Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PENGECATAN GRAM, ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI,

PENGENALAN MEDIA PERTUMBUHAN, SERTA PEMBIAKAN AEROB DAN


ANAEROB

NAMA : DESAK PUTU SUSINTA PRADNYARINI


NIM : P07131221006
KELAS :A
PRODI : SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


DENPASAR PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
GIZI DAN DIETETIKA 2021/2022
A. LATAR BELAKANG

Mikrobiologi adalah studi tentang organisme yang sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Organisme yang sangat kecil ini disebut mikroorganisme, atau yang
lebih umum dikenal dengan kuman atau mikroorganisme. Saat ini mikrobiologi b anyak
dikembangkan dalam berbagai bidang keilmuan seperti pertanian, industri, kesehatan,
lingkungan, pangan dan antariksa (Waluyo, 2009).

Dalam mikrobiologi, diperlukan teknik khusus untuk mempelajari mikroorganisme. Di


laboratorium mikrobiologi dan bakteriologi untuk kultur dan studi sifat mikroorganisme seperti
bakteri, diperlukan media untuk tumbuh (Collyn dan Lyne, 1987). Perkembangan kultur
bakteri memegang peranan yang sangat penting dalam bidang mikrobiologi. Dengan
mengisolasi bakteri dan membiakkannya dengan media buatan, kita dapat mengidentifikasi dan
mempelajari sifat bakteri.

Media pertumbuhan harus memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan untuk


mikroorganisme (Atlas, 2004). Unsur hara yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya antara lain karbon, nitrogen, unsur non logam seperti belerang dan fosfor,
unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, dll. Mn, Mg dan Fe, vitamin, air dan energi (Raji, 2011).

Media dapat berbentuk cair, padat dan semi padat, tergantung pada mikroorganisme yang
akan dikultur. Media yang biasa digunakan untuk kultur mikroorganisme laboratorium seperti
bakteri adalah nutrient agar, sedangkan media kultur jamur adalah saboroud agar, oatmeal agar,
dan PDA (Potato Dextrose Agar). Media NA, agar saboroud, agar oatmeal adalah media flash
sedangkan media PDA dibuat dari ekstrak kentang, meskipun mereka juga tersedia dalam flash.

Dari penjelasan mikrobiologi di atas, dalam laporan ini saya akan menjelaskan hasil
praktikum mikrobiologi meliputi pengenalan media isolasi mikrobiologi, pewarnaan Gram dan
kultur aerob dan anaerob.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara melakukan pengecatan bakteri gram?
2. Bagaimana isolasi dan identifikasi mikroorganisme?
3. Bagaimana pengenalan media pertumbuhan bakteri?
4. Bagaimana pembiakan aerob dan anaerob?
C. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui bagaimana media isolasi mikroorganisme,
pengecatan gram, media pertumbuhan bakteri, pembiakan aerob dan anaerob.

D. MANFAAT

Dengan diadakannya praktikum ini, hasil hasil diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bidang ilmu pendidikan, terutama pendidikan biologi dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran laboratorium, terutama pembelajaran mikrobiologi.
2. Peneliti, dapat digunakan sebagai latihan dalam menyusun karya ilmiah lainnya atau
melakukan praktikum yang berhubungan dengan mikrobiologi.
3. Masyarakat, memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengenalan media
isolasi mikroorganisme, pengecatan gram, serta pembiakan aerob dan anaerob.
E. KAJIAN PUSTAKA
1.1 Pengecatan Bakteri Gram Positif dan Negatif

Dari segi komponen dinding sel, bakteri Gram-positif relatif lebih sederhana dibandingkan
dengan bakteri Gram-negatif, yang terdiri dari dua atau tiga lapisan membran sel yang tersusun
dari asam teikoat dan asam teikuronat berupa polimer yang larut dalam air. Sebaliknya, dinding
sel bakteri negatif tersusun atas peptida glikon, lipoprotein, dan lipopolisakarida, serta lebih
kompleks dan tebal, sehingga dinding sel bakteri Gram positif lebih permeabel terhadap
senyawa hidrofilik daripada bakteri Gram negatif.

Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana yang mengandung
peptidoglikan dalam jumlah yang relatif besar. Dinding sel bakteri Gram -negatif rendah
peptidoglikan dan kompleks secara struktural. Membran luar dinding sel bakteri Gram negatif
mengandung lipopolisakarida, suatu karbohidrat yang terikat pada lipid. Di antara patogen
penyebab penyakit, bakteri Gram-negatif umumnya lebih berbahaya daripada bakteri Gram-
positif.

Respon penghambatan bakteri Gram positif lebih kuat daripada respon penghambatan
bakteri Gram negatif. Hal ini disebabkan oleh perbedaan komposisi dinding sel antara bakteri
Gram-positif dan Gram-negatif. Dinding sel bakteri Gram positif mengandung banyak
molekul teikoronat dan polisakarida. Komponen kimia ini melindungi sel dari aktivitas litik
enzimatik, sedangkan zat lain menentukan respon seluler terhadap pewarnaan Gram dan
menarik serta mengikat beberapa bakteriofag (Purwani, 2009).
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengklasifikasikan bakteri menjadi 2 yaitu bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negatif. Dalam pewarnaan Gram ini, empat reagen digunakan: violet,
yodium, alkohol dan safranin. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu kristal
violet, sehingga jika dilihat di bawah mikroskop akan terlihat warna ungu sedangkan bakteri
gram negatif tidak dapat mempertahankan warna ungu kristal violet, tetapi zat warna safranin
dapat menembus dinding sel. warna merah. (Pratita, 2012).

Kelompok bakteri gram negatif ditandai dengan sel darah merah jika dilihat di bawah
mikroskop. Warna merah disebabkan oleh kristal pewarna ungu yang berubah warna selama
dekolorisasi alkohol, setelah itu sel bakteri menyerap pewarna merah yaitu safranin. Pewarnaan
gram digunakan untuk mengetahui morfologi sel bakteri dan untuk membedakan antara bakteri
gram positif dan gram negatif. Perbedaan warna antara bakteri gram positif dan gram negatif
menunjukkan adanya perbedaan struktur dinding sel antara kedua jenis bakteri tersebut.
Bakteri gram positif memiliki struktur dinding sel dengan kandungan peptidoglikan yang tebal
sedangkan bakteri Gram negatif memiliki struktur dinding sel dengan kandungan lipid yang
tinggi (Fitri, 2011).

Pewarnaan gram dilakukan pada sampel bakteri berumur 24 jam yang dikultur pada media
padat. Bakteri gram positif akan berubah warna menjadi ungu bila ditambahkan cat gram.
Warna ungu terjadi karena dinding sel bakteri berikatan dengan cat crystal violet yang
diperkuat oleh yodium, dan warna crystal violet tidak akan hilang ketika cat diputihkan,
sehingga tidak terpengaruh oleh cat merah (Romadhon, 2012).

Pewarnaan dilakukan dengan cara membentuk isolat pada kaca objek, selanjutnya
dilakukan pewarnaan secara bergantian dengan larutan kristal violet dan iodin selama beberapa
menit dan dibilas dengan aquades, kemudian dibilas dengan alkohol dan dikeringkan dengan
larutan pelapis safranin. Pengamatan dengan mikroskop, bakteri gram positif akan berwarna
ungu, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah (Purwohadienoso, 2009).

- Macam pengecatan bakteri

Berikut macam pengecatan bakteri menurut Henny dan Seprianto ( 2019 )

1. Pengecatan negatif

Pengecatan dilakukan untuk mewarnai latar belakang preparat dan sel bakteri itu sendiri
tidak terwarnai.
2. Pengecatan sederhana

Pengecatan dilakukan dengan memakai 1 macam larutan ( zat warna biru metilen/Kristal
violet) Sel akan berwarna sesuai dengan jenis cat yang dipakai.

3. Pengecatan diferensial

Pengecatan ini dilakukan memakai beberapa larutan zat warna/cat, dengan pengecatan ini
bakteri dapat dikelompokkan dalam suatu kelompok tertentu. Misal pengecatan Gram,
pengecatan tahan asam.

4. Pengecatan khusus

Pewarnaan ini dipakai untuk mewarnai bagian-bagian sel bakteri yang tidak bisa diwarnai
dengan pewarnaan biasa. Contoh: pewarnaan spora.

- Alat dan Bahan

Bahan-bahan :

1. Media agar dengan koloni bakteri

2. Crystal violet, Larutan Iodin (lugol), Alkohol 95%, Safranin, Akuades dan Minyak immersi

Alat-alat:

1. Mikroskop cahaya

2. Bunsen

3. Kaca obyek dan cover glass

4. Pipet tetes

5. tempat sampah medis

Membuat hapusan

1. Sterilkan wireloop/ose dengan cara memanaskan pada api Bunsen sampai membawa
(merah)
2. Ambil akuades dengan menggunakan wireloop
3. Teteskan akuades di atas objek glass
4. Pilih single koloni
5. Sterilkan wireloop/ose sebelum mengambil koloni bakteri
6. Ambil 1 single koloni bakteri (dari plate 1)
7. Hapuskan koloni yang sudah diambil di atas objek glas dan campurkan dengan akuades
yang diteteskan sebelumnya, campurkan sampai homogen
8. Ambil single koloni yang berbeda (dari plate 2) dan tempatkan di atas penanda
lingkaran yang lain lakukan dengan cara yang sama seperti koloni sebelumnya
9. Sterilkan wireloop/ose setelah digunakan
10. Keringkan hapusan bakteri yang telah dibuat dengan mengangin-anginkan

Pengecatan

1. Teteaskan crystal violet di atas hapusan sampai menutupi semua permukaan hapusan
2. Diamkan selama 30 detik-1 menit
3. Cuci pada air mengalir selama 2-5 detik
4. Lanjutkan oengecatan dengan lugol dan diamkan selama 1 menit
5. Cuci dengan air mengalir selama 2-5 menit
6. Dekolorisasi dengan alcohol 95% selama 10-20 detik
7. Cuci dengan air mengalir selama 2-5 detik
8. Lanjutkan pengecatan dengan safranin selama 1-2 menit
9. Cuci dengan air mengalir selama 2-5 detik
10. Pengecatan selesai
11. Keringkan dengan tissue, jangan digosok!

Observasi mikroskop

1. Letakkan objek glass


2. Putar lensa objektif pada pembesaran 10x
3. Teteskan oil immersion di atas hapusan bakteri
4. Putar lensa objektif pembesaran 100x
1.2 Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme

Isolasi bakteri adalah suatu metode kultur bakteri dengan menggunakan media universal
atau selektif dan dilakukan melalui proses pembuatan isolat tunggal dari isolat campuran
dengan menggunakan metode cawan gores dan cawan tuang. Semua koloni yang terbentuk
diisolasi sebagai hasil pembelahan. Pada saat pemisahan, mikroorganisme perlu diinokulasi
dengan mikroorganisme.
Jarum ose bekas harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum dan sesudah inokulasi dengan
mikroorganisme. Jarum ose yang digunakan steril dan dimaksudkan untuk bebas dari
kontaminasi mikroba yang tidak diinginkan. Setelah sampel dimasukkan ke dalam cawan petri
saat berada di cawan petri, setiap kali membuka atau menutup cawan petri, harus
memanaskannya terlebih dahulu untuk meminimalkan kontaminasi pada sampel. Wadah
sedang dengan cawan petri, mikroorganisme dalam cawan petri selalu terbalik selama inkubasi.
Hal ini untuk mencegah mikroorganisme terkena uap air yang dihasilkan selama pembiakan
dan untuk mencegah kualitas mikroorganisme dikompromikan atau mengalami kerusakan.

- Jenis metode isolasi bakteri


Ada beberapa metode yang digunakan dalam isolasi bakteri, yaitu :
1. Metode pour plate

Prosedur ini dilakukan dengan menginokulasikan suspensi bahan yang mengandung


bakteri ke dalam medium agar cair menggunakan mikropipet dan menyemprot lalu
menuangkannya ke dalam cawan Petri. Dengan metode ini, jumlah suspensi yang digunakan
adalah 0,1 ml atau lebih, biasanya 1 ml. Suspensi bakteri dihilangkan dengan mikropipet dan
disemprotkan ke dalam cawan petri yang berisi media. Setelah inkubasi, terlihat berbagai
koloni bakteri, kemudian dipilih satu koloni, dipetik dengan jarum ose, dilanjutkan dengan
pewarnaan Gram.

Alat dan bahan:

1. Media NA dalam tabung reaksi (hasil percobaan 1)

2. Cawan petri steril

3. Kultur murni bakteri

4. Pipet volume, lampu bunsen

Cara kerja:

1. Dinginkan media NA dalam tabung reaksi sampai suhu ± 45 - 500C (cirinya : terasa
hangat di kulit/tidak ‘kemranyas’).

2. Buka tutup tabung yang mengandung kultur murni bakteri,dan bakar leher botol.

3. Pindahkan 1 ml kultur murni bakteri ke dalam tabung reaksi yang mengandung NA


secara aseptis.
4. Bakar leher tabung di atas bunsen, dan tuangkan media NA yang telah mengandung
kultur murni bakteri ke dalam cawan petri.

5. Goyangkan perlahan-lahan untuk mencampur kultur bakteri dengan NA sampai


homogen. Penggoyangan petri jangan terlalu kuat. Pada saat penuangan media, petri bisa
diletakkan dalam radius maksimal 20 cm dari sumber api (zona steril).

6. Setelah agar memadat diinkubasi terbalik pada suhu kamar selama 24 jam. Inkubasi
terbalik dilakukan setelah agar memadat. Amati pertumbuhannya.

2. Metode streak plate

Streak plate adalah metode pemisahan bakteri, dan metode inokulasi adalah menggores
suspensi bahan yang mengandung bakteri ke permukaan media dengan jarum ose dan digores
sesuai dengan cawan Petri. Media untuk menumbuhkan atau memisahkan bakteri dengan
metode coretan adalah teknik untuk memisahkan sel-sel bakteri secara individu. Setelah
inkubasi, koloni terpisah yang mungkin berasal dari satu sel bakteri tumbuh pada tanda gores.

Alat dan bahan:

1. Media NA dalam cawan petri


2. Kultur murni bakteri
3. Jarum ose
4. Lampu bunsen

Cara kerja:

1. Panaskan jarum ose hingga memijar di atas bunsen, kemudian dinginkan. Gunakan ose
yang telah dingin untuk menggores pada permukaan media agar dalam cawan petri.
2. Ambil 1 ose kultur murni bakteri dan goreskan pada permukaan media agar dimulai
pada satu ujung. Perhatikan teknik penggoresan! (lihat Gambar 3, 4, 5, 6). Ose
disentuhkan pada permukaan media agar dalam cawan petri, sewaktu menggores ose
dibiarkan meluncur di atas permukaan agar.
3. Setiap kali menggoreskan ose untuk kuadran berikutnya, pijarkan ose terlebih dahulu
dan biarkan dingin.
4. Inkubasikan secara terbalik pada suhu kamar selama 24 jam dan amati
pertumbuhannya.

Gambar streak plate method secara goresan sinambung

Gambar streak plate method secara goresan T

Streak plate method dengan lebih banyak sector

3. Metode spread plate

Spread plate adalah metode pemisahan bakteri dengan menginokulasikan suatu


suspensi zat yang mengandung bakteri pada media sehingga mendatar dengan tiga cabang.
Setelah inokulasi, terlihat koloni bakteri yang tumbuh tersebar di permukaan media agar
sehingga dapat diisolasi lebih lanjut untuk mendapatkan biakan murni.

Alat dan bahan:


1. Spreader/batang bengkok/batang Drigalsky
2. Pipet volume, lampu Bunsen
3. Media NA dalam cawan petri
4. Kultur murni bakteri
5. Larutan pengencer (BPW atau NaCl fisiologis 0,9%)

Cara kerja:

1. Buatlah pengenceran 10-1 – 10-6 dari kultur murni bakteri dengan larutan pengencer.
2. Ambil tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri, buka dan bakar leher
tabung.
3. Pindahkan 0,1 ml kultur bakteri secara aseptis ke permukaan media NA dalam cawan
petri.
4. Bakar spreader yang sebelumnya telah dicelupkan dalam alkohol, biarkan dingin.
5. Tebarkan/sebarkan kultur bakteri dengan spreader secara merata dan biarkan sampai
permukaan agar mengering
6. Setelah permukaan agar mengering, selanjutnya inkubasikan secara terbalik selama 24
jam pada suhu kamar dan amati pertumbuhannya.
7. Bandingkan pertumbuhan dari tiap-tiap pengenceran dan bandingkan pertumbuhannya
dengan hasil teknik spread plate pada percobaan 2 (sterilisasi secara filtrasi).

Gambar spread plate method

- Alat dan bahan

Alat Bahan
1. Cawan Petri 1. Aquades
2. Tabung Reaksi 2. Alkohol 70%

3. Jarum Ose 3. Bakteri dari tanah


4. Bakteri dari gigi berlubang
4. Bunsen
5. Medium nutrient agar
5. Mikropipet
6. Kertas Label
7. Gelas Beker
8. Rak Tabung Reaksi
9. Erlenmeyer
10. Aluminuim Foil
11. Cotton Bud
12. Timbangan Analitik

1. Prosedur kerja
2. Tanah
Timbang tanah sebanyak 1 gram

Masukkan tanah yang sudah ditimbang ke dalam Erlenmeyer yang berisi 100 ml aquades

Siapkan 6 tabung reaksi

Masukkan 9 ml aquades ke masing-masing tabung reaksi

Ambil mikropipet kemudian pindahkan 1 ml dari Erlenmeyer ke tabung reaksi

Larutan yang sudah dipindahkan ke tabung reaksi kemudian pindahkan lagi ke


tabung reaksi lainnya.
Lakukan hal yang sama sampai ke tabung reaksi
terakhir

Ambil 100 mikro larutan dari tabung reaksi kemudian pindahkan


ke cawan petri

Kultur selama 2 x 24 jam. Amati setiap 24 jam sekali

3. Gigi

Siapkan cotton bud

Oleskan cotton bud ke gigi yang berlubang

Cotton bud yang sudah dioleskan ke gigi kemudian dioleskan ke cawan petri
yang berisi Nutrient Agar

1.3 Pengenalan media pertumbuhan bakteri

Media adalah campuran nutrisi atau nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
tumbuh. Isolasi dan inokulasi mikroba, serta uji mikrobiologi dan biokimia juga memerlukan
media selain pertumbuhan mikroba. Sebuah media yang cocok untuk pertumbuhan mikroba
sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba. Artinya, komposisi makanan yang p erlu
menahan air dan mengandung air dalam media pertukaran zat atau metabolisme harus karbon,
mineral, vitamin, dan gas, osmotik, isotonik. Namun, keasaman/pH umumnya netral, tetapi ada
juga yang bersifat basa dan suhunya harus sesuai dan steril.

Media harus mengandung semua persyaratan untuk pertumbuhan mikroorganisme


berupa sumber energi yang meliputi gula, sumber nitrogen, ion anorganik esensial, dan
kebutuhan khusus seperti vitamin. Media tumbuh mengandung unsur makro yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme seperti karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan fosfor
(P). Selain itu, media ini juga mengandung unsur mikro seperti besi (Fe) dan magnesium (Mg).
Media juga dapat mengandung aditif lain seperti indikator merah fenol. Ciri-ciri media
pembenihan yang ideal adalah memberikan pertumbuhan yang baik ketika tunas ditanam,
mendorong pertumbuhan yang cepat, murah, mudah berkembang biak, dan dapat menunjukkan
sifat mikroba yang diinginkan.

Untuk dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba yang diharapkan, media
memiliki persyaratan. Persyaratan tersebut meliputi:

a. Susunan makanan

Unsur-unsur yang diperlukan untuk media terdiri dari air, sumber karbon, sumber nitrogen,
vitamin, mineral, dan gas. Bakteri sensitif terhadap kekeringan dan membutuhkan air yang
cukup untuk menjaga kelembaban. Senyawa karbon sederhana seperti CO2 dan CH4 atau
senyawa karbon kompleks seperti gula (misalnya glukosa, laktosa, sukrosa, dll.) dapat
digunakan sebagai sumber karbon. Senyawa nitrogen dapat diturunkan dari senyawa nitrogen
sederhana seperti NH3 atau senyawa nitrogen yang lebih kompleks seperti pepton dan asam
amino. Mineral yang sering dibutuhkan dalam media adalah K, Mg, Na, Zn, P, S dan Cl.
Beberapa bakteri membutuhkan vitamin K (misalnya Bacteroides melanogenicus) dan gas
(misalnya Gonococcus membutuhkan CO2), tetapi beberapa bakteri (bakteri anaerob) mati
dengan adanya oksigen.

b. Temperatur

Untuk pertumbuhan yang optimal, bakteri membutuhkan suhu tertentu. Pada umumnya
bakteri patogen memerlukan suhu sekitar 37oC sesuai dengan suhu tubuh manusia, meskipun
ada juga bakteri yang membutuhkan suhu tinggi, seperti Campylobacter (42oC).

c. Tekanan osmose

Secara umum, untuk tumbuh, bakteri membutuhkan lingkungan yang isotonik. Jika
medium hipotonik, bakteri akan mengalami plasmoptisis dan jika hipertonik, bakteri akan
mengalami plasmolisis

d. Derajat keasaman (pH)

Kebanyakan bakteri membutuhkan pH mendekati netral. Namun, beberapa bakteri


memerlukan perlakuan khusus, misalnya bakteri Vibrio membutuhkan pH basa sekitar 810
untuk pertumbuhan yang optimal.

e. Sterilitas
Sterilitas mutlak diperlukan untuk melakukan pemeriksaan mikrobiologi, karena bakteri
yang cenderung tumbuh bersifat patogen. Jika media yang digunakan tidak steril, tidak
mungkin membedakan antara pertumbuhan bakteri yang diperlukan atau hanya infeksi bakteri.

Berdasarkan bentuknyanya media dibedakan menjadi:

1. Media Cair

Media cair yang digunakan untuk kultur dipekatkan sebelum didistribusikan ke media
padat dan tidak cocok untuk isolasi mikroba dan oleh karena itu tidak dapat digunakan untuk
mempelajari koloni bakteri. Contoh Cairan Nutrient broth (NB); Pepton dilution fluid (PDF);
Lactose Broth (LB); Mac Conkey Broth (MCB), dll. Pepton merupakan protein yang diperoleh
dari degradasi hidrolase seperti pepsin, tripsin, dan papain. Pepton mengandung nitrogen dan
bertindak sebagai buffer. Beberapa bakteri dapat tumbuh pada larutan pepton 4%.

2. Media semi padat

Adalah media yang mengandung agar sebesar 0.5 %

3. Media padat

Media padat mengandung komposisi agar sebesar 15 %.Media padat digunakan untuk
mempelajari koloni kuman, untuk isolasi dan untuk memperoleh biakan murni. Contoh media
padat Nutrient Agar (NA), Potato Detrose Agar (PDA), dan lain-lain.

1) Media NA

Untuk menyiapkan 1 liter media ini, lakukan langkah-langkah berikut, timbang 23,5 gram
media instan dan suspensikan dalam air suling hingga volume akhir 1000 mL. Panaskan
suspensi hingga larut dan masukkan ke dalam tabung reaksi (± 5 ml untuk media miring, ± 10
ml untuk media). Sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan 15 pound selama 15
menit, tuang ke dalam cawan Petri ±1520 ml dan padatkan dengan LAFg. Simpan di tempat
sejuk dan kering (dalam lemari es)

2) Media PDA

Prosedur pembuatan media PDA adalah dengan menimbang 24 gram kaldu dekstrosa
kentang sintetik, mencampur 20 gram agar-agar, kaldu dekstrosa kentang dan agar-agar dalam
gelas kimia 1000 ml, menambahkan 1000 ml aquadest dan menggunakan pengaduk magnet
untuk menghomogenkan campuran. , Kemudian masukkan ke dalam labu Schoot dan sterilkan
media menggunakan autoklaf.

Berdasarkan tujuan penggunaannya media dibedakan menjadi :

a. Media isolasi

Media yang mengandung unsur esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba.

b. Media diperkaya

Media diperkaya merupakan media yang mengandung bahan dasar untuk pertumbuhan
mikroba dan zat-zat tertentu yang ditambahkan seperti serum, kuning telur, dan lain-lain.

4. Media Selektif

Media selektif adalah media cair di mana zat tertentu ditambahkan untuk menumbuhkan
mikroorganisme tertentu dan inhibitor mikroorganisme yang tidak perlu diberikan. Sebagai
contoh medium, ampisilin ditambahkan untuk menghambat mikroorganisme lain.

1) Manitol Salt Agar (MSA)

Tujuan Praktikum:

1. Untuk mengetahui fungsi dan cara pembuatan media MSA


2. Mampu membuat dan membedakan media MSA dengan baik dan benar

Fungsi :

Untuk mengisolasi kuman golongan Staphylococcus yang mampu memfermentasi mannitol


dan tahan terhadap kadar garam tinggi. Golongan Staphylococcus yang dapat menunjukkan
pertumbuhan yang khas adalah golongan S.aureus. indicator pada media MSA ini adalah
phenol red

ALAT :
1. Beaker glass 2. Erlenmeyer 3. Gelas arloji

4. Gelas ukur 5. Cawan petri 6. Pipet tetes

7. Neraca TBB 8. Kaki 3 9. Kasa abses

10. Api spirtus, korek api 11. Spatula

BAHAN :

1. Akuades 2. Media MSA 3. NaOH 0,1 N

4. HCl 0,1 N 5. pH media 6. Kapas, Kasa dan spirtus

7. suspense bakteri staphylococcus aureus, stapyhlococcus epidermis, Escherichia coli,


streptococcus sp.

PROSEDUR :

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Lakukan perhitungan media MSA untuk jumlah dan volume plate atau Petri yang
dibutuhkan
3. Lakukan penimbangan gelas arloji kosong, media MSA, dan catat hasilnya
4. Pindahkan bahan dari gelas arloji ke Erlenmeyer
5. Larutkan dengan aquadest, panaskan hingga larut (mendidih) di atas api spirtus
6. Suam-suam dengan air kran
7. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH terlalu asam
tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
8. Tutup erlenmeyer dengan kapas kasa, bungkus cawan petri kosong dengan koran,
sterilkan di autoclave selama 15 menit dengan suhu 121oC dan tekanan 1,5 atm atau 2
atm. Catatan : cawan Petri juga bisa disterilkan sebelum praktikum dilakukan
9. Tuang media dari Erlenmeyer ke cawan Petri dengan teknik aseptic tentunya
10. Ratakan perlahan dengan memutar petri searah angka delapan
11. Biarkan memadat
12. Ambil media dalam plate sebagai control maka dapat dilakukan suspense bakteri
staphylococcus aureus, staoyhlococcus epidermis, Escherichia coli, streptococcus sp.
13. Lakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu 370 derajat celcius
14. Media siap dipakai disimpan pada suhu 2 - 8°C
15. Amati morfologi yang tumbuh
2) Salmonella Shigella Agar (SSA)

Tujuan Praktikum:

1. Untuk mengetahui fungsi dan cara pembuatan media SSA


2. Mampu membuat dan membedakan media SSA dengan baik dan benar

FUNGSI : Media selektif untuk isolasi kuman golongan Salmonella dan Shigella

ALAT :

1. Beaker glass 2. Erlenmeyer 3. Gelas arloji 4. Gelas ukur

5. Cawan petri 6. Pipet tetes 7. Neraca TBB 8. Kaki 3

9. Kasa abses 10. Api spirtus, korek api 11. Spatula

12. Petridisk

BAHAN :

1. Akuades 2. Media SSA 3. NaOH 0,1 N

4. HCl 0,1 N 5. pH media 6. Kapas, Kasa dan spirtus

PROSEDUR :

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Sterilkan sehari sebelum praktikum untuk Petri, gelas arloji, Erlenmeyer, gelas ukur
yang kaca, spatula (semua alat gelas). Catatan: media SSA tidak boleh di autoklaf
sehingga alat-alat yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu
3. Lakukan perhitungan media SSA untuk jumlah dan volume plate atau Petri yang
dibutuhkan
4. Lakukan penimbangan gelas arloji kosong steril, media SSA, dan catat hasilnya. Ingat
teknik aseptic
5. Pindahkan bahan dari gelas arloji ke Erlenmeyer steril dengan teknik aseptik
6. Larutkan dengan aquadest, panaskan hingga larut (mendidih) di atas api spirtus
7. Suam-suam dengan air kran
8. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH terlalu asam
tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
9. Tuang media dari Erlenmeyer ke cawan Petri steril dengan teknik aseptic tentunya
dengan melewatkan mulut Erlenmeyer ke api Ingat tanpa ada autoklaf sehingga
langsung di tuang
10. Ratakan perlahan dengan memutar petri searah angka delapan. Biarkan memadat
11. Media siap dipakai disimpan pada suhu 2-8 °C

3) Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS)

Tujuan Praktikum:

1. Untuk mengetahui fungsi dan cara pembuatan media TCBS


2. Mampu membuat dan membedakan media TCBS dengan baik dan benar

Fungsi : Media selektif untuk isolasi kuman golongan Vibrio cholera

Alat :

1. Beaker glass 2. Erlenmeyer 3. Gelas arloji

4. Gelas ukur 5. Cawan petri 6. Pipet tetes

7. Neraca TBB 8. Kaki 3 9. Kasa abses

10. Api spirtus, korek api 11. Spatula

Bahan :

1. Akuades 2. Media TCBS 3. NaOH 0,1 N

4. HCl 0,1 N 5. pH media 6. Kapas, Kasa dan spirtus

Prosedur :

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Sterilkan sehari sebelum praktikum untuk Petri, gelas arloji, Erlenmeyer, gelas ukur
yang kaca, spatula (semua alat gelas). Catatan: media TCBS tidak boleh di autoklaf
sehingga alat-alat yang digunakan harus disterilkan terlebih dahulu
3. Lakukan perhitungan media TCBS untuk jumlah dan volume plate atau Petri yang
dibutuhkan
4. Lakukan penimbangan gelas arloji kosong steril, media TCBS, dan catat hasilnya. Ingat
teknik aseptik
5. Pindahkan bahan dari gelas arloji ke Erlenmeyer steril dengan teknik aseptik
6. Larutkan dengan aquadest, panaskan hingga larut (mendidih) di atas api spirtus
7. Suam-suam dengan air kran
8. pH media dengan melihat ketentuan di etiket bahan. (apabila pH terlalu asam
tambahkan NaOH, apabila terlalu basa tambahkan HCl)
9. Tuang media dari Erlenmeyer ke cawan Petri steril dengan teknik aseptic tentunya
dengan melewatkan mulut Erlenmeyer ke api Ingat tanpa ada autoklaf sehingga
langsung di tuang
10. Ratakan perlahan dengan memutar petri searah angka delapan
11. Biarkan memadat
12. Media siap dipakai disimpan pada suhu 2-8 °C

INGAT : MEDIA TCBS tidak boleh disimpan lebih dari 5 hari

5. Media Diferensial

Media diferensiasi merupakan media yang mengandung unsur-unsur untuk


mengidentifikasi jenis mikroorganisme tertentu dari biakan murni atau campuran. Identifikasi
ini biasanya didasarkan pada adanya mikroorganisme, seperti warna koloni atau adanya
endapan.Contoh media ini adalah :

1) Mac Conkey Agar (MC)

Tujuan Praktikum:

1. Mengetahui fungsi media Mac Conkey dalam praktek media perbenihan bakteri
2. Mampu membuat dan membedakan media Mac Conkey dengan baik dan benar

Fungsi :

Media Mac Conkey digunakan untuk penentuan fermentasi laktosa dan non-fermentor
laktosa. Bakteri yang memfermentasi laktosa akan menghasilkan asam dan mengubah pH
media menjadi asam bila terdapat indikator netral berwarna merah, media akan berubah warna
menjadi merah muda. Bakteri yang tidak memfermentasi laktosa tidak menghasilkan asam
tetapi merupakan senyawa basa/basa, sehingga pH media menjadi basa dengan adanya
indikator netral berwarna merah, medium berubah menjadi kuning. MC juga digunakan untuk
mengisolasi bakteri Gram-negatif karena menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif.

Alat :

- Gelas ukur - Gelas arloji - Erlenmeyer


- Cawan Petri - Neraca Triple Beam Balance - Kasa Asbes

- Pipet tetes - Pengaduk kaca/spatula - Bunsen / kaki tiga

- pH meter/kertas pH - Korek api - Wadah spirtus

Bahan /Reagen :

- Media Mac Conkey - Aquadest - spirtus

- Larutan NaOH 0,1N - Larutan HCl 0,1 N

Prosedur :

1. Siapkan alat dan bahan, bersihkan dan sterilkan Petri yang akan digunakan
2. Lakukan perhitungan media Mac Conkey sesuai jumlah Petri yang akan dibuat
3. Lakukan penimbangan media dengan neraca TBB
4. Pindahkan media dari gelas arloji ke Erlenmeyer
5. Larutkan menggunakan aquadest sesuai volume yang akan dibuat (telah diukur dengan
gelas ukur)
6. Panaskan/didihkan di atas api spirtus sampai bener-bener homogen dan larut sempurna
7. Angkat Erlenmeyer dan di suam-suam
8. Dilakukan uji pH menggunakan pH media (apabila pH terlalu asam tambahkan NaOH,
apabila terlalu basa tambahkan HCl)
9. Jika pH sudah sesuai, tutup Erlenmeyer dengan kapas kasa dan beri label nama
(identitas)
10. Lakukan sterilisasi menggunakan autoklaf pada tekanan 2 atm atau 1,5 lb pada suhu
121 °C selama 15 menit dengan total keseluruhan 45-60 menit
11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Apabila segera digunakan,
tuang media dari Erlenmeyer ke Petri dengan volume 15-20 mL. ratakan membentuk
pola angka delapan secara perlahan.
12. Tunggu sampai media memadat
13. Media siap pakai dapat disimpan pada pada suhu 2 – 8 °C atau suhu kamar dan selalu
di buat setiap hari.

2) Eosin Methylen Blue (EMB)

Tujuan Praktikum:
1. Mengetahui fungsi media EMB dalam praktek media perbenihan bakteri
2. Mampu membuat dan membedakan media EMB dengan baik dan benar

Fungsi :

Media EMB digunakan untuk membedakan antara Enterobacteriaceae, khususnya


Eecherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Pada media EMB, Eecherichia coli akan tumbuh
dengan warna hijau metalik. EMB juga digunakan untuk mengisolasi bakteri Gram-negatif
karena menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif.

Alat :

- Gelas ukur - Gelas arloji - Erlenmeyer

- Cawan Petri - Neraca Triple Beam Balance - Kasa Asbes

- Pipet tetes - Pengaduk kaca/spatula - Bunsen / kaki tiga

- pH meter/kertas pH - Korek api - Wadah spirtus

Bahan /Reagen :

- Media EMB - Aquadest - spirtus

- Larutan NaOH 0,1N - Larutan HCl 0,1 N

Prosedur :

1. Siapkan alat dan bahan, bersihkan dan sterilkan alat terutama Petri yang akan digunakan
2. Lakukan perhitungan media EMB sesuai jumlah Petri yang akan dibuat
3. Lakukan penimbangan media dengan neraca TBB
4. Pindahkan media dari gelas arloji ke Erlenmeyer
5. 5. Larutkan menggunakan aquadest sesuai volume yang akan dibuat (telah diukur
dengan gelas ukur)
6. Panaskan/didihkan di atas api spirtus sampai bener-bener homogen dan larut sempurna
7. Angkat Erlenmeyer dan di suam-suam
8. Dilakukan uji pH menggunakan pH media (apabila pH terlalu asam tambahkan NaOH,
apabila terlalu basa tambahkan HCl)
9. Jika pH sudah sesuai, tutup Erlenmeyer dengan kapas kasa dan beri label nama
(identitas)
10. Lakukan sterilisasi menggunakan autoklaf pada tekanan 2 atm atau 1,5 lb pada suhu
121 °C selama 15 menit dengan total keseluruhan 45-60 menit
11. Media yang sudah jadi siap untuk digunakan atau disimpan. Apabila segera digunakan,
tuang media dari Erlenmeyer ke Petri dengan volume 15-20 mL. ratakan membentuk
pola angka delapan secara perlahan.
12. Tunggu sampai media memadat
13. Media siap pakai dapat disimpan pada suhu 2 – 8 °C.

3) BLOOD AGAR PLATE (BAP)

Tujuan Praktikum:

1. Mengetahui fungsi media BAP dalam praktek media perbenihan bakteri

2. Mampu membuat dan membedakan media BAP dengan baik dan benar

Media BAP merupakan media diferensiasi yang kaya akan darah, khususnya darah
domba. Namun, bisa diganti dengan manusia bergolongan darah O. Ini karena darah O tidak
mengandung antigen. Media ini sering digunakan untuk perkecambahan kokus atau
stafilokokus yang membutuhkan media kaya nutrisi untuk berkembang biak.

Fungsi: Media BAP digunakan untuk membedakan kokus hemolitik dan kokus non hemolitik
atau stafilokokus berdasarkan kemampuannya melarutkan darah. Secara khusus, kemampuan
hemolitik Staphylococcus aureus dapat dibagi menjadi hemolisis beta, hemolisis alfa, dan
hemolisis gamma. Pada media BAP, hemolisis ditandai dengan terbentuknya zona tidak
berwarna di sekitar koloni bakteri.

Alat :

- Gelas ukur - Gelas arloji - Erlenmeyer

- Cawan Petri - Neraca Triple Beam Balance - Kasa Asbes

- Pipet tetes - Pengaduk kaca/spatula - Bunsen / kaki tiga

- pH meter/kertas pH - Korek api - Wadah spirtus

- Spuit/holder - Torquet

Bahan /Reagen :

- Media Blood Agar base - Darah 8%-10% dari volume media yang akan dibuat
- Aquadest - Spirtus

- Larutan NaOH 0,1N - Larutan HCl 0,1 N

Prosedur :

1. Siapkan alat dan bahan, bersihkan semua alat dan sterilkan Petri yang akan digunakan
2. Lakukan perhitungan media Blood Agar Base sesuai jumlah Petri yang akan dibuat
3. Lakukan penimbangan media dengan neraca TBB
4. Pindahkan media dari gelas arloji ke Erlenmeyer
5. Larutkan menggunakan aquadest sesuai volume yang akan dibuat (telah diukur dengan
gelas ukur)
6. Panaskan/didihkan di atas api spirtus sampai bener-bener homogen dan larut sempurna
7. Angkat Erlenmeyer dan di suam-suam
8. Dilakukan uji pH menggunakan pH media (apabila pH terlalu asam tambahkan NaOH,
apabila terlalu basa tambahkan HCl)
9. Jika pH sudah sesuai, tutup Erlenmeyer dengan kapas kasa dan beri label nama
(identitas)
10. Lakukan sterilisasi menggunakan autoklaf pada tekanan 2 atm atau 1,5 lb pada suhu
121 °C selama 15 menit dengan total keseluruhan 45-60 menit
11. Lakukan pengambilan darah pada saat menunggu media Blood agar base turun
suhunya. Darah yang diambil adalah 8%-10% dari total media yang dibuat. Media BAP
yang sudah dingin dengan kisaran suhu 50°-70° C. kemudian masukkan darah segar ke
dalam Erlenmeyer dengan perlahan lewat dinding Erlenmeyer. Ratakan dengan
mengocok perlahan agar homogeny.
12. Tuang media dari Erlenmeyer ke Petri steril dengan volume 15-20 mL. ratakan
membentuk pola angka delapan secara perlahan.
13. Tunggu sampai media memadat
14. Media siap pakai dapat disimpan pada suhu kamar, kecuali Selenite broth disimpan
pada suhu 2 – 8 °C.

1.4 Pembiakan Aerob dan Anaerob


1) Pembiakan aerob (praktikum Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Aerob Proteolitik dari
Tangki Septik)

Bakteri aerob merupakan bakteri yang membutuhkan O2 untuk pertumbuhannya. Sistem


enzimnya membutuhkan O2 sebagai elektron aseptor pada proses fosforilasi oksidatifnya [3].
Contoh bakteri areob adalah Bacillus sp., Escherichia coli, dan Streptococcus [4].

Tinja manusia adalah limbah sistem pencernaan manusia yang sebagian besar tersusun dari
air (sekitar 75%), protein, serat, lemak dan garam. Kurang lebih 35% bakteri membantu
mendegradasi bahan organik dalam sistem pencernaan manusia [5]. Sebagai contoh bakteri
proteolitik yang mendegradasi protein agar dapat diserap oleh tubuh, dan sebagian dikeluarkan
melalui tinja. Protein didegradasi menjadi asam amino [6], selanjutnya lagi menjadi CO2, H2O,
dan Amonia (NH3) yang di lepaskan ke lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mengisolasi
dan mengkarakterisasi bakteri aerob proteolitik dari tangki septik.

Pola pertumbuhan bakteri


berdasarkan kebutuhan oksigen,
A). Aerob Obligat, B). Anaerob
Fakultatif, C). Anaerob Obligat
D). Anaerob Aerotoleran, E).
Mikroaerofil

- Prosedur praktikum
1. Sampel adalah limbah cair tahu dipermukaan tangki septik.
2. Pengambilan sampel dilakukan di satu titik dengan metode water sampling. S
3. ampel dari tangki septik kemudian diencerkan secara bertingkat.
4. Selanjutnya dari pengenceran diambil 100 μl menggunakan mikropipet dan diteteskan
ke atas medium susu skim agar [2], diratakan dengan spatel Drygalsky dan diinkubasi
pada inkubator pada suhu 37°C selama + 48 jam.
5. Masing-masing koloni bakteri proteolitik yang tumbuh dengan morfologi yang
berbeda, kemudian dipurifikasi agar mendapatkan isolat murni dengan metode 16 gores
pada medium agar yang baru, kemudian diinkubasi pada inkubator dengan suhu 37°C
selama 24 jam. S
6. etelah pemindahan ke tiga kali dilakukan pengamatan mikroskopis isolat bakteri
proteolitik.
7. Apabila pengamatan dari satu koloni hanya terlihat satu bentuk sel sama, maka
pemurnian telah menghasilkan isolat murni.
8. Isolat murni bakteri proteolitik aerob diidentifikasi berdasarkan sistem Bergey’s
Manual of Determinative Bacteriology 9th Edition

2) Pembiakan Anaerob (isolasi mikroorganisme anaerob limbah cair tekstil menggunakan


desikator sebagai inkubator anaerobic)

Pengolahan secara anaerob dilakukan menggunakan mikroorganisme tanpa melibatkan


oksigen bebas sebagai oksidan (penerima elektron) dalam proses respirasinya, tetapi
menggunakan senyawa anorganik lain seperti sulfat dan nitrat. Mikroorganisme anaerob
sensitif terhadap oksigen, karena dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian
(Fardiaz, 1992).

Mikroorganisme anaerob dapat digunakan pada pengolahan air limbah, yaitu untuk
mendegradasi senyawa-senyawa organic kompleks berantai panjang menjadi senyawa yang
lebih sederhana sehingga dapat menurunkan beban kerja dari pengolahan aerobik (Frowen,
1992). Dalam hal ini terjadi stabilisasi material organik dengan cara mengkonversinya menjadi
metana (CH4) dan produk anorganik lain termasuk CO2 (Kiely,1998). Salah satu cara yang
biasa digunakan untuk isolasi mikroba anaerob adalah metode Hungate. Pada umumnya
laboratorium mikrobiologi melakukan hal ini menggunakan Anaerobik jar. Peralatan ini kedap
udara dan rendah oksigen karena ditambahkan paladium yang sangat efektif untuk mereduksi
oksigen, namun harganya mahal. Humaidah (2011) menunjukkan bahwa desikator vakum
memiliki potensi sebagai inkubator anaerob. Pada incubator ini, mikroorganisme obligat aerob
dan anaerob fakultatif masih dapat hidup yang diduga karena masih terdapat oksigen pada head
space pada peralatan tersebut.

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efektivitas desikator termodifikasi sebagai


inkubator anaerob dan melakukan isolasi mikroba dari unit pengolahan air limbahtekstil
sehingga diperoleh konsorsium mikroorganisme (mixed culture) anaerobik.

- Prosedur praktikum

Tahap percobaan desikator sebagai inkubator anaerobik dilakukan menggunakan 4 isolat yang
diletakkan di dalam desikator, teknik Hungate pada tabung reaksi dan yang diletakkan di meja
kerja tanpa perlakuan.
• Desikator sebagai inkubator anaerobik

Tabung reaksi yang berisi media thioglikolat disterilisasi selama 15 menit pada suhu 121oC
dengan tekanan 1,5 atm. Isolat diinokulasikan ke dalam media. (Humaidah, 2011). Tabung
reaksi yang berisi biakan kemudiandiletakkan ke dalam desikator yang ditutup rapat dan
dialirkan gas nitrogen untuk mengeluarkan gas yang ada di dalam desikator. Inkubasi dilakukan
pada suhu ruang selama 3 – 7 hari dan diamati pertumbuhannya. Teknik pembanding yang
digunakan adalah teknik Hungate. Tabung reaksi yang berisi biakan ditutup dengan sumbat
karet dan dialiri gas nitrogen menggunakan syringe steril. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang
selama 3–7 hari dan diamati pertumbuhannya. Sebagai kontrol positif, tabung reaksi lainnya
yang berisi biakan disimpan pada suhu ruang tanpa perlakuan.

• Isolasi Mikroorganisme

Sebanyak 10 mL media thioglikolat dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan disterilisasi


selama 15 menit pada suhu 121oC dengan tekanan 1,5 atm. Mikroorganisme yang berasal dari
IPAL diinokulasikan ke dalam media tersebut. Biakan tersebut kemudian diletakkan ke dalam
desikator yang ditutup rapat dan dialirkan gas nitrogen untuk mengeluarkan gas yang ada di
dalam desikator. Biakan diletakkan di tempat gelap dan terang. Inkubasi selama 7 hari

Tahap Analisis dan Pengembang biakan Mikroorganisme. Mikroorganisme dan isolat


pembanding dianalisis dan diamati secara makroskopis, mikroskopis, dan uji pembentukan
hydrogen sulfida.

a) Pengamatan makroskopis

Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati pertumbuhan mikroorganisme


pada media thioglikolat.

b) Pengamatan mikroskopis

Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan mengamati mikroorganisme secara visual dan


membandingkannya dengan literatur menggunakan mikroskop digital Olympus BX-41 pada
perbesaran 10 x 40 dan 10 x 100. Perbedaan susunan dinding sel bakteri gram negatif dan gram
positif diamati melalui pewarnaan gram (Fardiaz, 1992) . Pengamatan dilakukan dengan
mikroskop digital Olympus BX-41 pada perbesaran 10 x 40 dan 10 x 100.

c) Uji pembentukan hidrogen sulfida


Pengujian dilakukan menggunakan medium Triple Sugar Iron Agar (TSIA). Jarum
inokulasi yang mengandung mikroorganisme ditusukkan ke dalam media semi padat TSIA
secara aseptis, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC (Humaidah, 2011).

d) Pengembang biakan mikroorganisme

Pengembang biakan mikroorganisme hasil isolasi dilakukan menggunakan desikator


sebagai inkubator anaerobik

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


1.1 Pengecatan Bakteri Gram Positif dan Negatif
- Hasil

Dari praktikum pengecatan bakteri gram menggunakan media dengan koloni bakteri
mendapatkan hasil kaca objek 1 menghasilkan warna biru/ungu yang berarti bakteri tersebut
yaitu gram positif. Sedangkan pada kaca objek 2 menghasilkan warna pink yang berarti ba kteri
tersebut yaitu gram negative.

- Pembahasan

Bakteri gram positif dapat mempertahankan pigmen utama pewarnaan Gram yaitu gentian
violet (kristal yodium ungu). Dinding sel kelompok bakteri ini terutama terdiri dari
peptidoglikan dan karena itu tampak ungu ketika diamati. Itu tidak akan rusak oleh pewarnaan
untuk mengikat dan mencuci dengan alkohol. Bakteri gram negatif, di sisi lain, memiliki
komposisi dinding sel yang terutama terdiri dari lapisan lipid, dan karena itu tidak dapat
mempertahankan pigmen utama selama pewarnaan, terutama ketika dicuci dengan alkohol
(yang merusak lipid ketika dicuci dengan alkohol). Akibatnya, kelompok ini menghasilkan
penampilan bakteri yang berwarna merah (warna dari pewarna kedua: safranin atau air fuchsin)
pada akhir aktivitas pewarnaan Gram. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat
melakukan pewarnaan Gram:

1. Langkah paling penting dari pewarnaan Gram adalah langkah dekolorisasi di mana
yodium dilepaskan dari sel. Jangan memberikan alkohol terlalu banyak karena
menyebabkan perubahan warna yang berlebihan dan membuat bakteri Gram -positif
terlihat seperti bakteri Gram-negatif. Namun, jangan mengisi tetes dengan alkohol yang
tidak sepenuhnya melarutkan yodium. Kemudian bakteri gram negatif akan terlihat
seperti bakteri gram positif.
2. Sediaan pewarnaan Gram terbaik adalah dengan menggunakan biakan muda dalam
waktu 24 jam. Usia pembiakan mempengaruhi kemampuan sel untuk menyerap noda
utama, terutama pada bakteri Gram-positif. Mungkin itu menunjukkan variabel gram,
yaitu jenis sel, ada yang ungu dan ada yang merah karena efek usia.

1.2 Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme


- Hasil

Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan


bakteri dari tanah yang tumbuh di cawan petri yang
berisi Nutrien Agar. Bakteri yang tumbuh di cawan petri
ada yang berwarna kuning, hitam, putih dan abu-abu.

Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan


bakteri yang tumbuh dari gigi di cawan petri. Bakteri
yang tumbuh di media agar hanya ada dua warna yaitu
merah dan kuning.

- Pembahasan
Ada beberapa metode untuk memisahkan mikroorganisme seperti metode gores,
metode tuang, metode sebar, metode pengenceran, dan metode memiringkan. Metode-metode
ini didasarkan pada prinsip yang sama untuk mengencerkan suatu organisme sehingga spesies
individu dapat dipisahkan dari spesies lain. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik
isolasi dan pemurnian mikroorganisme.

Kontaminasi di laboratorium isolasi dan pemurnian mikroba dapat terjadi jika kondisi
alat, bahan, dan praktik tidak steril. Untuk alasan ini, perhatian harus diberikan pada semua
langkah proses, baik pada saat pengenceran maupun selama masuknya mikroorganisme ke
dalam media, untuk menghindari kontaminasi yang dapat mempengaruhi hasil pengujian.
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup penting untuk diketahui.
Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme sangat
penting dalam pengendalian mikroorganisme.

Di bawah merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan


mikroorganisme dan sangat penting dalam pengendalian mikroorganisme. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu suplai nutrisi, suhu dan temperature.
Ada dua metode yang dilakukan pada praktikum ini yaitu metode gores dan metode tuang.
Untuk tanah yang dipindahkan dari satu tabung ke tabung lainnya, digunakan metode tuang,
100 mikron dihilangkan dengan mikropipet dan dipindahkan ke cawan Petri. Metode gores
dilakukan dengan kapas yang dioleskan pada gigi yang berlubang.

Pengamatan yang dilakukan pada menunjukkan bahwa banyak bakteri tumbuh pada
Nutrient agar. Ada empat jenis bakteri tanah yang tumbuh pada Nutrient agar yang terdiri dari
kuning, hitam, putih, dan abu-abu. Bakteri dari gigi di tanah tumbuh, tetapi ada dua jenis yaitu
bakteri merah dan kuning.

1.3 Pengenalan Media Pertumbuhan Bakteri


- Hasil Media Padat

Media NA (Nutrient Agar)

Berbentuk padat, perpaduan antara bahan


ilmiah dan senyawa kimia,dibuat dari
campuran ekstrak daging dan pepton dengan
menggunakan agar sebagai pemadat.
Media PDA (Potato Detrose Agar)

Digunakan untuk pertumbuhan jamur, dibuat


dari campuran kentang, dexstrosa dan agar.

- Pembahasan

Pertumbuhan mikroba tergantung pada media yang disiapkan. Sebagian besar mikroba
membutuhkan air. Zat terlarut dalam air yang digunakan mikroorganisme untuk membentuk
badan sel dan memperoleh energi dari makanan. Perbedaan antara media NA dan media PDA
terletak pada kandungan nutrisinya. Pada media NA, nutrisi utama adalah sepotong sup, tetapi
pada media PDA, nutrisi utama adalah kentang. Oleh karena itu, nutrisi ini disebut Potato
Dextrose Agar.

Media nutrient agar (NA) adalah media padat yang menggabungkan bahan dan senyawa
alami. NA dibuat dari campuran ekstrak daging dan pepton, menggunakan agar-agar sebagai
pengeras. Dalam hal ini sebaiknya digunakan sebagai kompresor karena mudah dibekukan dan
mengandung karbohidrat berupa galaktum yang tidak mudah diurai oleh mikroorganisme.
Dalam hal ini ekstrak daging sapi dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan
sumber protein, nitrogen, vitamin dan karbohidrat yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
pertumbuhan dan perkembangannya.

Medium Nutrient Agar (NA) adalah medium padat berwarna coklat muda. Media ini
berasal dari sintetis dan digunakan sebagai media nutrisi untuk bakteri. Media PDA (Potato
Dextrose Agar) adalah media organik semi alami atau semi sintetik tergantung komposisinya
karena terdiri dari bahan alami yang ditambahkan senyawa. Ini adalah media padat karena
mengandung agar-agar yang mengeraskan media dan konsisten. Berdasarkan penggunaannya,
merupakan media pertumbuhan jamur. Media PDA adalah kentang sebagai sumber energi,
nitrogen organik, karbon dan vitamin, dekstrosa sebagai sumber karbon, agar sebagai medium
densifying agent, dan aquadest sebagai pelarut untuk homogenisasi medium dan sumber O2.

Media selektif

1) Manitol Salt Agar (MSA)


Organisme Hasil
Staphylococcus aureus

Koloni kuning dengan zona kuning


Staphylococcus epidermis

Koloni berwarna atau merah dengan zona


merah
Streptococci Tidak ada petmbuhan untuk melacak
pertumbuhan
Micrococci

Putih besar hingga orange

- Pembahasan
Mannitol Salt Agar (MSA) merupakan media pertumbuhan khusus bakteri halophiles
dan dapat membedakan Staphylococcus patogen dan nonpathogenic. MSA sebagai media
selektif dan diferensial untuk identifikasi Staphylococcus aureus.

Adapun kandungan-kandungan yang terdapat pada Mannitol salt agar Base antara lain:

- Protease Peptone 5,0 gr - Sodium chloride 75,0 gr.


- Beef extract 1,0 gr

-D-mannitol 10,0 gr

- Phenol red 0,025 gr

- Digest of Casein 5,0 gr

- Agar 15,0 gr

pH 7,4 ± 0,2 dalam 250C

Fungsi bahan pada komposisi mannitol salt agar sebagai berikut:

- Protease Peptone sebagai sumber vitamin, nitrogen dan karbon

- Sodium chloride untuk menyediakan elektrolit dan keseimbangan osmotic

- Beef extract sebagai sumber vitamin, nitrogen dan karbon

- D-mannitol merupakan karbohidrat sebagai karbon dan energi serta untuk membedakan
bakteri yang bisa memfermentasi mannitol

- Phenol red sebagai indikator

- Digest of Casein sebagai sumber vitamin, nitrogen dan karbon

- Agar sebagai bahan pemadat

Media ini mengandung 7,5% garam natrium klorida, menjadikannya media selektif. Ini
karena sebagian besar bakteri, kecuali stafilokokus, tidak dapat tumbuh pada salinitas 7,5%.
Sebagian besar bakteri tidak dapat bertahan hidup di lingkungan garam (hipertonik) yang
sangat tinggi. Namun, genus Staphylococcus mungkin telah beradaptasi dan berkembang biak
di lingkungan dengan kadar garam tinggi.

Media MSA juga diklasifikasikan sebagai media diferensial karena mengandung


indikator yang mengidentifikasi jenis staphylococcus yang menghasilkan asam organik dari
fermentasi manitol (metabolisme manitol, sejenis alkohol). Di sisi lain, Staphylococcus
epidermidis non-patogen, seperti Staphylococcus epidermidis, adalah fauna tumbuhan normal
yang tumbuh di kulit manusia, tidak memfermentasi manitol, dan bahkan jika Staphylococcus
epidermidis tumbuh di MSA, warna alami agar tidak berubah. (tetap oranye -merah muda)
Staphylococcus epidermidis tidak menggunakan manitol dan karena itu tidak menghasilkan
asam organik.
Perbedaan media yang diberi mannitol.

Selain itu, MSA mengandung manitol dan indikator PH


phenol red, menjadikan media ini sebagai media
diferensiasi. Staphylococcus aureus dapat memfermentasi
manitol menjadi asam untuk mengubah warna indikator
phenol red dari merah menjadi kuning, menghasilkan
koloni kuning dengan zona kuning, sedangkan spesies
Staphylococcus aureus lainnya menghasilkan koloni kecil
berwarna merah muda atau merah dengan tidak ada perubahan warna meda karena tidak dapat
memfermentasi mannitol

Penanganan dan penyimpanan media MSA

a. Tergantung pada jenis media yang disiapkan, simpan media setelah dingin dan simpan di
lemari es, suhu kamar, atau di tempat gelap
b. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat menyimpan media :
- Jangan sampai terkena sinar matahari langsung atau sinar matahari langsung
- Media yang kaya akan darah, antibiotik, atau serum harus disimpan di lemari es
- Media cawan petri harus dilindungi dari pengeringan dan harus didinginkan dan
disimpan dalam wadah plastik tertutup

2) Salmonella shigella agar (SSA)


- Hasil

media berbentuk padat dan berwarna merah


- Pembahasan

Media SSA merupakan campuran garam bile dan warna brilliant green pada media
untuk menekan bakteri coliform dan bakteri Gram positif. Oleh karena itu, bakteri gram
positif tidak dapat tumbuh pada media ini.

Produksi SSA mengalami berbagai kendala, mulai dari lisis, sterilisasi, penuangan
media ke dalam cawan Petri hingga uji sterilisasi dalam inkubator. Karena berbagai
masalah ini, media yang disiapkan dengan baik telah terkontaminasi dengan sisa-sisa jamur
di dasar media. Jamur dapat tumbuh karena erlenmeyer tidak terlalu rapat bila ditutup
dengan kapas dan udara dari luar dapat masuk ke dalam erlenmeyer. Untuk menutup
erlenmeyer dengan benar, pertama-tama regangkan kapas, lalu gulung, kencangkan kapas
agar pas dengan mulut erlenmeyer, sesuaikan ukurannya, lalu tutup bibir labu erlenmeyer
sekencang mungkin.

3) Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS)


- Hasil

Media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS)

media TCBS yang sudah ditumbuhi bakteri


- Pembahasan

Media TCBS merupakan media pilihan untuk pertumbuhan Vibrio cholerae. Dalam
praktikum ini, media TCB telah dibuat. Media disiapkan secara aseptik dan steril. Media TCBS
adalah media selektif yang secara selektif mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain dan
mengisolasi mikroorganisme tertentu bila ditambah dengan zat kimia tertentu. Pembuatan
media ini menggunakan TCBS sebagai pelarut. Menimbang media menggunakan neraca
analitik harus dilakukan secara hati-hati. Dalam praktikum ini ditimbang dengan berat 22 gram
dan dilarutkan pada 250 Aquades.

Pemanasan berlangsung sehingga media benar-benar larut. Media TCBS hijau. Media ini
tidak boleh disterilkan ke dalam autoclave, karena media TCB dapat merusak antibodi yang
dapat merusak nutrisi ketika disterilkan pada autoclave. Warna media TCBS berubah menjadi
hijau sebelum dan sesudah pemanasan warna media. Media TCBS, yang tetap hijau,
mengandung natrium sitrat. Larutan natrium tiosulfat dan ox-gall (10%). Cawan petri yang
digunakan harus steril, dan pada saat penuangan media harus steril dan dilakukan di dekat api
pembakar Bunsen. Untuk mencegah kontaminasi media oleh mikroorganisme , perlu
melakukan hal berikut:

1. Mencuci tangan dan rambut sebelum praktikum

2. Menggunakan jas lab, sarung tangan dan masker

3. Sebelum dan sesudah praktikkum meja kerja dan tangan disemprotkan dengan alcohol 70%

4. Menggunakan bahan dan alat yang sudah steril 5. Tidak banyak bercanda dan berbicara pada
saat praktikkum berlangsung

6. Bekerja didekat zona steril (api spiritus)

Media diferensial

1) Mac Conkey Agar (MC)


- Hasil
kiri : koloni bakteri yang dapat memfermentasi
laktosa

kanan : koloni bakteri yang tidak dapat


memfermentasi laktosa

- Pembahasan

Untuk bakteri yang mampu memfermentasi laktosa (misalnya Escherichia coli, Klebsiella
sp.), Produksi asam melalui fermentasi laktosa menyebabkan koloni dan media menjadi merah
atau merah muda. Dengan adanya indikator neutral red, media akan menjadi merah atau merah
muda merah muda. Untuk bakteri yang tidak dapat memfermentasi laktosa (misalnya
Salmonella, Shigella), bakteri tidak memfermentasi laktosa menjadi asam, meninggalkan
koloni dan medium bening atau tidak berwarna.

2) Eosin Methylen Blue (EMB)


- Hasil

dari praktikum yang dilakukan menghasil warna hijau


metalik dan coklat

- Pembahasan

Media EMB agar digunakan untuk pengujian kualitas air untuk membedakan antara
coliform non-fekal dan fekal dan menunjukkan potensi kontaminasi mikroba patogen dalam
sampel air (adanya E.coli dalam sampel air sungai) yang mengindikasikan kemungkinan
kontaminasi tinja dalam sampel air sungai dan adanya mikroorganisme, bakteri patogen usus
lainnya).
Fermentasi Laktosa Bakteri gram negatif (umumnya bakteri usus) dapat menghasilkan
asam yang menghasilkan warna ungu tua kompleks atau hijau metalik dalam kondisi asam.
Warna hijau metalik ini menunjukkan bakteri yang dapat memfermentasi laktosa dengan kuat
dan/atau bakteri yang dapat memfermentasi sukrosa (pada bakteri coliform fecal). Bakteri yang
secara perlahan memfermentasi laktosa menghasilkan sejumlah kecil asam dan koloni berubah
menjadi coklat atau merah muda. Untuk bakteri yang tidak dapat memfermentasi laktosa,
koloni berwarna merah muda atau transparan.

3) BLOOD AGAR PLATE (BAP)


- Hasil
Sampel swab tenggorokan biasanya diinokulasi ke
dalam agar darah untuk mendeteksi adanya streptokokus
beta grup A hemolitik. Jenis patogen adalah
Streptococcus pyogenes, agen penyebab faringitis
streptokokus. Flora normal menunjukkan hemolisis
alpha atau gamma. 5% v/v darah steril yang
dihangatkan hingga suhu kamar ditambahkan ke dasar
agar darah steril yang didinginkan hingga 45-50 °C
(Wakenko, 2011).
- Pembahasan

Ada tiga jenis hemolisis yang terdiri dari hemolisis beta, hemolisis alfa, dan hemolisis
gamma. Beta hemolisis adalah lisis lengkap sel darah merah dan hemoglobin. Hemolisis alfa
mengacu pada lisis/parsial sel darah merah dan hemoglobin. Ini akan mengubah warna
lingkungan menjadi abu kehijauan. Hemolisis gamma, yaitu jika media tidak berubah warna,
tidak ada hemolisis.

1.4 Pembiakan Aerob dan Anaerob


- Hasil dan pembahasan praktikum pembiakan aerob
Hasil isolasi dan purifikasi bakteri proteolitik didapatkan 3 jenis koloni dengan kode 2B,
3, 4. Isolat 2B mempunyai bentuk koloni bulat, tepian koloni berombak, dan permukaan koloni
datar. Isolat 3 Isolat 2B mempunyai bentuk koloni bulat, tepian koloni berombak, dan
permukaan koloni cembung. Isolat 4 Isolat 2B mempunyai bentuk koloni bulat, tepian koloni
bercabang, dan permukaan koloni datar.

Gambar 1 merupakan hasil dari uji mikroskopis dan uji pewarnaan Gram. Isolat 2B adalah
gram negatif basil, isolat 3 adalah gram positif basil dan isolat 4 adalah gram negatif kokus.
Hasil identifikasi berdasarkan sistem Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology 9th
Edition menunjukkan kecenderungan isolat 2B mengarah pada genus Pseudomonas (Gambar
2), isolat 3 mengarah pada genus Bacillus spp,. (Gambar 4), isolat 4 mengarah pada genus
Azotobacter (Gambar 5).

Gambar 1. A). Hasil uji mikroskopis B). Hasil pewarnaan gram bakteri aerob dari tangka
septik.

Gambar 2. Diagram dikotomi karakterisasi


bakteri gram negatif basil
Karakter kunci dari genus Pseudomonas
adalah sel berbentuk basil, gram negatif,
aerob obligat, motil, oksidasi fermentatif
negatif (Gambar 2) [4]. Pseudomonas adalah
bakteri berbentuk batang yang berukuran 0.5-
0.8 μm. Aerob dan bergerak dengan flagella.
Bakteri Pseudomonas termasuk golongan
bakteri mesofil, bakteri tersebut dapat tumbuh optimal pada kisaran 25º – 30ºC dengan suhu
optimum 40°C.

Gambar 3. Endospora bakteri Bacillus


spp.,

Endospora merupakan karakter kunci


utama genus Bacillus. Hal ini juga
ditunjukkan oleh isolat 3 (Gambar 3)
yang membentuk endospora. Endospora
merupakan struktur bakteri yang dapat
bertahan pada keadaan yang tidak menguntungkan seperti kekeringan, kekurangan nutrien,
pembekuan, serta bahan bahan kimia. Karakteristik lain dari Bacillus adalah motil, katalase
positif, kebutuhan O2 positif.

Gambar 4. Diagram dikotomi


karakterisasi bakteri gram positif basil.

Isolat 4 cenderung masuk ke dalam genus Azotobacter. Karakter kunci utama genus
Azotobacter adalah sel berbentuk kokus, oksidase negatif (Gambar 5), katalase positif dan
membentuk kista (Gambar 6) yang berfungsi untuk melindungi dari keadaan lingkungan yang
ekstrim, misalnya kekeringan, sinar ultraviolet dan radiasi ion. Azotobacter merupakan bakteri
berbentuk kokus yang berukuran 1,5-2,0 μm. tidak membentuk endospora tapi kista. Bergerak
dengan flagella, bersifat aerob dan kemoorganotrof, menggunakan gula, alkohol, garam dari
bahan organik untuk tumbuh, katalase positif. (Derajat Keasaman) pH optimum pada 7 -7,5 dan
biasa ditemukan di tanah dan air. Spesies tertentu dapat berasosiasi dengan akar tumbuhan.
Gambar 6. Kista Azotobacter

Gambar 5. Diagram dikotomi karakterisasi bakteri gram negatif kokus

G. KESIMPULAN

Dari praktikum pengecatan bakteri gram menggunakan media dengan koloni bakteri
mendapatkan hasil kaca objek 1 menghasilkan warna biru/ungu yang berarti bakteri tersebut
yaitu gram positif. Sedangkan pada kaca objek 2 menghasilkan warna pink yang berarti bakteri
tersebut yaitu gram negative.

Dari pengamatan isolasi bakteri yang telah dilakukan, didapatkan banyak bakteri yang
tumbuh di Nutrien Agar. Bakteri tanah yang tumbuh di Nutrien Agar ada 4 macam, yaitu
bakteri berwarna kuning, hitam, putih, dan abu-abu. Sedangkan bakteri dari gigi yang tumbuh
di tanah ada 2 macam yaitu bakteri yang berwarna merah dan kuning.

Kesimpulan yang di dapat setalah melakukan praktikum pengenalan media pertumbuhan


bakteri yaitu media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di dalam media berupa molekul-
molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media, pertumbuhan dapat
dilakukan dengan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi
komposisi media pertumbuhannya. Bahan dasar adalah air (H2O) sebagai pelarut dari agar-
agar (rumput laut) dimana agar-agar tersebut berfungsi sebagai pemadat media.
Kesimpulan dari praktikum pembiakan aerob yaitu Isolat yang berhasil diisolasi dan
dikarakterisasi dari tangki septik berdasarkan uji biokimianya menurut Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology, mengarah pada genus Bacillus, Pseudomonas, Azotobacter.
Karakter kunci dari genus Pseudomonas adalah sel berbentuk basil, gram negatif, aerob obligat,
motil, oksidasi fermentatif negatif. Karakter kunci utama genus Bacillus adalah sel berbentuk
basil, gram positif dan membentuk endospora. Karakter kunci utama genus Azotobacter adalah
sel berbentuk kokus, oksidase negatif, katalase positif dan membentuk kista.

Kesimpulan dari praktikum pembiakan anaerob yaitu desikator yang dimofifikasi


menggunakan gas nitrogen mempunyai efektivitas sebagai inkubator anaerob, dimana bakteri
anaerob dapat tumbuh. Pada desikator ini, bakteri obligat aerob dan aerob fakultatif masih
dapat tumbuh karena pada media yang digunakan masih terdapat oksigen yang terlarut yang
ditandai dengan warna pink di bagian atas media. Desikator yang dimodikasi secara sederhana
menggunakan lilin sebagai indikator keberadaan oksigen juga menunjukkan efektivitas untuk
digunakan sebagai inkubator anaerob. Hasil isolasi mikroba dari pengolahan limbah anaerob
pabrik tekstil diperoleh 6 jenis isolat sehingga diperoleh konsorsium mikroorganisme (mixed
culture) anaerobic.

H. SARAN

Saran dari praktikum kali ini yaitu alat dan bahan yang digunakan dapat berfungsi dengan
baik misalnya Mikroskop dan bahan serta alat lainnya. Dan diharapkan kepada mahasiswa juga
memahami setiap materi perkuliahan mata kuliah mikrobiologi yang terdiri dari pengecatan
gram, isolasi dan identifikasi bakteri, pengenalan media pertumbuhan, serta pembiakan aerob
dan anaerob. Serta dari praktikum yang telah dilakukan bisa diterapkan dan berguna pada dunia
pekerjaan nantinya,

I. DAFTAR PUSTAKA

Artanti, D. (2018). Modul Praktikum Media. Laboratorium Mikrobiologi, 124.


http://repository.um-surabaya.ac.id/4824/1/MODUL_PRAKTEK_MEDIA.pdf

Dra. Yusmaniar, M.Biomed., A., Wardiyah, MSi, A., & Khairun Nida, S.Si., M.Biomed., A.
(2017). Mikrobiologi dan Parasitolohi. In Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

JENITA, E. (2019). Isolasi Bakteri. LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI.

Kurnia, D. R. D., Permatasari, I., & Rafika, Y. (1970). Isolasi Mikroorganisme Anaerob
Limbah Cair Tekstil Menggunakan Desikator Sebagai Inkubator Anaerobik. Fluida,
11(1), 26–33. https://doi.org/10.35313/fluida.v11i1.554

Maiti, & Bidinger. (1981). Laporan Praktikum Mikrobiologi. In Journal of Chemical


Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9, pp. 1689–1699).

Puspitasari, F. D., Shovitri, M., & Kuswytasari, N. D. (2012). Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Aerob Proteolitik dari Tangki Septik. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 1(1), 1–4.

Safani, I. (2017). Pembuatan Media dan Sterilisasi. Laporan Praktikum, 110265, 110493.

Wenny, S. (2016). Panduan Praktikum Mikrobiologi. In Fakultas Farmasi Universitas Sanata


Dharma (Vol. 3, Issue 6, pp. 0–72).

Anda mungkin juga menyukai