Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“PEWARNAAN KAPSUL DAN PEWARNAAN GRAM”


(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah MIKROBIOLOGI yang diampu
oleh ibu Tatiana SiskaW., M., Farm.)

Disusun oleh:
Nama anggota:1.Diana Putri A. (190209038)
2.Dita Yuly Astuti (190209040)
3.Fantidiyah Utami (190209042)
4.Ika Dwi Ningrum (190209043)
5.Imam.Sahid C. (190209044)
Kelompok :2(dua)
Dosen pembimbing :Tatiana Siska W., M., Farm

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang
khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati
bentuk sel bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk diidentifikasi ialah
dengan metode pengecatan atau pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan
mudah diamati. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu
mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu
teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi.
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya.
Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat
warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya
dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora,
flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan granula fosfat.
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu
tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan
mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara
yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah pewarnaan bakteri ini adalah :
a. Apa yang dimaksud dengan bakteri ?
b. Apa yang dimaksud dengan perwarnaan bakteri ?
c. Apa – Apa saja macam – macam pewarnaan bakteri ?
d. Bagimana prosedur kerja pewarnaan bakteri

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian bakteri
b. Untuk mengetahui pengertian pewarnaan bakteri
c. Untuk mengetahui Macam – macam pewarnaan bakteri
d. Untuk mengetahui prosedur kerja pewarnaan bakteri
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah :
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian bakteri
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian pewarnaan bakteri
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui macam – macam pewarnaan bakteri
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui prosedur kerja pewarnaan bakteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pewarnaan kapsul (pewarnaan positif) pertama dikemukakan oleh Tyler. Dalam pewarnaan
positif ini digunakan senyawa kristal violet 0,18 gram. Hasil dari pewarnaan kapsula ini
adalah kapsul tampak berwarna biru-ungu yang terletak disekitar tubuh bakteri.Kapsula
merupakan lapisan polimer yang terletak di luar dinding sel. Jika lapisan polimer ini terletak
berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut kapsula. Tetapi jika polimer atau
polisakarida ini tidak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut lendir (Darkuni:
2001). Baik kapsula maupun lendir terdiri dari polisakarida dan polipeptin (komplek
polisakarida dengan protein). Kapsula bukan organ yang penting untuk kehidupan sel bakteri.
Hal ini terbukti bahwa sel bakteri yang tidak dapat membentuk kapsula mampu tumbuh
dengan normal dalam medium. Kapsula berfungsi dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya. Misalnya berperan dalam mencegah terhadap kekeringan, mencegah atau
menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag, bersifat antifagosit sehingga kapsul
memberikan sifat virulen bagi bakteri. Kapsula juga berfungsi untuk alat mencantelkan diri
pada permukaan seperti yang dilakukan oleh Streptococcus muans (Darkuni, 2008).
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengelompokkan bakteri menjadi 2 yaitu bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negative. Pada pewarnaan Gram, hasil yang didapat akan ditentukan
dari komposisi dinding sel bakteri. Pada pewarnaan Gram ini, reagen yang digunakan ada 4
jenis, yaitu Kristal violet, iodine, alkohol dan safranin. Bakteri Gram positif akan
mempertahankan warna ungu dari kristalviolet sehingga ketika diamati dengan mikroskop
akan menunjukkan warna ungu sedangkan bakteri Gram negative tidak dapat
mempertahankan warna ungu dari Kristal violet tetapi zat warna safranin dapat terserap pada
dinding sel sehingga akan memperlihatkan warna merah. Uji biokimia untuk gram negative
adalah uji oksidasi sedangkan untuk gram positif dapat dilakukan pewarnaan endospora
(Pratita, 2012) .
Pewarnaan gram merupakan salah satu metode untuk mengetahui morfologi bakteri, yang
bermanfaat untuk mengetahui apakah biakan bakteri masuk dalam golongan gram positif atau
gram negative. Bakteri gram negative memiliki ciri – cirri tidak dapat menahan zat warna
setelah dicuci dengan alkohol 95 % selama 5 sampai 10 detik (Samsundari, 2006)
Salah satu pewarnaan yang sering digunakan untuk mengindentifikasi bakteri adalah
perwarnaan Gram. Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dibagi menjadi dua golongan,
tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau Kristal violet. Bakteri yang
tetap berwarna ungu dengan pewarnaan oleh Kristal violet disebut bakteri Gram positif,
sedangkan bakteri yang warna ungunya hilang jika dibilas dengan alkohol, tetapi tetap
berwarna merah muda karena menahan warna merah safranin disebut bakteri Gram negative (
James, 2008 ) .
Pewarnaan Gram digunakan untuk mengetahui morfologi sel bakteri serta untuk
membedakan bakteri gram positif dan gram negative. Perbedaan warna pada bakteri gram
positif dan gram negative menunjukkan bahwa adanya perbedaan struktur dinding sel antara
kedua jenis bakteri tersebut. Bakteri gram positif memiliki struktur dinding sel dengan
kandungan peptidoglikan yang tebal sedangkan bakteri gram negative memiliki sturktur
dinding sel dengan kandungan lipid yang tinggi (Fitri, 2011).
Ditinjau dari komponen penyusun dinding sel bakteri gram positif relative lebih sederhana
berbanding bakteri gram negative yaitu terdiri dari dua sampai tiga lapis membrane
sitoplasma yang tersusun dari asa teikhik dan asam teikhouronik berupa polimer yang larut
dalam air, sedangkan dinding sel bakteri negative lebih kompleks dan lebih tebal, tersusun
dari peptidoglikon, lipoprotein dan lipopolisakarida, sehingga dinding sel bakteri gram positif
lebih permeable terhadap senyawa yang bersifat hidrofil dibandingkan sel bakteri gram
negative (Fatimah, 2006).
Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana, dengan jumlah peptidoglikan
yang relative banyak. Dinding sel bakteri gram negative memiliki peptidoglikan yang lebih
sedikit dan secara structural lebih kompleks. Membrane bagian luar pada dinding sel gram
negative mengandung lipopolisakarida, yaitu karbohidrat yang terikat dengan lipid. Diantara
bakteri patogen, yang menyebabkan penyakit, spesies gram negative umumnya lebih
berbahaya dibandingkan dengan spesies gram positif ( Campbell, 2003 ).
Kelompok bakteri gram negative ditandai dengan sel bakteri yang berwarna merah saat
pengamatan secara mikroskopik. Warna merah tersebut disebabkan karena hilangnya
pewarna Kristal violet pada waktu dekolorisasi dengan alkohol kemudian sel bakteri
menyerap pewarna merah yaitu safranin. Bakteri gram negative mengandung lipid lebih
rendah sehingga dinding sel bakteri akan lebih mudah terdehidrasi akibat perlakuan dengan
alkohol. Dinding sel yang terdehidrasi menyebabkan daya permeabilitasnya berkurang
sehingga zat warna ungu Kristal keluar dari sel kemudian sel akan menyerap safranin
(Jayanti, 2010).
Respon hambatan mikroba gram positif lebih kuat dibandingkan mikroba gram negative. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan komponen penyusun dinding sel antara mikroba gram positif
dan gram negative. Dinding sel mikroba gram positif banyak mengandung teikoronat serta
molekul polisakarida. Komponen kimia ini melindungi sel dari kegiatan lisis enzim,
sedangkan zat – zat lain menentukkan reaksi sel pada pengecatan gram dan ada pula yang
menarik dan mengikta bakteriofage (Purwani, 2009).Pengecatan gram dilakukan pada kultur
bakteri umur 24 jam yang ditumbuhkan pada medium MRS padat. Bakteri gram positif akan
memberikan warna ungu ketika diberi cat gram. Warna ungun tersebut terjadi karena dinding
sel bakteri mengikat cat Kristal violet yang diperkuat oleh iodine dan Kristal violet tersebut
tidak akan hilang pada waktu diberi cat peluntur sehingga tidak terpengaruh pada saat diberi
cat penutup yang berwarna merah (Romadhon, 2012).
Pewarnaan dilakukan dengan membuat bekasan isolate digelas obyek, kemudian diwarnai
dengan larutan Kristal violet dan yodium secara bergantian selama beberapa menit dan dicuci
dengan aquadest, selanjutnya dicuci dengan alkohol dan ditetesi dengan larutan cat penutup
safranin. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop, bakteri gram positif akan
Nampak berwarna ungu, sedangkan gram negative berwarna merah (Purwohadisantoso,
2009).
Pengecatan Gram merupakan salah satu pewarnaan yang paling sering digunakan. Preparatus
bakteri dibuat dengan cara, mencampurkan satu usa biak bakteri dari PAD dengan NaCl
fisiologis yang telah diteteskan pada gelas obyek, kemudian dibuat apus setipis mungkin,
dikeringkan dan difikasi diatas lampu spiritus. Preparat apus ditetesi pewarna pertama dengan
karbol gentian violet selama 2 menit, warna dibuang, ditetesi lugol selama 1 menit, kemudian
preparat apus dilunturkan dengan alkohol 95 % selama 1 menit. Selanjutnya alkohol dibuang,
preparat dicuci dengan aquadest dan diberi pewarna kedua dengan fuschine selama 2 menit.
Warna kemudian dibuang dan dibersihkan dengan akuades, dikeringkan dan diamati
morfologi sel, serta warnanya dibawah mikroskop (Dewi, 2013).
Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan
sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak sampai
mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit
lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu
larutan asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2- 4
menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang.
Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit
lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir (Karuniawati, 2005).
Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa isolat – isolate yang diduga S. Aureus secara
morfologi ternyata benar – benar termasuk Gram positif karena sel bakterinya berwarna
ungu. Karakteristik isolate S. Aureus pada media menunjukkan bentuk koloni bulat besar,
bulat kecil, berkelompok seperti buah anggur dan beberapa ireguler dengan warna putih dan
kuning terdapat zona bening hemolisis (Prasetyo, 2014).
Bakteri Gram negative lainnya yang ditemukan adalah Enterobacter aerogenes dan E.coli.
bakteri ini merupakan flora normal usus, bakteri tersebut ditemukan diudara bersifat
sementara. Jenis bakteri Gram negative yang mengkontaminasi udara dan dapat
menyebabkan bahaya pada saluran pernapasan adalah klebsiella pneumonia dan
Pseudomonas aeruginosa (Imaniar, 2010).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme yang sangat sederhana yang tidak bernukleus dan sifatnya
berbeda dengan organisme yang mempunyai inti sel. Selain itu bakteri merupakan organisme
yang sangat kecil (yang berukuran mikroscopis) akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas
dan sukar untuk melihat morfologinya maka dari itu dilakukan pewarnaan bakteri yang biasa
disebut pengenceran baketri. Pada umumnya larutan-larutan zat warna yang digunakan
adalah larutan encer yang lebih dari satu persen.
B. Pewarnaan Bakteri
Pewarnaan bakteri pada umumnya bertujuan untuk mempermudah dalam pengamatan
morfologi bakteri dengan bantuan mikroskop. Bakteri umumnya tidak berwarna dan hampir
tidak terlihat karena kurang kontras dengan air dimana mereka mungkin berada. Pewarnaan
sangat dibutuhkan untuk melihat bakteri dengan sangat jelas baik untuk pengamatan
intraseluler maupun morfologi keseluruhan. Pewarnaan terhadap bakteri secara garis besar,
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pewarnaan bakteri hidup
Pewarnaan bakteri hidup dilakukan dengan menggunakan bahan warna yang tidak toksis
tetapi jarang dikerjakan karena bakteri hidup sukar menyerap warna. Pewarnaan bakteri
hidup dilakukan untuk melihat pergerakan bakteri, serta pemeriksaannya dilakukan dengan
menggunakan tetes gantung (hanging drop)
2. Pewarnaan bakteri mati
Pewarnaan terhadap bakteri yang telah dimatikan disebut fixed state. Pewarnaan bakteri mati
bertujuan untuk melihat struktur luar bahkan struktur dalam bakteri, memperjelas ukuran
bakteri dan melihat reaksi bakteri terhadap pewarna yang diberikan sehingga dapat diketahui
sifat-sifat fisik dan kimia dari bakteri tersebut.
C.Macam – Macam Pewarnaan bakteri
1. Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna tunggal. Pewarna
tunggal yang biasanya digunakan dalam pewarnaan sederhana adalah Methylene Blue, Basic
Fuchsin, dan Crystal Violet . Semua pewarna tersebut dapat bekerja dengan baik pada
bakteri karena bersifat basa dan alkalin (kromoforiknya bermuatan positif), sedangkan
sitoplasma bakteri bersifat basofilik (suka terhadap basa) sehingga terjadilah gaya tarik antara
komponen kromofor pada pewarna dengan sel bakteri, hal tersebut menyebabkan bakteri
dapat menyerap pewarna dengan baik. Pewarnaan sederhana bertujuan untuk memberikan
kontras antara bakteri dan latar belakang. Pewarnaan sederhana dilakukan ketika kita ingin
mengetahui informasi tentang bentuk dan ukuran sel bakteri. Gambar pewarnaan sederhana
yang dilihat dibawah mikroskop.

2.Pewarnaan Negatif
Pewarnaan Negatif adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna asam seperti Negrosin,
Eosin, atau Tinta India sebagai pewarna utama. Pewarnaan negatif dilakukan pada bakteri
yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana seperti spirochaeta. Pewarnaan negatif
bertujuan untuk memberi warna gelap pada latar belakang dan tidak memberi warna pada sel
bakteri. Hal tersebut dapat terjadi karena pada pewarnaan negatif, pewarna yang digunakan
adalah pewarna asam dan memiliki komponen kromoforik yang bermuatan negatif, yang juga
dimiliki oleh sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna tidak dapat menembus atau berpenetrasi
ke dalam sel bakteri karena negatif charge pada permukaan sel bakteri. Pada pewarnaan
negatif ini, sel bakteri terlihat transparan (tembus pandang). Gambar pewarnaan negative
dilihat dari mikroskop
3.Pewarnaan Diferensial
Pewarnaan Diferensial adalah teknik pewarnaan yang dilakukan untuk mengetahui
perebedaan antara sel-sel dari tiap-tiap mikroba. Pewarnaan diferensial menggunakan dua
pewarna atau lebih. Pewarnaan diferensial antara lain meliputi :

 Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram digunakan untuk membedakan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
berdasarkan sifat fisik dan kimia dinding sel bakteri. Pewarnaan gram menggunakan pewarna
utama Kristal Violet dan pewarna tandingan Safranin.Keberhasilan metode ini sangat
bergantung pada dinding sel, maka dari itu metode ini tidak dapat dilakukan pada bakteri
yang tidak memiliki dinding sel seperti genus nacordia dan mycoplasma.
Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(1853 – 1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk
memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri,
untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola,
menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta
meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Pewarnaan ini dapat membagi
bakteri menjadi gram positif dan gram negatif berdasarkan kemampuannya untuk menahan
pewarna primer (kristal ungu) atau kehilangan warna primer dan menerima warna tandingan
(safranin).
Bakteri gram positif menunjukkan warna biru atau ungu dengan pewarnaan ini, sedangkan
bakteri gram negatif menunjukkan warna merah. Perbedaan respon terhadap mekanisme
pewarnaan gram pada bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel
bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak
dalam presentase lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Pemberian alkohol (etanol) pada
praktikum pewarnaan bakteri, menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar
permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel
menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif
dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes
dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel
berwarna ungu, yang merupakan warna dari Kristal Violet.
Perwarnaan Gram menggunakan Gram A (cat Kristal violet), Gram B (Lyugol iodine), Gram
C (etanol : aseton = 1:1), Gram D (cat safranin). Cat Gram A berwarna ungu (kristal violet).
Cat Gram A merupakan cat primer yang akan memberi warna mikroorganisme target. Pada
saat diberi cat ini, semua mikroorganisme akan berwarna ungu sesuai warna cat. Komposisi
cat A yaitu
Ø Kristal violet : 2 gram
Ø Alkohol 95% : 20 ml
Ø Aquadest : 80 ml
Ø Amonium oksalat : 0,8 gram
Cat Gram B berwarna coklat. Cat Gram B merupakan cat Mordan, yaitu cat atau bahan kimia
yang berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap mikroorganisme target. Akibat
pemberian cat Gram B, maka pengikatan warna oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat).
Komposisi cat B yaitu :
Ø Iodium : 1 gram
Ø Kalium iodida : 2 gram
Ø Aquadest : 300ml
Cat Gram C tidak berwarna. Cat ini berfungsi untuk melunturkan cat sebelumnya. Akibat
pemberian cat C akan terjadi 2 kemungkinan : Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna
ungu, karena tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri tidak dilunturkan oleh
alkohol. Bakteri yang bersifat demikian disebut bakteri Gram positif dan Bakteri tidak akan
berwarna, karena tidak tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri dilunturkan
oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian dikelompokkan sebagai bakteri Gram negatif.
Komposisi cat C yaitu :
Ø Aceton : 50 ml
Ø Alkohol 95% : 50 ml
Cat Gram D Merupakan cat skunder atau kontras. Cat ini berwarna merah berfungsi sebagai
pemberi warna mikroorganisme non target.Cat Skunder mempunyai spektrum warna yang
berbeda dari cat primer. Akibat pemberian cat gram D yaitu Bakteri gram positif akan tetap
berwarna ungu karena tidak jenuh mengikuti cat gram A sehingga tidak mampu lagi
mengikat cat gram D dan Bakteri gram negatif berwarna merah karena cat sebelumnya telah
dilunturkan oleh cat gram C, maka akan mampu mengikat cat gram D. Komposisi cat gram D
yaitu :
Ø Safranin O : 0,25 gram
Ø Alkohol 95% : 10 ml
Ø Aquadest : 90 ml

Perbedaan dinding sel bakteri gram positif dan bakteri gram negatif : Hasil pengamatan
preparat bakteri gram postif dan gram negatif pada mikroskop : S. Aureus, gram positif E.
Coli , gram negatif.
4.Pewarnaan Khusus
Pewarnaan struktural ditujukan untuk melihat bagian tertentu bakteri. Yang termasuk dalam
pewarnaan struktural ialah :
a. Pewarnaan Spora
Ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu genus Bacillus dan genus
Clostridium. Strukturspora yang terbentuk di dalam tubuh vegetatif bakteri disebut sebagai
‘endospora’ (endo=dalam, spora=spora) yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara
sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi
dengan dinding yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan tambahan.
Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada
kondisi yang ekstrim.
Menurut Pelczar (1986) bakteri yang dapat membentuk endospore ini dapat hidup dan
mengalami tahapan-tahapan pertumbuhan sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk
melalui sintesis protoplasma baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan
tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang
dimaksudkan tersebut adalah dengan penggunaan larutan Hijau Malakit 5%, dan untuk
memperjelas pengamatan, sel vegetatif juga diwarnai dengan larutan Safranin 0,5% sehingga
sel vegetatif ini berwarna merah, sedangkan spora berwarna hijau.
Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh
sel vegetatif juga dapat diidentifikasi. Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai
spora dan di dalam proses pewarnaannya melibatkan proses pemanasan, yaitu; spora
dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebut sehingga memudahkan zat warna tersebut
untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri.
Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai spora bakteri, tidak lepas
dari sifat kimiawi dinding spora itu sendiri. Semua spora bakteri mengandung asam
dupikolinat, yang mana subtansi ini tidak dapat ditemui pada sel vegetatif bakteri, atau dapat
dikatakan, senyawa ini khas dimiliki oleh spora. Dalam proses pewarnaan, sifat senyawa
inilah (asam dupikolinat) yang kemudian dimanfaatkan untuk diwarnai menggunakan
pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan menurut Pelczar (1986),
selain subtansi di atas, dalam spora bakteri juga terdapat kompleks Ca2+ dan asam
dipikolinan peptidoglikan.
Terdapat beberapa metode pewarnaan spora bakteri, diantaranya yaitu metode Schaeffer-
Fulton dan metode Dorner. Pada metode Schaeffer-fulton, pewarna yang digunakan adalah
hijau malaksit dan safranin, sedangkan pada metode Dorner, pewarna yang digunakan adalah
carbol fuchsin yang dipanaskan dan negrosin.

b. Pewarnaan Kapsul
Beberapa jenis bakteri mengeluarkan bahan-bahan yang amat berlendir dan lengket pada
permukaan selnya, dan melengkungi dinding sel. Bila bahan berlendir tersebut kompak dan
tampak sebagai suatu bentuk yang pasti ( bundar/lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila
bentuknya tidak teratur dan kurang menempel dengan erat pada sel bakteri disebut selaput
lendir.
Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat berfungsi sebagai makanan
cadangan, perlindungan terhadap fagositosis (baik dalam tubuh inang maupun dialam bebas)
atau perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan menghasilkan kapsul merupakan sifat
genetis, tetapi produksinya sangat dipengaruhi oleh komposisi medium tempat
ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan. Komposisi medium juga dapat mempengaruhi
ukuran kapsul.
Ukuran kapsul berbeda-beda menurut jenis bakterinya dan juga dapat berbeda diantara jalur-
jalur yang berlainan dalam satu spesies. Pada beberapa jenis bakteri adanya kapsul sebagai
petunjuk virulensi. Semua kapsul bakteri tampaknya dapat larut dalam air. Komposisi
kimiawi kapsul ada yang berupa glukosa (misalnya dektrosa pada leokonostok
mesendteroides), polimer gula amino (misalnya asam hialuronat pada Staphylococcus
piogenik), polipeptida (misalnya polimer asam D-glutamat pada Bacillus antraksis) atau
kompleks polisakarida, dan glikoprotein ( misalnya B disentri).
Pewarnaan kapsul tidak dapat dilakukan sebagaimana melakukan pewarnaan sederhana,
pewarnaan kapsul dilakukan dengan menggabungkan prosedur dari pewarnaan sederhana
dan pewarnaan negatif. Masalahnya adalah ketika kita memanaskan prepat dengan suhu yang
sangat tinggi kapsul akan hancur, sedangakan apabila kita tidak melakukan pemanasan pada
preparat, bakteri akan tidak dapat menempel dengan erat dan dapat hilang ketika kita mencuci
preparat. Pewarnaan kapsul menggunakan pewarna Kristal Violet dan sebagai pelunturnya
adalah Copper Sulfate.
Kristal violet memberikan warna ungu gelap terhadap sel bakteri dan kapsul. Namun kapsul
bersifat nonionic, sehingga pewarna utama tidak dapat meresap dengan kuat pada kapsul
bakteri. Copper sulfate bertindak sebagai peluntur sekaligus counterstain, sehingga mengubah
warna yang sebelumnya ungu gelap menjadi biru muda atau pink. Maka dari itu pada
pewarnaan kapsul, kapsul akan transparan sedangakan sel bakteri dan latar belakangnya akan
berwarna biru muda atau pink.
♡: Fungsi kapsula pada bakteri:
a) Berperan sebagai antifagosit sehingga memberi sifat virulen pada bakteri.
b) Mempertahankan diri dari antitoksin yang dihasilkan sel inang.
c) Meningkatkan kemampuan bakteri untuk menimbulkan penyakit.
d) Melindungi sel dari kekeringan dan kehilangan nutrisi. Karena kapsula mengandung
banyak air.
e) Sebagai penyeimbang antara sel dan lingkungan eksternal.
f) Menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag.
g) Sebagai alat untuk mencantelkan pada permukaan seperti yang dilakukan oleh
Streptococcus mutans.
♡: Contoh bakteri berkapsul antara lain: Bacillus anthracis, Diplooccus pneumoniae,
Klebsiella, Acetobacter xylinium, Bacillus subtilis, Betacrocus dextranicus.

c. Pewarnaan Granulla

Ada beberapa metode pewarnaan granula, diantaranya adalah Loeffler, Albert dan Neisser.
Dari ketiga metode tersebut, metode yang sering digunakan adalah metode Neisser,
sedangkan metode Albert dan Loeffler kurang popular karena tidak diajarkan pada praktikum
mikrobiologi. Tetapi, pewarnaan metode Albert sering dibahas pada buku-buku terbitan
WHO. Granula metakromatik disebut jga granula volutin. Granula metakromatik tidak hanya
ditemukan pada Corynebacterium diphteriae tetapi juga di beberapa bakteri selain bakteri
tersebut, fungi, algae, dan protozoa.
Granula metakromatik mengandung polifosfat, asam ribonukleat, dan protein. Granula
metakromatik sangat mungkin mempunyai fungsi sebagai sumber cadangan energi. Metode
Neisser menggunakan pewarna neisser A, neisser B, dan neisser C. Neisser A mengandung
biru metilen, alkohol 96%, asam pekat dan aquades. Neisser B mengandung kristal violet,
alkohol 96%, dan aquades. Sedangkan neisser C mengandung crysoidine dan aquades. Pada
metode neisser, granula bakteri berwarna biru gelap atau biru hitam (warna dari neisser A
ditambah neisser B), sedangkan sitoplasma bakteri berwarna kuning kecoklatan (warna dari
neisser C).
d. Pewarnaan Flagella
Flagel merupakan salah satu alat gerak bakteri. Flagel mengakibatkan bakteri dapat bergerak
berputar. Penyusun flagel adalah sub unit protein yang disebut flagelin, yang mempunyai
berat molekul rendah. Berdasarkan jumlah dan letak flagelnya, bakteri dibedakan menjadi
monotrik, lopotrik, amfitrik, peritrik dan atrik. Prinsip pewarnaan flagella adalah membuat
organel tersebut dapat dilihat dengan cara melapisinya dengan mordant dalam jumlah yang
cukup. Dua metode pewarnaan flagella, yaitu metode Gray dan metode Leifson.
Metode Gray digunakan untuk mendapat hasil yang lebih baik dan mengena walaupun dalam
metode ini tidak dilakukan pencelupan yang khusus. Pada pewarnaan flagella larutan kristal
violet bertindak sebagai pewarna utama, sedangkan asam tannic dan alumunium kalium
sulfat bertindak sebagai mordant. Kristal violet akan membentuk endapan disekitar flagel,
sehingga meningkatkan ukuran nyata flagel.D.

Prosedur Kerja Pewarnaan Bakteri:


1. Pewarnaan Sederhana
a) Dibersihkan kaca preparat dan cover glass dengan menggunakan alkohol sampai bebas
lemak, lalu dibersihkan lagi dengan tisu. Difiksasi diatas nyala lampu bunsen.
b) Diambil secara aseptik satu ose suspensi bakteri dan diratakan diatas kaca preparat.
c) Dikeringkan kaca preparat dengan diangin-anginkan hingga terbentuk noda.
d) Difiksasi dengan dipanaskan diatas nyala lampu bunsen.
e) Didinginkan lalu diteteskan larutan zat warna crystal violet sebanyak 1 atau 2 tetes, dan
dibiarkan selama 1 atau 2 menit.
f) Dicuci dengan aquades sampai sisa-sisa zat warna tercuci seluruhnya.
g) Dikeringkan dengan diangin-anginkan.
h) Diamati dengan menggunakan mikroskop.
2. Pewarnaan Negatif
a) Dibersihkan object glass dan cover glass dengan menggunakan alkohol sampai bebas
lemak.
b) Difiksasi diatas nyala lampu bunsen.
c) Diambil secara aseptik satu ose suspensi bakteri dan diratakan diatas object glass.
d) Difiksasi dengan cara dipanaskan diatas nyala lampu bunsen.
e) Diteteskan larutan zat warna tinta cina diatas object glass hingga merata.
f) Dikeringkan dengan diangin-anginkan.
g) Diamati dengan menggunakan mikroskop.
3. Pewarnaan Gram
a) Dibersihkan object glass dan cover glass dengan menggunakan alkohol sampai bebas
lemak, lalu dibersihkan lagi dengan tisu.
b) Difiksasi diatas nyala lampu bunsen.
c) Diambil secara aseptik satu ose suspensi bakteri dan diratakan diatas object glass.
d) Dikeringkan object glassdengan diangin-anginkan hingga terbentuk noda.
e) Difiksasi dengan dipanaskan diatas lampu bunsen.
f) Didinginkan, lalu diteteskan zat warna crystal violet sebanyak 2 atau 3 tetes dan
dibiarkan selama 1 menit.
g) Dicuci dengan aquades sampai sisa-sisa zat warna tercuci seluruhnya.
h) Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
i) Diteteskan larutan lugol dan dibiarkan selama 1 menit.
j) Dicuci dengan aquades dan dikeringkan dengan diangin-anginkan.
k) Dicuci dengan alkohol selama 30 detik.
l) Diteteskan larutan zat warna safranin sebanyak 2 atau 3 tetes.
m) Dicuci dengan aquades.
n) Diamati dengan menggunakan mikroskop.
4. Pewarnaan Spora
a) Dibersihkan object glass dan cover glass dengan menggunakan alkohol sampai bebas
lemak, lalu dibersihkan lagi dengan tisu.
b) Difiksasi diatas nyala lampu bunsen.
c) Diambil secara aseptik satu ose suspensi bakteri dan diratakan diatas object glass.
d) Dikeringkan object glass dengan diangin-anginkan hingga terbentuk noda.
e) Ditutup object glass dengan kertas saring.
f) Diteteskan malachite green sebanyak 2 atau 3 tetes.
g) Dilewatkan diatas api lampu bunsen hingga terlihat uap, jangan sampai zat warna
mendidih dan mengering.
h) Didiamkan 1 menit lalu dibuang kertas saring.
i) Dicuci dengan aquades dan dibiarkan selam 30 detik.
j) Diteteskan safranin dan dibiarkan selama 30 detik.
k) Diangin-anginkan hingga zat warna kering.
l) Diamati dengan menggunakan mikroskop.
5. Cat Gram A
a) Tobang kristal violet sebanyak 2 gram menggunakan kertas timbang pada neraca
b) Amonium oksalat di timbang sebanya 0,8 gram
c) Kristal violet dan amonium oksalat di campur ke dalam mortir dan dihaluskan
menggunakan stampler
d) Tambahkan 80 ml aquadest dan 20 ml alkohol 95% kedalam mortir
e) Aduk hingga merata
f) Masukkan larutan ke dalam botol reagen menggunakan corong yang telah dilapisi kertas
saring
g) Tutup, beri label, dan simpan botil reagen
h) Keringkan kertas saring
6. Cat Gram B
a) Timbang sebanya 1 gram iodium menggunakan neraca yang telah dilapisi kertas timbang
b) Timbang sebanyak 2 gram kalium iodida menggunakan neraca yang telah dilapisi kertas
timbang
c) Campurkan iodium dan kalium iodida ke dalam mortir dan haluskan menggunakan
stampler
d) Tambahkan 300 ml aquadest ke dalam mortir
e) Aduk hinggal merat
f) Masukkan larutan ke dalam botol reagen menggunakn corng yang telah di lapisi kertas
saring
g) Tutup, beri label, dan simpan botol reagen
h) Keiringkan kertas saring

7. Cat Gram C
a. Ukur lah sebanya 50 ml aceton menggunakan gelas ukur
b. Ukurlah sebanyak 50 ml alkohol 95% menggunakan gelas ukur
c. Campurkan keduanya kedalam botol reagen menggunakan corong
d. Tutup, beri label, dan simpan botol reagen
8. Cat Gram D
a) Timbang 0,25 gram safranin O menggunakan neraca yang telah dilapisi kertas timbang
b) Masukkan safranin ke dalam mortir dan haluskan menggunakan stampler
c) Tambahkan 10 ml alkohol 95% dan 90 ml aquadest ke dalam mortir
d) Aduk hingga merata
e) Masukkan larutan kedalam botol reagen menggunakan corong yang telah dilapisi kertas
saring.
f) Tutup, beri label, dan simpan botol reagen.
g) Keringkan kertas saring

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan materi diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Bakteri adalah mikroorganisme yang sangat sederhana yang tidak bernukleus dan
sifatnya berbeda dengan organisme yang mempunyai inti sel.
2. Pewarnaan bakteri pada umumnya bertujuan untuk mempermudah dalam
pengamatan morfologi bakteri dengan bantuan mikroskop.
3. Teknik perwarnaan bakteri yaitu Pewarnaan sederhana, Pewarnaan Negatif,
Pewarnaan Diferensial, dan Pewarnaan Khusus.
4. Pewarnaan kapsul ialah metode pewarnaan diferensial yang dikhususkan untuk
melihat bagian kapsul dari suatu bakteri.
5. Pewarnaan kapsul merupakan gabungan antara pewarnaan sederhana dan pewarnaan
negatif.
6. Contoh bakteri berkapsul antara lain: Bacillus anthracis, Diplooccus pneumoniae,
Klebsiella, Acetobacter xylinium, Bacillus subtilis, Betacrocus dextranicus.

B. Saran
Saran dari makalah ini kepada pembaca adalah agar pembaca tidak hanya mengacu pada
materi didalam makalah ini melainkan mencari refrensi lain diluar makalah .

DAFTAR. PUSTAKA

https://www.academia.edu/10414811/Pewarnaan_Bakteri_1_MAKALAH_PEWARNAAN_S
EDERHANA_NEGATIF_KAPSUL_dan_GRAM
https://www.academia.edu/38892923/Laporan_bakteri_pewarnaan_kapsul
http://israyantianur.blogspot.com/2013/07/bab-i-pendahuluan-1.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai