yang mempunyai sifat ini dikelompokkan menjadi bakteri Gram positif.
Sedangkan, kelompok bakteri yang telah diwarnai dengan pewarna dasar
dan warnanya terhapus setelah diperlakukan dengan alkohol, akan
menyerap pewarna safranin atau karbol fuhsin yang dipakai sebagai
pewarna kontras, sehingga dalam preparat akan terlihat warna merah

6
(warna safranin atau karbol fuhsin). Kelompok bakteri yang demikian
disebut dengan bakteri Gram negatif (Vidika Apriyanthi, Laksmita &
Widayanti, 2022: 26).

7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat :

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Maret 2023 pukul 07.30-09.00
WIB. Praktikum dilaksanakan di ruang Laboratorium PBio Universitas Jambi.

3.2 Alat dan bahan


3.2.1 Alat 3.2.2 Bahan
1. Kaca objek 1. Kristal violet
2. Pipet tetes 2. Safranin
3. Bunsen 3. Alkohol
4. Jarum ose 4. Lugol
5. Aquades

3.3 Prosedur Kerja

Kaca objek

Di teteskan setetes aquades dengan menggunakan loop


Ditambahkan pada setetes air bakteri dan disebarkan hingga meruakan
lapisan yang rata selebar 1cm
Jarum ose

Diambil bakteri dari pembenihan murni menggunakan jarum ose dan di


bakar diatas bunsen menyala
Bunsen
Dikeringkan apusan di atas api bunsen berkali-kali
Didifikasikan dengan melewatkan melalui nyala api

Digenangin apusan dengan pewarna kristal violet selama 1 menit


Ditambahkan larutan lugol pada apusan didiamkan selama 1 menit
Dibilas dengan alkohol sampai tidak ada warna dan dicuci dalam air
Diwarnai dengan safranin selama 15 menit dan dicuci dalam air
Dikeringkan diudara diatas api

Hasil

8
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No. Hasil Deskripsi
1. Bakteri gram negatif merupakan
bakteri yang memiliki latar
belakang berwarna merah. Hal
tersebut dikarenakan dinding
peptidoglikan yang tipis sehingga
tidak dapat mempertahankan zat
warna kristal violet saat dilakukan
proses pewarnaan diferensial.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilaksanakan praktikum pewarnaan bakteri.
Pewarnaan bakteri berfungsi untuk memudahkan melihat bakteri dengan
mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, mengetahui sifat fisik dan
kimia yang khas dari bakteri dengan zat warna serta meningkatkan kontras
mikroorganisme terhadap sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri
dibedakan menjadi 3 macam yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan
diferensial dan pewarnaaan struktural. Prosedur pewarnaan yang menunjukkan
perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut
teknik pewarnaan diferensial. Menurut (Rahayu, S. A & Gumilar, M. H, 2017,
hal. 51) pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat
berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi.
Pewarnaan differensial adalah pewarnan yang mampu
mengidentifikasi atau membedakan bakteri sehingga digolongkan menjadi dua
macam, yaitu bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram negatif ialah
bakteri yang tidak mempertahankan zat warna kristal violet setelah dicuci
dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pewarnaan gram ialah
metode empiris untuk membedakan spesies bakteri mejadi dua kelompok
besar yakni gram positif dan negative (Yusmaniar, Wardiyah & Khairun, N,

9
2017, hal. 205). Bakteri gram ini ditemukan oleh Hans Christian Gram yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1844 untuk membedakan antara
pneummokokus dan bakteri klesiella.
Pewarnaan gram merupakan suatu metode pewarnaan yang digunakan
dalam mengelompokkan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Pewarnaan gram ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan
pada dinding sel dan banyak atau sedikitnya lapisan lemak pada membran sel
bakteri. Bakteri yang termasuk ke dalam gram positif memiliki dinding sel
yang tebal dan membran sel selapis sehingga saat dilakukan pewarnaan gram
akan berwarna ungu. Bakteri yang termasuk ke dalam gram negatif memiliki
dinding sel tipis dan dua lapis membran sel sehingga saat dilakukan
pewarnaan gram akan berwarna ungu. Menurut (Rahmatullah, W., Novianti, E
& Sari, A. D. L, 2021, hal. 85) reagen yang digunakan dalam pewarnaan gram
adalah kristal violet, alkohol, safranin dan iodine. Penggunaan 4 reagen
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda dimana kristal violet berfungsi
sebagai zat pewarna yang utama, iodine sebagai senyawa yang dipakai untuk
mengintensifkan warna utama, alkohol berfungsi untuk melunturkan zat warna
utama, dan safranin digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang sudah
kehilangan warna utama setelah perlakuan dengan menggunakan alkohol.
Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan gram pada bakteri
Acetobacter sp. Pewarnaan ini dilakukan dengan meneteskan akuades
kemudian disebarkan bakteri Acetobacter secara merata. Apusan tersebut
dilakukan pengeringan di atas nyala api bunsen. Setelah kering apusan
tersebut digenangi kristal violet selama satu menit kemudian difiksasi. Dibilas
menggunakan akuades kemudian difiksasi dan tambahkan larutan lugol pada
apusan tersebut selama satu menit setelah itu difiksasi lagi. Bilas apusan
tersebut menggunakan alkohol dan difiksasi lagi kemudian cuci dalam
akuades. Warnai apusan tersebut menggunakan larutan safranin dan bilas
dengan akuades kemudian fiksasi di atas nyala bunsen. Tujuan dilakukannya
fiksasi pada pewarnaan ini adalah untuk melekatkan bakteri di atas kaca objek
dan meningkatkan sifat afinitas pada pewarna yang digunakan.

10
Dari praktikum yang telah kelompok kami lakukan, dapat dikatakan
bahwa bakteri Acetobacter termasuk ke dalam golongan bakteri gram negatif
dikarenakan pada pengamatan di bawah mikroskop tampak bahwa apusan
pada bakteri memiliki latar berwarna merah. Bakteri gram negatif memiliki
peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara struktural lebih konsep. Menurut
(Boleng, D. T, 2015, hal. 72-73) membran bagian luar pada dinding sel gram
negatif mengandung lipopolisakarida, yaitu karbohidrat yang berikatan dengan
lipid. Lipopolisakarida yang terdapat pada dinding sel bakteri gram negatid
sering bersifat racun dan membran tersebut membantu melindung bakteri
gram negatif patogen melawan sistem pertahanan inangnya. Bakteri gram
negatif ini umumnya lebih resisten terhadap antibiotik dibandingkan pada
bakteri gram positif karena adanya membran luar yang mengandung
lipopolisakarida.

11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk
mengetahui bentuk morfologi dari bakteri dapat dengan menggunakan
pewarnaan diferensial yaitu, pewarnaan yang menggunakan lebih dari satu zat
warna. Salah satu pewarnaan diferensial adalah pewarnaan gram, yaitu
pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokan atau mengidentifikasi
bakteri Gram positif dan Gram negatif. Perbedaan sifat Gram dipengaruhi oleh
kandungan pada dinding sel, yaitu bakteri Gram positif kandungan
peptidoglikan lebih tebal jika dibanding dengan Gram negatif. bakteri
Acetobacter termasuk ke dalam golongan bakteri gram negatif dikarenakan
pada pengamatan di bawah mikroskop tampak bahwa apusan pada bakteri
memiliki latar berwarna merah dan Bakteri gram negatif memiliki
peptidoglikan yang lebih sedikit.
5.2 Saran
Diharapkan praktikum kedepannya alat dan bahan lebih diperhatikan
agar tidak menganggu jalannya praktikum dan praktikum dapat dilaksanakan
secara maksimal

12
PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM
1. Jelaskan mengapa bakteri gram positif mampu mempertahankan warna kristal
violet ?
Jawaban:
dikarenakan dinding sel bakteri gram positif tersusun atas peptidoglikan yang
lebih tebal dibandingkan bakteri gram negatif. Peptidoglikan yang lebih tebal
mampu mempertahankan zat warna kristal violet meskipun telah diberi larutan
pemucat
2. Jelaskan mengapa bakteri gram negatif mampu mempertahankan warna
safranin?
Jawaban:
Pada bakteri Gram negatif, penambahan safranin menyebabkan sel bakteri
berwarna merah, karena persenyawaan kompleks kristal violet-yodium larut
dan dinding sel kemudian mengikat zat warna kedua. Fungsi zat warna
safranin hanyalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat warna kristal violet
3. Jelaskan mengapa langkah kerja pewarnaan bakteri harus menggunakan kristal
violet, lugol dan safranin secara berurutan?
Jawaban:
Karena dalam pewarnaan bakteri prinsip nya adalah membedakan jenis bakteri
berdasarkan dinding sel berupa peptidoglikan. Dinding sel bakteri Gram
positif mengandung ikatan lapisan peptidoglikan yang tebal sehingga kuat
mengikat Kristal Violet, setelah diikuti penambahan larutan lugols
Iodine.Kristal Violet dan Lugols Iodine akan membentuk ikatan komplek
dengan peptidoglikan. Ketika sudah terbentuk ikatan komplek antara Kristal
Violet dan Lugols Iodine, pewarna akan sulit diluruhkan dengan larutan
seperti alkohol asam. Peptidoglikan akan tetap mengikat warna kristal violet
dan meninggalkan warna biru tua atau ungu. Sedangkan pada Dinding sel
bakteri Gram negatif tidak mengandung ikatan lapisan peptidoglikan yang
tebal (tipis). Saat diaplikasikannya pewarna Crystal Violet dan Lugols Iodine
tidak dapat membentuk ikatan kuat dengan peptidoglikan. Ikatan yang
terbentuk antara pewarna dengan peptidoglikan secara mudah diluruhkan atau
terbilas oleh larutan Alkohol asam akan mendehidrasi dinding sel dan

13
membentuk sebuah pori-pori atau lubang pada membran sel, sehingga akan
menghilangkan pewarna primer. Pewarna pembanding berupa Safranin
mewarnai ulang peptidoglikan yang tidak mengikat lagi pewarna Kristal
Violet, sehingga bakteri akan tampak berwarna merah.
4. Tuliskan jenis-jenis bakteri yang termasuk bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif?
Jawaban:
 Contoh bakteri Gram negatif antara lain Enterobactericeae, Salmonella sp.,
Shigella sp., dan E. coli, Pseudomonas auruginosa dan Acetobakter
xilynum
 Contoh bakteri Gram positif antara lain Staphylococci, Streptococci, dan
Clostridium, S albus, S aureus, S citreus, dan Basillus sp.

14
DAFTAR PUSTAKA
Boleng, D. T. (2015). Bakteriologi: Konsep-Konsep Dasar. Malang: UMM Press.

Rahayu, S. A & Gumilar, M. H. (2017). Uji Cemaran Air Minum Masyarakat


Sekitar Margahayu Raya Bandung Dengan Identifikasi Bakteri
Escherichia coli. IJPST, 4 (2), 50-56.

Rahmatullah, W., Novianti, E & Sari, A. D. L. (2021). Identifikasi Bakteri Udara


Menggunakan Teknik Pewarnaan Gram. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti
Setya Medika, 6 (2), 83-91.

Rini, C. S., & Rohmah, J. (2020). Buku Ajar Mata Kuliah Bakteriologi Dasar.
Sidoarjo: UMSIDA Press.

Vidika Apriyanthi, D. P., Laksmita, A. S., & Widayanti, N. P. (2022). Identifikasi


Bakteri Kontaminan Pada Gelang Tri Datu. Bioma: Jurnal Biologi
Makassar, 7, 24-33.

Wardani, D & Purwaningsih, D. (2019). Identifikasi & Karakterisasi Bakteri


Amilolitik Pada umbi Colocasia esculenta L. Secara Morfologi, Biokimia,
& Molekuler. Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia, 6 (2), 247-258.

Wardani, K. A., Sakati, S. N., Sulami, N., Syahrir, M., & Kanan, M. (2022). Teori
Mikrobiologi. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

Yusmaniar, Wardiyah & Khairun, N. (2017). Mikrobiologi & Parasitologi.


Jakarta: Kemenkes RI.

15
LAMPIRAN

alat dan bahan yang digunakan Pemijaran jarum ose diatas bunsen

pengambilan suspensi bakteri penamabahan kristal violet

Penambahan safranin penambahan alkohol

Penambahan lugol penganginan suspensi diatas Bunsen

16
Laporan sementara

17

Anda mungkin juga menyukai